• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PANDANGAN UMUM TERHADAP DEMOKRASI

3. Pandangan Para Ahli Hukum Terhadap

demokrasi yang dikutip oleh Sukarna dalam bukunya adalah sebagai berikut:.47

a. Prof. Dr. J. Barents, dalam buku ilmu politika mengatakan

1) Negara hukum yang menerapkan demokrasi tidak boleh melampaui didalam penggunaan kekuasaannya itu, seperti melanggar hak-hak kemerdekaan perseorangan

2) Dengan menerapkan sistem demokrasi yang bertujuan agar masyarakat ikut serta dalam menjalankan kekuasaan.

3) Diperlukannya pengawasan terhadap golongan elite yang menjalankan kekuasaan.

b. Pierre Maillaud, dalam buku The English Way mengemukakan

1) Individu tidak semata-mata berada dibawah penguasaaan negara, tetapi mempunyai tujuan dalam dirinya.

2) Tujuan negara ialah untuk mengabdi kepada masyarakat bukan untuk mengekangnya.

3) Setiap orang berkewajiban untuk memegang teguh kepercayaan sendiri, tanpa memandang kebijaksanaan pemerintah.

4) Negara tidak boleh lebih kuat daripada masyarakatnya. Dengan hukum dan publik opinion pemerintah harus menjamin hak-hak setiap warganegara

47 Sukarna, Kekuasaan, Kediktatoran dan Demokrasi (Bandung: Alumni 1974), h. 68-69

c. R. H. Soltau, dalam buku An Introduction To Politics menyebutkan bahwa dalam demokrasi terdapat beberapa implikasi yaitu:

1) Rapat atau musyawarah adalah hal yang diutamakan. Krena dengan adanya perdebatan dan pertukaran pendapat dapat menemukan sebuah kebenaran. Karena dalam prinsip demokrasi setiap warganegara berhak mengembanhkan pikiran-pikiran.

2) Implikasi yang kedua ialah penolakan terhadap absolutisme dalam teori politik dan praktek politik. Negara tidak mempunyai kebenaran yang terahir dan negara tidak mempunyai dasar untuk menyatakan dan mengemukakan bahwa ia mempunyai kebebasan yang sempurna dari pada kemungkinan berbuat salah. Hal yang demikian tidak mempunyai tempat dalam politik.

3) Implikasi yang ketiga adalah tidak membedakan satu sama lain baik dari kelahiran, kekayaan dan pendidikan. Karena semua manusia sama dimata hukum.

4) Implikasi yang keempat ialah bahwa demokrasi tidak dapat dipisahkan dari suatu kepercayaan bahwa cara untuk mewujudkan perdamaian ialah dengan cara pemberian tangguang jawab kepada manusia sebagai suatu keharusan yang wajar.

d. Julien Benda, seorang ahli pemikir prancis menjelaskan beberapa dogma dari pada demokrasi seperti dibawah ini:

1) Dogma pertama ialah bahwa individu dan hak-hak sucinya dalam masyarakat harus dijunjung tinggi karena hak tersebut adalah hal yang mutlak dimiliki oleh setiap individu sejak lahir, maka negara tidak boleh merusak hak-hak ini.

2) Dogma yang kedua adalah bahwa kekuasaan itu berasal dari rakyat. Penguasa hanya menjadi delegasinya atau utusannya, yang kekuasaannya dapat ditarik setiap waktu diperlukan. Semua kekuasaan hanya dapat dilaksanakan dibawah pengawasan dari pada rakyat.

3) Dogma yang ketiga adalah bahwa hubungan antara negara-negara harus dibangun atas dasar persamaan hak-hak.

