• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Panjang daun kangkung

Berdasarkan Gambar 3, jika ditinjau dari nilai pengukuran panjang daun, pemberian pupuk kompos memberikan pengaruh nyata yang signifikan terhadap kontrol. Namun berdasarkan uji tukey HSD antara ketiga jenis pupuk pupuk kompos feses ternak yang pakai dalam penelitian ini tidak menunjukkan berbeda nyata. Kemungkinan di sebabkan karena kandungan unsur hara dari pupuk kompos belum terurai sempurna sehingga belum mampu memberikan pengaruh signifikan terhadap panjang daun tanaman, hal ini sesuai denmgan pendapat Rinsema (1993) yang menyatakan bahwa tanaman justru tampak seperti kekurangan unsur hara setelah diberikan kompos yang belum terurai sempurna. Sampai dengan proses penguraian sempurna, tanaman akan bersaing dengan mikroorganisme tanah untuk memperebutkan unsur hara.

Jika di tinjau dari angka pengukuran, penggunaan pupuk kompos dari feses ayam terlihat lebih panjang dari penggunaan pupuk kompos feses puyuh dan sapi. Adapun kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air 55%. Bakteri yang ditemukan pada kotoran ternak ayam antara lain Lactobacillus achidophilus, Lactobacillus reuteri, Leuconostoc mensenteroides dan Streptococcus thermophilus, sebagian kecil terdapat

Actinomycetes dan kapang. penggunaan bahan organik kotoran ayam mempunyai beberapa keuntungan antara lain sebagai pemasok hara tanah dan meningkatkan retensi air (Raihan dkk, 2000).

54 4. Berat basah kangkung

Berdasarkan Gambar 4, pengukuran berat basah tanaman kangkung berpengaruh nyata dengan P0 (0,42kg) sebagai tanaman kontrol dengan P1 (0,72kg), P2 (0,84kg) juga berbeda nyata dengan P3 (1,32kg) hal ini memperihatkan secara jelas bahwa penggunaan pupuk feses ayam (P3) lebih unggul dari penggunaan pupuk feses sapi (P1) dan penggunaan feses puyuh (P2). Hal ini sesuai dengan pendapat yang di nyatakan oleh Taiganides (1977) yangmenyatakan bahwa Kotoran ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam petelur maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik. Komposisi kotoran sangat bervariasi tergantung pada sifat fisiologis ayam, ransum yang dimakan, lingkungan kandang termasuk suhu dan kelembaban. Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Kotoran ayam mempunyai kadar unsur hara dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang rendah. Setiap ekor ayam kurang lebih menghasilkan ekskreta per hari sebesar 6,6% dari bobot hidup.

Penggunaan pupuk kandang adalah kunci keberhasilan program pemupukan pada sistem pertanian berkelanjutan. Secara bertahap pupuk kandang memang dapat menambah tersedianya unsur hara bagi tanaman dan memberi pengaruh yang positif terhadap sifat fisis dan kimiawi tanah juga mampu mendorong perkembangan jasad renik (Sutedjo, 2002)

55 Berdasarkan uraian di atas terlihat jelas bahwa pupuk kandang ayam jauh lebih berpotensi untuk digunakan dalam budidaya kangkung cabut di karenakan kangkung cabut membutuhkan unsur Nitrogen yang tinggi yang di butuhkan untuk perkembangan batang dan daun, hal ini sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh Harjowigeno (2003), menyatakan bahwa pupuk kandang ayam mengandung Nirogen (N) tiga kali lebih besar dari pada pupuk kandang lain.

56 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh bahwa tanaman kontrol (P0) dalam penanaman kangkung darat didataran rendah berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pemberian feses ayam (P1), pemberian feses puyuh (P2) dan pemberian feses sapi (P3). Dari hasil pengukuran tinggi tanaman kangkung, jumlah daun, panjang daun dan berat basah tanaman kangkung terlihat pula bahwa penggunaan pupuk dari feses ayam lebih bagus jika dibandingkan dengan feses sapi dan feses puyuh.

B.Saran

1. Limbah ternak berupa feses setidaknya dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman yang bermanfaat bagi masyarakat

2. Perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan pupuk kandang terhadap tanaman-tanaman lain selain kangkung.

