• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA …

2.1. Dasar Teori …

2.1.3. Psychrometric Chart …

2.1.3.1. Parameter – parameter pada Psychometric Chart …

Parameter – parameter udara dalam Psychrometric Chart antara lain : (a) Dry–Bulb Temperature (Tdb), (b) Wet–Bulb Temperature (Twb), (c) Dew–Point Temperature (Tdp), (d) Specific Humidity (W), (e) Volume Specific (SpV), (f) Relative Humadity (RH). Berikut ini penjelasannya :

a. Dry-Bulb Temperature (Tdb)

Dry-Bulb temperature adalah suhu udara bola kering yang diperoleh melalui pengukuran menggunakan termometer dengan kondisi bulb dalam keadaan kering (bulb dari termometer tidak dibasahi dengan air).

b. Wet-Bulb Temperature (Twb)

Wet-Bulb temperature adalah suhu udara bola basah yang diperoleh melalui pengukuran menggunakan termometer dengan kondisi bulb dalam keadaan basah (bulb dari termometer diselimuti kain basah).

c. Dew-Point Temperature (Tdp)

Dew-Point Temperature adalah nilai suhu dimana uap air di dalam udara mengalami proses pengembunan ketika udara didinginkan (suhu titik embun dari uap air yang ada di udara).

d. Specific Humidity (W)

Specific Hunidity adalah massa kandungan uap air di udara dalam setiap satu kilogram udara kering (kg air/kg udara kering).

e. Volume Specific (SpV)

Volume Specific adalah volume udara campuran dengan satuan meter kubik per kilogram udara kering, dapat juga dikatakan sebagai meter kubik udara -kering.

f. Relative Humidity (RH)

Relative Humidity adalah presentase perbandingan jumlah air yang terkandung dalam 1 m3 dengan jumlah air maksimal yang dapat terkandung dalam 1 m3 tersebut.

Gambar 2.9. Parameter-parameter pada Psychrometric Chart 2.1.3.2. Proses – proses yang terjadi pada udara dalam Psychometric Chart

Proses – proses yang terjadi pada Psychrometric Chart antara lain : (a) proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidifying), (b) proses pemanasan (sensible heating), (c) proses pendinginan dan penaikkan kelembaban (evaporative cooling), (d) proses pendinginan (sensible cooling), (e) proses penaikkan kelembaban (humidifying), (f) proses penurunan kelembaban (dehumidifying), (g) proses pemanasan dan penurunan kelembaban (chemical dehumidifying), (h) proses pemanasan dan penaikkan kelembaban (heating and humidifying).

Gambar 2.10. Proses – proses pada Psychrometric Chart

a. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidifying) Proses pendinginan dan penurunan kelembaban adalah proses penurunan kalor sensibel dan penurunan kalor laten udara. Pada proses pendinginan dan penurunan kelembaban terjadi penurunan temperatur bola kering, temperatur bola basah, penurunan entalpi, penurunan volume spesifik, penurunan temperatur titik embun, dan penurunan kelembaban spesifik. Sedangkam kelembaban relatif dapat mengalami peningkatan dan dapat mengalami penurunan, tergantung dari prosesnya. Gambar 2.11 menyajikan proses pendinginan dan penurunan kelembaban pada diagram psychrometric chart.

Gambar 2.11. Proses Cooling dan Dehumidifying )

b. Proses pemanasan (sensible heating)

Proses pemanasan adalah proses penambahan kalor sensibel ke udara. Pada proses pemanasan, terjadi peningkatan : temperatur bola kering, temperatur bola basah, entalpi, dan volume spesifik. Sedangkan temperatur titik embun dan kelembaban spesifik tetap konstan. Namun kelembaban relatif mengalami penurunan. Gambar 2.12 menyajikan proses pemanasan pada diagram psychrometric chart.