4) Dogma yang keempat ialah peletakan dasar bahwa manusia dimuka bumi ini dapat mencapai kebahagiaaan sekaligus menolak ketetapan bahwa manusia itu ditakdirkan untuk menderita.

e. M. Durverger, dalam bukunya “les Regimes Politiques” maka dalam artian demokrasi itu termasuk cara pemerintahan dimana golongan yang memerintah dan yang diperintah itu adalah sama dan tidak terpisah-pisah.48

Dari beberapa pendapat terhadap demokrasi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam menerapkan pemerintahan yang demokratis akan melibatkan rakyat dalam sistem pemerintahannya dan menjamin hak asasi manusia dengan menempatkan persamaan kedudukan setiap orang dalam politik.

f. Gaetano Mosca, seorang ahli negara Italia, dalam bukunya “The Ruling Class”, antara lain menguraikan, bahwa:49

1) Dalam demokrasi selalu terdapat oligarchie, yaitu golongan pemimpin-pemimpin tertentu yang merupakan sebagai “elit” atau golongan pemimpin-pemimpin yang berkuasa

2) Golongan elite itu merupakan the ruling class, yang sebagai pemimpin-pemimpin yang berkuasa dan memerintah golongan dan rakyat lainnya.

Maksut pandangan Gaetano Mosca terhadap demokrasi yaitu, yang melaksanakan demokrasi adalah para wakil-wakil rakyat yang mereka pilih, dimana rakyat yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan negara itu.

48 Ni’matul Huda, Ilmu Negara Op. Cit., h. 200

49 C. S. T. Kansil, Christine S. T. Kansil, Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta: PT Rineka Cipta 2008), h. 102

Dan dalam melaksanakannya tidak bertentangan dengan kehendak dan kepentingan masyarakat.

4. Pelaksanaaan Demokrasi dalam Bermasyarakat

Berbangsa dan Bernegara

Konsep demokrasi yang berkembang di barat merupakan konsep yang lahir dari masyarakat bawah yang kemudian memberikan bentuk demokrasi barat itu sendiri. Ketika konsep yang diangggap ideal dan berkembang dibarat ini diterapkan di negara-negara berkembang. Masyarakat barat adalaah masyarakat modern dengan tingkat pemahaman yang lebih baik dan tingkat ekonomi yang telah maju dibandingkan masyaraakat di negara berkembang. Sehingga tidak heran negara berkembang masih banyak sedang mencari bentuk demokrasi itu sendiri.

Dari berbagai negara yang menjalankan sistem demokrasi dalam pemerintahannya memiliki persamaan dan perbedaan satu sama lain. Persamaannya ialah suatu negara sepenuhnya akan sama dengan ketatanegaraan yang lainnya yaitu menyelenggarakan sistem pemerintahan oleh rakyat. Dan perbedaan dalam pelaksanaan sistem demokrasinya tergantung jumlah penduduk dan besar kecilnya suatu negara.

Dalam negara-negara kecil seperti yang terjadi di negara Yunani kuno saat itu yang masih sangat sederhana dan hanya sebesar kota saja, oleh karena itu jumlah rakyatnya masih belum sebanyak seperti rakyat negara sekarang. Pemerintahan rakyat (demokrasi) dapat dilaksanakan dalam arti kata yang sebenarnya, artinya seluruh rakyat negara di dalam suatu tempat.50 Tanpa melalui perwakilan, yang biasa disebut demokrasi langsung. Berbeda dengan Amerika Serikat, negara ini menerapkan demokrasi liberal. Negara ini oleh banyak kalangan dianggap sebagai negara yang paling demokratis saat ini, maskipun kebenaran tersebut perlu dianalisa

50 Joeniarto, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara (Jakarta: Bina Aksara 1984), h. 22

kembali dengan berbagai kondisi saat ini. Namun setidaknya praktik demokrasi tersebut dapat dilihat di Amerika Serikat dan memang negara inilah yang dianggap motor penerapan demokrasi di dunia kususnya di barat yang selanjutnya diharapkan menjadi acuan negara berkembang dalam penerapan demokrasi di negaranya.

