• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.2 Pembahasan

5.2.2 Parameter Pertumbuhan Semai Sengon pada Media Tanam

Penambahan arang pada media tanam dilakukan untuk mendapatkan bukti secara nyata akan fungsi atau manfaat arang tersebut. Arang dapat digunakan untuk membangun kembali kesuburan lahan kritis yang miskin hara. Keuntungan pemberian arang, antara lain memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah, sehingga dapat merangsang pertumbuhan akar dan memberikan habitat untuk pertumbuhan semai tanaman (Gusmalina 1999).

Sengon atau Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen adalah spesies yang dijadikan sebagai indikator keberhasilan dari campuran tanah dan arang sebagai media tanam. Tanaman untuk tumbuh memerlukan media yang mampu

memberikan tempat tumbuh yang baik dan menyediakan unsur-unsur hara untuk kelangsungan hidup tanaman. Media tanam pada prinsipnya dapat dinilai baik apabila media tanam memiliki empat peranan pokok yaitu mampu menyediakan tunjangan mekanik, memiliki kemampuan menyimpan air, memiliki aerasi yang baik dan mampu menyuplai unsur hara dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman.

Pertumbuhan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi tanaman menjadi besar, sel menjadi lebih banyak dan kemampuan untuk berkembang biak. Menurut Gardner et al. (1991) menyebutkan bahwa pertumbuhan merupakan akibat adanya interaksi antara berbagai faktor internal perangsang pertumbuhan yaitu pengendali genetik dan unsur-unsur iklim, tanah dan biologis dari lingkungan. Pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh penyerapan unsur hara oleh tanaman. Tingkat keberhasilan tumbuh ini dapat dilihat dari peningkatan atau penambahan dari tinggi, diameter, berat kering total, kekokohan semai serta dapat dilihat dari nilai rasio pucuk akar semai sengon. Pertumbuhan tanaman yang baik didukung oleh kualitas tanah yang baik juga.

Tinggi merupakan parameter yang paling mudah diukur sebagai indikator pengaruh penambahan arang terhadap pertumbuhan semai sengon. Perubahan tinggi semai sengon menunjukkan adanya pertumbuhan yang nilainya didapat dari perhitungan selisih tinggi semai sengon akhir pengamatan dengan tinggi semai awal pengamatan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan pertumbuhan yang meningkat dari awal pengamatan sampai dengan minggu akhir pengamatan. Pada penambahan arang 10% ke dalam media tanam memberikan respon yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol untuk pertumbuhan tinggi semai sengon dengan rata-rata tinggi 6,35 cm atau menunjukkan kenaikan tinggi sebesar 1,72 cm, nilai persentase untuk peningkatan tersebut adalah sebesar 37,15% dibandingkan dengan kontrol. Hasil uji menunjukkan bahwa penambahan arang ke dalam media tanam sebanyak 20% menunjukkan rata-rata tinggi semai sengon lebih kecil 1,55 cm atau menurun sebesar 33,47% dibandingkan dengan kontrol. Dengan penambahan arang 30% ke dalam media tanam menunjukkan rata-rata tinggi semai sengon lebih kecil sebesar 2,69 cm atau penurunan persentase pertumbuhan sebesar 58,09% dibandingkan dengan kontrol.

Pada Gambar 1 dapat dilihat pertumbuhan tinggi sengon dari awal pengamatan sampai dengan akhir pengamatan yang mengalami pertambahan tinggi setiap minggu pada setiap perlakuan. Pengamatan pertumbuhan tinggi dilakukan setiap 1 minggu sekali, sehingga pengukuran pertumbuhan tinggi dilakukan sebanyak 14 kali pengukuran selama 14 minggu. Pada minggu pertama sampai dengan minggu ke-8 tidak terlihat pertambahan tinggi yang terlalu besar, tetapi pertambahan tinggi yang cukup signifikan terjadi pada minggu ke-10 dan pada minggu ke-14 pengaruh penambahan arang terhadap tinggi berada pada titik maksimal. Pertumbuhan tinggi semai yang lambat diduga karena penyediaan hara belum terserap sepenuhnya oleh tanaman atau unsur hara sebagian mengalami proses pencucian melalui kegiatan penyiraman sehingga respon pertumbuhan tidak cukup signifikan.

