• Tidak ada hasil yang ditemukan

Parameter Pengukuran Kinerja Sekolah

Dalam dokumen TESIS S431208041 Joko Pramono (Halaman 59-67)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kinerja

3. Parameter Pengukuran Kinerja Sekolah

Merujuk kepada konsep organisasi, sekolah dapat disebut sebagai organisasi. Oleh karena itu pengertian kinerja organisasi dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan pengertian kinerja sekolah. Berdasarkan hal tersebut kinerja sekolah dapat didefinisikan sebagai kualitas proses dan hasil kerja yang telah dilakukan oleh sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah.

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja sekolah. Rogers (1994) dalam Mahmudi (2010: 20) menyatakan bahwa kinerja merupakan suatu konstruk yang bersifat multidimensional, pengukurannya juga bervariasi ter- gantung pada kompleksitas faktor-faktor yang membentuk kinerja. Faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:

a. Faktor personal/individu yang meliputi: pengetahuan, keterampilan /skill, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.

b. Faktor kepemimpinan yang meliputi: kualitas dalam memberikan doro- ngan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.

c. Faktor sistem yang meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja organisasi. d. Faktor kontekstual/situasional yang meliputi tekanan dan perubahan ling-

kungan eksternal dan internal.

Sebagai suatu konstruk, menurut Collins & Mary (1992), Bhargava et al. (1994), serta Li & Simerly (1988), kinerja bersifat multidimensional akan bias jika diukur dengan menggunakan pengukuran atau standar tunggal. Oleh karena itu umumnya kinerja diukur berdasarkan perbandingan dengan berbagai kriteria atau standar (Murphy et al. 2996; Wiklund 1999). Lumkin

dan Dess (1996), dan Wiklund (1999), menegaskan “karena kinerja suatu

organisasi memiliki banyak dimensi, maka semakin banyak ukuran yang digunakan, yaitu berdasarkan perbandingan berbagai kriteria dan standar, akan

semakin memberikan informasi kinerja yang semakin baik. Brandon dan Drtina (1998), mengingatkan kesalahan penetapan pengukuran kinerja akan mengakibatkan informasi kinerja yang salah. Oleh karena langkah pertama dalam merancang sistem pengukuran kinerja adalah memilih ukuran-ukuran yang tepat sesuai dengan seluruh aspek dan kepentingan organisasi.

Lusthaus et al. (1999: 46) mengemukakan kinerja organisasi dapat diukur melalui dimensi efektivitas, efisiensi, relevansi, dan kesinambungan keuangan. Perry (dalam Syarifudin dan Tangkilisan 2002: 14) menge- mukakan dimensi pengukuran untuk mengukur kinerja organisasi adalah workload/demand, economy, efficiency, effectiveness, dan equity. Sementara itu, Nurkolis (2003: 111) mengemukakan kinerja sekolah dapat diukur dari efektivitas, kualitas, produktivitas, efisiensi, inovasi, kualitas kehidupan, dan moral kerja.

Ammons (dalam Muhammad 2008: 15) menjelaskan kinerja organi- sasi dapat diukur melalui kriteria workload, efficiency, effectiveness, dan pro- ductivity. Workload menunjukkan jumlah beban kerja yang diselesaikan. Efficiency menunjukkan perbandingan antara input dan output. Effectiveness menunjukkan perbandingan antara output dan outcome yaitu tingkat keterca- paian hasil akhir setelah output diperoleh. Productivity menunjukkan jumlah hasil yang dicapai pada kurun waktu tertentu.

Fenwick (dalam Muhammad 2008: 15) menggunakan tiga dimensi dalam mengukur kinerja organisasi, yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektivitas. Dimensi ekonomi adalah perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dan

kualitas sumber daya yang diperoleh sebagai input dalam proses manajemen. Dikatakan semakin ekonomis, jika biaya yang dikeluarkan kecil sedangkan kualitas sumber daya yang diperoleh semakin baik, dan sebaliknya. Dimensi efisiensi adalah perbandingan antara sumber daya yang digunakan dan output. Artinya berapa output yang dihasilkan dalam proses bila dibandingkan dengan input yang masuk. Semakin besar output yang dihasilkan dan semakin kecil input yang masuk akan semakin efisien. Dimensi efektivitas adalah sejauh- mana output yang dihasilkan dapat memenuhi sasaran dan tujuan manajemen. Jadi besarnya output tidak selalu menunjukkan besarnya outcome karena berhubungan dengan sasaran dan tujuan. Fenwick membedakan ukuran ekonomis dari efisiensi, namun kedua ukuran tersebut sering digabung menjadi efisiensi saja.