57 DAFTAR PUSTAKA

Al-Jazairi, 2007. Tafsir Al-Qur’an Al-AisarJilid 2, Jakarta: Darussunnah

Anonim. 2009. Pupuk Cair Organik. (Online) www.scribd.com/doc/43991654/ PUPUK-CAIR-ORGANIK.(diakses pada 17 Agustus 2017)

Anonim. 2010. Budidaya Hortikultura di Musim Hujan Kendala dan Kiat Mengatasinya. (Online) Budidaya.blogspot.com. (diakses pada 17 Agustus 2017)

Asep. 2013,Kekurangan dan keunggulan pupuk organic dan anorganik. (Online) http://asepjb.b logspot. co.id/. (diakses pada 21 Agustus 2017)

Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Buckman dan Nyle.C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara. Jakarta Brady, N. C. 1990. The Nature and Properties of Soil. 10th ed. Mac Millan

Publishing Co. New York.

Bintang R. A. S., R. SuyartodanKesumadewi A. A. I. 2016. Kajian Status Kerusakan Tanah pada Lahan Pertanian di Kecamatan Denpasar.

Program Studi Agro ekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Denpasar-Bali.

Charisma. A. J,. 2014. Aplikasi Beberapa Jenis Pupuk Organik dan Dosis Mikoriza Untuk Meningkatkan Produksi dan Kualitas Salak Gula Pasir Diluar Musim. Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Pertanian Lahan Kering, Program Pascasarjana. Universitas Udayana

Damanhuri, E., dan Padmi, T., 2007. Pengomposan (Composting) (Bagian 1). Diktat Kuliah TL-3150/ITB. (Online) http://tsabitah.wordpress.com

/2007/05/03/pengomposan-composting/. (diakses pada 19 Agustus 2017).

Darmono, D. W. 2008. Bertanam Kangkung. Penerbit Penebar Swadaya.

Deddy, F. Labaydan A. Suswanto. 2013. Master plan Pengelolaan Ekosistem Gambut Provinsi Riau. Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. Djajakirana, 2001. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara: Semarang.

58 Djuarni. 2006. Cara Cepat Membuat Kompos. Agro Media Pustaka. Jakarta. Djuariah, D. 2007. Evaluasi Plasma NutfahKangkung Di Dataran Medium

Rancaekek. Jurnal Hortikultura 7(3):756-762.

Fachrudin, Khaira Amalia. 2008. “Faktor – Faktor yang Meningkatkan Peluang

Survive Perusahaan Kesulitan Keuangan”. Jurnal Manajemen Bisnis.

1(1): 1-9. (Online) http://usupress.usu.ac.id. (diakses pada tanggal 11 Februari 2013)

Fischer, R.F. dan Kries, D. 2000. Ecology and Management of Forest Soils (3rd ed). John Wiley & Sons, Inc. New York.

Gofar, A danMu’thi, A. 2007. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor. Pustaka Imam Asy-syafi’i

Hairah, K., Widianto, S.R. Utami, D. Suprayogo, Sunaryo, S. M. Sitompul, B. Lusiana, R. Mulia, M. van Noordwijk, dan G. Cadisch. 2000. Pengelolaan Tanah Masam secara Biologi.Refleksi Pengalaman dari Lampung Utara. ICSAF.

Hadisuwinto. 2012.Diskusi.Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan.UNILA. Harjowigeno, 1995. Ilmu Tanah. AkademikaPressindo. Jakarta. 233 hal.

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta : Akademika Pressindo.

Hatta, M. 2013. Produksi tanaman pada lahan basah. (Online) http://emhatta. wordpress.com/category/stress/. (diaksespada16 Agustus 2017).

Isroi, 2008. Pengomposan. (Online) http://www.isroi.org. (diakses tanggal 18 Agustus 2017).

Kartadisastra, H. R. 2001. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.

Kusuma., M. E. 2012. Pengaruh Takaran Pupuk Kandang Kotoran Burung Puyuh Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Putih (Brassica Juncea L.) The Effects of Doses Quail Manure on The Growth and Production of White Mustard (Brassica Juncea L.) Jurnal ilmu hewani tropika vol 1 No. 1.

Lahuddin. 1998. Pengaruh pemupukan N dan abu janjang kelapa sawit pada tanaman dan kimia tanah. Kultura , Medan: Fak. Pert. USU, no. 120.

59 Lal, R. 1995. Sustainable Management of Soil Resources in the Humid Tropics.

United Nation University Press, Tokyo.

Lingga, P, danMarsono, 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Listiyowati, E dan k. Roospitasari. 1992. Puyuh. Tata Laksana Budidaya Secara Komersial. PenebarSwadaya. Jakarta.

Maria, G.M. 2009. Respon Produksi Tanaman Kangkung Darat (IpomeareptansPoir) Terhadap Variasi Waktu Pemberian Pupuk Kotoran Ayam. Jurnal Ilmu Tanah 7(1) : 18-22.