Pertumbuhan tinggi dipengaruhi oleh unsur hara nitrogen yang tersedia di dalam tanah. Nitrogen yang terdapat dalam arang tersedia perlahan-lahan bagi pertumbuhan tanaman yang diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetative tanaman. Peranan unsur nitrogen yaitu meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan warna hijau daun karena merupakan bahan penyusun klorofil serta meningkatkan jumlah anakan (Hairiah 2004). Selain itu juga berperan dalam merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan khususnya batang, cabang dan daun. Kekurangan unsur nitrogen menyebabkan warna daun mengalami perubahan dari hijau agak kekuningan menjadi kuning, anakannya sedikit tumbuh kerdil. Kalium mempunyai peranan yang tidak kalah penting dalam proses-proses fisiologis seperti metabolisme nitrogen, metabolisme karbohidrat, mengawasi dan mengatur aktivitas beragam unsur mineral dan mempercepat pertumbuhan jaringan merismatik (Hakim et al. 1986).

Dari hasil uji Duncan pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa campuran tanah dan arang sebanyak 10% menambah pertumbuhan diameter sengon sebesar 0,39 mm atau dengan persentase pertumbuhan meningkat sebesar 65% dibandingkan kontrol. Campuran tanah dan arang 20% dapat menambah diameter semai sengon sebesar 0,17 mm atau persentase pertumbuhan dibandingkan dengan kontrol meningkat sebesar 28,33%. Campuran tanah dan arang 30% ke dalam media tanam dapat meningkatkan diameter semai sengon sebesar 81,66% terhadap

kontrol atau mengalami rata-rata pertambahan diameter sebesar 0,49 mm. Dengan penambahan arang 30% ke dalam media tanam telah dapat memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan semai sengon untuk meningkatkan pertambahan diameter. Pertambahan diameter semai sengon menunjukkan bahwa respon pertumbuhan diameter terjadi lebih lambat, mengingat usia muda semai sengon cenderung mengalami pertumbuhan yang cepat ke arah vertikal. Hal tersebut disebabkan adanya berbagai faktor di lapangan yang mempengaruhi penambahan arang sehingga lebih terkonsentrasi pada pemanjangan tunas pada tinggi semai sengon.

Pertumbuhan diameter dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis. Pertumbuhan diameter akan berlangsung apabila kebutuhan hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian daun, pertumbuhan akar dan tinggi telah terpenuhi. Selain itu, pertambahan diameter dapat dipengaruhi oleh jarak tanam atau pengaturan peletakan posisi polybag. Pemberian jarak antar polybag yang sesuai dapat memberi ruang tumbuh yang lebih besar dan pengambilan cahaya matahari dapat berlangsung optimal sehingga pertambahan diameter dapat terjadi lebih maksimal.

Pada Gambar 2 menyajikan pertumbuhan diameter semai sengon pada awal pengamatan sampai dengan akhir pengamatan pada minggu ke-14. Pada umumnya pertambahan diameter semai sengon mengalami peningkatan, tetapi hasil pengukuran dari minggu ke-4 sampai minggu ke-8 tidak mengalami pertambahan yang cukup besar, pertambahan diameter mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada minggu ke-10 dan minggu ke-14. Hal ini dikarenakan penambahan arang pada media tanam di minggu pertama belum mencukupi kebutuhan unsur hara pada sengon. Peningkatan parameter pertumbuhan tanaman disebabkan oleh peranan arang dalam membantu dalam penyediaan hara. Hasil dari analisis Balai Penelitian tanah, arang memiliki kandungan C-organik sebesar 5,40% dan kandungan C/N sebesar 60. Kedua unsur ini membantu dalam perombakan bahan organik dan sangat penting bagi mikroorganisme dalam tanah untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Parameter berat kering total (BKT) merupakan indikator untuk mengetahui baik tidaknya pertumbuhan semai sengon serta dapat menggambarkan efisiensi proses fisiologis pada tanaman. Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa penambahan

arang 10% menunjukkan berat kering total meningkat 0,43 gram dari kontrol atau persentase berat kering total semai sengon mengalami peningkatan sebesar 204,76% dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan penambahan arang 20% menghasilkan peningkatan berat kering total sebesar 0,03 gram atau peningkatan persentase pertumbuhan sebesar 14,28% dibandingkan kontrol. Pada penambahan arang 30% nilai berat kering total semai sengon lebih kecil 0,03 gram dibandingkan dengan kontrol atau menurun sebesar 14,28%.

