BAB III. KETAATAN DALAM HIDUP BERKOMUNITAS
A. PANGGILAN HIDUP BAKTI
1. Pengertian Panggilan Hidup Bakti
a. Panggilan
Panggilan diterjemahkan dari bahasa Inggris ”vocation” dan berasal dari
bahasa latin dengan kata ”vocare” yang berarti ”memanggil”. Dengan
demikian merupakan sesuatu yang dinamis bukan pasif. Individu yang
memanggil adalah Allah dan orang mestinya menjawab secara bebas dengan
tujuan untuk melayani. Allah memanggil setiap orang untuk menjadi
sungguh bahagia seutuhnya. Allah memanggil setiap orang untuk mengambil
bagian dalam rencana keselamatan-Nya. Allah menciptakan, menyelamatkan,
mengampuni, memperbaharui dan memberi kekuatan. Allah memanggil
dengan perantaraan orang lain, Dia memanggil melalui sabda dan sakramen,
peristiwa sosial, alam dan keinginan terdalam dari seseorang (Gonzales,
1995:57).
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia panggilan berarti himbauan,
ajakan, undangan kepada seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan
tertentu. Selanjutnya dijelaskan bahwa panggilan hidup adalah
kecenderungan hati untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu (Departemen P
Selanjutnya menurut Kamus Oxford University Press dalam Hornby
(2000:1447) mengatakan bahwa panggilan merupakan suatu keyakinan yang
dimiliki oleh seseorang bahwa orang tersebut dipilih oleh Tuhan.
Dari beberapa definisi mengenai panggilan dapat disimpulkan bahwa
panggilan merupakan himbauan, ajakan dari seseorang kepada orang lain
serta suatu keyakinan yang dimiliki seseorang dalam melakukan pekerjaan
tertentu.
b. Hidup Bakti
Sudiarjo dalam Laksana (2003:21) mengatakan bahwa hidup bakti
adalah mengikuti Yesus secara radikal sesuai dengan spiritualitas masing-
masing pendiri. Sementara Pedregosa dalam Synod of Asia (1998:30)
menjelaskan arti hidup bakti dari sudut pandang komunitas merupakan sarana
untuk membangun komunitas dalam gereja dan lingkungan sosial.
Selanjutnya dikatakan bahwa seorang religius dipanggil untuk menjadi tanda
dan agen persatuan pada gereja lokal.
Francisco Palau dalam Konstitusi (art. 29) menjelaskan bahwa hidup
bakti merupakan panggilan untuk mengikuti dan hidup seperti Yesus Kristus
yang dijalankan melalui penyerahan diri secara total kepada Tuhan dan
sesama. Hidup bakti dipersembahkan untuk memuliakan dan melayani
Tuhan. Dengan demikian hidup bakti menjadi tanda kebangkitan dalam
Gereja.
Dengan beberapa pendapat tentang definisi hidup bakti dapat
disimpulkan bahwa hidup bakti merupakan penyerahan diri secara total dan
menyeluruh untuk mengikuti Yesus.
Dari definisi panggilan dan definisi hidup bakti dapat ditarik kesimpulan
kepada orang yang dikehendaki-Nya untuk mengikuti Yesus secara total dan
menyeluruh serta melaksanakan karya perutusan Yesus di dunia. Tanggapan
terhadap panggilan Allah merupakan kehendak dan pilihan bebas dari pihak
manusia.
2. Aspek-Aspek Dalam Hidup Bakti
a. Pengakuan Iman Akan Tritunggal Maha Kudus
Hidup bakti yang berakar mendalam pada teladan dan ajaran Kristus
Tuhan, merupakan kurnia Allah Bapa yang istimewa kepada Gereja-Nya
melalui Roh kudus. Yesus Kristus menjalin relasi dengan para murid-Nya dan
memanggil mereka bukan hanya untuk menyambut Kerajaan Allah masuk ke
dalam hidup mereka sendiri, melainkan dipanggil untuk meninggalkan dan
menyerahkan diri secara utuh dalam pengikraran nasehat-nasehat Injili.
Dimensi hidup bakti terdapat dalam peristiwa transfigurasi, di mana orang-
orang yang terpanggil mempercayakan diri kepada cinta kasih Allah, yang
menghendaki mereka mengabdi kepada-Nya saja. Disini dapat dilihat bahwa
transfigurasi tidak hanya mewahyukan kemuliaan Kristus, melainkan juga
menyiapkan untuk menghadapi salib Kristus (VC, #14, #16, #18; 2006:22-25,
28).