Gambar 2.12. Proses Sensible Heating

c. Proses pendinginan dan penaikkan kelembaban (evaporative cooling)

Proses pendinginan dan penaikkan kelembaban berfungsi untuk menurunkan temperatur dan menaikkan kandungan uap air di udara. Proses ini menyebabkan perubahan suhu temperatur bola kering, temperaturr bola basah, dan kelembaban spesifik. Pada proses ini, terjadi penurunan temperatur bola kering dan volume spesifik. Selain itu, terjadi peningkatan temperatur bola basah, titik embun, kelembaban relatif, dan kelembaban spesifik. Gambar 2.13 menyajikan proses pendinginan dan penaikkan kelembaban pada diagram psychrometric chart.

Gambar 2.13. Proses Evaporative Cooling d. Proses pendinginan (sensible cooling)

Proses pendinginan adalah proses pengambilan kalor sensibel dari udara sehingga temperatur udara mengalami penurunan. Pada proses pendinginan, terjadi penurunan pada suhu bola kering, suhu bola basah, dan volume spesifik. Namun, terjadi peningkatan pada kelembaban relatif. Pada kelembaban spesifik dan suhu titik embun tidak terjadi perubahan atau konstan. Garis proses pada psychrometric chart adalah garis horizontal ke arah kiri. Gambar 2.14 menyajikan proses pendinginan pada diagram psychrometric chart.

Gambar 2.14. Proses Sensible cooling

e. Proses penaikkan kelembaban (humidifying)

Proses humidifying merupakan penambahan kandungan uap air ke udara tanpa merubah suhu bola kering sehingga terjadi kenaikan entalpi, suhu bola basah, titik embun dan kelembaban spesifik. Garis proses pada psychrometric chart adalah garis vertikal ke arah atas. Gambar 2.15 menyajikan proses penaikkan kelembaban pada diagram psychrometric chart.

Gambar 2.15. Proses Humidifying f. Proses penurunan kelembaban (dehumidifying)

Proses dehumidifying merupakan proses pengurangan kandungan uap air pada udara tanpa merubah suhu bola kering sehingga terjadi penurunan entalpi, suhu bola basah, titik embun dan kelembaban spesifik. Garis proses pada psychrometric chart adalah garis vertikal ke arah bawah. Gambar 2.16 menyajikan proses penurunan kelembaban pada diagram psychrometric chart.

Gambar 2.16. Proses Dehumidifying

g. Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (heating and dehumidifying) Proses heating and dehumidifying berfungsi untuk menaikkan suhu bola kering dan menurunkan kandungan uap air pada udara. Pada proses ini terjadi penurunan kelembaban spesifik, entalpi, suhu bola basah, dan kelembaban relatif.

Akan tetapi terjadi peningkatan suhu bola kering. Garis proses pada psychrometric chart adalah ke arah kanan bawah. Gambar 2.17 menyajikan proses pemanasan dan penurunan kelembaban pada diagram psychrometric chart.

Gambar 2.17. Proses Heating and Dehumidifying

h. Proses pemanasan dan penaikkan kelembaban (heating and humidifying) Pada proses heating and humidifying, udara dipanaskan disertai penambahan uap air. Pada proses ini terjadi kenaikan kelembaban spesifik, entalpi, suhu bola basah dan suhu bola kering. Garis proses pada psychrometric chart adalah garis ke arah kanan atas. Gambar 2.18 menyajikan proses pemanasan dan penaikkan kelembaban pada diagram psychrometric chart.

Gambar 2.18 Proses Heating and Humidifying

2.1.3.3. Proses – proses yang terjadi pada Mesin Penghasil Aquades

Proses – proses yang terjadi pada mesin penghasil aquades disajikan dalam Gambar 2.19.

Gambar 2.19. Titik Pengujian pada Mesin Penghasil Aquades.

Keterangan Gambar 2.19. :

TA : Suhu udara pada kondisi udara luar.