Nilai berat kering total semai sengon menunjukkan kemampuan semai sengon untuk menyerap unsur hara yang tersedia dalam media tersebut. BKT dapat secara langsung ditentukan oleh besarnya petumbuhan. Bila semai sengon tumbuh dengan baik maka akan diperoleh nilai BKT yang besar, artinya semai sengon mampu menyerap unsur hara yang terdapat dalam media tanam. Kemudian melalui proses metabolisme diubah dan disusun menjadi sel-sel baru (daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah dan akar). Arang yang kaya dengan berbagai unsur hara dan mineral memasok kebutuhan hara yang diserap tanaman melalui perakaran dan selanjutnya disalurkan ke seluruh bagian tanaman untuk proses fotosintesis. Hasil fotosintesis digunakan tanaman untuk menunjang berbagai aktivitas hidup tanaman seperti proses respirasi, pembentukan sel dan jaringan yang baru. Unsur yang berguna sebagai bahan mentah untuk pembentukan protein membantu asimilasi dan pernafasan adalah unsur fosfor. Fosfor juga sangat berperan penting dalam menyalurkan energi dalam sel dan dapat meningkatkan efisiensi kerja kloroplas (Hakim et al. 1986). Dengan ketersediaan unsur hara yang cukup, fotosintesis akan berlangsung dengan lancar dan pertumbuhan akan meningkat dengan cepat sehingga sel jaringan tanaman akan semakin banyak. Dengan kandungan fosfor yang tinggi pada tanaman akan meningkatkan laju fotosintesis dan merangsang pembentukan daun baru yang akan ikut meningkatkan berat kering total tanaman dan rasio pucuk akar

Kekokohan semai merupakan nilai yang menunjukkan kemampuan tanaman untuk beradaptasi dengan lingkungan. Ukuran kekokohan semai yang baik adalah yang seimbang antara perkembangan tinggi dengan perkembangan diameter semai sengon. Adanya variasi pertumbuhan tinggi menyebabkan variasi pada nilai kekokohan semai, dimana rata-rata kekokohan semai tertinggi pada

media tanam kontrol yaitu sebesar 12,24. Pada penambahan arang 10% memiliki nilai kekokohan semai sebesar 10,11 dan penambahan arang 20% kekokohan semai sebesar 8,11. Nilai kekokohan semai sengon pada media tanam dengan penambahan arang 30% yaitu sebesar 4,9. Kekokohan bibit akan ditentukan oleh besaran dan variasi dari tinggi dan diameter bibit. Nilai kekokohan semai yang baik (ideal) untuk siap dipindahkan ke lapangan adalah mendekati nilai 2-5 (Hendromono 2003). Nilai kekokohan semai yang bernilai diatas rata-rata ideal karena pertumbuhan tinggi semai tidak seimbang dengan diameternya. Pada penambahan arang 30% berarti bahwa nilai parameter kekokohan semai tersebut sudah memenuhi persyaratan siap tanam serta memiliki daya tahan hidup yang tinggi di lapangan. Semai sengon yang memiliki nilai kekokohan semai lebih kecil akan lebih tahan dari gangguan angin jika ditanam di lapangan, sedangkan semai sengon dengan nilai kekokohan semai yang lebih besar jika ditanam di lapangan akan mudah rebah karena tidak tahan terhadap gangguan angin. Semakin kecil nilai kekokohan semai maka semai tersebut akan makin mudah dalam hal beradaptasi dengan lingkungan dan lebih tahan terhadap gangguan angin.

Rasio pucuk akar (RPA) merupakan perbandingan antara berat kering pucuk dengan berat kering akar tanaman. Selain itu juga merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan tanaman yang mencerminkan perbandingan antara kemampuan tanaman dalam menyerap air dan mineral dengan proses transpirasi dan luasan fotosintesis dari tanaman (Sitompul dan Guritno 1995). Dari penelitian ini, perlakuan penambahan arang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter rasio pucuk akar. Pada penambahan arang 30% memberikan nilai rasio pucuk akar (RPA) paling besar yaitu 6,23 sedangkan nilai RPA yang paling kecil pada penambahan arang 20% dalam media tanam yang bernilai 3,96. Rasio pucuk akar pada media kontrol memiliki nilai sebesar 4,92, sedangkan pada campuran tanah dan arang 10% rasio pucuk akar bernilai sebesar 4,83.

