• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.6 Parameter yang Dihitung

Untuk mendapat karakteristik yang diperoleh saat penelitian digunakanlah parameter sebagai berikut :

a. Daya angin (Pin) b. Daya kincir (Pout)

c. Gaya pengimbang / torsi (N) d. Koefisien daya (Cp)

27 3.7 Langka Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium konversi energi program studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma, dengan skematik pengujian seperti pada Gambar

Gambar 3. 15 Skema pengujian Kincir Angin kombinasi Savonius dan Giromill a. Mempersiapkan kincir angin yang telah dibuat dan diuji coba serta peralatan-

peralatan yang dibutuhkan untuk pengambilan data penelitian

b. Memasang kincir angin pada stand kincir angin yang telah disiapkan dan dikencangkan menggunakan baut pada bantalan (bearing) stand kincir angin,menambah dudukan stand agar mengurangi getaran saat kincir angin berputar,Anemometer dipasang tepat di depan muka kincir angin yang berhadapan dengan blower.

c. Memasang neraca pegas yang terhubung dengan system pengereman

d. Memulai penelitian dengan menyalakan blower. Kemudian mengatur kecepatan angin yang dihasilkan blower dengan inverter pada kecepatan 7,5 m/s.

Kemudian tunggu sesaat sampai hembusan angin dari blower dan putaran kincir steady pada kecepatan 7,5 m/s

e. Jika kecepatan angin sudah sesuai langkah selanjutnya mengatur sistem pembebanan. Untuk menambah pembebanan dilakukan dengan cara penambahan karet.

f. Lakukan pengambilan data kecepatan putar poros turbin angin (n) setiap dilakukan penambahan beban, pengukuran dilakukan pada bagian poros yang sudah diberi lakban aluminium foil dengan menggunakan tachometer.

g. Lakukan pengambilan data pengukuran beban (N) dari tanpa beban (beban nol) hingga beban maksimal atau hingga turbin angin berhenti.

h. Lakukan pengulangan pengujian hingga 3 kali dan mencatat data yang terukur pada tachometer, dan neraca pegas.

i. Matikan blower jika kincir berhenti berputar karena pembebanan j. Merubah variasi sudut kemiringan berikutnya

k. Kemudian ulangi kembali langkah f,g,h disetiap variasi sudut sudu Giromill

3.8 Pengolahan Data

Cara yang digunakan untuk mengolah data dan menampilkan hasil adalah sebagai berikut:

a. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dimasukan ke dalam Tabel 4.1, 4.2, dan 4.3.

b. Jika gaya pengimbang sudah diketahui dan jarak lengan torsi sudah di ketahui maka torsi (N.m) dapat dicari dengan Persaman (8).

c. Setelah kecepatan angin (v) sudah didapatkan dari pengukuran menggunakan anemometer dan luas penampang turbin angin (A) sudah didapat maka daya angin (Pin) maka dapat dihitung dengan persaman (5).

d. Untuk mengetahui daya turbin angin (Pout) terlebih dahulu harus menghitung kecepatan sudu (ω), selanjutnya dapat dikali dengan beban torsi (N.m).

29

e. Dengan membandingkan kecepatan yang terjadi pada ujung sudu (vt) dengan kecepatan angin (v) dapat digunakan untuk menghitung tip speed ratio (λ) sesuai dengan Persaman (11).

f. Untuk menghitung koefisien daya dapat dilakukan dengan cara membandingkan daya turbin angin (Pout) dengan daya angin (Pin).

g. Jika perhitungan sudah selesai dilakukan maka dapat dilakukan pembuatan grafik untuk mengetahui karakteristik turbin angin.

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Penelitian

Dalam pengambilan data Kincir Angin Kombinasi tipe Savonius dan Giromill ada beberapa variasi,Tabel 4.1 merupakan data kincir angin Savonius dan Giromill pada variasi sudut kemiringanl 0o,Tabel 4.2 merupakan data kincir sngin Savonius dan Giromill pada variasi sudut kemiringanl 5o,Tabel 4.3 merupakan data kincir angin Savonius dan Giromill pada variasi sudut kemiringanl -5o.Pada pegambilan data inimenggunakan kecepatan angin 7,5m/s.

Tabel 4.1 Hasil pengambilan data kincir angin Kombinasi tipe Savonis dan Giromil pada variasi sudut kemiringan 0o dengan kecepatan angin 7,5 m/s

No Putaran Poros (N) Gaya Pengimbang (F)

(rpm) (N)

31

Tabel 4.1 Hasil pengambilan data kincir angin Kombinasi tipe Savonis dan Giromill pada variasi sudut kemiringanl 0o dengan kecepatan angin 7,5 m/s (lanjutan)

No Putaran Poros (N) Gaya Pengimbang (F)

(rpm) (N)

Tabel 4.2 Hasil pengambilan data kincir angin Kombinasi tipe Savonis dan Giromill pada variasi sudut kemiringanl 5o dengan kecepatan angin 7,5 m/s

No Putaran Poros (N) Gaya Pengimbang (F)

(rpm) (N)

Tabel 4.3 Hasil pengambilan data kincir angin Kombinasi tipe Savonis dan Giromill pada variasi sudut kemiringanl -5o dengan kecepatan angin 7,5 m/s

No Putaran Poros (N) Gaya Pengimbang (F)

(rpm) (N)

33

Tabel 4.3 Hasil pengambilan data kincir angin Kombinasi tipe Savonis dan Giromill pada variasi sudut kemiringanl -5o dengan kecepatan angin 7,5 m/s (lanjutan)

No Putaran Poros (N) Gaya Pengimbang (F)

(rpm) (N)

Tabel 4.3 Hasil pengambilan data kincir angin Kombinasi tipe Savonis dan Giromill pada variasi sudut kemiringan -5o dengan kecepatan angin 7,5 m/s (lanjutan)

No Putaran Poros (N) Gaya Pengimbang (F)

(rpm) (N)

35 4.2 Pengelolahan Data

Dalam perhitungan data diambil dari Tabel 4.2 pada langkah percobaan pertama (1) dan pembebanan ke tujuh (7). Sedangkan untuk pengolahan data menggunakan beberapa asumsi untuk mempermudah dalam proses perhitungan, sebagai berikut: pembebanan ke tujuh (7) pada langkah percobaan pertama (1). Data yang diperoleh gaya pengimbang (F) sebesar 4,0 N dan panjang lengan torsi (l) 0,2 m. Torsi dapat dihitung menggunakan persamaan (8) sebagai berikut:

T = F. l

= (4,0 N ).(0,2 m)

= 0,8 N.m Jadi torsi yang dihasilkan sebesar 0,8 N.m

4.2.2 Perhitungan Daya Angin

Dalam perhitungan daya angin, sebagai contoh diambilkan data pada Tabel 4.4 pembebanan ke tujuh (7) pada langkah percobaan ke pertama (1). Data yang diperoleh gaya pengimbang (F) sebesar 4,0 N, kecepatan putar poros (n) sebesar 138 rpm, luas tangkap angin (A) sebesar 0,4 m², kecepatan angin (v) 7,5 m/s dan massa jenis udara (ρ) 1,18 kg/m³. Jika sulk bdah diketahui variasi tersebut maka daya angin dapat dihitung sesuai Persamaan (5) sebagai berikut:

Pin = 1

2 ρ A v³

= ( 1

2 ).(1,18 kg/m³).(0,4 m²).(7,5 m/s)3

= 99,56 Watt

Jadi daya angin yang dihasilkan sebesar 99,56 Watt

4.2.3 Perhitungan Kecepatan Sudu

Dalam perhitungan kecepatan sudu, sebagai contoh diambilkan data pada Tabel 4.3 pembebanan ke tujuh (7) pada langkah percobaan pertama (1). Data yang diperoleh gaya pengimbang (F) sebesar 4,0 N, dan kecepatan putar poros (n) sebesar 138 rpm. Sehingga kecepatan sudu dapat dihitung menggunakan persamaaan (7) sebagai berikut:

Jadi kecepatan sudu yang dihasilkan sebesar 14,44rad/s 4.2.4 Perhitungan Daya Kincir Angin

Dalam perhitungan daya kincir angin sebagai contoh diambilkan data pada Tabel 4.3 pembebanan ke tujuh (7) pada langkah percobaan pertama (1). Data yang diperoleh gaya pengimbang (F) sebesar 4,0 N, kecepatan putar poros (n) sebesar 138 rpm, dan torsi (T) sebesar 0,80 N.m, dan kecepatan sudu kincir angin (ω) sebesar 14,44 rad/s. Sehingga daya kincir angin dapat dihitung dengan persamaan (6) sebagai berikut :

Pout = 𝑇 . 𝜔

= 0,80 N.m .14,44 rad/s

= 11,56 watt

37 4.2.5 Perhitungan Tip Speed Ratio

Dalam perhitungan tip speed ratio sebagai contoh diambilkan data pada Tabel 4.3 pembebanan ke tujuh(7) pada langkah percobaan pertama (1). Data yang diperoleh gaya pengimbang (F) sebesar 4,0 N, kecepatan putar poros (n) sebesar 138 rpm, jari-jari kincir angin (r) sebesar 0,40 m , dan kecepatan angin angin (v) sebesar 7,5 m/s. Untuk mengetahui nilai tip speed ratio (λ) dapat dihitung dengan persamaan (11) sebagai berikut:

λ = 𝜋𝑟𝑛

30.𝑣

= (𝜋 .0,40 𝑚 .138 𝑟𝑝𝑚) (30.7,5 𝑚/𝑠)

= 0,77

Jadi tip speed ratio yang dihasilkan sebesar 0,77

4.2.6 Perhitungan Koefisien Daya

Dalam koefisien daya sebagai contoh diambilkan data pada Tabel 4.3 pembebanan ke tujuh (7) pada langkah percobaan pertama (1). Data yang diperoleh gaya pengafafimbang (F) sebesar 4,0 N, kecepatan putar poros (n) sebesar 138 rpm.

Sehingga nilai yang diperoleh daya angin (Pin) sebesar 99,56 watt dan daya turbin angin (Pout) sebesar 11,56 watt. Untuk menghitung nilai koefisien daya (Cp) dapat dilakukan sesuai persamaan (14) sebagai berikut:

Cp =𝑃𝑜𝑢𝑡

𝑃𝑖𝑛 100 %

= 11,56 𝑤𝑎𝑡𝑡

99,56 𝑤𝑎𝑡𝑡 100 %

= 11,61 %

Jadi koefisien daya yang dihasilkan sebesar 11,61 %

4.3 Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.4 Data Hasil Perhitungan Kombinasi Kincir Angin Giromilll Dan Savonius Dengan sudu Giromill empat sudu pada Variasi sudut kemiringanll 0° Pada Kecepatan Angin 7,5 m/s

No

39

Tabel 4.4 Data Hasil Perhitungan Kombinasi Kincir Angin Giromilll Dan Savonius Dengan sudu Giromill empat sudu pada Variasi sudut kemiringanll 0° Pada Kecepatan Angin 7,5 m/s (lanjutan)

No

Tabel 4.5 Data Hasil Perhitungan Kombinasi Kincir Angin Giromilll Dan Savonius Dengan sudu Giromill empat sudu pada Variasi sudut kemiringanll 5° Pada Kecepatan Angin 7,5 m/s

No kemiringanll -5° Pada Kecepatan Angin 7,5 m/s

No

41

Tabel 4.6 Data Hasil Perhitungan Kombinasi Kincir Angin Giromilll Dan Savonius Dengan sudu Giromill empat sudu pada Variasi sudut kemiringanll -5° Pada Kecepatan Angin 7,5 m/s (lanjutan)

No

Tabel 4.6 Data Hasil Perhitungan Kombinasi Kincir Angin Giromilll Dan Savonius dengan sudu Giromill empat sudu pada Variasi sudut kemiringanll -5° Pada kecepatan Angin 7,5 m/s (lanjutan)

No

43 4.4 Grafik Hasil Pengolahan Data

Dari data perhitungan yang telah diperoleh pada Tabel 4.4, Tabel 4.5, dan Tabel 4.6, maka data tersebut akan di olah kembali kedalam bentuk grafik untuk mengetahui hubungan antara kecepatan putar poros kincir angin (n) dengan beban torsi (T) dan mengetahui hubungan antara koefisisen daya (Cp) dengan tip speed ratio (λ). Grafik dibuat sesuai dengan variasi sudu yang digunakan sebagai berikut:

4.4.1 Grafik Hasil Perhitungan Pada Kombinasi Kincir Angin Giromilll Dan Savonius Dengan Sudu Giromilll Empat sudu Pada Variasi sudut kemiringanll 0°.

a. Grafik Hubungan Torsi Dengan Kecepatan Putar Poros

Dari Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai torsi yang dihasilkan, maka semakin rendah kecepatan putaran poros kincir angin atau dapat disebutkan bahwa hubungan torsi dengan kecepatan putaran poros kincir angin berbanding terbalik. Kombinasi Kincir angin Giromilll dan Savonius dengan sudu Giromill empat sudu menghasilkan torsi maksimal yaitu 1,02 N.m pada putaran sebesar 37 rpm, sedangkan kecepatan putar optimal mencapai 215 rpm pada saat tanpa beban dengan variasi 0° pada kecepatan 7,5 m/s

Gambar 4.1 Grafik hubungan kecepatan putar poros Kincir Angin (rpm) dengan torsi (N.m) pada variasi sudut kemiringan 0°

b. Grafik hubungan tip speed ratio dengan koefisien

14,0

Gambar 4.2 Grafik hubungan Koefisien Daya, (Cp) dengan Tip Speed Ratio (λ) pada variasi sudut kemiringan 0°

0

Koefisien Daya, (Cp)

Cp= -36.944 λ 2 + 48.902 λ - 5.2601

45

Pada Gambar 4.2 grafik hubungan tip speed ratio (λ) pada saat koefisien daya (Cp) diperoleh persamaan Cp= -36.944 λ2 + 48.902 λ- 5.2601,Dari persamaan tersebut dapat digunakan untuk menegetahui nilai tip speed ratio pada saat koefisien daya maksimal dengan cara sebagai berikut :

Cp = -36,944 λ2 + 48,902 λ – 5,2601 Nilai tip speed ratio sebesar 0,661

Koefisien daya maksimal Cp = -36,944 λ2 + 48,902 λ – 5,2601

= -36,944 (0,661) 2 + 48,902 (0,661)- 5,2601

= -16,163 + 32,324 – 5,2601

= 10,90 %

Dari perhitungan di atas koefisien daya maksimal yang didapatkan sebesar 10,90 % pada tip speed ratio optimal sebesar 0,661, sedangkan berdasarkan data hasil perhitungan pada Tabel 4.4 diperoleh koefisien daya maksimal sebesar 11,61

% pada tip speed ratio optimal sebesar 0,77 pada pembebanan ke tujuh (7) percoban pertama (1).

4.4.2 Grafik Hasil Perhitungan Pada kombinasi kincir angin Giromilll dan savonius dengan sudu Giromilll empat sudu pada variasi sudut kemiringanll 5°.

a. Grafik Hubungan Torsi Dengan Kecepatan Putar Poros

Dari Gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai torsi yang dihasilkan, maka semakin rendah kecepatan putaran poros kincir angin atau dapat

disebutkan bahwa hubungan torsi dengan kecepatan putaran poros kincir angin berbanding terbalik. Kombinasi Kincir angin Giromilll dan Savonius dengan sudu Giromill empat sudu menghasilkan torsi maksimal yaitu 0,62 N.m pada putaran sebesar 30 rpm, sedangkan kecepatan putar optimal mencapai 67 rpm pada saat tanpa beban dengan variasi 5° pada kecepatan 7,5 m/s

80 torsi (N.m) pada variasi sudut kemiringan 5°

b. Pada gambar 4.4 grafik hubungan tip speed ratio (λ) pada saat koefisien daya (Cp) diperoleh persamaan Cp = -8.2809 λ 2 - 4.8321 λ + 2.9622 dari persamaan tersebut dapat digunakan untuk menegetahui nilai tip speed ratio pada saat koefisien daya maksimal dengan cara sebagai berikut :

Cp = -8,2809 λ 2 - 4,8321 λ + 2,9622 Kecepatan Putar Poros Kincir Angin, n (rpm)

47

Koefisien daya maksimal Cp = -8,2809 λ 2 - 4,8321 λ + 2,9622

= -8,2809 (0,291) 2 - 4,8321 (0,291) + 2,9622

= -0,701 – 1,406 + 2,9622

= 0,85 %

Dari perhitungan di atas koefisien daya maksimal yang didapatkan sebesar 0,85 % pada tip speed ratio optimal sebesar 0,291, sedangkan berdasarkan data hasil perhitungan pada Tabel 4.5 diperoleh koefisien daya maksimal sebesar 1,60

% pada tip speed ratio optimal sebesar 0,22 pada pembebanan ke tiga (3) percoban pertama (1).

2,5 2,0 1,5 1,0 0,5

0,0

0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2

Tip Speed Ratio, (λ)

Gambar 4.4 Grafik hubungan Koefisien Daya, (Cp) dengan Tip Speed Ratio (λ) pada variasi sudut kemiringan 5°

Cp = -8,2809 λ2 - 4,8321 λ + 2,9622 Koefisien Daya, (Cp)

4.4.3 Grafik Hasil Perhitungan Pada kombinasi kincir angin Giromilll dan savonius dengan sudu Giromilll empat sudu pada variasi sudut kemiringanll -5°.

a. Grafik Hubungan Torsi Dengan Kecepatan Putar Poros

Dari Gambar 4.5 dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai torsi yang dihasilkan, maka semakin rendah kecepatan putaran poros kincir angin atau dapat disebutkan bahwa hubungan torsi dengan kecepatan putaran poros kincir angin berbanding terbalik. Kombinasi Kincir angin Giromilll dan Savonius dengan sudu Giromill empat sudu menghasilkan torsi maksimal yaitu 1,16 N.m pada putaran sebesar 31 rpm, sedangkan kecepatan putar optimal mencapai 176 rpm pada saat tanpa beban dengan variasi -5° pada kecepatan 7,5 m/s

200

Gambar 4.5 Grafik hubungan kecepatan putar poros Kincir Angin (rpm) dengan torsi (N.m) pada variasi sudut kemiringan -5°

Kecepatan Putar Poros Kincir Angin, n (rpm)

49

b. Grafik hubungan tip speed ratio dengan koefisien

10,0 pada variasi sudut kemiringan -5°

Pada Gambar 4.6 grafik hubungan tip speed ratio (λ) pada saat koefisien daya (Cp) diperoleh persamaan Cp = -28,255 λ 2 + 29,015 λ - 1,6734 Dari persamaan tersebut dapat digunakan untuk menegetahui nilai tip speed ratio pada saat koefisien daya maksimal dengan cara sebagai berikut :

Cp = -28,255 λ 2 + 29,015 λ - 1,6734 Nilai tip speed ratio sebesar 0,513

Koefisien daya maksimal Cp = -28,255 λ 2 + 29,015 λ - 1,6734

= -28,255 (0.513) 2 + 29,015 (0,513) - 1,6734

Cp = -28,255 λ2 + 29,015 λ - 1,6734

Koefisisen daya, (Cp)

= 5,78 %

Dari perhitungan di atas, koefisien daya maksimal yang didapatkan adalah sebesar 5,78 % pada tip speed ratio optimal sebesar 0,513. Sedangkan berdasarkan data hasil perhitungan pada Tabel 4.6 diperoleh koefisien daya maksimal sebesar 6,62 % pada tip speed ratio optimal sebesar 0,70 pada pembebanan ke empat (4) percoban ke dua (2).

4.5 Grafik Pebandingan Kombinasi Kincir Angin Giromilll Dan Savonius Dengan Sudu Giromill Empat Sudu

Berikut merupakan grafik perbandingkan antara kecepatan putar poros kincir angin (n) dengan beban torsi (T) dan antara koefisien daya (Cp) dengan tip speed ratio (λ). Dengan membandingkan variasi sudut kemiringan yang digunakan yaitu 0°, 5°, dan -5°.

4.5.1 Grafik Perbandingan Antara Kecepatan Putar Poros Kincir Angin (n) Dengan Beaban Torsi (T)

Gambar 4.1 Grafik hubungan torsi dengan kecepatan putar kincir angin untuk semua variasi kemiringan sudut Giromill

0

Kecepatan Poros Kincir Angin, n (rpm)

Torsi, T (N.m)

51

Pada Gambar 4.7 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putar poros kincir angin, n (rpm) terhadap Torsi, T (N.m) dengan kecepatan angin yang sama, yakni 7,5 m/s, sehingga dapat disimpulkan bahwa unjuk kerja kombinasi kincir angin Giromilll dan Savonius dengan sudu Giromilll empat sudu pada sudut kemiringan sudu sebesar 5o menghasilkan nilai torsi yang paling kecil dibandingkan dengan variasi sudut kemiringan sudu yang lain yaitu sebesar 0,62

N.m pada kecepatan putaran kincir 30 rpm. sedangkan kecepatan putar optimal mencapai 67 rpm pada saat tanpa beban. Kincir angin Giromilll dengan sudut kemiringan 0o menghasilkan torsi sebesar 1,02 N.m pada kecepatan putaran kincir 37 rpm dan kecepatan optimal mencapai 215 rpm tanpa beban,Kincir angin Giromilll dengan sudut kemiringan -5 o menghasilkan nilai torsi 1,16 N.m pada kecepatan putaran kincir 31 rpm dan kecepatan optimal mencapai 176 rpm

4.5.2 Grafik Perbandingan Antara Koefisien Daya (Cp) Dengan Tip Speed Ratio (λ)

Gambar 4.8 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) Dengan Tip Speed Ratio (λ)

0

Kecepatan Poros Kincir Angin, n (rpm)

Torsi, T (N.m)

Gambar 4.8 merupakan grafik hubungan antara antara koefisien daya (Cp) Terhadap tip speed ratio (λ) dengan kecepatan angin yang sama, yakni 7,5 m/s, sehingga dapat disimpulkan bahwa unjuk kerja kombinasi kincir angin Giromill dan Savonius dengan empat sudu Giromill sudut kemiringan 0° menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 10,90 % pada tip speed ratio optimal yaitu 0,661, dan koefisien daya maksimal yang di hasilkan pada variasi 5° sebesar 0,85 % pada tip speed ratio optimal sebesar 0,291, sedangkan untuk variasi kemiringan sudut sudu kincir angin -5°menghasilkan koefisien daya maksimal yang didapatkan adalah sebesar 5,78 % pada tip speed ratio optimal sebesar 0,513

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian unjuk kerja kombinasi kincir angin Giromill dan Savonius dengan empat sudu Giromill dengan variasi 0°, 5° dan -5°, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Telah berhasil dibuat model kombinasi kincir angina Savonius dan Giromill dengan empat Sudu Giromill dan telah digunakan didalam penelitian ini.

b. Hubungan antara torsi dengan kecepatan putar pada poros kincir angin untuk semua variasi sudut sudu yang diteliti mendekati linier atau terletak pada suatu garis lurus, Saat Kincir angin diberi beban torsi, maka kecepatan putar pada poros kincir angin menurun.

c. Model kincir dengan sudut kemiringan 0° menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 10,90 % pada tip speed ratio optimal yaitu 0,661, dan koefisien daya maksimal yang di hasilkan pada variasi 5° sebesar 0,85 % pada tip speed ratio optimal sebesar 0,291, sedangkan untuk variasi kemiringan sudut sudu kincir angin -5°menghasilkan koefisien daya maksimal yang didapatkan adalah sebesar 5,78 % pada tip speed ratio optimal sebesar 0,513

d. Model kincir dengan sudut kemiringan terbaik dari Unjuk kerja kombinasi kincir angin giromill dan Savonius empat sudu Giromill adalah sudut dengan kemiringan sudu 0o pada kecepatan angin ratarata (v) 7,5 m/s didapatkan koefisien daya sebesar (Cp) 10,90 % pada tip speed ratio sebesar (λ) 0,66

5.2 Saran

Beberapa saran peneliti setelah melakukan penelitian ini untuk penelitian berikutnya, sebagai berikut:

1. Rancanglah kincir angin Savonius dan Giromill dengan diameter sudu Giromill yang lebih besar,hal ini dilakukan agar giromill lebih mudah dan cepat berputar,dengan hal ini giromill sangat terbantu pada saat akan berputar dan Savonius akan lebih berperan sebagai self starter pada model kombinasi kincir angin Giromill dan Savonius.

2. Rancanglah kincir angin dengan lebih banyak variasi sudu baik itu pada kincir angin Giromill maupun pada kincir angin Savonius untuk melihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing variasi.

55

DAFTAR PUSTAKA

Dananta P.T. 2017, “Studi Numerik Turbin Angin Darrieus-Savonius Dengan Penambahan Stage Rotor Darrieus”. Teknik Mesin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Favian E. 2019. “Pengaruh Lengkungan Sudu Model Turbin Angin Savonius Terhadap Unjuk Kerja Model Turbin Angin Kombinasi Giromill Dan Savonius”, Skripsi, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universi tas Sanata Dharma, Yogyakarta

Gordiano D.S. 2020. “Unjuk Kerja Kincir Angin Savonius Dua Tingkat Dengan Lima Variasi Posisi Sudut Pada Sudu”, Skripsi, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Kosmas K.C. 2018. “Unjuk Kerja Model Kincir Angin Tipe Giromill Dua Tingkat Menggunakan Enam Sudu Air Sudu Airfoil Naca 0018 Dengan Tiga Variasi Sudut Kemiringan Sudu”, Skripsi, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Rizky B.A. 2019, “Unjuk Kerja Model Turbin Angin Kombinasi Tipe Savonius dan

Giromill Berpenampang Lintang NACA 0024 dengan Panjang Chord 18 cm Untuk Tiga Variasi Diameter”, Skripsi, Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Rines,M.T, 2015.“Bahan Ajar Rekayasa Energi Angin”. Teknik Mesin, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Dokumen terkait