• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Panti Asuhan

1. Pengertian Panti Asuhan

Panti asuhan adalah tempat untuk mengasuh anak-anak yatim, piatu, atau yatim-piatu, bahkan anak-anak terlantar untuk dibina menjadi anak yang mandiri, bertanggung jawab, serta patuh dan berguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa. Menurut Swasono, Panti Asuhan menjadi tempat pribadi manusia dimanusiawikan sebab Panti Asuhan mengasuh dan mendidik anak-anak yang seringkali disingkirkan oleh keluarga dan masyarakat (Tri Antoro,2005:31)

2. Fungsi Panti Asuhan

Menurut Departemen Sosial (Paulina,1999:9), fungsi Panti Asuhan adalah untuk menampung anak-anak yatim, piatu atau keduanya, anak-anak terlantar bahkan anak-anak yang mengalami kesulitan ekonomi untuk memperoleh perhatian berupa pemenuhan kebutuhan dan memperoleh status sosial yang layak. Panti Asuhan merupakan tempat yang dikelola dengan asas kekeluargaan bagi anak asuh. Suasana kekeluargaan dalam kehidupan sehari-hari akan membuat anak merasa berada dalam keluarga sendiri sekalipun pada kenyataannya mereka telah berpisah dari keluarga mereka.

3. Panti Asuhan Pondok El Jireh

Pondok El-Jireh adalah sebuah Panti Asuhan kristiani yang bertujuan untuk melayani anak-anak terlantar dengan memenuhi kebutuhan fisik anak (makanan, gizi, kesehatan), kebutuhan spiritual anak (semakin mengenal, mengasihi, dan memuliakan Tuhan), kebutuhan mental anak (pemulihan trauma, sosialisasi, budi-pekerti), dan intelektual anak (pendidikan, penemuan minat-bakat, ketrampilan kejuruan). Setelah semakin dewasa, mereka diharapkan dapat menjadi pribadi yang sehat, dewasa secara rohani, dan berkepribadian matang, sehingga dapat melayani orang lain sesuai dengan panggilan dan kecakapan mereka.

Panti Asuhan ini dibawah naungan Yayasan AME Mercusuar Indonesia dan beralamat di Tegal Mlati RT 03/ RW 19 Sinduadi Mlati Sleman. Panti Asuhan ini didirikan pada tanggal 23 Oktober 2002. Panti asuhan ini diasuh oleh dua orang pengasuh yang berperan sebagai orangtua bagi penghuni panti asuhan.

C. Keterpenuhan Kebutuhan

Kebutuhan merupakan sesuatu yang diperlukan manusia untuk mempertahankan dan melangsungkan kehidupan. Kebutuhan oleh Schultz (1991) diartikan sebagai suatu keadaan atau kondisi dari individu yang bilamana tidak direalisasikan atau ditampilkan akan menghasilkan akibat yang tidak meyenangkan bagi individu. Kebutuhan adalah setiap kekurangan yang dialami

individu dan membutuhkan pemenuhan. Apabila kebutuhan akan sesuatu dihayati, maka timbul dorongan sebagai daya pengaruh untuk melakukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan itu. Winkel (1997:155) mengartikan kebutuhan sebagai suatu kekosongan dalam kehidupan manusia atau tidak terdapatnya sesuatu pada seseorang yang diperlukan bagi kesejahteraannya.

Maslow (Goble,1987:69-92) mengelompokkan kebutuhan manusia secara hirarkis, sebagai berikut :

1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis

Kebutuhan-kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan-kebutuhan yang paling dasar dan langsung berhubungan dengan kelangsungan hidup manusia, seperti makan, minum, tempat tinggal, dan oksigen. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi manusia sebelum memenuhi kebutuhan lain. Hal inilah menyebabkan kebutuhan fisiologis sebagai kebutuhan yang paling kuat.

2. Kebutuhan akan rasa aman

Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi secukupnya, muncullah kebutuhan akan rasa aman, yang mencakup kebutuhan akan jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan, dan lain- lain. Kebutuhan ini pada umumnya dapat dipenuhi secara memuaskan pada orang-orang yang normal dan sehat.

3. Kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang

Setiap manusia memerlukan rasa cinta, kasih sayang, dan perasaan memiliki. Perwujudan dari perasaan ini nampak pada kebutuhan akan teman, sahabat, kekasih, dan sebagainya. Manusia akan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan ini, karena apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka manusia akan merasa terkucilkan, ditolak, tidak mendapat keramahan dan kesepian merupakan hal yang bisa dirasakan sangat menyakitkan.

