• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGGUNAAN HASIL RESES DALAM PEMBUATAN

3.3 Partisipasi DPRD dalam Forum Musrenbang Kota Gunungsitoli 69

Berdasarkan fungsi legislasi yang dimilki oleh DPRD, maka DPRD

mempunyai tugas dan wewenang dalam ; a. Membentuk Peraturan Daerah

bersama Walikota; b. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan

Peraturan Daerah tentang APBD bersama dengan Walikota. Dalam membuat

satunya yaitu keterlibatan aktif dari DPRD dalam semua tahapan proses

perencanaan. Dalam hal ini perlunya pemahaman terhadap kebutuhan dan aspirasi

masyarakat disuarakan dalam perencanaan kebijakan dan memberikan masukan

atas prioritas program berdasarkan prioritas masyarakat.112

Sebagai wakil rakyat, DPRD Kota Gunungsitoli berusaha “memaksakan”

agar setiap aspirasi masyarakat dapat dilaksanakan agar tercapainya semua

kebutuhan masyarakat yang telah disampaikan saat reses dilaksanakan. Akan

tetapi untuk menjaga chek and balances antara lembaga legislatif dan eksekutif,

maka tentunya tidak semua aspirasi masyarakat tersebut apat direalisasikan segera

atau dijadikan kebijakan seara lansung dalam perencanaan. Sebab persoalan

aspirasi masyarakat terlalu banyak, demikian pula dengan sumber aspirasi

tersebut.

Sebab lembaga legislasi daerah merupakan institusi penting bagi

demokrasi dan pembangunan. Menjadi penting karena sistem politik dan

pemerintahan demokratis mensyaratkan adanya mekanisme keteraturan dalam

setiap pengambilan kebijakan dan keputusan politik, seperti halnya kebijakan

pembangunan daerah. Lembaga legislasi daerah adalah lembaga penyampai

kepentingan dan aspirasi masyarakat yang diubah ke dalam kebijakan, dimana

fungsi utamanya adalah mewakili kebutuhan, aspirasi, perhatian dan prioritas

masyarakat dengan mengartikulasikan masukan tersebut.

113

112

Tartib DPRD Kota Gunungsitoli, Op,Cit, hal 3.

113

Wawancara dengan Jhon Kristian Ziliwu, Anggota Komisi C DPRD Kota Gunungsitoli Periode 2009-2014 di Kantor DPRD Kota Gunungsitoli, Tanggal 17 Maret 2015.

Peran aktif DPRD dalam forum semacam musrenbang merupakan salah

satu kewajiban DPRD yang harus dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab

terhadap masyarakat yang diwakilinya. Selain itu sebagai bentuk tanggung jawab

atas kegiatan reses yang telah mereka lakukan sebelumnya yang mengahabiskan

anggaran cukup besar yang bersumber dari APBD Kota.

Di Kota Gunungsitoli, pada saat pelaksanaan Musrenbang Tahun 2013,

diakui bahwa partisipasi DPRD masih sangat minim, sebab kehadiran mereka

sebagai unsur penting dalam perencanan pembangunan Kota Gunungsitoli hanya

diwakili oleh beberapa anggota dewan saja. Akan tetapi dokumen hasil reses

dipastikan selalu diserahkan pada pemerintah pada tahapan tersebut. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Bapak Yurisman Telaumbanua berikut ini :

“Ya, kalau undangan pasti kita layangkan ya. Hanya masalah hadir atau tidakkan itu urusan mereka. Akan tetapi sejauh ini masih sangat minim ya, yang hadir hanya beberapa saja. Tapi dokumen hasil resesnya sampai ke kita.”114

“ Jadi seharusnya dalam setiap kegiatan perencanaan pembangunan atau penyusunan kebijakan semacam Musrenbang ini kan harus ada partisipasi aktif dari setiap pelaku-pelaku pembangunan itu , baik kepala daerah apalagi anggota Dewan. Kan kita tahu sendiri bahwa musrenbang itu tempat segala macam usulan kebijakan dimasukkan, nah salah satunya ya dari DPRD. Hasil-hasil reses mereka itukan disitulah dibahas bersama kepala daerah. Ya, memang dokumen hasil resesnya ada, cuma dari segi kehadirannya masih sedikit ya. Hanya beberapa orang saja yang hadir. Harusnya kan kalau bisa semua anggota dewan itu hadir.

