• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.3 Paradigma Pedagogi Reflektif

2.1.3.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma pedagogi reflektif (PPR) adalah suatu paradigma pendidikan yang sudah sejak lama dilakukan dalam pendidikan Jesuit, yaitu sejak tahun 1586. Praktik pendidikan yang sudah lama itu selalu diperbaharui dan sekarang ini dipraktekan di seluruh dunia. Menurut Subagyo (2010:23-24) PPR merupakan sebuah pola pikir dalam menumbuhkan dan mengembangkan pribadi siswa sepenuhnya, sehingga membawa mereka melaksanakan perbuatan-perbuatan. Tujuannya menuntut pembentukan pribadi manusia secara penuh dan lebih mendalam, yaitu suatu proses pembentukan yang menuntut keungulan, untuk mencapai terwujudnya semua bakat dan kemampuannya, yang meliputi bidang intelektual, akademik, dan yang lain. PPR menurut Subagyo (2008: 39) pola pikir (paradigma = pola pikir) dalam menumbuhkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani/ kemanusiaan (pedagogi reflektif = pendidikan kristiani/ kemanusiaan). Pola pikirnya: dalam membentuk pribadi, siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman tersebut, dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut.

Sedangkan menurut Suparno (2015: 6) PPR adalah suatu pedagogi untuk membantu kebutuhan pendidikan yang utuh dan menyeluruh. PPR diharapkan dapat membantu perkembangan siswa, bukan hanya cerdas

dalam bidang pengetahuannya, tetapi berkembang menjadi pribadi yang peka pada kebaikan, dan peka pada kebutuhan orang lain. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut PPR merupakan sebuah pedagogi atau pola pikir yang dapat mengembangkan pribadi siswa yang memiliki rasa kemanusiaan dan membantu kebutuhan pendidikan yang utuh dan menyeluruh.

Dalam membantu siswa untuk mengembangkan pribadi siswa dan memiliki rasa kemanusiaan yang utuh maka dalam PPR merumuskan tujuan dalam tiga unsur 3C yaitu competence, conscience dan compassion. Competence: berarti siswa sudah mampu menguasai pengetahuan/ ketrampilan sesuai dengan bidangnya. Maka dalam pengetahuan atau kognitif siswa dapat menguasai materi dan dapat menjelaskan materi tersebut dengan baik. Selain itu ada ranah afektif dan psikomotorik yang harus dikembangkan. Misalnya siswa mempelajari tentang cinta lingkungan dapat mengerti apa itu mencintai lingkungan, siswa tersebut juga dapat mencintai lingkungan sekolah misalnya dengan cara menjaga membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan kelas dll.

Conscience: berarti siswa memiliki hati nurani yaitu dapat membedakan baik dan tidak baik. Siswa yang memiliki hati nurani yang baik dapat mengerti dan memahami untuk memilih hal-hal positif dari materi yang telah dipelajari. Compassion: berarti siswa memiliki kepedulian dengan sesama. Dengan kata lain compassion adalah siswa

dapat peka akan kebutuhan orang lain serta berbuat sesuatu berkaitan dengan bidangnya demi kemajuan orang lain.

2.1.2.2 Pola Pelaksanaan PPR

Unsur utama dalam pola pelaksanaan PPR ada tiga yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi. Ketiga unsur utama tersebut dibantu oleh unsur sebelum pelajaran yaitu melihat konteks, dan dibantu oleh unsur setelah pelajaran dengan evaluasi. (Tim Redaksi Kanisius: 2008:21). Maka dapat pola pelaksanaan PPR mencakup (1) konteks, (2) pengalaman,(3) refleksi, (4) aksi, (5) evaluasi.

Konteks dapat menumbuhkan pendidikan antara lain sebagai berikut. Pertama tentang nilai- nilai yang harus dikembangkan oleh guru (fasilitator) perlu menyemangati agar siswa memiliki nilai: persaudaraan, cinta lingkungan tanggung jawab, kerja keras dan nilai- nilai lain semacam itu. Kedua contoh-contoh penghayatan mengenai nilai- nilai yang diperjuangkan, misalnya seorang guru. Kalau itu ada maka siswa akan cenderung melihat, bersikap, dan berperilaku sesuai dengan lingkungan. Ketiga hubungan akrab, saling percaya, agar terjadi hubungan yang baik Antara guru dan siswa. Subagyo (2008: 41)

Pengalaman menurut Suparno (2015: 28) adalah suatu kejadian yang sungguh terjadi, dilakukan, dialami, dihidupi, yang dapat menyentuh pikiran, hati kehendak, perasaan atau perasaan siswa. Pengalaman merupakan proses yang penting dalam PPR. Tanpa pengalaman maka siswa tidak dapat mendalami bahan dan memetik makna yang mendalam

dari pelajaran. Guru tidak hanya memberikan ceramah tetapi dapat melibatkan siswa dalam mencari pengetahuan agar siswa dapat pengalaman dalam belajar.

Refleksi menurut Suparno (2015: 33) adalah siswa dibantu untuk menggali pengalaman mereka sedalam- dalamnya dan seluas-luasnya, dan mengambil makna bagi hidup pribadi, hidup bersama, dan hidup kemasyarakatan. Refleksi merupakan hal yang sangat penting untuk tahapan berikutnya dalam PPR untuk menentukan aksi.

Aksi menurut Suparno (2015: 37) merupakan tindakan entah masih batin atau sudah tindakan psikomotorik, yang dilakukan siswa setelah mereka merefleksikan pengalaman belajar. Siswa dengan melakukan aksi akan terdorong untuk melakukan yang berguna bagi dirinya. Secara nyata aksi dapat berupa dua hal yaitu: sikap diri yang berupa lebih baik dan tindakan nyata yang dapat dilihat dan dirasakan orang lain.

Evaluasi menurut Suparno (2015: 40) yang dimaksutkan untuk melihat secara keseluruhan proses PPR itu terjadi sudah berkembang. Dalam proses ini perlu dilakukan apakah proses pengalaman, refleksi, dan aksi memang berjalan dengan baik dan mengembangkan pribadi siswa menjadi kompeten di bidang pengetahuan (competence), suara hati (conscience), dan kepekaan pada kebutuhan orang lain (compassion) atau 3C.

EVALUASI COMPETENCE CONSCIENCE COMPASSION PENGALA-MAN KONTEKS REFLEKSI AKSI

Berikut ini adalah pola pelaksanaan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif:

Gambar 1 Pola Pelaksanaan PPR Suparno (2015)

2.1.3.3 Kelebihan dari PPR

Kelebihan PPR menurut Subagyo (2008: 57) ada tiga yaitu murah meriah, dapat digunakan disegala kurikulum, dan cepat kelihatan hasilnya. a. Murah meriah yang dimaksud adalah saat implementasi PPR

diintegrasikan dengan bidang studi yang diajarkan.

b. Dapat digunakan di segala kurikulum artinya PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum termasuk KTSP 2006 dan kurikulum 2013. c. Cepat terlihat hasilnya adalah saat sekolah menerapkan PPR dalam

jangka waktu satu tahun guru dan siswa sudah terlihat akrab satu sama lain, saling membantu dalam belajar, dan mau menghargai satu dengan yang lain. Sehingga memudahkan guru dalam pengelolaan kelas.

Berdasarkan penjelasan mengenai kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan dari Paradigma Pedagogi Reflektif adalah murah meriah, dapat digunakan di segala kurikulum, dan cepat terlihat hasilnya.

2.1.4 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Dokumen terkait