• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Kegunaan Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA, DAN KERANGKA

4. Partisipasi

Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan aktif dan bermakna dari massa

penduduk pada tingkatan yang berbeda di dalam proses pembentukan keputusan untuk menentukan tujuan yang telah ditentukan dalam pelaksanaan program dan proyek secara sukarela. Serta pembagian dalam pemanfaatan hasil tergantung pada tingkat partisipasi masing-masing individu dalam pelaksanaan

pembangunan (Slamet, 1999).

Effendi (2007) mengemukakan bahwa untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui program pemberdayaan masyarakat yaitu sebagai tingkat keikutsertaan atau keterlibatan warga masyarakat dalam proses (1) merencanakan pembangunan dan ikut dalam pengambilan keputusan. Pada tahap perencaan, masyarakat di ajak ikut terlibat dalam pengambilan keputusan yang mencakup pengelompokan masalah, potensi desa, dan pembangunan yang akan dilaksanakan, (2) swadaya masyarakat yaitu

keterlibatan masyarakat dalam aktifitasketerlibatan masyarakat dalam memilkul beban pembangunan seperti memberikan sumbangan tenaga dan materi, (3) melaksanakan pembangunan yaitu keterlibatan masyarakat dalam aktivitas- aktivitas fisik yang merupakan perwujudan program, yakni masyarakat menjadi tenaga kerja yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh warga yang bersangkutan, (4) monitoring dan evaluasi, yaitu keikutsertaan masyarakat dalam mengukur atau memberikan penilaian sampai seberapa jauh tujuan program

dapat dicapai dan penilaian terhadap bidang pembangunan misalnya fasilitas umum dan lainnya, dan (5) menerima dan memanfaatkan hasil-hasil

pembangunan yaitu keterlibatan warga masyarakat dalam menerima hasil, menikmati keuntungan atau menggunakan fasilitas-fasilitas yang telah dibangun secara langsung dari kegiatan yang telah dilakukan.

5. Program Penguatan Sapi Betina Bunting

Pengendalian Sapi atau Kerbau Betina Produktif telah dimulai sejak tahun 2010, dan pada tahun 2013 dan 2014 ditekankan pada kegiatan penguatan sapi atau kerbau betina bunting. Upaya ini dilakukan dalam rangka mendukung program swasembada daging melalui program pemberdayaan masyarakat dengan dana bantuan sosial pertanian. Evaluasi tahun 2011 sampai 2013 menunjukkan bahwa kegiatan penguatan memberikan dampak positif terhadap motivasi peternak untuk membuntingkan ternaknya kembali, sehingga dapat memperpendek jarak kelahiran, dan meningkatkan populasi ternak lebih cepat.

Penguatan ini dilakukan oleh kelompok tani ternak yang terseleksi (memenuhi kriteria lokasi, kriteria kelompok) dengan mekanisme bantuan sosial. Tujuan kegiatan penguatan ini yaitu: 1) untuk memberikan penguatan kepada peternak yang memiliki sapi atau kerbau betina bunting sehingga termotivasi untuk membuntingkan ternaknya kembali, 2) mendorong terlaksananya identifikasi status reproduksi (memilah sapi atau kerbau produktif dan tidak produktif),

inventarisasi, dan registrasi sapi atau kerbau betina bunting, 3) menumbuhkan calon kelompok pembibit sapi atau kerbau.

Kegiatan penguatan ini merupakan pemberian dana tunai langsung kepada peternak sebagai penghargaan atas prestasinya yang telah membudidayakan sapi atau kerbau betina produktif menjadi bunting, yang dialokasikan pada 31 satuan kerja provinsi melalui mekanisme bantuan sosial kepada 252 kelompok. Dengan jumlah ternak yang diberi penguatan sebanyak 36.288 ekor.

Kegiatan penguatan sapi atau kerbau bunting tahun 2014 dilaksanakan dengan ketentuan yang sesuai kriteria lokasi, kriteria kelompok, kriteria peternak penerima penguatan, yaitu:

a. Kriteria lokasi meliputi 1) wilayah atau kawasan padat ternak sapi atau

kerbau, 2) memiliki kondisi agroekosistem sesuai usaha peternakan (didukung oleh ketersediaan sumber pakan lokal dan air), 3) diutamakan yang memiliki potensi dan diproyeksikan sebagai wilayah sumber bibit bagi rumpun sapi atau kerbau dominan di wilayah tersebut, 4) tersedia petugas lapang dan sarana pendukung.

b. Kriteria kelompok yaitu: 1) beranggotakan minimal 20 orang dan memiliki sapi atau kerbau betina produktif, 2) aktif, terdaftar dan telah mengajukan proposal kepada dinas provinsi/kabupaten/kota, 3) kelompok yang

menghadapi keterbatasan permodalan pengembangan usaha, 4) kelompok dapat berasal dari lembaga yang bergerak dalam pengembangan usaha

peternakan, 5) kelompok yang mendapat kegiatan tahun sebelumnya dan dinilai baik pada pelaksanaannya (dibuktikan dengan surat keterangan dari dinas setempat), 6) mampu mengelola dan mendata kegiatan penguatan dengan baik.

c. Kriteria peternak penerima penguatan yaitu: 1) Warga Negara Indonesia, dewasa atau sudah berkeluarga dan memiliki KTP, 2) diutamakan anggota kelompok pengelola dana penguatan, 3) memiliki dan atau memelihara ternak sapi atau kerbau sehat, kondisi baik dan bunting minimal 5 bulan, 4) memiliki pengalaman beternak atau pernah mengikuti pelatihan beternak sapi atau kerbau, 5) mampu menyediakan pakan ternak dan 6) diutamakan berdomisili dalam kawasan lokasi kelompok penerima.

Seleksi ternak yang mendapat dana penguatan diutamakan ternak asli atau lokal yang dikawinkan dengan rumpun sejenis, diutamakan sapi atau kerbau

memenuhi kriteria bibit dan sehat dan bunting minimal 5 bulan.

Penentuan kebuntingan ternak dilakukan oleh Tim Reproduksi. Dalam penilaian skor ternak bunting didasarkan yaitu 1) umur induk yang lebih muda mendapat skor lebih tinggi, sehingga lebih diprioritaskan untuk memperoleh dana terlebih dahulu, 2) umur kebuntingan lebih tua akan mendapat skor lebih tinggi, sehingga lebih diprioritaskan untuk memperoleh terlebih dahulu. Diharapkan peternak termotivasi untuk mengembangbiakkan sapi atau kerbaunya lagi.

Tata cara pemberian dana penguatan yaitu: 1) Kelompok melakukan identifikasi dan inventarisasi keberadaan sapi atau kerbau betina bunting yang ada di

kelompok dan atau di lokasi sekitar kelompok dalam wilayah yang sama, 2) kemudian dilakukan seleksi oleh Tim reproduksi dan tim teknis

kabupaten/kota untuk menilai dan menetapkan sapi atau kerbau betina bunting yang terpilih, 3) Setiap peternak hanya memperoleh penguatan maksimal 2 ekor ternak sapi atau kerbau bunting. Jika jumlah ternak yang layak mendapat penguatan pada kelompok yang bersangkutan belum mencapai target, maka penguatan diberikan pada anggota kelompok atau peternak yang ada di wilayah atau kawasan, 4) Sapi atau kerbau yang mendapat penguatan, wajib diberi marking atau tanda, dilengkapi dengan kartu ternak, hasil pemeriksaan kebuntingan dan foto copy KTP pemilik serta foto ternak, 5) Peternak yang menerima dana penguatan harus memelihara pedet sapi atau kerbau minimal sampai umur 6 bulan (tidak boleh menjaual pedet) dan mencatat serta

melaporkan ternaknya kepada kelompok (dibuktikan dengan surat pernyataan kesanggupan).

Sumber dana untuk kegiatan penguatan adalah APBD di Dinas Provinsi. Dana penguatan bagi sapi atau kerbau yang bunting 5 bulan terpilih diberi penguatan sebesar Rp.500.000–Rp 1.000.000 per ekor dengan komposisi penggunaan dana minimal 80% untuk penguatan dan maksimal 20 persen untuk biaya operasional kelompok (pemeriksa kebuntingan, pita ukur, tongkat ukur, pembuatan kandang jepit, operasional rekorder kelompok, pengecapan, kamera dan administrasi).

Proses pengajuan dilakukan dengan mengajukan Rencana Usaha Kelompok (RUK) yang disusun kelompok dan disahkan atau ditandatangani oleh ketua kelompok dan dua anggota kelompok serta diketahui oleh Tim Teknis

Kabupaten/kota. Prosedur dan tata cara dijelaskan pada saat sosialisasi. Untuk pencairan dilakukan dalam 3 tahap yaitu: 1) 40 persen dari keseluruhan dana setelah kelompok mengajukan RUK, 2) 30 persen apabila pekerjaan telah mencapai 30 persen dari RUK (yang dibuktikan dengan laporan realisasi perkembangan pekerjaan dan penggunaan dana, 3) 30 persen dari keseluruhan dana, apabila pekerjaan telah mencapai 80 persen dari RUK.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Kajian terdahulu yang meneliti tentang Peran Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Terhadap Peningkatan Partisipasi Program penguatan sapi betina bunting dalam suatu program dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Ringkasan penelitian terdahulu Nama

Peneliti

Judul Metode Kesimpulan

Nurjanah, (2012) Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dan produktivita s usahatani padi di Kabupaten Tanggamus.

Metode survey Tidak ada hubungan yang nyata antara kinerja PPL di BP3K Model dengan

produktivitas padi diwilayah kerja BP3K Model. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja PPL di BP3K Model belum memberikan kontribusi yang nyata terhadap tingkat produktivitas padi di wilayah kerja BP3K Model.

Tabel 4. Lanjutan Eri Rahmawati, (2012) Peranan Anggota Kelompok Peternak Sapi Brahman Cross Dalam Program Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) di Desa Tanjung Tirto Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur.

Metode survey peranan anggota Kelompok peternak sapi Brahman Cross dalam program BLM di Desa Tanjung Tirto Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur meliputi peranan dalam mengembalikan bibit dan peranan dalam menerapkan pasca usaha ternak sapi potong.

Isnain Nur Islamiah, (2012) Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang dalam Pengembangan Kelompok Tani Di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul. Metode analisis deskriptif

PPL dan petani, secara keseluruhan perkembangan kelompok tani dinilai berkembang. Menurut PPL dan petani, peran PPL sebagai motivator, edukator, dan inovator dalam pengembangan kolompok tani dikategorikan tinggi. Rizki Fathonie, (2014) Tingkat Peranan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Dalam Difusi Inovasi Budidaya Padi Metode S.R.I (System Of Rise Intensification). Metode survei dengan pengolahan data menggunakan metode deskriptif, tabulasi dan statistika.

Tingkat peranan penyuluh pertanian lapang (PPL) dalam difusi inovasi

budidaya pada metode S.R.I (Sistem Of Rise

Intensication) sudah baik, baik dalam hal melakukan peranan sebagai edukasi, desimilasi

informasi/inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi,

pemantauan, maupun dalam hal evaluasi.

Tabel 4. Lanjutan Aginia Revikasari, (2010) Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Di Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik studi kasus tunggal.

Penyuluh pertanian lapang aktif menghadiri

pertemuan atau musyawarah yang diadakan oleh Gapoktan, PPL aktif menyampaikan informasi dan teknologi usaha tani kepada Gapoktan, PPL membimbing dan memfasilitasi Gapoktan dalam pelaksanaan PRA, penyusunan RDK dan RDKK, PPL menyusun programa penyuluhan pertanian di tingkat desa bersama kasi pertanian, PPL mengajarkan

ketrampilan usaha tani dan penerapannya kepada petani dan Gapoktan, PPL membantu petani dan Gapoktan

mengidentifikasi masalah usaha tani dan

memberikan alternatif pemecahannya, PPL melakukan pencatatan keanggotaan dan kegiatan Gapoktan, dan PPL menumbuhkan dan membina secara rutin kemampuan manajerial, kepemimpinan, dan kewirausahaan

kelembagaan tani kepada Gapoktan tetapi pada penerapannya Gapoktan Tani Maju belum mampu mengembangkan

kemampuankemampuan tersebut.

Tabel 4. Lanjutan Andika Rismayanti Hadi, 2013 Peranan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) Dan Partisipasi Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) Di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus Metode Survei, Metode analisis deskriptif dan Analisis statistik non- parametrik (uji Rank- Sperman) Tingkat peranan KPMD dalam Program PNPM-MP di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus termasuk kategori cukup tinggi. Hal ini berarti bahwa KPMD sudah memahami dan menghayati tugas pokok dang fungsinya daalam program PNPM-MP. Wijianto Arif, 2008 Hubungan antara peranan penyuluh dengan partisipasi Anggota dalam kegiatan tani di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali Metode Survei, Desain korelasional.

Ada hubungan yang signifikan antara peranan penyuluh dengan partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok tani. Hal ini berarti setiap kenaikan nilai pada variabel peranan peyuluh akan diikuti oleh kenaikan nilai pada variabel partisipasi anggota.

Demikian juga sebaliknya, setiap penurunan nilai pada variabel peranan penyuluh akan diikuti oleh menurunnya nilai pada variabel partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok tani. Indrawa Rudi, 2012 Peranan penyuluh dan partisipasi petani dalam kelayakan pengembangan kegiatan sekolah lapang pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi di Kabupaten Jember Metode deskriptif, rumus interval, Analisis statistik non- parametrik (uji Rank- Sperman)dan alat analisis B/C ratio

hubungan antara peranan penyuluh dengan partisipasi petani secara total dalam kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu di Kabupaten Jember

mempunyai hubungan yang nyata

Dokumen terkait