• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pendahuluan

2.3 Panen Kelapa Sawit 10

Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 - 4 tahun dan buahnya menjadi masak 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal.

Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan sistem pengangkutannya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik.

2.4 Kriteria matang panen

kriteria panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat di panen yaitu berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh, yaitu tanaman dengat umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20 butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan.

2.4.1 Cara panen

Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty (ALB atau FFA). Hal ini tentu akan banyak merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak. Selain itu, buah yang terlalu masak lebih mudah terserang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buahyang mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB-nya rendah.

Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

- Tanaman yang tingginya 2 – 5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos.

- Tanaman dengan ketinggian 5 – 10 m di panen dengan cara berdiri menggunakan alat kapak siam.

- Tanaman dengan tinggi di atas 10 m dipanen dengan cara egrek yaitu alat arit bergagang panjang.

2.4.2 Fraksi TBS dan Mutu Panen

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen di lapangan. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah yang di panen dan cepat tidaknya pengangkutan buah ke pabrik.

Table 3 Tingkatan Fraksi TBS

No Kematangan Fraksi Jumlah Brondolan Keterangan

1. 2. Mentah Matang 00 0 1 2

Tidak ada buah berwarna hitam

1 – 12,5% buah luar membrondol

12,5 – 25% buah luar membrondol

25 – 50% buah luar membrondol

Sangat mentah

Mentah

Kurang matang

3. Lewat matang

3

4

5

50 – 75% buah luar membrondol

75 – 100% buah luar membrondol

Buah dalam membrondol, ada buah yang busuk Matang I Matang II Lewat matang I Lewat matang II

Derajat kematangan yang baik dan buruk yaitu tandan – tandan yang di panen berada pada fraksi 1, 2, dan 3.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang di hasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang di hasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah. (Tim Penulis PS,1993)

2.5 Minyak Sawit

Minyak kelapa sawit adalam minyak yang di peroleh dari proses pengempaan daging buah kelapa sawit (mesocrap) tanaman Ealaeis guineensis Jacq. Minyak sawit kasar yang di kenal dengan istilah CPO (Crude Palm Oil) adalah minyak yang diperoleh dari ekstraksi dari bagian mesokrap buah. (Seto, Sagung. 1001)

Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat – linoleat. Minyak sawit

berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida (terutama β–karoten). Pembentukan lemak dalam buah sawit mulai berlangsung beberapa minggu sebelum matang. Penentuan saat panen adalah sangat menentukan. Kandungan minyak tertinggi dalam buah adalah pada saat buah akan membrondol (melpas dari tndannya). Kematangan tandan dinyatakan dengan jumlah buahnya yang membrondol. Seminggu sebelum matang, yaitu 19 minggu setelah penyerbukan, minyak yang terbentuk baru 6 – 7%. Menjelang pematangannya pembentukan minyak berlangsung dengan cepat sehingga mencapai maksimumnya, yaitu sekitar 50% berat terhadap daging buah segar pada minggu ke-20 setelah penyerbukan.

Hidrolisis lemak menjadi gliserol da asam lemak bebas dalam buah kelapa sawit terjadi sejak buah membrondol atau saat tandan dipotong dan terlepas hubunganya dengan pohon. Proses hidrolisis dikatalis oleh enzim lipase yang terdapat dalam buah, tetapi berada di luar sel yang mengandung minyak. Jika dinding sel pecah karen proses pembusukan, pelukaan mekanik, tergores atau memar karenabenturan, enzim akan bersinggungan dengan minyak dan reaksi hidrolisis akan berlangsung dengan cepat. Pembentukan ALB oleh mikroorganisme jika dapat terjadi bila suasana sesuai, yaitu pada suhu rendah di bawah 50oC, dan dalam keadaan lembab dan kotor. Minyak sawit harus segera dimurnikan setelah pengutipannya. Pemanasan sampai suhu di atas 90oC seperti pada pemisahan dan pemurnian akan menghancurkan semua mikroorganisme dan menonaktifkan enzimnya. Pada kadar air kurang dari 0,8%

mikroorganisme tidak berkembang dan jika lebih tinggi maka minyak ditimbun dalam keadaan panas sekitar 90 – 95oC. (Mangoensoekarjo, 2003)

2.5.1 Sifat Fisika – Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat fisik – kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor, kelarutan, dan sebagainya. Berikut ini di jelaskan beberapa sifat fisik – kimia minyak kelapa sawit.