Pertumbuhan tanaman yang normal ditunjukkan dengan perkembangan pucuk dan akar yang seimbang. Menurut Ramadani (2007) menyebutkan bahwa tanaman dikatakan baik jika interval rasio pucuk akar bernilai antara 1-3, dengan nilai terbaik adalah yang mendekati angka terendah. Rasio pucuk akar yang tinggi

dengan produksi biomassa total yang besar secara tidak langsung menunjukkan bahwa akar yang relatif sedikit, cukup untuk mendukung pertumbuhan tanam yang relatif besar dalam menyediakan air dan unsur hara. Tanaman yang kekurangan air dan serapan unsur hara yang rendah akan menghasilkan rasio pucuk akar yang rendah. Terjadinya hambatan media pertumbuhan tanaman akan diikuti oleh penurunan rasio pucuk akar (Hairiah et al. 2004). Pertumbuhan tanaman tergantung pada aktivitas sistem fotosintesis, oleh karena itu tidak dapat dihindarkan lagi bahwa pertumbuhan mengalami tekanan seleksi yang intensif baik pada kemampuan untuk menghasilkan bagian-bagian dimana fotosintesis terjadi maupun kemampuan agar fotosintesis berjalan lebih efisien (Soerianegara 1990).

Penyerapan hara oleh tanaman dipengaruhi oleh jumlah dan ketersediaan hara dalam tanah. Menurut kebutuhan tanaman, unsur-unsur hara penting dapat digolongkan menjadi : unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah relatif lebih banyak yaitu : Carbon, Hidrogen (H), Oxigen(O), Nitrogen (N), Phosporus (P), Pottasium (K), Sulfat (S), Magesium (Mg) dan Calcium (Ca). Unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman tersebut diatas berasal dari sumber yang berbeda-beda. Unsur-unsur hara C, H dan O berasal dari atmosfir atau air, sedang unsur-unsur hara lainnya berasal dari mineral tanah. Unsur hara N, P dan K merupakan unsur yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan semai sengon terutama untuk fotosintesis serta tergolong unsur hara makro karena diperlukan dalam jumlah yang besar oleh tanaman.

Kandungan unsur hara dalam arang terbilang lengkap (mengandung unsur hara makro dan mikro), meskipun nilainya masih tergolong kecil. Hasil analisis arang mempunyai kandungan nitrogen (N) sebesar 0,09%, unsur fosfor (P) sebesar 4mg/100gram, unsur kalium (K) sebesar 62 mg/100gram. Kandungan hara yang nilai kecil ini menyebabkan pertumbuhan tinggi dan diameter semai sengon pada minggu pertama setelah tanam sampai dengan minggu ke-8 tidak berkembang dengan baik. Keadaan ini dapat diatasi dengan melakukan penambahan pupuk NPK. Maka unsur hara yang belum terpenuhi dengan penambahan arang dapat dibantu dengan penambahan pupuk NPK. Unsur hara

yang terkandung di dalam pupuk NPK lebih cepat tersedia bagi tanaman. Ketika pupuk tersebut diaplikasikan ke dalam tanaman maka akan langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Semai sengon mengalami pertumbuhan yang cepat setelah penambahan pupuk NPK pada minggu ke-9.