Hal ini juga dikuatkan oleh pernyataan Bapak Mashuri Baeha:

115

114

Wawancara dengan Bapak Yurisman Telaumbanua, Sekretaris BAPPEDA di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli , tanggal 31 Maret 2015.

115

Wawancara dengan Mshuri Baeha, Kassubag Program BAPPEDA Kota Gunungsitoli di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli, tanggal 31 Maret 2015.

Padahal ada beberapa hal yang perlu dilakukan DPRD terkait reses ini

untuk melihat tingkat akuntabilitas dari DPRD Kota Gunungsitoli tersebut, yaitu

berkomunikasi dengan publik dan mengemukakan kepentingan masyarakat yang

telah diperjuangkan dan menjadi perdebatan antara anggota dewan dengan

pemerintah. Namun jika dilihat dari kenyataannya, bahwa hanya beberapa saja

anggota dewan yang berpartisipasi dalam pelaksanaan musrenbang, dapat

dikatakan bahwa DPRD Kota Gunungsitoli belum akuntabel dalam

menindaklanjuti hasil reses masyarakat.

Seharusnya dengan banyaknya anggota dewan maka semakin banyak

aspirasi masyarakat yang telah ditampung. Dan otomatis semakin banyak

program/kegiatan yang harus diusulkan kepada pemerintah. Dan itu merupakan

tanggung jawab setiap anggota dewan. Karena ini berkenaan dengan nilai

akuntabilitas yang lainnya yaitu memberitahukan tindak lanjut aspirasi

masyarakat yang telah ditampung. Maka menjadi satu hal yang belum efektif

ketika tidak semua anggota dewan berjuang “memaksakan” aspirasi masyarakat

dari hasil reses yang telah mereka laksanakan untuk dijadikan kebijakan di Kota

Gunungsitoli.

Sebab pembangunan sendiri pada hakekatnya membutuhkan dukungan

dan komitmen yang semakin luas dari seluruh elemen pemangku kepentingan,

seiring berjalannya tahapan-tahapan pembangunan dalam berbagai aspek dan

sendi-sendi kehidupan masyarakat. Pemerintah sebagai penyelenggara

pelaksanaan pembangunan, selaras dengan kebutuhan dan harapan masyarakat itu

sendiri.116

Walupun demikian, hasil reses yang dibawa oleh DPRD disampaikan

dalam Musrenbang Kota yang didahului oleh Forum SKPD sebagai berikut :

Gambar 3.1

Reses dalam tahapan Penyusuna RKPD

Sumber : Diolah dari berbagai sumber.

Dapat dijelaskan bahwa Hasil reses pertama kali akan di bahas pada forum

SKPD sebagai bahan bagi SKPD untuk rencana kerja satu tahun anggaran. Setelah

melaui forum SKPD, hasil reses akan di bawa pada forum Musrenbang yang

dilaksanakan bersama pemerintah daerah dan pihak-pihak lain. Maka segala

sesuatu yang berkenaan dengan prioritas pembangunan Kota Gunungsitoli akan

ditampung dalam RKPD untuk selanjutnya diadopsi ke dalam Kebijakan Umum

116Ibid., Forum SKPD Dokumen RKPD 2014 Hasil Musrenbang Desa/Kecamatan Hasil Reses DPRD Musrenbang Kota