TB : Suhu udara pada kondisi setelah melewati kipas udara masuk TC : Suhu udara pada kondisi sebelum masuk evaporator

TE : Suhu udara pada kondisi setelah melewati evaporator TF : Suhu udara pada kondisi setelah melewati kondensor Pevap : Tekanan kerja evaporator

Pcond : Tekanan kerja kondensor

Vaquades : Volume aquades yang dihasilkan mesin

Gambar 2.20. Proses – proses pada mesin penghasil aquades Keterangan pada Gambar 2.20. :

A – B: Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (heating and humidifying) Proses pemanasan dan penurunan kelembaban ditunjukkan Gambar 2.20 pada titik A sampai titik B. Proses ini terjadi ketika udara lingkungan masuk melalui kipas udara masuk, sehingga udara terjadi pemadatan karena tekanan dari kipas udara masuk. Udara tersebut mengalami peningkatan entalpi, kelembaban spesifik, suhu udara kering, suhu udara basah. Udara mengalami penurunan kelembaban relatif.

B – C: Proses pendinginan dan penaikkan kelembaban (cooling and humidifying) Proses pendinginan dan penaikan kelembaban ditunjukan Gambar 2.20 pada titik B sampai titik C. proses ini terjadi ketika udara yang telah masuk melalui kipas udara masuk menuju ke ruang pencurah air. Di situ udara bersinggungan dengan

pencurah air dan menyebabkan udara mengalami peningkatan titik embun, temperatur bola basah, kelembaban relatif, dan kelembaban spesifik. Udara juga mengalami penurunan temperatur bola kering dan volume spesifik.

C – D: Proses pendinginan (Sensible Cooling)

Proses pendinginan ditunjukkan Gambar 2.20 pada titik C sampai titik D.

proses ini berlangsung ketika udara melalui pencurah air dan menuju ke evaporator.

Udara yang telah melewati pencurah air tersebut mengalami peningkatan kandungan uap air. Itu ditunjukan dengan adanya peningkatan kelembaban relatif, dan terjadi penurunan temperatur bola kering, temperatur bola basah, dan volume spesifik. Sedangkan untuk kelembaban spesifik dan temperatur titik embun tetap.

D – E: Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidifying)

Proses pendinginan dan penurunan kelembaban ditunjukkan Gambar 2.20 pada titik D sampai titik E. Proses ini terjadi di dalam evaporator, ketika kelembaban relatif sudah 100% maka uap air yang ada di udara akan mengembun dan berubah menjadi titik – titik air yang kemudian dikumpulkan untuk dijadikan Aquades. Pada proses ini terjadi penurunan bola kering, temperatur bola basah, entalpi, volume spesifik, temperatur titik embun, dan kelembaban spesifik.

E – F: Proses pemanasan (Sensible Heating)

Proses pemanasan ditunjukkan Gambar 2.20 pada titik E sampai titik F.

proses pemanasan ini berlangsung ketika udara keluar dari evaporator dan keluar melalui kompresor dan kondensor. Pada proses ini udara mengalami peningkatan temperatur bola kering, temperatur bola basah, entalpi, dan volume spesifik.

Sedangkan temperatur titik embun dan kelembaban spesifik tetap konstan. Namun kelembaban relatif mengalami penurunan.

F – A: Proses pendinginan dan penaikkan kelembaban (cooling and humidifying) Proses pendinginan dan penaikan kelembaban ditunjukkan Gambar 2.20 pada titik F sampai titik A. Proses ini merupakan proses yang terjadi di luar mesin penghasil aquades, yaitu ketika udara keluar melalui kondensor dan dilepaskan di udara lingkungan yang sebagian dari udara tersebut dapat terserap kembali ke kipas udara masuk bercampur dengan udara segar. Pada proses ini, terjadi penurunan temperatur bola kering dan volume spesifik. Selain itu, terjadi peningkatan temperatur bola basah, titik embun, kelembaban relatif, dan kelembaban spesifik

2.1.3.4. Perhitungan pada Psychrometric Chart

Dengan menggunakan psychrometric chart dapat diketahui data sebagai berikut :

a. Laju aliran volume air yang diembunkan (Vair)

Laju aliran massa air yang diembunkan dapat dihitung dengan Persamaan (2.8) :

Vair = Vair / Δt …(2.8)

Pada Persamaan (2.8) :

Vair : laju aliran volume air yang diembunkan (liter/jam) Vair : volume air yang diembunkan (liter)

