• Tidak ada hasil yang ditemukan

12. P2TP2A KOTA MEDAN

3.1 Dampak Sosial

3.1.6 Partisipasi Perempuan di Ruang Publik

3.1.6 Partisipasi Perempuan di Ruang Publik

67

Op.Cit.Hal 116.

68

Laporan penelitian kebijakan Bank Dunia .2005. Pebangunan Berspektif Gender, Jakarta: Dian Rakyat. Hal.45

sipil (PNS) di Pemerintah Kota (Pemko) Medan ternyata lebih banyak kaum perempuan dibandingkan laki-laki. Dari jumlah PNS di Medan sebanyak 18.505 orang, 12.059 di antaranya merupakan perempuan, dan 6.444 orang adalah laki-laki.69

Berdasarkan wawancara dengan Ir. Hj. Asrah FM. Harahap, MM : Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan. di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:

Akan tetapi pada jabatan eselon II, Dari 43 Pejabat Kota Medan hanya 9 orang Perempuan yang berada pada eselon II. Seperti yang terlihat pada tabel diatas.

70

Kalau untuk Kualitas Hidup Perempuan dan Anak kita lihat dari bidang kesehatannya juga sudah baik. Hal ini juga ibu katakan karena didalam materi PUG Kami juga menerangkan apa-apa saja yang harus diperhatikan oleh ibu-ibu pada saat hamil. Dan memberikan arahan ketika ibu-ibu sudah melahirkan. Akan tetapi dibidang Partisipasi Perempuan pada ruang publik apalagi pada tataran jabatan yang tinggi masih minim. Misalnya saja di Badan ini, masih sedikit Perempuan yang menduduki jabatan “Kalau berbicara tentang Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan. Kalau untuk pendidikan sebenarnya sudah baik. Hal ini dapat ibu katakan karena kalau kita lihat saat ini. Perempuan lebih aktif dan giat untuk bersekolah dan sudah banyak juga perempuan yang mementingkan karier nya kedepan. Salah satu tugas kami juga dari bidang Pemberdayaan Perempuan untuk meningkatkan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan melalui program-program ataupun kegiatan yang kami lakukan. Harapannya hal itu juga mendorong partisipasi perempuan dan anak untuk mengenyam pendidikan. Untuk saat ini sebenarnya bagian Utara Kota Medan belum tersentuh. Hal ini juga kurangnya anggaran yang diturunkan untuk setiap kegiatan yang kami laksanakan.

tanggal 01 februari 2017, Pukul 12.30 WIB)

70

Wawancara dengan Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan, Ibu Ir. Hj. Asrah FM. Harahap, MM, 16 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

starategis. Ini artinya dalam pengambilan keputusan yang akan kami lakukan pun masih sedikit partisipasi Perempuan”.

Berangkat dari data dan hasil wawancara diatas, maka keterlibatan perempuan pada tingkat eselon II masih dikategorikan rendah. Hal ini membuktikan bahwa didalam mengambil keputusan masih tetap didominasi oleh laki-laki. Padahal didalam Tujuan Penetapan Pengarusutamaan Gender pada poin (d). Sangat jelas dikatakan untuk meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai insan dan sumberdaya pembangunan kota. Persentase ini membuktikan bahwa poin (d). Tidak berhasil dicapai dengan baik, Karena bertolak belakang dengan semangat dari Tujuan Penetapan Pengarusutamaan Gender pada poin (d). Perempuan merupakan sumber daya manusia itu artinya perempuan juga memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki didalam mengambil keputusan atau menentukan suatu kebijakan. Dimana Kebijakan tersebut akan diterapkan dalam kehidupan masyarakat Kota Medan. Artinya tidak semua bidang yang menjadi tujuan dan sasaran PUG tercapai dengan baik.

Kesamaan kesempatan pada hakekatnya merupakan sesuatu pengakuan atas persamaan ataupun peluang antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat disemua bidang. Hal ini juga telah diatur dalam UUD 1945 Pasal 27 yang menyatakan bahwa setiap warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib

menjunjung hukum dan pemerintah tanpa terkecuali serta mengatur bahwa warga negara berhak atas pengidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam berbagai bidang, dimana perempuan memiliki peranan yang penting dalam kehidupan bermasyarakat dan juga bernegara. Peran yang dimaksud disini tidak saja untuk dipimpin tetapi juga untuk memimpin dan hal ini harus diakui dan diperjuangkan untuk mendapatkan pengakuan yang positif, baik dari kaum perempuan itu sendiri dan kaum laki-laki.

Indikator yang merujuk pada kesempatan yang sama bagi kaum perempuan untuk berfungsi dilembaga legislatif sesuai dengan asas perwakilan atau representatif dari unsur perempuan. Indikator ini menunjukkan pada mekanisme politik, dimana suara perempuan juga terakomodir dalam suatu organisasi tertentu yang menjadi bagian atau sayap politik dari organisasi atau partai politik yang ada.

Namun dalam kenyataannya, Keadaan yang sama juga kita temukan dalam Angka Keterwakilan Perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat Kota Medan Tahun 2015. Padahal salah satu asas demokrasi yang dapat menjadi pedoman dalam melihat sejauh mana suatu sitem berjalan dengan baik adalah proporsi reperessentatif dari masing-masing golongan. Dari data Jumlah Pemilih Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013. Jumlah pemilih Kota Medan dalam satuan Daftar

Pemilih Tetap (DPT) yang menggunakan hak pilihnya sebesar 774.593 orang. 415.189 diantaranya adalah Perempuan dan 359.404 Laki-laki71

Fenomena ini menunjukkan Perempuan masih belum secara luas diberikan kesempatan untuk terlibat secara langsung dalam proses perpolitikan yang ada, bahkan pula dikarenakan belum adanya pemahaman secara menyeluruh tentang Pengarusutamaan Gender yang saat ini diperkenalkan di Kota Medan. Padahal tanpa perjuangan langsung dibidang politik, maka peran dan kontribusi perempuan tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Hanya melalui perjuangan politik, maka hak-hak perempuan dapat diakomodir dan diperjuangkan secara baik sesuai dengan prosedur politik yang berlaku. Walaupun tidak ada jaminan ketika Partisipasi Perempuan tinggi di sektor Publik, Khususnya pada jabatan Eselon II dan Dewan Perwakilan Daerah Kota Medan maka akan mampu menjawab semua permasalahan yang menimpa Perempuan. Akan . Pemilih terbanyak adalah kaum Perempuan, Namun dalam kenyataannnya dari 50 Orang anggota DPRD Kota Medan hanya ada 5 Orang Perempuan. Apabila kita jumlahkan hanya ada 10% keterwakilan Perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan dan 90% nya lagi di miliki oleh laki-laki. maka dapat kita tarik kesimpulan rendahnya partisipasi Perempuan Kota Medan dalam perwakilan parlemen membuat setiap keputusan ataupun kebijakan juga kembali di dominsi oleh kaum laki-laki.

tetapi dapat kita bayangkan kembali, apabila Partisipasi Perempuan sudah tinggi juga tidak mampu menjawab permasalahan Perempuan apalagi kalau partisipasi perempuan itu rendah, maka permasalahan perempuan di Kota Medan sudah pasti akan terabaikan. Dan yang terpenting yang harus digaris bawahi adalah, Salah satu ruang dimana Perempuan dapat meningkatkan kualitas hidupnya ialah dengan aktif di ruang-ruang publik.

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dalam bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang

Pengarusutamaan Gender dan Keputusan Walikota Medan nomor 436/1084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012 Pada hekekatnya Sudah Baik. Akan tetapi didalam pelaksanaannya masih banyak kekurangan dan ketidaksesuaian dengan apa yang menjadi semangat tujuan lahirnya Kebijakan tersebut. Hal ini membut tidak disemua bidang, Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Baik. Lemahnya perhatian pemerintah didalam menindaklanjuti setiap program yang dijalankan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan serta minimnya anggaran yang dikeluarkan untuk setiap program.

2. Untuk Partisipasi Perempuan di bidang Pendidikan Tahun 2011-2015 Sudah dapat dikatakan Baik, hal ini terlihat dari persentase perempuan yang tinggi didalam mengenyam pendidikan di Kota Medan disemua Usia Sekolah. Dan ditunjang ketersedian fasilitas sekolah yang sudah baik.

Seperti jumlah bangunan Sekolah Dasar, Sekolah Menegah Pertama dan Sekolah Menegah Atas serta jumlah tenaga Kerja dimasing-masing sekolah yang juga meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Situasi tersebut juga mendorong Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Medan juga terus meningkat. Pada tahun 2011 IPM Kota Medan sebesar 77,54, Pada tahun 2012 meningkat menjadi 77,78, pada tahun 2013 menjadi 78,00, Selanjutnya pada tahun 2014 78,26 dan kembali meningkat pada tahun 2015 sebesar 78,87.72

3. Untuk Tingkat Kesehatan Perempuan dan Anak Kota Medan Tahun 2011-2015 juga sudah dapat dikatakan baik. Dapat kita lihat dari fasilitas kesehatan dan juga tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit. Kemudian dari persentase Angka kematian Bayi di Kota Medan sangat Rendah, Apabila kita jumlahkan hanya 0,08% kematian bayi di Kota Medan di Tahun 2011-2015 begitupula dengan tingkat kematian ibu sebelum dan sesudah melahirkan di Kota Medan, Cukup rendah. Jika kita Jumlahkan maka, hanya 0,012% tingkat kematian ibu pra dan Pasca melahirkan Tahun 2011-2015. Artinya menurun 0,12%. Dari Tahun 2006-2010. Namun dalam penyediaan ruang layak anak di rumah sakit milik Pemerintah Daerah belum nampak. Salah satunya belum ada taman khusus anak-anak yang sakit ataupun yang berkunjung kerumah sakit

Terjadi kenaikan sebesar 5,58% dari IPM Pada Tahun 2008.

72

tersebut. Dan tidak hanya itu saja, ruang tunggu khusus untuk orang Tua ataupun keluarga yang anaknya diopname pun tidak ada. Hal ini membuat banyak orang tua dan keluarga yang duduk dilantai bahkan tidur.

4. Untuk partisipasi Perempuan di Ruang (Public). Khususnya Perempuan yang menduduki jabatan Eselon II masih sedikit. Dari 43 Pejabat Kota Medan yang eselon II hanya 9 orang Perempuan. Serta Keterwakilan Perempuan di dalam Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada Tahun 2015 juga belum nampak. Dari 50 Orang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, hanya 5 Orang Perempuan. Artinya hanya ada 10% keterwakilan Perempuan. Angka masih kurang dari Quota 20% untuk Perempuan di Parlemen.

4.2 SARAN

1. Diharapkan Pemerintah daerah menindaklanjuti (follow up) kebijakan-kebijakan yang akan di implementasikan di Kota Medan dan memperhatikan keterwakilan Kaum Perempuan di setiap bidang.

2. Meninjau kembali Point mengenai anggaran yang akan di berikan kepada setiap kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh bidang Pengarusutamaan Gender dan Lembaga Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan. 3. Diharapkan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

Kota Medan agar lebih sering mensosialisasikan terkait Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengarusutamaan Gender. Pada Dinas Pemerintah, SKPD-SKPD dan turun ketengah-tengah masyarakat. Agar dapat berkomunikasi aktif dengan masyarakat khususnya Perempuan dan Anak.

4. Mensosialisasikan kembali kepada Masyarakat Kota Medan baik secara langsung ataupun tidak langsung keberadaan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan.

5. Diharapkan agar setiap bidang yang ada di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan saling membantu dalam mensukseskan kegiatan masing-masing bidang, meningkatkan kerjasama antar bidang-bidang dan menjaga Komunikasi.

Dokumen terkait