APBD dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Kota Gunungsitoli tahun

anggaran berikutnya (T.A 2014).117

Karena menurut tahap formulasi kebijakan, dalam perumusan kebijakan

masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang

diambil untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini masing-masing aktor akan

bersaing danberusaha untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik. Dan seharusya disetiap tahapan tersebut, setiap anggota dewan wajib

berpartisipasi aktif di dalamnya, karena DPRD adalah wakil rakyat untuk ikut

serta dalam proses atau tahapan pembuatan kebijakan di daerah. Sebab seluruh

masyarakat tidak mungkin hadir dalam proses tersebut, oleh karena itulah adanya

lembaga legislatif dengan sistem demokrasi perwakilan yang diterpakan di

Indonesia ini. Dua puluh lima orang anggota dewan bukanlah angka yang

berlebihan untuk bersuara mengusulkan setiap aspirasi masyarakat.

118

Penjaringan aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD lebih

berorientasi untuk menjaring usulan kegiatan, bukan berorientasi pada Begitulah tahap kebijakan yang baik, yang sedikit bertolak belakang jika dilihat

dari minimnya partisipasi anggoat DPRD Kota gunungsitoli dalam forum

Musrenbang.

3.4 Hasil Reses dan Kebijakan Umum Anggaran Kota Gunungsitoli Tahun 2014

117

Wawancara dengan Jhon Kristian Ziliwu, Anggota Komisi A DPRD Kota Gunungsitoli Periode 2009-2014 di Kantor DPRD Kota Gunungsitoli, Tanggal 17 Mret 2015.

118

pemetaan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang berguna untuk

penyusunan agenda setting. Masukan yang diperoleh secara substansi

sama dengan yang diperoleh oleh Pemerintah Daerah dalam Forum

Musrenbang, sehingga terkesan terjadi duplikasi pekerjaan.119

Penjaringan aspirasi yang dilakukan oleh DPRD hanyalah

penjaringan sesaat, dan bukan penjaringan atas seluruh isu yang sedang

berkembang dan dibicarakan luas oleh masyarakat yang timbul dari

aktivitas pemerintahan sehari-hari. Dokumen yangdihasilkan berupa pokok-pokok

pikiran DPRD belum merupakan agregasikepentingan masyarakat yang

berkembang pada saat kunjungan kerja,rapat dengar pendapat, penjaringan masa

reses, penyaluran aspirasilangsung maupun yang melalui media massa.

Pokok-pokok pikiran DPRDhanya menggambarkan aspirasi sesaat yang timbul pada saat

PenjaringanAspirasi Masyarakat dilakukan.120

119

Wawancara dengan Bapak Yurisman Telaumbanua, Sekretaris BAPPEDA di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli , tanggal 31 Maret 2015.

120

Ibid.,

Oleh karena, yang terjadi adalah semua semua usulan masyarakat

dijadikan sebgai dokumen usulan kebijakan tanpa memperhatikan hal-hal ynag

menjadi syarat usulan kebijakan yang sesungguhnya. Kemudian jenis usulan ada

yang sama dengan apa yang menjadi usulan dari hasil pelaksanaan musrenbang

desa/kecamatan. Sebab penjaringan aspirasi masyarakat yang dilaksnakan masih

bersifat momentum, baik ketika pelaksanaan reses oleh DPRD maupun ketika

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) sebagai dokumen

perencanaan tahunan, yang disusun berdasarkan kebutuhan pembangunann daeah

dalam jangka pendek serta telah diselaraskan dengan kebijakan pebangunan secara

makro, lebih lanjut ditransformasikan ke dalam dokumen Kebijakan Umum

Anggaran dan Belanja Daerah (KUA) sebagaimana tahapan perencanaan dan

penganggaran daerah.121

Berdasarkan tahapan perencanaan dan penganggaran tahunan daerah

sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, maka

disusun dokumen Kebijakan Umum APBD Kota gunungsitoli Tahun 2014 yang

merupakan manifestasi dari pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota

Gunungsitoli Tahun 2014. Penyusunan dokumen Kebijakan Umum APBD Kota

Gunungsitoli Tahun 2014 dilakukan melalui analisa yang komprehensif

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan substansial seperti prioritas

pembangunan, rasionalitas aggaran, kapasitas sumber daya manusia aparatur,

kapasitas fiskal daerah, dsb.122

Maka tahapan-tahapan perencanaan RKPD yang sebelumnya telah

dijelaskan, setelah melalui proses penyaringan dari berbagai pertimbangan telah

disusun menjadi KU-APBD . Demikian dengan usulan DPRD dalam bentuk

dokumen hasil reses tahun 2013. Setelah dikelompokkan ke dalam urusan wajib

SKPD,maka hasil reses DPRD dan Musrenbang desa/kecamatan seperti yang

121

Wawancara dengan Bapak Yurisman Telaumbanua, Sekretaris BAPPEDA di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli , tanggal 31 Maret 2015.

122

Wawancara dengan Mshuri Baeha, Kassubag Program BAPPEDA Kota Gunungsitoli di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli, tanggal 31 Maret 2015.

dijelaskan oleh Bapak Mashuri Baeha, aspirasi masyarakat atas usulan tersebut

baik DPRD atau musrenbang dominan ditampung oleh Dinas Pekerjaan Umum

dan Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Kebersihan Kota Gunungsitoli,

dikarenakan masyarakat cenderung mengusulkan pembangunan fisik. 123

Sebagaimana yang tertuang dalam Nota Kesepakatan Pemeintah Kota

Gunungsitoli dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Gunungsitoli Nomor 050/10499−1871 /2013

050/09/DPRD tentang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah Tahun Anggaran 2014, belanja daerah terkait dengan penyelenggaraan

urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan

dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas umum

yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.124

Secara umum plafon anggaran sementara tahun 2014 menurut urusan

pemerintahan, urusan wajib sebesar Rp. 513.725.608.834,-. Dan pemerintah Kota

gunungsitoli menyelenggarakan 25 urusan wajib yang dilaksanakan oleh 31 SKPD.

Selain itu pagu indikatif untuk setiap program dan kegiatan serta pagu SKPD

dilakukan dengan berpedoman pada RKPD Tahun 2014 dengan penajaman

123

Wawancara dengan Mshuri Baeha, Kassubag Program BAPPEDA Kota Gunungsitoli di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli, tanggal 31 Maret 2015.

124

Nota Kesepakatan Pemeintah Kota Gunungsitoli dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Gunungsitoli Nomor 050/104991871 /2013

050/09/DPRD tentang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014, hal 20.

prioritas pembangunan serta mendalami sinergisitas dan sinkronisasi program

degan kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.125

Selanjutnya, KU-APBD ini akan dituangkan ke dalam Prioritas dan Plafon

Anggaran Sementara (PPAS) yang menggambarkan program dan kegiatan

prioritas daerah berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), yang

telah disinkronkan dengan kebijakan pemerintah tingkat atas. Rancangan

Kebijakan Umum APBD dan PPAS, setelah disepakati bersama antara pemerintah

daerah dengan DPRD selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan rancangan

anggaran pendapatan belanja daerah.126

No.

Tabel 3.1

Proyeksi Belanja Berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah

Satuan Kerja Perangkat Daerah Proyeksi Belanja (Rp)

1. Dinas Pendidikan 28.370.261.120

2. Dinas Kesehatan 20.691.224.000

3. Dinas Pekerjaan Umum 132.605.753.000

4. Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Kebersihan 21.345.159.901

5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 5.683.145.000

6. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 4.010.880.999

7. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 1.000.000.000

8. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi 4.025.000.000

9. Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan dan Perikanan 12.213.503.628

10 Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga 2.000.000.000

11 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha kecil dan Menengah 5.000.000.000

Sumber : Kebijakan Umum APBD Kota Gunungsitoli TA.2014

125

Ibid.,

126

Dari kebijakan umum APBD tahun anggaran 2014 dapat kita lihat bahwa

Dinas Pekerjaan Umum memang mendapatkan anggaran yang paling besar, karena

memang program pembangunan untuk dinas ini cukup banyak. Selain itu juga

berkenaan dengan infrastruktur yang harus menggunakan anggaran yang besar.