Δt : waktu yang diperlukan untuk menghasilkan aquades (jam)

b. Debit aliran udara (Qudara)

Debit aliran udara dapat diketahui dengan cara menggunakan Persamaaan (2.9) :

Qudara = LP x v ...(2.9)

Pada Persamaan (2.9) :

Qudara : debit aliran udara (m3/menit) LP : luas penampang kipas udara (m3) v : kecepatan aliran (m/s)

c. Laju aliran massa udara (ṁudara)

Laju aliran massa udara dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.10) :

udara = ρudara x Qudara …(2.10)

Pada Persamaan (2.10) :

udara : laju aliran massa udara (kgudara / menit) ρudara : massa jenis udara (1,2 kg/m3)

Qudara : debit aliran udara (m3/menit)

d. Pertambahan kandungan air dalam udara (ΔW)

Pertambahan kandungan air dalam udara dapat dihitug dengan Persamaan (2.11) :

ΔW = Vair / ṁudara …(2.11)

Pada Persamaan (2.11) :

ΔW : pertambahan kandungan air dalam udara (kgair/kgudara) Vair : laju aliran volume air yang diembunkan (liter / menit) ṁudara : laju aliran massa udara (kgudara / menit)

e. Kelembaban spesifik udara setelah melewati evaporator dapat dihitung menggunakan persamaan (2.12).

W2 = W1 – ΔW ...(2.12)

Pada Persamaan (2.12) :

W2 :Kelembaban spesifik udara setelah melewati evaporator (kgair/kgudara) W1 : kelembaban spesifik udara sebelum melewati evaporator (kgair/kgudara) ΔW : pertambahan kandungan uap air dalam udara (kgair/kgudara)

2.2. Tinjauan Pustaka

Indri Yaningsih dan Tri Istanto, (2014), melakukan penelitian tentang desalinasi dengan proses humidifikasi dan dehumidifikasi yang dianggap sebagai cara yang efisien dan menjanjikan dimana memanfaatkan kondenser dan evaporator dari pompa kalor untuk menghasilkan air tawar dari air laut. Penelitian ini menguji pengaruh laju aliran massa udara terhadap produktivitas air tawar unit desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi. Pada penelitian ini laju aliran massa udara divariasi sebesar 0,0103 kg/s, 0,0153 kg/s, 0,0202 kg/s, 0,0254 kg/s dan 0,0306 kg/s dengan cara mengatur kecepatan udara sebesar 2 m/s, 3 m/s, 4 m/s, 5 m/s dan 6 m/s. Untuk setiap

pengujian, laju aliran massa air laut masuk humidifier dijaga konstan sebesar 0,0858 kg/s, temperatur air laut masuk humidifier dijaga konstan sebesar 45oC, salinitas air laut umpan sebesar 31.342 ppm dan air laut dalam sistem ini disirkulasi ulang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas air tawar unit desalinasi meningkat dengan kenaikan laju aliran massa udara hingga ke sebuah nilai optimum dan menurun setelah nilai optimum tersebut. Produksi air tawar optimum diperoleh pada laju aliran massa udara 0,0202 kg/s yaitu sebesar 24,48 liter/hari. Produksi air tawar unit desalinasi ini pada laju aliran massa air laut 0,0858 kg/s untuk laju aliran massa udara 0,0103 kg/s, 0,0153 kg/s, 0,0202 kg/s, 0,0254 kg/s dan 0,0306 kg/s berturut-turut rata-rata sebesar 11,28 liter/hari, 18,72 liter/hari, 24,48 liter/hari, 23,04 liter/hari dan 21,60 liter/hari. Air tawar hasil unit desalinasi memiliki nilai salinitas 620 ppm.

Indri Yaningsih dan Tri Istanto, (2015), melakukan penelitian untuk menguji pengaruh penggunaan spray humidifier dan pad humidifier terhadap produktivitas pompa kalor berdasarkan unit desalinasi dengan menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi. Dalam spray humidifier ada 5 buah alat penyiram untuk menyemprotkan air laut. Pada pad humidifier, air laut didistribusikan secara merata dari atas mengalir melalui pipa berlubang yang telah ditempatkan pada pad humidifier. Menguji pengaruh debit air laut, kecepatan udara dan suhu air laut yang

diumpankan ke spray humidifier dan pad humidifier pada produksi air tawar yang dihasilkan dari unit desalinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi air tawar meningkat dengan meningkatnya debit air laut, kecepatan udara, dan suhu air laut, ini berlaku untuk penggunaan spray humidifier atau pad humidifier di unit

desalinasi. Pada pengujian pengaruh debit air laut, kecepatan udara, dan suhu air laut , kinerja spray humidifier dan pad humidifier adalah sama dalam produksi air tawar, ketika rasio laju aliran massa air laut terhadap laju aliran massa udara masing-masing sebesar 1,34, 1,3 dan 1,3.

Eko Romadhoni (2017), melakukan sebuah penelitian untuk merancang dan membuat mesin penghasil air aki menggunakan mesin siklus kompresi uap dengan tambahan humidifier. Tujuan dari penelitian tersebut untuk : (a) merancang dan merakit mesin penghasil air aki dengan siklus kompresi uap dan dilengkapi dengan humidifier. (b) mengetahui karakteristik mesin penghasil air aki yang telah dibuat, meliputi ; COPaktual, COPideal, efisiensi dari mesin siklus kompresi uap dan mengetahui jumlah air aki per jamnya. Penelitian dilakukan di laboratorium Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma. Dalam penelitian ini variasi yang digunakan yaitu (1) kipas dengan kecepatan satu, (2) kipas dengan kecepatan maksimal, dan (3) kipas humidifier pada posisi OFF. Mesin penghasil air aki berhasil dibuat bekerja dengan baik. Mesin siklus kompresi uap yang digunakan memiliki nilai COPaktual sebesar 7,61. COPideal sebesar 10,6 dan memiliki nilai efisiensi sebesar 71,72 %. Mesin mampu menghasilkan air aki dengan dengan volume air aki sebesar 1,41 liter/jam ketika kipas humidifier bekerja pada kecepatan maksimal 1,35 liter/jam ketika kipas humidifier bekerja pada kecepatan satu 1,28 liter/jam ketika kipas humidifier dalam kondisi off.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah mesin penghasil aquades seperti yang tersaji pada Gambar 3.1. Mesin penghasil aquades ini menggunakan mesin yang bekerja dengan siklus kompresi uap dan memiliki tambahan rangkaian sistem pencurah air. Ukuran mesin penghasil aquades yang dibuat memiliki panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 1,6 m.

Gambar 3.1. Skematik Mesin Penghasil aquades Keterangan pada Gambar 3.1 :

A. Kipas udara masuk 5. Pompa air 9. Kondensor

B. Bak pencurah air 6. Bak penampung air 10. Gelas penampung aquades C. Pipa aliran air 7. Evaporator

D. Ruang pencurah air 8. Kompresor

3.1.1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Energi, Prodi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma. Metode yang digunakan adalah eksperimen.

3.1.2. Alat dan Bahan Penelitian

Dalam pembuatan mesin penghasil aquades ini diperlukan beberapa alat dan bahan, yaitu meliputi :

3.1.2.1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan mesin penghasil aquades ini meliputi :

a. Bor Listrik

Bor listrik digunakan untuk membuat lubang. Pembuatan lubang dibuat pada dasar bak atau wadah pencurah air atas yang terbuat dari box kontainer dan membuat lubang pada rangka besi untuk pembautan. Bor listrik yang dipakai seperti Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Bor Listrik

b. Gergaji Kayu

Gergaji kayu digunakan untuk memotong papan triplek tebal yang digunakan untuk membuat bak penampung air bawah dan meemotog kayu yang digunakan sebagai landasan pompa air. Dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Gergaji Kayu c. Gergaji Besi

Gergaji besi digunakan untuk memotong pipa pvc yang digunakan untuk sistem aliran pencurah air. Dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Gergaji Besi d. Obeng