Pupuk NPK mampu mensuplai N dalam bentuk organik seperti protein, asam amino, gula amino, N tak terlarut asam, N tak diketahui yang terhidrolisis dan N organik yang terimobilisasi dalam organisme tanah yang dapat menjadi N tersedia (NH4+ dan NO3-) melalui proses mineralisasi (aminisasi, amonifikasi dan nitrifikasi) dalam bentuk terlarut. Penambahan N dari pupuk NPK menyebabkan meningkatnya aktivitas mikroorganisme sehingga mempercepat proses dekomposisi bahan organik tanah. Hal itu disebabkan karena penambahan pupuk dapat meningkatkan kandungan N total tanah dalam berbagai bentuk anorganik seperti NH4+ atau NH3 atau NO3-, sehingga dengan meningkatnya kandungan N total tersebut akan menurunkan rasio C/N tanah. Penambahan NPK digunakan juga untuk menurunkan C/N yang tinggi karena NPK menyebabkan terjadinya proses dekomposisi bahan organik oleh jasad renik. Dalam proses dekomposisi bahan organik akan dirombak menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Senyawa karbon kompeks akan dirombak menjadi senyawa yang sederhana sampai akhirnya senyawa tersebut tidak dapat didekomposisikan lagi. Hasilnya menyebabkan kandungan C-organik menurun sedangkan kandungan N dan unsur hara lainnya meningkat. Berdasarkan rumus C/N, jika N meningkat maka rasio tersebut akan menurun.

Pada umumnya arang tidak hanya mengandung karbon saja, pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa arang memiliki pH (H2O) 8,3 nilai ini menggambarkan sifat arang adalah basa. Hal ini juga berkaitan dengan salah satu sifat tanah podsolik merah kuning yang memiliki keasaman yang tinggi (asam-sangat asam). Keasaman tanah yang rendah disebabkan oleh kekurangan basa-basa yang dipertukarkan. Penambahan kation-kation tertentu dalam jumlah yang cukup dapat menaikkan pH. Kenaikan pH disebabkan oleh pelepasan basa-basa yang dikandung oleh bahan organik. Selain itu kenaikan pH mungkin disebabkan pengaruh pertukaran anion oleh anion-anion organik yang dihasilkan selama proses dekomposisi (Winarso 1996). Kation-kation basa hasil dekomposisi bahan

organik yang dilepaskan ke dalam tanah dapat mengakibatkan tanah jenuh dengan kation basa dan hal ini akan mempengaruhi pH tanah. Keberadaan kation-kation basa dapat meningkatkan konsentrasi OH- dan pada gilirannya akan meningkatkan pH tanah. Selain pH arang yang tinggi untuk meningkatkan pH tanah, kation- kation yang paling sesuai untuk mengurangi keasaman tanah tersebut adalah Ca dan Mg. Kandungan Ca dan Mg dalam arang yang bernilai sebesar 4,18 Cmol/kg dan 0,59 Cmol/kg tergolong sangat tinggi sehingga sudah dapat digunakan untuk menetralkan keasaman tanah. Magnesium (Mg) merupakan komponen mineral penyusun klorofil yang dibutuhkan oleh tanaman untuk kegiatan enzim-enzim yang berhubungan dengan metabolisme karbohidrat, terutama dalam siklus asam sitrat yang memiliki peranan penting dalam respirasi sel. Tanpa magnesium, tanaman tidak dapat menggunakan cahaya untuk membuat makanan. Jumlah kation demikian menentukan presentase kejenuhan basa dalam arang yang lebih dari 100% sehingga secara tidak langsung menentukan kepekatan ion H+ arang yang ditambahkan di dalam tanah.

Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan kapasitas arang untuk menjerap dan mempertahankan kation. Jerapan dan pertukaran kation memegang peranan praktis yang sangat penting dalam penyerapan hara oleh tanaman, kesuburan tanah, retensi hara, dan pemupukan. Kation yang terjerap umumnya tersedia bagi tanaman melalui pertukaran dengan ion H+ yang dihasilkan oleh respirasi akar tanaman. Hara yang ditambahkan ke dalam tanah akan ditahan oleh permukaan koloid sehingga untuk sementara terhindar dari pencucian. Nilai KTK arang 4,32 Cmol/kg sudah tergolong sangat tinggi dan akan dapat membantu pengikatan kation di dalam tanah. KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara, karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid sehingga tidak mudah tercuci.