Maka dapat kita katakan bahwa pemerintah merespon baik aspirasi masyrakat,

artinya kebijakan pembangunan di Kota Gunungsitoli dapat dikatakan bersifat

Bottom Up atau berasal dari bawah.127

Dari pengalaman kita, setelah melalui proses penyaringan berbagai macam usulan, setelah terbentuknya Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan Belanja Daerah maka aspirasi masyarakat yang berasal dari temuan reses dalam kebijakan Kota Gunungsitoli Saya lihat cukup bagus, ada beberapa usul-usul yang sifatnya partisipatif dari masyarakat tampil untuk dilaksanakan.

Untuk APBD TA. 2014 sendiri walaupun kenyataannya disedot oleh biaya

langsung sebanyak 55%, akan tetapi pembangunan infrastruktur dan pelayanan

publik terhadap masyarakat hasil temuan DPRD maupun Musrenbang tetap

ditampung semaksimal mungkin. Walaupun mungkin tidak menjadi prioritas

utama tema pembangunan Kota Gunungsitoli Tahun 2014.

128

“..sebagai contoh di Dapil saya itu di kecamatan Gunungsitoli idanoi, ada pembangunan jalan dan pengaspalan jalan yang dulu kita usulkan dan itu sudah terealisasi. Dan sudah kita sampaikan kepada masyarakat. Demikian

juga yang belum terealisasi. Dan kita berharap secara continuebisa

ditindak lanjuti oleh Pemerintah.129

127

Wawancara dengan Mshuri Baeha, Kassubag Program BAPPEDA Kota Gunungsitoli di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli, tanggal 31 Maret 2015.

128

Wawancara dengan Hadirat ST Gea, Wakil ,Ketua DPRD Kota Gunungsitoli Periode 2009-2014 di Kantor DPRD Kota Gunungsitoli Tanggal 24 Maret 2014.

129

Wawancara dengan Sowa’a Laoli,Ketua DPRD Kota Gunungsitoli Periode 2009-2014 di Kantor DPRD Kota Gunungsitoli Tanggal 24 Maret 2014.

“mau tidak mau pasti ditampung dan kita laksanakan, walaupun kita harapkan sebenarnya di daerah kita ini yang dilakukan adalah pembangunan dengan skala besar, tetapi karena mekanismenya harus begitu, usulan dari reses DPRD dan musrenbang yang hasilnya adalah usulan-usulan masyarakat dengan skala kecil seperti pembangunan jalan setapak, jalan penghubung, perbaiakan saluran irigasi,dll. Ya tetap harus

kita laksanakan, ya sekali lagi mekanismenya harus begitu.”130

Dapat dikatakan bahwa hasil reses memang ditampung oleh pemerintah,

akan tetapi belum pada tahap kepuasan oleh pemerintah yang merasa

pembangunan yang terjadi di Kota Gunungsitoli akhirnya hanya pada skla kecil

saja. Padahal pembangunan yang diinginkan masyarakat tentunya adalah

pembangunan yang memang benar-benar dapat mereka rasakan dan gunakan

langsung bagi kehidupan mereka sehari-hari.131

1. Rasionalitas Anggaran

Maka pada tahap akhir penetapan kebijakan, akan ada ususlan masyrakat

yang tidak dapat terakomodir. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab kenapa

semua usulan tidak dapat ditampung oleh pemrintah, khususnya usulan DRPD

dari hasl reses yaitu :

Tingkat ketersedaian dana APBD atau anggaran Pemerintah merupakan

faktor utama yang mempengaruhi tingkat penyerpaan aspirasi masyarakat.

Banyaknya usulan yang datang dari masyarakat pada akhirnya tidak dapat

ditampung atau ditindak lanjuti semua, karena anggaran yan terses\dia hanya

mampu mendanai beberapa usulan saja.

130

Wawancara dengan YurismanTelaumbanua, Sekretaris BAPPEDA Kota Gunungsitoli di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli, tanggal 31 Maret 2015.

131

Wawancara dengan YurismanTelaumbanua, Sekretaris BAPPEDA Kota Gunungsitoli di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli, tanggal 31 Maret 2015.

2. Sifat Usulan

Yang dimaksud dengan sifat usulan adalah mendesak atau tidak nya

usulan tersebut. Masyarakat pada umumnya ketika forum reses atau yang lainnya

menyampaikan semua keluahan yang mereka alami saat itu, diluar apakah itu

memang kebutuhan yang mendesak atau tidak. Baik secara umum atau memang

karena prioritas pembangunan Kota.

“Proses pembuatan kebijakan di Kota Gunungsitoli sudah sesuai dengan mekanisme yang seharusnya sehingga usulan-usulan yang disampaikan oleh DPRD pun menjadi wajib untuk kita sertakan dalam program pembangunan denan syarat sesuai dengan rasionalitas anggaran dan sifat

usulan tersebut apakah mendesak atau tidak.”132

Untuk sampai pada tahap penerbitan Kebijakan Umum APBD, dilakukan

banyak seleksi atas pertimbangan-pertimbangan yang telah disebutkan

sebelumnya. Bahwa dalam kenyataanya, anggaran yang dimilki oleh Kota

Gunungsitoli masih kecil, PAD juga sangat kecil, dan selain itu biaya langsung

lebih mendominasi kenyataannya dalam APBD Kota Gunungsitoli tahun 2014.

Sehingga setiap usulan yang bersumber dari masyarakat yang kenyataanya

dominan pada urusan pembangunan infrastruktur dapat diakomodir seperlunya

saja.133

Kemudian prioritas pembangunan Kota Gunungsitoli yang berfokus pada

peningkatan sentra-sentra produksi dan perdagangan, menjadikan fokus

pembangunan di Kota Gunungsitoli lebih berpusat atau mengarah pada pusat

Kota, yaitu Kecamatan Gunungsitoli. Sehingga adapun usulan yang akhirnya

132

Ibid.,

133

Wawancara dengan Hadirat ST Gea, Wakil ,Ketua DPRD Kota Gunungsitoli Periode 2009-2014 di Kantor DPRD Kota Gunungsitoli Tanggal 24 Maret 2014.

ditampung dalam KUA, lebih banyak pada pembangunan di Kecamatan

Gunungsitoli dan sekitarnya. Selebihnya adalah usulan-usulan yang setelah

ditelusuri adalah usulan yang sifatnya mendesak, atau memang harus dilakukan

sesegera mungkin.134

Menurut teori pengambilan keputusan (decision making) bahwa

pengambilan keputusan dalam kebijakan (policy making) merupakan kegiatan

yang sangat penting, merupakan kegiatan yang sangat strategis, yaitu banyak

menentu arah, sifat dan dampak (effect) daripada public policyitu. Di dalam

pengambilan kebijakan, kita harus selalu memperkirakan diperolehnya hasil-hasil

yang bersikap fisik (physical proposition) dan memperhatikan nilai-nilai dan

kepentingan (value & interest) yang terpancar dari ide pengambilan kebijakan

yang merupakan “ethical proposition”. Dalam hal ini, lingkungan dan

hubungan-hubungan yang terjalin akan membatasi dan menentukan pengambilan keputusan

dalam pemilihan bentuk kebijakan itu.135

Pengambilan keputusan yang baik haruslah selalu bersifat rasional,

kondisional dan situasional. Demikian pula dalam pengambilan keputusna dalam

menenttukan kegiatan/program dalam kebijakan di Kota Gunungsitoli. Kalau

berdasarkan prioritas pembangunan, maka penulis menilai cukup rasional, artinya

pengambilan keputusan tersebut benar-benar mempergunakan data-data dan

informasi-informasi yang selengkapnya. Yaitu berasal dari pengumpulan segala

134

Wawancara dengan YurismanTelaumbanua, Sekretaris BAPPEDA Kota Gunungsitoli di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli, tanggal 31 Maret 2015.