Obeng digunakan untuk mengencangkan maupun melepas baut pada saat pengerjaan pembuatan mesin. Dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Obeng

e. Meteran

Meteran yang digunakan memiliki penjang maksimal 5 meter, dan digunakan untuk mengukur panjang besi pada pembuatan rangka alat. Dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Meteran f. Penggaris Siku

Penggaris siku digunakan untuk membuat garis sudut agar hasil sketsa yang dibuat pada besi persegi berongga, tripleks maupun plat aluminium presisi. Dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7. Penggaris Siku g. Mistar Baja

Mistar baja digunakan untuk mendapatkan sketsa yang presisi. Selain itu digunakan juga untuk menjadi landasan saat memotong triplek menggunakan cutter, agar lurus. Dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8. Mistar Baja h. Pisau Cutter

Pisau cutter digunakan untuk memotong selotip, triplek dan plat aluminium.

Dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9. Pisau Cutter i. Selotip

Selotip digunakan untuk menutup sudut luat dari penutup kondensor dan juga digunakan untuk menempelkan tirai plastik pada ruang pencurah air. Dapat dilihat pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10. Selotip

j. Amplas

Amplas digunakan untuk memperhalus permukaan rangka alat sebelum di cat dan digunakan juga untuk membuat radius pada sudut sudut plat aluminium dan triplek yang dijadikan penutup rangka. Dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11. Amplas k. Mesin Las

Mesin las yang digunakan adalah mesin las listrik inverter, yang digunakan untuk menyambungkan rangka alat. Dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12. Mesin Las l. Mesin Gerinda Tangan

Mesin gerinda tangan digunakan untuk memotong triplek dan besi stall polos untuk pembuatan rangka alat dan meratakan bekas las - lasan. Dapat dilihat pada Gambar 3.13.

Gambar 3.13. Mesin Gerinda Tangan m. Sikat dan Palu Las

Sikat las dan palu las digunakan secara bergantian. Setelah selesai pengelasan, bagian yang dilas di pukul dengan palu las agar kerak pada besi dapat terlepas dan kemudian menggunakan sikat las untuk membersihkan bagian yang dilas. Dapat dilihat pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14. Sikat dan Palu Las 3.1.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan mesin penghasil aquades meliputi :

a. Triplek

Triplek yang tebal digunakan untuk membuat bak penampung air bawah dan triplek yang tipis digunakan untuk membuat beberapa casing pada alat. Dapat dilihat pada Gambar 3.15.

Gambar 3.15 Triplek b. Plat Aluminium

Plat aluminium digunakan untuk membuat sebagian besar casing pada alat yang dibuat. Dapat dilihat pada Gambar 3.16.

Gambar 3 .16. Plat Aluminium c. Container Box 52 liter

Container box digunakan sebagai penampung air atas pada sistem pencurah air dengan membuat lubang – lubang kecil pada dasaran container box maka akan terjadi curahan hujan saat dialiri air. Dapat dilihat pada Gambar 3.17.

Gambar 3.17 Container Box

d. Besi Bersegi Berongga

Besi persegi berongga digunakan sebagai bahan utama pembuatan rangka alat. Dapat dilihat pada Gamabar 3.18.

Gambar 3.18. Besi Persegi Berongga e. Gas Refrigerant R410a

Gas refrigerant R410a menjadi fluida kerja pada mesin siklus kompresi uap.

Dapat dilihat pada Gambar 3.19.

Gambar 3.19. Refrigerant R410a f. Pipa PVC

Pipa PVC digunakan untuk membuat saluran aliran air pada sistem pencurah air. Dapat dilihat pada Gambar 3.20.

Gambar 3.20. Pipa plastik g. Resin dan Katalis

Resin dan katalis cara penggunaannya dengan dicampurkan pada takaran tertentu. Digunakan untuk melapisi triplek yang digunakan untuk bak penampungan bawah pada sistem pencurah air. Dapat dilihat pada Gambar 3.21.

Gambar 3.21. Resin dan Katalis h. Baut Ulir

Baut ulir digunakan untuk memasangkan casing pada alat penghasil aquades dan juga untuk mengikat dudukan pada pompa air. Dapat dilihat pada Gambar 3.22.