Demokrasi liberal membutuhkan51, pertama,

demokrasi liberal menolak kehadiran kekuasaan militer maupun aktor-aktor lain yang secara langsung maupun tidak langsung tidak memiliki akuntabilitas pada pemilih. Kedua,

selain akuntabilitas secara vertikal para penguasa kepada rakyat yang terutama dijamin lewat pemilu. Demokrasi liberal menghendaki akuntabilitas secara horizontal di antara para pemegang jabatan, yang membatasi kekuasaan eksekutif dan juga melindungi konstitusionalisme, legalitas dan proses pertimbangan. Ketiga, demokrasi liberal mencangkup ketentuan-ketentuan yang luas bagi pluralisme sipil dan politik serta kebebasan individu dan kelompok.

Jika dilihat praktik deokrasi di Amerika Serikat, sedikit banyak tidak dapat dipungkiri bahwa negara ini telah menerapkan prinsip-prinsip dasar demokrasi dalam praktik kenegaraannya. Semua hal yang berkaitan dengan kenegaraan telah diatur dengan rinci dalam konstitusinya. Di samping itu, lembaga-lembaga negara yang ada pun menjalankan tugas dengan mekanisme check and balances

yang tinggi antara satu lembaga dengan lembaga lainnya. Tiga lembaga pemerintahan yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif, secara terpisah antara yang satu dengan yang lain masing-masing memiliki kekuasaan untuk mengimbangi di antara ketiga lembaga tersebut. Mekanisme

check and balances yang terutama ditujukan bagi lembaga legislatif yang memiliki kekuasaan tertinggi House of Representatives (HoR) yang diimbangi oleh senat yang dipilih oleh lembaga legislatif lembaga negara-negara bagian merupakan suatu cara untuk membagi kekuasaan

51 Larry Diamond, Deviloping Democracy Toward Consolidation

pemerintah dan menghindari terjadinya penyalah gunaan kekuasaan.

Amerika Serikat termasuk negara demokratis sedikit banyak dikatakan demikian. Hal ini tergambar dari apa yang menjadi tiga cara yang memperlihatkan satu negara itu demokratis atau tidak telah terpenuhi, yaitu pemilu telah dilaksanakaan secara bebas dan adil dimana meberi keluasan bagi sipil dalam menyalurkan hak pilihnya. Ditambah lagi, baik atau tidaknya pemerintahan tergantung dari jalannya rule of law dalam masyarakat dan masyarakat sendiri yang menentukannya.52

Dikemukakan bahwa syarat-syarat dasar unuk terselenggaranya pemerintah yang demkratis dibawah Rule of Law ialah53

1. Perlindungan konstitusional

2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak 3. Pemilihan umum yang bebas

4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat

5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi

6. Pendidikan kewarganegaraan

Di Negara Indonesia sendiri dalam pelaksanaan demokrasi dari sepanjang masa kemerdekaannya, bangsa indonesia telah mencoba beberapa macam demokrasi. Sejak Indonesia merdeka dan menjadi Negara Kesatuan Ripublik Indonesia menganut paham demokrasi, dimana kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan Rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), atau tergolong sebagai negara yang menganut paham Demokrasi Perwakilan.

Dipandang dari sudut perkembangan demokrasi sejarah Indonesia dapat dibagi dalam empat masa, yitu:54

52 http://googleweblight.com/penerapan-demokrasi-di-amerika-serikat-demokrasi-liberal-demokrasi-yang-mengakui-pluralisme. (14 Maret 2017)

53 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pusataka Utama 20080, h. 116

Pada tahun 1945-1959, dijalankan suatu praktik demokrasi yang dikenal dengan sebutan Demokrasi Parlementer. Pada masa ini adalah masa kejayaan demokrasi di Indonesia dengan menggunakan UUDS (Undang-Undang Dasar Sementara). Kedudukan parlemen atau lembaga perwakilan rakyat memegang peranan yang tinggi dalam proses politik yang berjalan

Pada tahun 1959-1965, periode ini dikenal dengan Demokrasi Terpimpin (Guided Demokracy). Sejak berakhirnya pemilihan umum 1955, presiden Soekarno sudah menunjukan gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal itu terjadi karena partai politik sangat orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan kurang memperhatikan kepentingan politik nasional secara menyeluruh.

Disampimg itu soekarno melontarkan gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan dan gotong royong. Akhir dari sistem demokrasi terpimpin Soekarno yang berakibat pada persetruan politik ideologis antara PKI dan TNI adalah peristiwa berdarah yang dikenal dengan Gerakan 30 September 1965 (G 30 S PKI).

Pada tahun 1965-1998, periode ini merupakan masa pemerintahan Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden kedua Indonesia dengan Orde Barunya, Demokrasi Terpimpin ala Presiden Soekarno telah diganti oleh elite Orde Baru dengan Demokrasi Pancasila. Pada awal orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui pelita I, II III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.

Pada tahun 1998-sekarang, disebut Era Reformasi. Periode ini, demokrasi yang diterapkan adalah

demokrasi pancasila. Dengan karakteristik tak berbeda dengan orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi parlementer tahun 1950-1959. Pertama, pemilu dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya. Kedua, rotasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampai dengan tingkat desa. Ketiga, pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka. Keempat, sebagian bear hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat.

Manusia adalah mahluk sosial yang selalu bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuannya. Kebersamaan inilah yang melahirkan kepercayaan kepada pihak lain. Dalam sistem demookrasi, setiap warga negara mempercyakan kepentingannya kepada wakil-wakil yang telah dipilihnya melalui pemilihan umum. Itulah demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia dilaksanakan atas dasar nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Sila keempat Pancasila merupakan nilai dasar demokrasi di Indonesia.

Dalam perkembangannya, konsep demokrasi tidak hanya diterapkan dalam kehidupan politik, tetapi juga diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan dibidang ekonomi, sosial dan budaya. Dalam bidang ekonomi, kehidupan ekonomi yang dijalankan atas dasar nilai-nilai demokrasi akan dapat menciptakan kesejahteraan bersama. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan yang didasarkan pada nilai-nilai demokrasi menrciptakan ketentraman bersama karena setiap orang saling menghormati, meskipun berbeda-beda. Dalam kehidupan budaya, telah lahir kebudayaan demokrasi yang kreatif karena demokrasi menjunjung tinggi kebebasan berkreasi sesuai potensinya tanpa merasa tertekan dan terpaksa.

Demokrasi telah lama berkembang dipelosok tanah air kita, bahkan telah menjadi bagian dari budaya kita. Contohnya: musyawarah adat, rembung desa dan lain-lain.

Kehidupan demokrasi itu sangat nyata diterapkan ketika ada suatu masalah dikampung dan demokrasi berjalan apabila semua warga dilibatkan untuk memecahkan masalah tersebut. Semakin banyak kepala yang berfikir dan mengemukakan pandangan, semakin bagus pemecahan atas masalah itu. Meski demikian, demokrasi tidak hanya diterapkan kalau ada masalah saja. Demokrasi bisa diterapkan dalam hal merumuskan kebijakan-kebijakan bersama demi kemajuan kampung.

B. Demokrasi dalam Konsepsi Fiqh Siyasah

Sistem demokrasi memang lahir dari barat bukan dari islam, karna sistem politik dalam Islam adalah berdasarkan pada syurâ (musyawarah). Namun, banyak kalangan sarjana Islam yang kembali mengkaji akar dan khazanah islam untuk mencari titik temu antara dunia Islam dan barat menuju saling pengertian yang lebih baik berkenaan dengan hubungan antara Islam dan demokrasi.

1. Pengertian dan Sejarah Demokrasi

Pada awalnya di dalam Islam tidak mengenal demokrasi, yang ada ditemukan dan mendekati kemiripan yaitu sistem Syura. Karena itu, pada sub pasal ini akan diuraikan titik tekannya dalam persoalan sekitar Syura, baik yang pernah atau telah dipraktikkan oleh Nabi, para sahabaat dan para generasi berikutnya.

Demokrasi menekankan unsur musyawarah dalam mengambil keputusan. Demokrasi juga diartikan sebagai bentuk dan untuk rakyat. Sebagaimana halnya demokrasi, syura juga diartikan dengan musyawarah. Dalam suatu pemerintahan atau negara, boleh saja musyawarah ini dilakukan dengan membentuk suatu lembaga kekuasaan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat tersendiri, seperti parlemen atau apapun namanya. Karna dalam al-Qur’an tidak menjelaskan secara rinci mengenai syura, dan juga tidak dijelaskan dalam al-Qur’an bagaimana cara melakukan musyawarah. Ini diserahkan sepenuhnya kepada manusia dalam suatu pemerintahan atau negara.

Secara bahasa kata “syûrâ” (syura) berasal dari sya-wa-ra yang berarti mengeluarkan madu dari sarang lebah55. Di Indonesia kata syura diartikan sebagai “musyawarah” yang memiliki arti pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah56 dengan mengadopsi berbagai pendapat. Hal ini semakna dengan pengertian lebah yang mengeluarkan madu yang berguna bagi manusia.57

Dasar kedua dari sistem kenegaraan Islam, setelah keadilan adalah syura atau musyawarah. Musyawarah bukan hannya sebuah pengakuan akan adanya pluralisme, melainkan juga kesadaran dan praktik memperlakukan orang per orang sederajat.58 Sistem kenegaraan yang dianjurkan oleh Islam harus memegang prinsip syura. Allah SWT telah mewajibkan berlakunya sistem syura kepada umat manusia dalam dua ayat al-Qur’an59 yaitu surat Ali-‘Imran 3:159 dan asy-Syura 42:38.

ﺎَﻤِﺒَﻓ

ﺔَﻤۡﺣَر

َﻦﱢﻣ

ِﮫﱠﻠﻟٱ

َﻆﯿِﻠَﻏ ﺎﻈَﻓ َﺖﻨُﻛ ۡﻮَﻟَو ۖۡﻢُﮭَﻟ َﺖﻨِﻟ

ِﺐۡﻠَﻘۡﻟٱ

َﻟ

ْاﻮﱡﻀَﻔﻧﭑ

َﻓ َۖﻚِﻟۡﻮَﺣ ۡﻦِﻣ

ُﻒۡﻋﭑ

َو ۡﻢُﮭۡﻨَﻋ

ۡﺮِﻔۡﻐَﺘۡﺳٱ

ۡﻢُﮭَﻟ

ﻲِﻓ ۡﻢُھۡرِوﺎَﺷَو

ِۖﺮۡﻣَﺄۡﻟٱ

ﻰَﻠَﻋ ۡﻞﱠﻛَﻮَﺘَﻓ َﺖۡﻣَﺰَﻋ اَذِﺈَﻓ

ِۚﮫﱠﻠﻟٱ

ﱠنِإ

َﮫﱠﻠﻟٱ

ﱡﺐِﺤُﯾ

ﱢﻛَﻮَﺘُﻤۡﻟٱ

َﻦﯿِﻠ

١٥٩

Artinya: “… maka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun kepada Allah untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam (memutuskan) suatu urusan. Apabila kamu telah bertekad bulat (dengan keputusan tersebut) maka bertawakallah kepada

55 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 214

56 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka 2008), h. 944

57 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan 1996), h. 469

58 Ayi Sofyan, Etika Politik Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia 2012), h. 329

59 Muhammad Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam (Jakarta: Gema Insani Press 2001), h. 272

Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal”. (Al-Imran ayat 159)

Ayat pertama ini mengajarkan kepada Nabi SAW dan tentunya kepada seluruh umat beliau, agar bermusyawarah dalam memutuskan segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umat Islam. Dan ayat ini disampaikan dalam bentuk perintah terhadap Rasulullah saw. untuk menjalankan syura. Jika demikian, tentu umatnya lebih pantas untuk diperintah melakukannya.

َﻦﯾِﺬﱠﻟٱَو

ْاﻮُﺑﺎَﺠَﺘۡﺳٱ

ْاﻮُﻣﺎَﻗَأَو ۡﻢِﮭﱢﺑَﺮِﻟ

َةٰﻮَﻠﱠﺼﻟٱ

ۡﻢُھُﺮۡﻣَأَو

َنﻮُﻘِﻔﻨُﯾ ۡﻢُﮭَٰﻨۡﻗَزَر ﺎﱠﻤِﻣَو ۡﻢُﮭَﻨۡﯿَﺑ ٰىَرﻮُﺷ

٣٨

Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) suara tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka”. (Asy-Syura Ayat 38). Sementara ayat yang kedua ini menerangkan bagaimana sifat utama dari kaum muslimin dalam menghadapi berbagai persoalan dan memutuskan permasalahan dengan selalu saling memahami satu sama lainnya dan saling tukar pikiran melalui syura.

Teks kedua ayat tersebut cukup jelas dalam mewajibkan untuk mengikuti prinsip syura. Dan seluruh ayat al-Qur’an di atas menyatakan bahwasanya syura (musyawarah) disyari’atkan dalam agama Islam, bahkan sebagian ulama menyatakan bahwa syura adalah sebuah kewajiban, terlebih bagi pemimpin dan penguasa serta para pemangku jabatan.

Meskipun dalam Al-Qur’ant tidak menjelaskan tentang musyawarah secara rinci seperti: masalah cara,

sistem, bentuk dan hal-hal lainnya yang bersifat teknis. Itu deserahkan sepenuhnya kepada manusia sesuai dengan kebutuhan mereka dan tantangan yang mereka hadapi. Karna, Al-Qur’an menganut prinsip bahwa untuk masalah-masalah yang bisa berkembang sesuai kondisi sosial, budaya, ekonomi dan politik umat islam. Maka, Al-Qur’an hanya menetapkan garis-garis besarnya saja.60

2. Konsep Nilai-Nilai Demokrasi

Kerukunan antar umat beragama dan kerukunan intern agama adalah wujud dari sikap saling menghargai dan menghormati. Harapan untuk menjadikan bangsa yang aman dan tentram dengan masyarakat yang damai serta jauh dari konflik dapat terlaksana jika umat beragama mengembangkan sikap toleran. Nilai-nilai demokrasi sangat mendukung terciptanya komunitas umat beragama yang menghargai kemajemukan.

Dengan demikian konsep demokrasi sangat sejalan dengan islam sama-sama mengandung nilai ketentraman dan kedamaian umat agar umat hidup sejahtera. Konsep demokrasi memang muncul dari barat, tetapi nilai-nilai demokrasi itu ada di dalam Islam. Dalam sejarah, Rasulullah SAW pernah membangun Madinah dengan waktu kurang lebih 12 tahun adalah cukup berhasil.

Keberhasilan itu terlihat setelah penduduk negeri diikat dengan sebuah Piagam Madinah atau Konstitusi Madinah. Apa yang kita kenal dengan Piagam Madinah yang dimunculkan oileh Nabi Muhammad SAW. Dan umat Islam di Madinah merupakan konsep pertama di dalam dunia Islam mengenai demokrasi.

Dalam pelaksanaan piagam madinah terdapat nilai-nilai demokrasi seperti:

a. Nilai persatuan dan kesamaan.

Penduduk Madinah terdapat golongan-golongan; (1) kaum muslimin, (2) kaum muhajirin (penganut paganisme), (3) kaum yahudi. Masing-masing kelompok keagamaan tersebut terdiri dari suku-suku dan sub suku.61 Mereka hidup berkelompok dan terpisah, maka dari itu tidak ada persatuan dari mereka.

Di Madinah Nabi Muhammad SAW. Bukan hanya memiliki sifat Rasul Allah, tetapi juga mempunyai sifat kepala negara. Muhammad saw. Juga menetapkan kebijakan politik yang dikenal dengan Piagam Madinah, yang di dalamnya terdapat kalimat-kalimat yang mengandung makna dan mengarah kepada kesatuan dan persatuan.

b. Pembinaan keamanan dan perluasan wulayah

Kesejahteraan masyarakat tergantung pada keamanan dan ketertiban disekitarnya. Di dalam Piagam Madinah juga banyak kalimat yang menunjukan perlunya keamanan dan ketertiban ditegakkan. Dalam pimpinan muhammad saw. perluasan dan kekuasaan kaum muslimin jauh keluar kota Madinah, menjadikan kota Madinah makin aman dan penduduknya makin tentram. Keadaan demikian memantapkan stabilitas pemerintahan di Madinah.62

c. Hukum dan kebebasan beragama

Di dalam Piagam Madinah juga berisi tentang hukum dan jaminan hak asasi. Pada pasal 25 Piagam Madinah disebutkan “bagi orang-orang Yahudi, agama mereka dan bagi orang Islam agama mereka”63 dalam pasal ini

menjelaskan bahwa Piagam Madinah

memberikan jaminan kebebasan dalam

beragama. Muhammad SAW. Bukan hanya

61 Jimly Asshiddiqie, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar NRI 1945 (Jakarta Timur: Sinar Grafika 2012), h. 136

62 Ibid., h. 146 63 Ibid., h. 167

imam dalam sembahyang tetapi juga hakim, panglima tentara, pemimpin tertinggi dalam semua aspek politik. Islam pada awal perkembangannya merupakan kesatuan integral antara agama dan politik.

d. Damai, sanksi dan perang

Penciptaan suasana damai dan menerapkan sanksi terhadap pelanggar keadaan damai, termasuk kedalam keurusan negara yang perlu dilakukan pemerintah. Dan jika jalan damai tidak dapat dilakukan, perangpun bisa terjadi.64 Dalam sistem pemerintahan suatu negara memiliki aturan dan sanksi tersendiri. Hal ini ditetapkan unutk mengantisipasi adanya penghianatan baik dari dalam maupun dari pihak luar.

3. Pandangan Para Ahli Hukum Islam Terhadap Demokrasi

Banyak kalangan non-muslim (individual dan institusi) yang menilai bahwa tidak terdapat konflik antara Islam dan demokrasi dan mereka ingin melihat dunia Islam dapat membawa perubahan dan transformasi menuju demokrasi. Banyak kalangan sarjana Islam yang kembali mengkaji akar dan khazanah Islam dan secara meyakinkan dan berkesimpulan bahwa islam dan demokrasi tidak hanya kompatibel. Sebaliknya, asosiasi keduanya tak terhindarkan, karena sistem politik Islam adalah berdasarkan pada Syura (musyawarah).

Dalam bukunya A. Ubaedillah dan Abdul Rozak yang berjudul “Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani” terdapat tiga pandangan tentang Islam dan demokrasi, yaitu:65

a. Islam dan demokrasi adalah dua sistem yang berbeda. Islam tidak bisa disamakan dengan demokrasi karena Islam merupakan sistem politik yang mengatur secara

64 Ibid., h. 173

keseluruhan, bukan hanya mengatur tentang akidah dan ibadah namun Islam juga mengatur tentang segala aspek kehidupan manusia termasuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan demokrasi adalah konsep dari Barat yang tidak bisa dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut para penganut ideologi islam politis, dalam demkrasi masyarakat ingin memerintah dirinya sendiri, padahal dalam Islam hanya Tuhan (Allah)-lah yang dapat dianggap sebagai penguasa tunggal.66

b. Kelompok kedua ini menyetujui adanya perbedaan antara Islam dan demokrasi, jika demokrasi didefinisikan sebagai kekuasaan berada ditangan rakyat sedangkan dalam Islam kekuasaan berada pada Rabnya (Allah SWT) yang merujuk pada Qur’an dan Al-Hadist. Dan kelompok kedua ini juga mengakui adanya prinsip-prinsip demokrasi dalam Islam.

Dokumen terkait