135

bentu aspirasi masyarakat yang dilaksanakan oleh DPRD maupun dari hasil

pelaksaaan Musrenbang Desa/Kecamatan.

Dalam tahap-tahap penyusunan kebijakan terdapat salah satu tahap

mengenai tahapan evaluasi kebijakan. Pada tahap ini kebijakan yang telah

dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang

dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang

dihadapi masyarakat. Oleh karena itu ditentukan ukuran-ukuran atau

kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik yang telah

dilaksanakan sudah mencapai dampak atau tujuan yang diinginkan atau belum.136

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Gunungsitoli Tahun 2014

dalam perkembangannnya sebagai kerangka kerja implementasi program dan

kegiatan pembangunan, membutuhkan evaluasi dan penyesuaian-penyesuaian

untuk mengoptimalkan hasil capai pembangunan sebagaimana sasaran

pembangunan yang telah ditetapkan. Perubahan RKPD dilakukan berdasarkan

amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor : 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Cara

Penyusunan,Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan RKPD , pada pasal 258

menyatakan bahwa:137

1. RKPD dapat diubah dalam hal tidak sesuai dengan perkembangan keadaaan

dalam tahun berjalan

136

Loc.cit.

137

2. Perkembangan keadaan dalam tahun berjalan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seperti: perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka

ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan,

rencana program dan kegiatan prioritas daerah ; keadaaan yang menyebabkan

saldo anggaran lebih tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk tahun

berjalan ; dan atau keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dilakukan perubahan RKPD Kota

Gunungsitoli Tahun 2014 sebagimana mekanisme dan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Dan seperti halnya penyusunan RKPD awal yang

melibatkan pokir-pokir DPRD, maka pada tahap perubahan juga melibatkan

pokir-pokir DPRD ynag tidak lan adalah hasil reses. Usulan-usulan kebijakan

yang belum tertampung dalam RKPD akan kembali disampaikan atau diajukan

dalam pembahasan P-RKPD.

“Reses itu kan bukan hanya sekali dilakukan, jadi hasil pelaksanaan reses yang berikutnya bisa ditampung dalam pemabahasan kebijakan yang lain, baik itu pada P-RKPD maupun P-APBD. Demikian juga dengan usulan-usulan kebijkan yang sebelumnya belum lolos dalam pembahasan

RKPD.138

Tahapannya sama, hasil reses akan diparipurnakan bersama dengan

SKPD-SKPD Kota Gunungsitoli, Kepala Daerah dan pihak-pihak terkait.

Kemudian dokumen hasil reses dalam bentuk pokir-pokir DPRD akan diserahkan

138

Wawancara dengan Arosokhi Harefa, Anngota Komisi A DPRD Kota Gunungsitoli Periode 2009-2014 di Kantor DPrD Kota Gunungsitoli, tanggal 17 Maret 2015.

kepada pemerintah kota, dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan.

Kemudian akan disampaikan pada forum SKPD untuk menjadi bahan SKPD yang

akandigunakan sebagai bahan menjadi KU P-APBDdan PPAS P-APBD dan

kemudian menjadi P.APBD.139

Dan walaupun telah masuk kedalam usulan P-RKPD hingga ke P-KUA

PPAS, dalam pembahasan P-APBD, anggota Dewan akan kembali menyampaikan

hasil reses namun kali ini melalui pandangan masing-masing fraksi bersama

dengan saran dan kritik terhadap pelaksanaan APBD tahun anggaran berjalan.

Dokumen terkait