Musnamar. 2013. Pupuk Organik: Cair & Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nafiun. 2013. Pupuk Organik dan Hayati: Pengertian, Sumber, Bahan, Sejarah, Penggunaan, Manfaat, Peranan, Lingkungan .http://www.nafiun.com /2013/02/pupuk-organik-dan-hayati-pengertian-sumber-bahan-manfaat peggunaan-peranan.html (diakses pada 17 agustus 2017)

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta; Hal: 23-24

Nur s. Fajar. Unsur Hara Tanaman. (Online) http://nurlight94. blogspot.co.id /2011/11/unsur-hara-tanaman.html. (diakses pada 16 Agustus 2017). Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cairter hadap

Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Paper ilmiah Anatomi dan Fisiologi Vol. XV, No. 2.

Pranata, Ayub. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Rahma Charisma, 2014. Bahaya pupuk Anorganik. (Online) http://www. kompasiana.com/charismarahma/masih-mau-pakai-pupuk-kimia-yuk

intip-bahayanya_54f 84872a33311d55e8b4963. (diakses pada 16 agustus 2017)

Raihan, S., Hairunsyah, A. Noor, dan Y. Raihana. 2000. Peranan Beberapa Macam Bahan Organik dan Pupuk Kalium terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung di Lahan Kering. http://www.google.com/scholar, diakses pada tanggal 18 Maret 2015.

Raven, P. H., L. R. Berg, and G. B. Johnson 1998. Environment, Saunders College Publishing, New York, NY, USA, 2nd edition.

Rinsema, W. T., 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

60 Safuan, L.O., I.U. Warsono, G. Ayu K.S., L. Prihastuti, S. Wahyuni, Hestin, E. Oktavidiati, E. Hernawan, Rudi, Desyanti, Elis, dan M. Suwena. 2002.

Pertanian Terpadu Suatu Strategi Untuk Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan. (Online) http://www.tomuato.net. (diakses pada 20 agustus 2017).

Sarief. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. PustakaBuana Bandung.

Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sensus Pertanian. 2013. Jumlah Petani Menurut Sektor/Subsektor & Jenis Kelamin. (Online) http://st2013.bps.go.id/dev/st2013/index.php/site/tabe

l?tid=23&wid=0.(Akses tanggal15agustus2017).

Solihin. 2008. Pemanfaatan Limbah Pabrik Gula dan Ethanol Menjadi PupukOrganik Bernilai Ekonomi Tinggi. (Online) http://www.beritabumi. or.id/? g=beritadtl&opiniID=OP001 7&ikey=3>.(diakses tanggal 20 Agustus 2017).

Steel, C.J. dan J.H. Torrie.1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. PT. Gramedia. Jakarta.

Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. 2th ed. John Wiley & Sons, Inc. New York.

Sukisno, K. S. Hindarto, Hasanudin, dan A. H. Wicaksono. 2011. Pemetaa nPotensidan Status Kerusakan Tanah untuk Mendukung Produktivitas Biomassa di Kabupaten Lebong. Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian UNIB.

Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk Dan Cara Penggunaan. Jakarta : RinekaCipta. Taiganides, R. E. 1977. Animal Waste. Applied Science Publisher Ltd: London.

Tala’ohu, S. H. dan Irawan. 2014. Reklamasi Lahan Pasca Penambangan

Batubara. Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim. pp 187 – 213. (Online)http:/balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/bun garampai08.pdf. (diakses tanggal 20 Agustus 2017).

Warjiyo, Perry., danSolikin. 2003. Kebijakan Moneter di Indonesia. PPSK BI.Jakarta.

Wiskandar, 2002. Pemanfaatan pupuk kandang untuk memperbaiki sifat fisik tanah di lahan kritis yang telah diteras. Konggres Nasional VII.

Widowati, L.R., Sri W., U. Zainuddin., dan W. Hartatik. 2005. Pengaruh Kompos Organik yang Diperkaya Bahan Mineral dan Pupuk Hayati terhadap Sifat-Sifat Tanah. TA 2005 (Tidak dipublikasikan).

61 Wuana,. J. R, and Okieman. I. J. 2011. Pengaruh Macam Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea mays-saccharata, Sturt). Jurnal Agrosains. Vol 1 No 1 ISSN 0216-499X.

Young, A. 1989. Agroforestry for soil Management. Second edition. CABI. Icraf. Yuwanto, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

62 LAMPIRAN

Dokumen terkait