Peristiwa transfigurasi sebagai tanda yang sangat menentukan dalam
pelayanan Yesus. Melalui tanda perwahyuan yang meneguhkan iman para
murid, Yesus hendak menyiapkan hati mereka untuk menghadapi tragedi
salib sebagai lambang kemuliaan kebangkitan. Dengan mengikrarkan
Kristus seluruh makna hidupnya dan berusaha mewujudkan dalam dirinya
”pola hidup, yang dikenakan oleh Yesus ” (VC, #15; 2006:24).
b. Lambang Persaudaraan
Suatu kelompok religius dapat menemukan kekayaan hidup rohani jika
para anggota komunitasnya menemukan kesatuan terus-menerus dengan Roh
dan dengan Allah. Dalam suatu persaudaraan yang dikuasai oleh Roh Kudus,
para religius dapat melihat banyak aspek dari Yesus Kristus. Berdasarkan
aspek tersebut para religius menemukan kepenuhan sejati dan mengasihi satu
sama lain sebagaimana adanya ditengah perbedaan dan keunikan masing-
masing (Nouwen, 2003:157-158).
Hidup merupakan lambang bagi persekutuam Gerejawi. Dengan hidup
sebagai murid Kristus, kaum religius menyanggupkan diri untuk
melaksanakan perintah baru Tuhan, yakni saling mengasihi sebagaimana
Kristus telah mengasihinya (bdk. Yoh 13:34). Terdorong oleh cinta kasih,
Yesus Kristus rela menyerahkan diri-Nya bahkan sampai korban termulia di
salib. Sebagai orang yang terpanggil secara khusus, kaum religius hidup
bersama dalam suatu komunitas, hendaknya menghidupi cinta kasih timbal
balik tanpa syarat, memiliki kesediaan dengan murah hati melayani sesama.
Dalam hidup berkomunitas kuasa Roh Kudus berkarya dalam diri setiap
anggota, sehingga setiap anggota dapat menikmati buah-buah kurnia
Hal yang mendasari persaudaraan adalah motivasi teologis serta di
kukuhkan oleh pengalaman. Tugas agung hidup bakti dalam Gereja adalah
memelihara persekutuan dan mempraktekkan spiritualitas persekutuan
sebagai saksi dan perancang-bangun rencana kesatuan sesuai dengan rencana
Allah. Kesadaran akan persekutuan gerejawi, yang berkembang menjadi
spiritualitas persekutuan, meningkatkan cara berpikir, berbicara dan bertindak
yang menjadikan Gereja hidup semakin mendalam dan menjadi pendorong
kepada iman akan Yesus Kristus (VC, # 47; 1996:69).
Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II (VC, #72;1996:110).
menjelaskan bahwa kaum religius dipanggil mengikuti Kristus secara lebih
dekat dan menjadikan Dia segalanya dalam hidup. Dengan demikian mereka
dipanggil untuk membaktikan diri seutuhnya bagi ”misi”. Pembaktian diri
tersebut berdasarkan cinta kasih dan hidup persaudaraan dalam komunitas.
Hidup bakti mempunyai tugas kenabian yang menampilkan rencana Ilahi bagi
umat manusia. Rencana Ilahi tersebut adalah menyelamatkan dan
mendamaikan umat manusia. Untuk tugas perutusan itu para anggota hidup
bakti memerlukan pengalaman mendalam akan Allah dan meyadari
tantangan-tantangan yang ada di masyarakat. Menghadapi banyaknya
masalah yang terjadi di masyarakat mereka perlu menyadari komitmen untuk
tetap memelihara spiritualitas doa agar dapat menghadapi tantangan yang
muncul.
Patrisius Pa (2005:36) menegaskan kaum religius dipanggil seperti nabi
kemiskinan dan ketakberdayaan serta pelbagai krisis nilai-nilai hidup yang
melanda sesama di sekitarnya. Hal ini berarti hidup Yesus harus menjadi
hidup kita dan misi Yesus menjadi misi kita. Doa, cinta dan pelayanan kasih
harus menjadi bagian yang utuh dalam diri kita. Dengan demikian kita diutus
untuk memberi harapan baru bagi mereka yang tertimpa kemalangan dan
penderitaan.