Walaupun pada dasarnya penambahan arang mampu menambah kandungan unsur hara dalam media tanam, namun penambahan arang yang terlalu berlebihan akan menyebabkan penurunan pertumbuhan semai sengon. Oleh karena itu pertumbuhan semai sengon yang rendah pada media tanam dengan penambahan arang lebih dari 20% kemungkinan besar disebabkan oleh unsur hara yang terkandung dalam arang terlalu tinggi. Dari nilai pH yang tinggi arang akan

menyebabkan pH media tanam juga ikut meningkat sehingga sifatnya menjadi alkalis. Nilai pH yang tinggi akan mempengaruhi ketersediaan unsure hara bagi semai sengon. Kondisi pH yang tinggi (alkalis) menyebabkan kandungan unsur hara seperti kandungan Ca pada media tanam cukup tinggi, sehingga unsur P yang tersedia bagi tanaman akan terikat oleh unsur Ca dalam bentuk kalsium-fosfat. Selain itu juga menyebabkan menurunnya kandungan unsur P yang berperan dalam perkembangan sel dan kandungan unsur Mg menjadi terbatas. Menurut Hakim et al. (1986) pada tanah basa banyak dijumpai ion Ca bebas dari bentuk kalsium-fosfat yang mengendapkan fosfat (P). Pengikatan unsur P oleh unsur Ca akan menyebabkan terhambatnya proses perkembangan sel tanaman karena kebutuhan P untuk proses tersebut tidak mencukupi sehingga pertumbuhan tanaman tidak optimum.

Selain menyebabkan unsur P yang terbatas, kondisi media tanam yang alkalis juga mempengaruhi ketersediaan kalsium yang berfungsi dalam mekanisme pembukaan stomata serta sebagai katalisator. Pada media tanam yang bersifat terlalu basa akan menyebabkan penurunan ketersediaan unsur Ca, kondisi ini mengakibatkan tanaman tidak dapat menjalankan kegiatan fotosintesis secara optimum dan kurang mampu memanfaatkan nitrogen yang ada pada media tanam. Meskipun N yang tersedia cukup banyak tetapi tidak sepenuhnya dapat dimanfaatkan oleh tanaman untk meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan merangsang tumbuh anakan. Pada akhirnya kondisi yang dimiliki oleh media tanam akan menghambat pertumbuhan tanaman. Penurunan pertumbuhan semai sengon juga disebabkan oleh faktor media tanam yang mengalami proses dekomposisi yang belum sempurna.

Pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor antara lain sinar matahari, suhu, udara, air dan unsur hara yang terkandung dalam tanah. Tanah merupakan perantara penyediaan faktor-faktor tersebut kecuali sinar matahari. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) pertumbuhan tanaman yang baik dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tanaman diantaranya adalah ketersediaan air, unsur hara, iklim dan adanya hama dan penyakit. Dengan pemberian air setiap hari yaitu dengan penyiraman yang dilakukan pagi dan sore terlihat sekali vigor tanaman tegak dan

tidak mudah rusak serta tanaman tidak menjadi layu. Hal ini merupakan salah satu fungsi air yaitu sebagai pengatur suhu bagi semai sengon, karena air mempunyai kemampuan menyerap panas dengan baik. Tanaman membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan tanaman akan air untuk perkembangannya sangat bergantung pada banyak faktor diantaranya adalah: (1) tipe dan fase pertumbuhan, (2) tanah dengan kandungan airnya yang berbeda-beda dan (3) cuaca. Penyerapan air akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta hasil tanaman karena terjadi perubahan pada anatomi, morfologi, fisiologi dan biokimia tanaman yang pada akhirnya akan mempengaruhi produktivitas tanaman. Tanah atau media tanam merupakan pemasok hara dan air yang diperlukan semai sengon sebagai tempat hidup komponen biotik, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.

Mengingat penelitian ini dilakukan di laboratorium rumah kaca yang setiap siang hari suhu tidak selalu fluktuatif maka pemberian air setiap hari akan membantu menstabilkan suhu tanah dan tanaman. Hama dan penyakit yang menyerang semai sengon di rumah kaca juga beragam seperti kutu yang menyebabkan daun menguning dan lama kelamaan menjadi rontok. Pemberantasan hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida pada semai sengon. Keberhasilan pertumbuhan tanaman di lapangan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah kemampuan adaptif tanaman itu sendiri terhadap kondisi lingkungan dan kualitas tanah sebagai media tumbuh tanaman. Kemampuan adaptif tanaman terhadap lingkungan tempat tumbuh bersifat spesifik. Mekanisme adaptasi ini berlainan untuk setiap jenis tanaman, menyesuaikan dengan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait