• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

C. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Partai Keadilan Sejahtera yang disingkat menjadi PKS merupakan partai berasaskan Islam yang pendiriannya terkait dengan pertumbuhan aktivitas da’wah Islam semenjak awal tahun delapan puluhan. Partai dengan lambang dua bulan sabit ini merupakan kelanjutan dari Partai Keadilan yang didirikan pada tanggal 20 Juli 1998 ( Kompas, 2004: 301).

Awal tahun delapan puluhan gerakan-gerakan keIslaman yang mengambil masjid-masjid sebagai basis operasional dan strukturnya, terutama masjid kampus mulai bersemi. Gerakan da’wah ini merebak dari tahun ke tahun mewarnai suasana keIslaman di kampus-kampus dan masyarakat umum. Bahkan, menjalar ke kalangan pelajar dan mahasiswa di luar negeri, baik Eropa, Amerika maupun Timur Tengah. Gejolaknya muncul dalam bentuk pemikiran keIslaman diberbagai bidang dan juga

praktik-praktik pengalaman sehari-hari. Persaudaran (Ukhuwah) yang dibangun di antara mereka dan menjadi sebuah alternatif cara hidup di tengah-tengah masyarakat yang cenderung semakin Individualistik (Kompas, 2004: 301).

Lengsernya pemerintahan Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 dirasakan membuka iklim kebebasan yang makin luas. Musyawarah kemudian dilakukan oleh para aktivis dakwah Islam, pendirian partai politik yang berorientasi pada ajaran Islam perlu dilakukan untuk mencapai tujuan dakwah Islam dengan cara-cara demokratis yang bisa diterima banyak orang. Maka mereka sepakat untuk membentuk sebuah partai politik. Sebelumnya,dilakukan sebuah survei yang melingkupi cakupan luas dari para aktivis dakwah, terutama yang tersebar di masjid-masjid kampus di Indonesia, untuk melihat respon umum dari kondisi politik yang berkembang di Indonesia. Atas dasar beberapa hal yang melatarbelakangi sejarah berdirinya Partai Keadilan itu, maka wajar jika para fungsionaris partai ini adalah mereka yang tergolong muda dan kalangan intelektual Islam kampus.

Partai Keadilan secara resmi didirikan pada tanggal 20 Juli 1998. Islam menjadi asas partai baru ini, tercatat lebih dari 50 pendiri partai ini, di antaranya adalah Hidayat Nur wahid, Luthfi Hasan Ishaaq, Salim Segar Aljuari dan Nur Mahmudi Ismail. Nur Mahmudi Ismail menjabat sebagai Pimpinan Partai Keadilan, sedangkan Hidayat Nur Wahid menjabat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Partai. Partai ini dideklarasikan pada tanggal 9

Agustus 1998 di masjid Al Azhar Kebayoran Baru Jakarta dengan dihadiri oleh sekitar 50.000 massa (Kompas, 2004: 301).

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai partai politik yang berasaskan Islam mempunyai visi politik Pertama, menjadi unsur perekat dan pengarah kesatuan umat dan bangsa. Kedua, menjadi pendidikan politik bagi umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia sekaligus menuju tangga kepemimpinan nasional. Ketiga, menjadi pelopor pengembang kultur pelayanan dalam tradisi politik Indonesia. Keempat, menjadi dinamisator pembelajaran bagi bangsa Indonesia. Kelima, menjadi akselator bagi terwujudnya masyarakat madani di Indonesia (Kamarudin, 2003: 74).

Pemilu 1999 Partai Keadilan mendapat 7 kursi DPR, 21 kursi DPRD Tingkat I dan sekitar 160 DPRD Tingkat II. Dengan hasil perolehan 1.436.565 suara, Partai Keadilan menduduki peringkat ke tujuh di antara 48 partai politik peserta pemilu 1999. Bahkan di kota Jakarta, Partai Keadilan menduduki peringkat kelima. Namun, sayangnya hasil ini tidak mencukupi untuk mencapai ketentuan electoral threshold, sehingga tidak bisa mengikuti pemilu 2004 kecuali berganti nama dan lambang (Kompas, 2004: 302).

Bersama dengan 41 partai politik lainnya, Partai Keadilan memelopori tuntutan perubahan ketentuan Undang-undang pemilu tentang electoral threshold yang dirasakan tidak adil oleh mereka. Upaya ini menghadapi jalan buntu karena dihadang oleh sebagian kekuatan partai-partai besar yang khawatir akan rivalitas dari kekuatan yang baru tumbuh. Pasca pemilu 1999 dan berusaha agar ketentuan electoral threshold itu

dibatalkan, Partai Keadilan juga menyiapkan sebuah partai lain untuk mengantisipasi tetap diberlakukannya ketentuan electoral threshold. Maka pada tanggal 20 April 2002 didirikanlah partai baru yang akan menjadi wadah bagi kelanjutan kiprah politik dakwah warga partai keadilan, yaitu Partai Keadilan Sejahtera atau disingkat PKS. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dipimpin oleh Almuzammil Yusuf. Sementara, sejak tanggal 21 Mei 2000 partai keadilan dipimpin oleh Hidayat Nur Wahid sebagai Pimpinan Partai, karena Nur Mahmudi Ismail mengundurkan diri dari kepengurusan partai setelah ia terpilih menjadi Menteri Kehutanan dan Perkebunan dalam kabinet pemerintahan KH Abdurrahman Wahid (Kompas, 2004: 302).

Pergantian kepemimpinan dan pengurus yang berjalan dengan mulus baik di dalam Partai Keadilan maupun di Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi ciri yang selama ini melekat pada partai ini. Hal ini bisa terjadi karena kedua partai ini mencoba menerapkan sistem demokrasi secara internal, di dalam tubuh partai mereka sendiri. Pengurus atau ketua tidak boleh mencalonkan diri atau ditunjuk, tetapi dipilih oleh semua pengurus dari pusat hingga ketingkat yang paling kecil di daerah. Pengurus yang terpilih adalah mereka yang mendapat suara terbanyak. Ketua umum sekalipun tidak diperbolehkan melakukan intervensi atas keputusan hasil pemilihan (Kompas, 2004: 303).

Setelah resmi berdiri lewat akta notaris, untuk mengukuhkan pendiriannya pada tanggal 18 Maret 2003 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melakukan pendaftaran sementara sebagai partai politik yang berbadan

hukum ke Departemen Kehakiman dan HAM. Sejak saat itu, terdapat dua partai yang berjalan dan melakukan berbagai aktivitas secara bersamaan. Sering kali mereka terlibat dalam sebuah aksi-aksi demonstrasi. Misalnya pada tanggal 20 Maret 2003 Partai Keadilan dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggelar aksi damai menentang serangan AS ke Irak, aksi ini diikuti oleh sekitar 30.000 massa (Kompas, 2004: 304).

Dalam musyawarah majelis syuro XIII Partai Keadilan yang berlangsung tanggal 17 April 2003 di Wisma Haji Bekasi, Jawa Barat . Merekomendasikan agar Partai Keadilan bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Namun, penggabungan itu baru resmi dilakukan pada tanggal 3 Juli 2003. Dengan penggabungan itu, seluruh hak milik Partai Keadilan manjadi milik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) termasuk anggota dewan dan para kadernya. Sementara itu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sudah mendaftarkan secara resmi ke Depkehham pada tanggal 27 Mei 2003, akhirnya dapat disahkan sebagai partai politik yang berbadan hukum pada tanggal 17 Juli 2003. Setelah itu dilakukan perombakan pengurus, hingga akhirnya pada tanggal 18 September 2003 Pengurus DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) masa bakti 2003-2008 dikukuhkan. Dalam kepengurusan yang baru, Hidayat Nur wahid yang semula menjabat sebagai Pimpinan Partai Keadilan menggantikan posisi Almuzzamil Yusuf sebagai Pimpinan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) (Kompas, 2004: 304).

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memiliki visi khusus, yaitu partai berpengaruh baik secara kekuatan politik, partisipasi, maupun opini dalam

mewujudkan masyarakat Indonesia yang madani. Dengan bekal visi itu, partai ini mendasarkan prinsip kebijakannya sebagai partai da’wah Artinya da’wah menjadi poros utama seluruh gerak partai, sekaligus menjadi karakteristik perilaku para aktivisnya dalam berpolitik. Dalam verifikasi faktual oleh KPU, partai ini lolos di semua provinsi yang diajukan. Menghadapi pemilu 2004, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga memenuhi kuota perempuan dalam daftar calon anggota legislatif. Dengan mengusulkan calon anggota legislatif perempuan sebanyak 37,4 persen (Kompas, 2004: 304)

2. Pengertian Kader atau Anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah mereka yang terdaftar, terlibat aktif mendukung setiap kegiatan kepartaian, melakukan ekspansi da’wah,menyebarkan fikrah, memperluas pengaruh dan membangun kepemimpinan di masyarakat untuk menentukan keberhasilan misi da’wah dengan sudah mendapatkan pembinaan secara rutin melalui pelatihan pengarahan kerja di berbagai bidang sehingga setiap kader bukan saja berkualitas secara normatif teoritis tetapi juga berkualitas secara praktis aplikatif serta dinyatakan lulus untuk masing-masing jenjang keanggotaannya (AD / ART PKS: 33).

Jenjang Pengkaderan atau Keanggotaan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah sebagai berikut:

a. Anggota Pendukung yang terdiri atas: 1) Anggota Pemula, dan

2) Anggota Muda.

b. Anggota Inti yang terdiri atas : 1) Anggota Madya,

2) Anggota Dewasa, 3) Angggota Ahli, dan 4) Anggota Purna.

Kewajiban Kader atau Anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah sebagai berikut :

a. Mengirarkan janji setia kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS);

b. Berpegang teguh kepada Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah Nasional, putusan Majelis Syura, dan peraturan Partai;

c. Melaksanakan kewajiban sebagai Warga Negara Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia yang berlaku;

d. Menjalankan tugas-tugas yang diamanahkan oleh Partai;

Hak-hak Umum Kader atau Anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah sebagai berikut :

a. Hak memperoleh pembinaan;

b. Hak memperoleh status keanggotaan sesuai dengan jenjangnya;

c. Hak menyatakan pendapat, berkreasi, dan berinisiatif dalam berbagai bentuk sesuai dengan adab Islam dan tata tertip organisasi;

d. Hak membela diri, mendapatkan pembelaan dan perlindungan hukum serta rehabilitasi;

e. Hak memberi nasihat, mengkritik, mengevaluasi, mengemukakan pendapat, dan usulan secara bebas sesuai adab Islam;

Hak-hak Khusus Kader atau Anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah sebagai berikut :

a. Hak ikut serta dalam pemilihan dan pencalonan pada berbagai lembaga dan badan-badan Partai;

b. Hak ikut serta dalam aktivitas dan kegiatan Partai; c. Hak bicara dan hak suara;

d. Hak memperoleh pendampingan dan pembelaan di hadapan ketua Majelis syura, di depan Dewan syari’ah atau Badan Penegak Disiplin Organisasi, di muka lembaga peradilan sepanjang menjalankan tugas-tugas Partai (AD / ART: 37).

Ciri-ciri dari Kader atau Anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah sebagai berikut

1. Adanya tanda pengenal keanggotaan (Kartu Tanda Anggota).

2. Kesiapan berkorban untuk kepentingan Partai (Ikhlas dalam berdakwah). 3. Membayar Iuran anggota tiap bulan.

4. Mengikuti setiap kegiatan pembinaan,pelatihan dan pendidikan yang dilaksanakan oleh Partai (AD / ART PKS: 13).

Tujuh karakter khusus profil Kader Paerati Keadilan Sejahtera (PKS) adalah :

1. Kokoh dan Mandiri.

3. Spesialis yang berwawasan global. 4. Murabbi produktif.

5. Mahir beramal Jama’i. 6. Pelopor pengubahan.

7. Kepemimpinan masyarakat (Departemen kaderisasi DPP PKS).

Tiga karakter pertama merefresikan Kapasitas Internal seorang kader yang memahami dinamika global kehidupan saat ini, tetapi memiliki kemampuan spesialis yang profesional. Aktivitas kerja dan dakwahnya senantiasa ditandai oleh kekokohan dan kemandirian diri, gerak yang dinamis serta ide-ide yang kreatif dan inovatif. Kapasitas internal ini diperkuat dengan dua karakter yang merefresikan Kapasitas Sosialnya, yaitu orang yang mampu mendidik masyarakat dan menjadikannya kader dakwah, dengan pola kerja amal Jama’i sesuai prinsip-prinsip dakwah Islam.

Kapasitas Internal dan Kapasitas Sosial kader disempurnakan dengan dua karakter berikut, yaitu pelopor pengubahan dan kepemimpinan masyarakat. Ini adalah Kapasitas Politik yang dituntut dari setiap kader. Artinya, kebaikan diri dan sosialnya dijadikan modal untuk menjadi aktor politik yang shaleh dan senantiasa memelopori pengubahan dengan beragam program, dengan menghimpun segala potensi masyarakat dan mengarahkannya sesuai prinsip dan sasaran. Menggerakkan potensi menjadi energi pengubahan yang positif serta modal akumulatif bagi pembentukan

posisi kepemimpinannya di masyarakat (Departemen kaderisasi DPP PKS, 2006: 4-5).

3. Pengertian Simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah mereka yang tidak terdaftar dan terlibat aktif dalam setiap kegiatan kepartaian dan tidak mempunyai ikatan khusus, tetapi mendukung, mengikuti pembinaan, pendidikan, dan pelatihan kepartaian.

Simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak mempunyai kewajiban seperti Kader atau Anggota Partai Keadilan Sejahtera dan hak-hak umum tetapi mempunyai Hak-hak-hak Khusus Simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah sebagai berikut :

a. Hak ikut dalam acara-acara resmi Partai yang berlaku baginya: b. Hak ikut dalam pendidikan dan pelatihan Partai.

Ciri-ciri Simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah sebagai berikut :

1. Mempunyai tanda pengenal tetapi tidak kartu anggota tetap;

2. Tidak membayar iuran wajib Anggota tetapi membayar sumbangan setiap kali mengikuti acara-acara resmi yang diadakan oleh Partai;

3. Mengikuti kegiatan pembinaan,pelatihan dan pendidikan yang dilaksanakan oleh Partai; dan

4. Memberikan Pendapat, kritik dan evaluasi pada Partai setelah mengikuti acara-acara yang di laksanakan oleh partai.

Dokumen terkait