Tabel 4. Sifat Fisika – Kimia dari Minyak Kelapa Sawit dan Minyak

Inti Kelapa Sawit

Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit

Bobot jenis pada suhu kamar Indeks bias D 40oC Bilangan Iod Bilangan Penyabunan 0,9000 1,4565 – 1,4585 48 – 56 196 – 205 0,900 – 0,913 1,495 – 1,415 14 – 20 144 - 154 (Darnoko, D. 2003)

Warna minyak di tentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam – asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak.

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi terjadi akibat adanya asam – asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit di timbulkan oleh persenyawaan beta ionone. (S.Ketaren, 1986)

2.5.2 Komposisi Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% prikarp da 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34 – 40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Titik lebur minyak sawit tergantung pada kadar trigliseridanya. Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda – beda. Panjang rantai adalah antara 14 – 20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Pada tabel di bawah ini tercantum panjang rantai dan sifat – sifat asam lemak yang ada dalam minyak sawit.

Tabel 5. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit

Asam Lemak

Jumlah Karbon

Titik Jenuh Titik Lebur (oC)

Asam Lemak, % Berat

Minyak sawit

Kaprilat Kaprat Laurat Miristat Palmitat Stearat 8 10 12 14 16 18 16,7 31,6 44,2 54,4 62,9 69,6 - - - 1,4 (0,5 – 6) 40,1 (32 – 45) 5,5 (2 – 7) 2,7 (3 – 5) 7,0 (3 – 7) 46,9 (40 – 52) 14,1 (14 – 17) 8,8 (7 – 9) 1,3 (1 – 3)

Jumlah asam lemak jenuh 47,0 80,8

Oleat Linoleat 18 18 1 2 14 -5 42,7 (38 – 52) 10,3 (5 – 11) 18,5 (13 – 19) 0,7 (0,5 – 2)

Jumlah asam lemak tak jenuh 53,0 19,2

(Mangoensoekarjo, 2003)

Jumlah asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh dalam minyak sawit hampir sama. Komponen utama adalah asam palmitat dan oleat.

2.5.3 Keunggulan Minyak Kelapa Sawit

Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabatinya. Minyak sawit juga memiliki keunggulan dalam hal susunan dan nilai gizi yang terkandung di dalamnya.

Kadar sterol dalam minyak sawit relatif lebih rendah di bandingkan minyak nabati lainnya. Dalam CPO kadae sterol berkisar antara 360 – 620 ppm dengan kadar kolesterol hanya sekitatr 10 ppm saja atau sebesar 0,001% dalam CPO. Bahkan hasil dari penelitian dinyatakan bahwa kandungan kolesterol dalam satu butir telur setara dengan kandungan kolesterol dalam 29 liter minyak sawit. Minyak sawit dapat dinyatakan sebagai minyak goreng nonkolesterol (kadar kolesterolnya rendah). (S. Ketaren. 1986)

2.5.4 Pemanfaatan Minyak Kelapa Sawit

Manfaat minyak sawit diantaranya sebagai bahan baku untuk industri pangan dan industri nonpangan.

A.Minyak Sawit Untuk Industri pangan

Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenesis. Produk CPO Indonesia sebagian besar di fraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat. Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyka sdawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarine, butter, vanaspati, shortening dan bahan untuk membuat kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai bebrapa keunggulan dibanding minyak goreng lainnya, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai sumber vitamin E. Di samping itu, kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari minyak sawit memiliki kemantapan kalor (heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi.

Produk nonpangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti sawit diproses melalui proses hidrolisis (splitting) untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin. Kandungan minyak dalam sawit berjumlah kurang lebih 1%, diantara kandungan minor yang sangat berguna tersebut antara lain karoten dan tokoferol yang dapat mencegah kebutaan (defisiensi vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis, dan memperlambat proses penuaan. Oleokimia adalah bahan baku industri yang di peroleh dari minyak nabati, termasuk diantaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama minyak yang yang digolongkan dalam oleokimikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam amino, metal ester, dan gliserin. Bahan - bahan tersebut mempunyai spesifikasi penggunaan sebagai bahan baku industri komestik dan aspal. Oleokimia juga digunakan dalam pembuatan bahan detergen.(Darnoko, D. 2003)

2.6

Mutu Minyak Sawit

Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar – benar murnidan tidak bercampur dengan minyak nabati lainnya. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat – sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur angka penyabunan dan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu international yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida dan ukuran pemucatan.

Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan nonpangan masing – masing berbeda. Oleh karena itu, keaslian,

kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. (Gunawan, E. 2004)

Asam Lemak Bebas

Penyebab dominan kenaikan ALB adalah hidrolisis dan oksidasi. Dalam reaksi hidrolisis, minyak diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol sehingga CPO berbau tengik. Sedangkan dalam reaksi oksidasi, minyak sawit akan menghasilkan senyawa aldehid dan keton sehingga CPO berbau tengik, berubah warna karena kerusakan pigmen, penurunan kandungan vitamin dan keracunan.

Kadar Air

Zat yang mudah menguap pada temperatur diatas 100 oC adalah air. Tingginya kandungan air di dalam CPO akan mengakibatkan hidrolisis trigliserida secara autokatalis, yang meningkatkan kadar ALB. Air merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba yang dapat mempercepat terjadinya oksidasi.

Kadar Kotoran

Kotoran dalam minyak sawit adalah kotoran yang tidak larut dalam n-heksan dan Petroleum eter. Kotoran ini dapat menyebabkan proses hidrolisis di dalam minyak karena mengandung besi (fe) dan tembaga (Cu) yang merupakan pro-oksidan. Penyebabnya adalah TBS kotor dan juga selama proses di pabrik. Kadar air dan kadar kotoran dapat dikontrol pada CST (Continuos settling Tank) dengan menjaga ketebalan lapisan minyak ≥50 cm

.

DOBI (Deterioration of Bleachability Index) atau Indeks Daya Pemucat

Parameter DOBI ditentukan dengan metode analisa yang sederhana dari ratio hasil pengukuran spektrofotometer terhadap absorbens pada gelombang 446 nm

proses pengolahan menyebabkan β-karoten berubah menjadi senyawa yang berwarna kecoklatan dan larut dalam minyak. Semakin banyak senyawa yang berwarna kecoklatan, semakin sulit minyak dipucatkan dan semakin rendah nilai DOBI nya.

Bilangan Iodin

Bilangan iodin adalah bilangan yang menyatakan kandungan asam lemak tidak jenuh yang dinyatakan dalam milligram iodium yang diserap per gram minyak. Asam lemak tidak jenuh adalah lemak yang rendah kadar kolestrolnya. Tinggi rendahnya kadar iodin dalam minyak sawit tidak dipengaruhi oleh proses pengolahan, teteapi dipengaruhi oleh klon bahan tanaman yang dibudidayakan. Semakin tinggi bilangan iodium berarti semakin banyak kandungan asam lemak tidak jenuh dan semakin baik kualitas CPO.

Bilangan Peroksida, mek/kg

Peroksida adalah hasil oksidasi pertama yang non-transisten dan terbentuk karena bertambahnya radikal aktif molekul oksigen pada gusus metilen aktif pada rantai asam lemak yang terdapat dalam minyak.

Bilangan Anisidin, mek/kg

Bilangan Anisidine adalah bilangan yang merupakan angka petunjuk jumlah abstad yang teroksidasi menjadi gugus aldehid dan keton yang dinyatakan dengan milliliter eqivalen oksigen yang terikat pada setiap kg minyak.

Titik Cair

Titik cair merupakan salah satu besaran fisik dimana pada temperatur tersebut terjadi perubahan fase padat ke cair (mulai mencair).

Kadar Fe dan Cu

Kandungan logam Fe dan Cu yang terdapat dalam minyak sawit dapat terjadi akibat adanya kontaminasi baik di pabrik atau selama transportasi produk CPO.

Kontaminasi terjadi di pabrik dan transportasi akibat kontak langsung antara minyak dengan logam yang mengandung Fe ataupun Cu.

β-karoten

β-karoten memberi warna merah kuning alami dalam CPO mengandung

pro-vitamin A dan merupakan anti oksidan alami yang efektif. β-karoten terdegradasi oleh panas yang belebihan dan oksidasi dengan udara.

2.7 Proses Pengolahan Tandan Buah Segar di Stasiun Perebusan

Perebusan merupakan awal proses pengolahan buah yang hasilnya sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pengutipan atau kehilangan (losses) minyak ataupun inti pada proses selanjutnya. Proses perebusan yang sempurna akan memaksimalkan efektivitas pengutipan minyak, sedangkan perebusan yang kurang sempurna akan menyebabkan peningkatan losses. Oleh karena itu proses perebusan yang sempurna mutlak harus dilakukan sehingga capaian rendemen dapat meningkat dan losses dapat ditekan.

2.8 Limbah cair

Pengertian Limbah

Limbah adalah hasil samping dari proses produksi yang tidak akan di gunakan, dapat berbentuk padat, cair, gas, suara, dan getaran yang dapat menimbulkan pencemaran apabila tidak di kelola dengan benar.

Yang perlu diperhatikan adalah memasang dan menyediakan cooling tower, pompa recirculation, surface aerator dan pipa-pipa dari PVC (Leaflet terlampir).

Pembuatan kolam-kolam di Effluent Treatment seperti Anaerobic Pond dan lain-lain, serta pembuatan parit-parit menjadi tanggung jawab Pemilik. Akan ada limbah 8 (delapan) kolamyaitu masing-masing untuk :

Kolam Pendingin ( Cooling Pond )

2 ( dua ) unit Kolam Pendingin yang akan berfungsi juga untuk dapat melakukan pengutipan minyak apabila terjadi kandungan minyak pada limbah tampak terlihat.Kolam pendingin dibuat dengan ukuran 22.000 mm X 22.000 mm ( pada bibir kolam atas ) dengan kedalaman 4.000 mm (finish level), dinding kolam dibuat miring 1:1 ( 45 derajat ) dan dilapisi pasangan batu ( rip–rap ) dengan ukuran batu minimal 200 mm, demikian pula untuk lantainya dibuat dengan landasan pasangan batu.

Pekerjaan penggalian tanah untuk kolam pendingin ini akan ditunjukkan lay out di site pada posisi yang kontour tanah yang tinggi supaya dapat memungkinkan proses selanjutnya dari kolam pendingin ke kolam berikutnya dengan cara aliran gravitasi. Pengeluaran limbah cair yang sudah turun temperaturnya dengan pipa HDPE diameter 300 mm dialirkan ke kolam pembiakan bakteri/mixing pond, valve yang digunakan adalah stainless steel ball valve.

Kolam Pembiakan Bakteri ( Mixing Pond )

3 ( tiga ) unit Kolam Pembiakan Bakteri ( mixing pond ) dibuat dengan ukuran 22.000 mm X 22.000 mm ( pada bibir kolam atas ) dengan kedalaman 4.000 mm ( finish level ), dinding kolam dibuat miring 1: 1 ( 45 derajat ) dan dilapisi pasangan batu ( rip–rap ) dengan ukuran batu minimal 200 mm, demikian pula untuk lantainya dibuat dengan landasan pasangan batu. Pada kolam ini pH akan terkoreksi dari 4,2 akan menjadi 5,5 s/d 6.

Hal ini dilakukan pada waktu pertama kali effluent treatment dijalankan selanjutnya menaikkan pH dapat dilakukan dengan daur ulang ( sirkulasi ) cairan yang sudah matang dimana pH-nya sudah diatas kurang lebih 6.

Elevasi tanah atas ( top level ) area kolam ini harus berbeda dengan elevasi tanah atas kolam pendingin sekurangnya 3.000 mm ( perbedaan kontour ) sehingga dapat memungkinkan aliran gravitasi . Untuk tahap pertama pabrik kapasitas 30 ton TBS per jam hanya dibuat kolam 2 unit saja, tetapi area level tanah disini dibuat untuk memungkinkan menjadi 4 kolam pada saat pengembangan kapasitas pabrik menjadi 60 ton TBS per jam.

Kolam Anaerobic ( Anaerobic Pond )

2 ( dua ) unit Kolam Anaerobic primer dengan bentuk bulat lingkaran, ukuran bibir atas kolam adalah 44.000 mm diameter dengan kedalaman kolam tidak kurang dari 5.000 mm.

Dinding kolam dilapisi dengan pasangan batu ukuran minmal 200 mm, kemiringan dinding adalah 1: 1 ( 45 derajat ), lantai dasar kolam dilapisi dengan pasangan batu. Elevasi tanah atas ( top level ) area kolam ini harus berbeda dengan elevasi tanah atas kolam mixing sekurangnya adalah 3.500 mm, karena untuk dapat memungkinkan aliran proses effluent treatment dengan aliran gravitasi.

Aliran gravitasi dari kolam mixing ke kolam anaerobic ini dengan menggunakan pipa HDPE diameter 300 mm dan valve jenis sounder yang digunakan.

Untuk proses sirkulasi umpan bakeri aktif ke kolam mixing ( back mixing ) dengan menggunakan pompa type centrifugal pump ( 2 unit ) dengan kapasitas minimal 40 m3per jam, pipa yang digunakan adalah pipa HDPE diameter 152 mm.

2 ( dua ) unit Kolam pengendapan ( contact pond ) yang berfungsi untuk mengendapan solid terbawa cairan dari kolam anaerobic. Kolam ini dibuat dengan ukuran 18.000 mm X 18.000 mm dengan kedalaman 3.000 mm, dimana dinding kolam dibuat miring dan dilapisi pasangan batu (rip–rap) ukuran batu 200 mm, perbandingan kemiringan adalah 1 : 1 ( 45 derajat ).

Elevasi tanah area ini dibuat lebih rendah dari elevasi tanah area kolam anaerobic tidak kurang dari 1.500 mm, hal ini untuk pengeluaran aliran limbah yang diproses di kolam anaerobic dapat dialirkan secara overflow.

Dua unit kolam pengendap ini bekerja secara seri yaitu aliran overflow dari kolam anaerobic akan masuk dulu ke kolam pengendapan no 1 dan dari kolam pengendapan no 1 akan overflow ke kolam pengendapan no 2 . Diantara dua unit kolam ini disediakan 2 unit pompa jenis slury pump untuk digunakan mengembalikan endapan solid kembali ke kolam anaerobic.

Jenis pompa dengan kapasitas tidak kurang dari 40 m3 dan pipa yang digunakan untuk mengembalikan solid dengan pipa HDPE diameter 152 mm dan sounder valve yang digunakan.

Sedangkan pengeluaran aliran cairan dari kolam pengendapan no 2 ke kolam selanjutnya dengan aliran overflow.

Kolam Aerasi ( areasi pond )

1 ( satu ) unit Kolam Aerasi dipakai untuk memperkaya cairan limbah dengan oksigen dan membunuh bakteri anaerob.

Kolam tanah ini dibuat dengan kedalaman tidak kurang dari 3.000 mm dan panjang 150.000 X lebar tidak kurang dari 50.000 mm, dinding kolam dibuat dengan kemiringan 1: 1 ( 45 derajat ).

Untuk memperkaya pemasukan oksigen terhadap cairan limbah ini, maka di kolam ini dilengkapi dengan 3 unit Arerator system 3Kw.

Elevasi tanah area kolam ini dibuat lebih rendah dari area kolam pengendapan ( contact pond ), karena aliran yang diharapkan adalah dengan overflow.

Kolam Pelepasan

Satu ( 1 ) unit Kolam pelepasan dipakai untuk memberikan kesempatan perbaikan pH sebelum limbah dilepaskan keluar.

Kolam tanah ini dibuat dangkal dengan isi 3.000 m3 dan kedalaman 2 m.

Kolam ini adalah kolam terakhir dalam proses air limbah, selanjutnya cairan dibuang ke sungai dengan cara over flow, dan dilengkapi dengan basculator untuk perhitungan debit pembuangan limbah.(Pahan, I. 2001)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budi daya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan tidak secara sembarangan. Perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentusebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan

kualitas minyak yang baik. (Darnoko, D.

2003)

Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan . Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas atau Free Fatty Acid (ALB atau FFA). Hal itu tentu akan banyak merugikan, sebab pada buah yang terlalu masak kandungan minyaknya akan berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak. Lagi pula, buah yang terlalu masak lebih mudah terserang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkankandungan minyak, walaupun ALB-nya rendah.

Komposisi fraksi tandan yang biasa di tentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen di lapangan. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah yang dipanen dan cepat tidaknya pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyaiarti yang penting sebab jumlah dan mutu minyak yang di perolehnantinya sangat ditentukan oleh faktor ini.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah di lakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang di hasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, maka selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh

Dokumen terkait