Uraian di atas menunjukkan begitu banyak dimensi yang dapat dijadikan rujukan untuk mengukur kinerja organisasi. Keragaman tersebut menurut Bryson (dalam Haryoto 2008) sebagai akibat adanya alternatif alokasi sumber daya yang berbeda, alternatif desain-desain organisasi yang berbeda, dan pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan wewenang yang berbeda dari setiap organisasi. Oleh karena itu menurut Haryoto (2008) dalam menilai kinerja organisasi harus dikembalikan pada tujuan atau alasan dibentuknya suatu organisasi.

Sekolah adalah organisasi yang mempunyai tugas utama memberikan layanan pendidikan bermutu kepada masyarakat. Terkait dengan layanan pendidikan tersebut, pemerintah telah menetapkan Standar Pendidikan

Nasional sebagai dasar rujukan untuk mengukur kinerja sekolah. Oleh karena itu dengan memperhatikan berbagai pendapat para ahli tentang dimensi pengukuran kinerja organisasi, maka pengukuran kinerja sekolah dalam pene- litian ini merujuk kepada Standar Pendidikan Nasional, sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 19 Tahun 2005. Terdapat delapan Standar Pendidikan Nasional yang dapat dijadikan rujukan untuk mengukur kinerja sekolah, sebagaimana tertuang dalam Pasal 2 Ayat (1), yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Delapan Standar Nasional Pendidikan tersebut dapat dijadikan dimensi untuk mengukur mutu kinerja sekolah.

a. Dimensi kurikulum didefinisikan sebagai kelengkapan dokumen kurikulum yang ada di sekolah, meliputi dokumen kurikulum, dokumen perangkat kurikulum, dokumen pendukung perangkat kurikulum.

b. Dimensi proses pembelajaran didefinisikan sebagai pelaksanaan pembela- jaran di sekolah untuk mencapai standar kompetensi lulusan, meliputi perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian hasil pembela- jaran, dan pengawasan pelaksanaan pembelajaran

c. Dimensi kompetensi lulusan, didefinisikan sebagai kualifikasi kemampuan lulusan berupa prestasi akademik dan prestasi non akademik.

d. Dimensi penilaian, didefinisikan sebagai proses pengumpulan dan pengo- lahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

e. Dimensi pendidik dan tenaga kependidikan didefinisikan sebagai kuali- fikasi dan kualitas kinerja guru, tenaga administrasi, tenaga laboran, dan tenaga kebersihan.

f. Dimensi sarana dan prasarana didefinisikan sebagai kualitas dan kuantitas fasilitas pendidikan untuk menunjang fasilitas pembelajaran. Dimensi ini meliputi sarana fisik, media pembelajaran, alat peraga/praktik, dan perpus- takaan.

g. Dimensi pengelolaan didefinisikan sebagai aktivitas: (1) merencanakan program sekolah; (2) implementasi rencana kerja sekolah; serta (3) peng- awasan, untuk mencapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

h. Dimensi pembiayaan didefinisikan sebagai efektivitas dan efisiensi peng- gunaan biaya pendidikan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan

Muhroji (2012) memaparkan bahwa berdasarkan tujuan penyeleng- garaan sekolah dan standar kompetensi siswa yang diharapkan setelah meng- ikuti pendidikan maka penyusunan indikator kinerja sekolah dapat dilihat dari komponen-komponen: kurikulum, peserta didik, ketenagaan guru, sarana dan prasarana, organisasi dan manajemen sekolah, pembiayaan, peran serta masya- rakat. Indikator kinerja yang berhubungan dengan kurikulum dapat dikemu- kakan sebagai berikut:

Tabel 1

Indikator Kinerja Sekolah

No Komponen Indikator Kinerja

1 Kurikulum a. Ketersediaan kurikulum nasional. b. Ketersediaan kurikulum lokal.

c. Jumlah jam belajar efektif tiap semester. d. Pembagian tugas mengajar.

e. Pelaksanaan penilaian.

f. Program bimbingan belajar dan karir. g. Daya serap kurikulum nasional. h. Daya serap kurikulum lokal. 2 Peserta Didik a. Daya tampung sekolah;

b. Jumlah siswa tiap kelas;

c. Jumlah pendaftar siswa baru tiap tahun; d. Persyaratan penerimaan siswa baru; e. Tingkat absensi siswa;

f. Tingkat putus sekolah; g. Tingkat mengulang siswa.

h. Tingkat kelangsungngan belajar siswa; i. Pakaian seragam siswa;

j. Kegiatan ekstra-kurikuler. 3 Ketenagaan/Guru a. Jumlah guru bidang studi;

b. Jumlah guru yang berkualifikasi; c. Rasio guru dengan siswa;

d. Jumlah jam mengajar tiap minggu; e. Tingkat pendidikan guru;

f. Jumlah guru Pembimbing; g. Jumlah tenaga pustakawan; h. Jumlah tenaga laboran;

i. Jumlah karyawan administratif. j. Jumlah guru dan karyawan honorer. k. Kesepakatan kerja/peraturan kerja. l. Pengembangan guru dan karyawan. m. Kepatuhan terhadap kode etik profesi. 4 Sarana dan Prasarana a. Luas tanah sekolah;

b. Luas bangunan sekolah;

c. Macam dan jumlah ruang sekolah; ruang kelas, ruang laboratorium, ruang

perpustakaan, ruang kantor dsbnya; d. Macam dan jumlah perabot sekolah; e. Macam, jenis dan jumlah buku

g. Infrastruktur sekolah;

h. Macam dan juumlah sarana olah raga. 5 Organisasi dan Mana-

jemen Sekolah

a. Struktur organisasi sekolah;

b. Personalia dalam struktur organisasi sekolah;

c. Uraian tugas dalam struktur organisasi sekolah;

d. Mekanisme kerja dari struktur organisasi sekolah;

e. Pemahaman misi, visi sekolah oleh guru; f. Tingkat kehadiran guru;

g. Tingkat kehadiran tenaga pendidik lainnya h. Tingkat kehadiran karyawan;

i. Tingkat kehadiran siswa; j. Tertib administrasi. 6 Pembiayaan

Pendidikan

a. Sumber dana dari pemerintah; b. Sumber dana dari orang tua murid; c. Sumber dana dari masyarakat; d. Ketersediaan dana;

e. Komponen-komponen yang dibiayai; f. Anggaran sekolah;

g. Laporan realisasi anggaran;

h. Pemeriksaan laporan keuangan sekolah. 7 Peranserta Masyarakat a. Dukungan dari BP3/Komite Sekolah atau

Dewan sekolah;

b. Keterlibatan orang tua dalam pengambilan kebijakan sekolah;

c. Keterlibatan masyarakat dalam pengam- bilan kebijakan sekolah;

d. Keterlibatan dunia usaha dalam pengembangan sekolah.

Sumber: Muhroji (2012) diolah kembali.

Sekolah sebagai bagian dari institusi sektor publik dituntut untuk melaksanakan pengelolaan pendidikan dengan transparan sebagai bentuk akuntabilitas terhadap stakeholders pendidikan. Di sisi lain sekolah harus menyadari dan lebih memperhatikan pentingnya pengukuran kinerja, sebagai sarana untuk memantau tingkat perkembangan dan pencapaian tujuan organi- sasi utamanya terkait dengan pemberian pelayanan kepada stakeholdersnya.

Pengukuran kinerja sekol ,ah yang baik haruslah bersifat komprehensif, termasuk pengukuran-pengukuran penting dari seluruh bidang operasional yang ada dalam sekolah.

C. Pendekatan Balanced Scorecard

Dalam dokumen TESIS S431208041 Joko Pramono (Halaman 59-67)

Dokumen terkait