Gambar 3.22. Baut Ulir

i. Elbow dan T

Elbow digunakan untuk membelokan aliran air secara siku atau 90O. Dan T digunakan untuk membagi aliran air menjadi 2 arah. Dapat dilihat pada Gambar 2.23.

Gambar 3.23. Elbow dan T

3.1.2.3. Alat Bantu Pengukuran a. Hygrometer

Hygrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara. Di higrometer terdapat alat ukur suhu yang berfungsi untuk mengukur suhu udara basah dan suhu udara kering pada ruang atau tempat yang diambil datanya. Dengan diketahui suhu udara basah dan suhu udara kering dapat diketahui kelembaban udara. Gambar 3.24 menyajikan gambar hygrometer.

Gambar 3.24. Hygrometer b. Thermocouple dan Penampil Suhu Digital

Thermocouple digunakan untuk mengukur suhu. Cara pemakaiannya dengan meletakkan atau menempelkan ujung thermocouple pada bagian yang akan diukur suhunya. Lalu penampil suhu digital dinyalakan untuk menampilkan suhu yang diukur thermocouple. Bagian yang diukur suhunya yaitu suhu evaporator dan kondensor, serta suhu udara. Gambar 3.25 menyajikan gambar thermocouple dan penampil suhu digital.

Gambar 3.25. Thermocouple dan Penampil Suhu Digital c. Stopwatch

Stopwatch digunakan untuk mengukur selang waktu dalam pengambilan tiap data yang dibutuhkan. Gambar 3.26 menyajikan gambar stopwatch.

Gambar 3.26. Stopwatch d. Gelas Ukur

Gelas ukur digunakan untuk menampung dan mengetahui volume aquades yang dihasilkan oleh evaporator. Gambar 3.27 menyajikan gambar gelas ukur.

Gambar 3.27. Gelas Ukur e. Tang Ampere

Tang ampere alat ukur yang digunakan untuk mengukur arus listrik pada sebuah kabel konduktor yang dialiri arus listrik dengan menggunakan dua rahang penjepitnya (Clamp) tanpa harus memiliki kontak langsung dengan terminal listriknya.

Gambar 3.28. Gambar Tang Ampere.

f. Pressure gauge

Pressure gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan fluida (gas atau liquid) dalam tabung tertutup. Gambar 3.29 menyajikan gambar pressure gauge.

Gambar 3.29. Gambar Pressure Gauge.

3.1.2.4. Komponen Utama Mesin a. Evaporator

Evaporator yang digunakan yaitu evaporator standar dari AC berdaya 1 PK.

Seluruh bagian pada evaporator sudah dilapisi dengan Blue Fin yang dapat mencegah karat, korosi, serta penumpukan kotoran. Sehingga proses pendinginan menjadi lebih optimal. Contoh gambar evaporator dapat dilihat pada Gambar 3.30.

Spesifikasi :

Jenis evaporator : Pipa bersirip Bahan pipa evaporator : Tembaga

Doameter pipa : 6 mm

Bahan sirip evaporator : Aluminium

Dimensi evaporator : 71 x 27 x 19 cm (P x L x T)

Gambar 3.30. Evaporator b. Kompresor

Kompresor yang digunakan mesin ini merupakan kompresor berjenis rotari dengan daya 1 PK. Gambar kompresor disajikan pada Gambar 3.31.

Spesifikasi :

Tinggi : 28 cm

Diameter tabung besar : 12 cm Diameter tabung kecil : 4 cm Kapasitas pendinginan : 9000 Btu/h

Daya listrik : 780 Watt

Tegangan listrik : 220 – 240 V

Frekuensi : 50 Hz

Refrigerant : R410A

Tingkat kebisingan : 50 dB

Gambar 3.31. Kompresor

c. Kondensor

Kondensor yang digunakan pada mesin peneliti merupakan kondensor

Kondensor yang digunakan pada mesin peneliti merupakan kondensor

Dokumen terkait