4. Kebutuhan akan penghargaan

Kebutuhan akan penghargaan secara teoritis akan menjadi penting apabila kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, dan kebutuhan akan cinta dan memiliki sudah dipenuhi. Kebutuhan akan harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan dan kebebasan. Sedangkan kebutuhan akan penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik dan semua sifat dari bagaimana orang-orang laian berpikir dan bereaksi terhadap kita.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri

Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut

kemampuannya. Kebutuhan ini muncul sesudah kebutuhan pada tingkat sebelumnya sudah terpenuhi secara memadai.

6. Kebutuhan untuk tahu dan memahami

Salah satu ciri mental yang sehat adalah adanya rasa ingin tahu. Manusia memiliki hasrat untuk memahami, menyusun, mengatur, menganalisis, menemukan hubungan-hubungan dan makna- makna. Terpenuhinya hasrat akan keinginan untuk mengetahui dan memahami dapat menimbulkan perasaan puas dan bahagia.

7. Kebutuhan estetik

Kebutuhan akan keindahan pada individu bersifat naluriah. Tiap orang memiliki kebutuhan akan keindahan yang membuat orang lebih sehat. Keindahan dapat membuat individu lebih bersemangat.

Kebutuhan hidup manusia terdiri dari kebutuhan yang bersifat fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Hierarki kebutuhan Maslow yang telah disebutkan di atas adalah kebutuhan fisiologis termasuk dalam kebutuhan hidup yang bersifat fisik; sedangkan kebutuhan akan rasa aman, rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang, kebutuhan untuk tahu dan memahami serta kebutuhan estetik termasuk dalam kebutuhan hidup yang bersifat psikologis; kebutuhan akan penghargaan termasuk dalam kebutuhan hidup yang bersifat sosial dan kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan hidup yang bersifat spiritual.

D. Kepribadian yang utuh/ integral

Goleman (1997) berpendapat bahwa hampir 80% keberhasilan seseorang tidak ditentukan oleh tingginya IQ seseorang. IQ hanya menyumbang kira-kira 20% bagi faktor-faktor yang menentukan kesuksesan dalam hidup. Sisanya ditentukan oleh kemampuan lain yang disebut sebagai kecerdasan emosional. Dalam penelitian selanjutnya Stephen R. Covey menyatakan “cara pikir sederhana mengenai kehidupan ini: pribadi utuh (tubuh, pikiran, hati dan jiwa) dengan empat kebutuhan dasar (untuk hidup, belajar, mencinta dan meninggalkan warisan), dan empat kecerdasan atau kemampuan (fisik, mental, emosional, dan spiritual)” (Covey,2006:125).

Jadi seorang anak untuk dapat berkembang secara optimal dan berperan serta dalam masyarakat (mencapai kesuksesan hidup) perlulah dipersiapkan dengan kecerdasan-kecerdasan yang diperlukan. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika- logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan naturalis (Armstrong, Setiap Anak Cerdas,2002). Cara berpikir inilah yang kemudian mendorong orang mulai melihat dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang yang ada dalam pribadi seseorang selain kemampuan intelektual (mental). Roger (2005) mengatakan:

“Orang-orang yang mampu bertanggung jawab terhadap kepribadian mereka sendiri dan mampu memperbaikinya, maka mereka akan menjadi mahluk yang sadar dan rasional. Pada pengalaman sadarnya

tersebut akan memberikan kerangka intelektual dan emosional di mana kepribadian terus menerus bertumbuh” (Roger,2005:43)

Kepribadian seorang anak bertumbuh secara utuh pada saat aspek-aspek dalam kepribadian anak tersebut berkembang secara integral. Seluruh aspek kepribadian anak baik aspek fisik, mental, emosional dan spiritualnya dapat dikembangkan. Sama seperti anak dalam sebuah keluarga, anak asuh pun perlu untuk dipersiapkan dengan mengembangkan kepribadiannya secara utuh. Jadi pemeliharaan pada lembaga atau Panti Asuhan diharapkan dapat mengembangkan seluruh kemampuan dan kepribadian anak asuhnya. Melalui asah, asuh dan asih anak-anak asuh dipersiapkan untuk dapat hidup dan berperan dalam masyarakat secara optimal selepas mereka dari Panti Asuhan.

Berdasarkan literatur- literatur di atas maka aspek-aspek kepribadian yang integral yang akan di teliti adalah aspek fisik, mental dan emosi-spiritual yang akan diwujudkan oleh peran pengasuh melalui aspek-aspek asuh, asah dan asih.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian, yaitu jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Dokumen terkait