• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paru-paru adalah dua organ yang terbentuk seperti bunga karang yang sangat lunak, elastis dan berada dalam rongga torak, sifatnya ringan dan terapung di air, yang terletak di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Pembagian paru ada dua , yaitu :

1. Paru-paru kiri:

Pada paru-paru kiri terdapat satu fisura yaitu fisura obliges. Fisura ini membagi paru-paru kiri atas menjadi dua lobus, yaitu :

a. Lobus superior, bagian yang terletak di atas dan sebagian di depan fisura. b. Lobus inferior, bagian yang terletak di belakang dan di bawah fisura. 2. Paru-Paru Kanan:

Pada paru-paru kanan terdapat dua fisura, yaitu :

1. Fisura oblique (interlobularis primer) : mulai dari daerah atas dan kebelakang sampai ke hilus setinggi vertebra torakaliske-4 terus kebawah dan kedepan searah dengan iga ke-6 sampai linie aksilaris media ke ruang interkostal ke-6 memotong margo inferior setinggi artikulasi iga ke-6 dan kembali ke hilus.

2. Fisura transversal (interlobularis sekunder) : mulai dari fisura oblique pada aksilaris media berjalan horizontal memotong margo anterior pada artikulasio kosta kondralis keenam terus ke hilus. Fisura oblique memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus posterior. Fisura horizontal memisahkan lobus medius dari lobus superior.

Kedua fisura ini membagi paru-paru kanan menjadi tiga lobus yaitu : lobius atas, lobus tengah dan lobus bawah, dimana tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih kecil bernama segmen (Syaifuddin, 1997). Paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum media stinum. Pada bagian tengah itu terdampat tumpuk paru/hilus. Pada media stinum depan terletak jantung. Paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Pleura Viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru.

2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum pleura) (Syaifuddin, 1997). Dalam paru terdapat alveoli yang berfungsi dalam pertukaran gas O2 dengan CO2 dalam darah (Tambayong, 2001).

Gambar 2.1 Anatomi paru

2.2.2. Fisiologi Paru

Raharjoe, dkk (1994) menyatakan bahwa salah satu fungsi utama paru adalah sebagai alat pernafasan yaitu melakukan pertukaran udara (ventilasi), yang bertujuan menghirup masuknya udara dari alveolus keluar tubuh (ekspirasi). Pernafasan dapat berarti pengangkutan oksigen ke sel dan pengangkutan CO2 dari sel kembali ke atmosfer. Proses ini menurut Guyton (1981) dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu:

a. Pertukaran udara paru

Pertukaran udara paru merupakan proses masuk dan keluarnya udara ke dan dari alveoli. Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh karena masih adanya udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat dikeluarkan walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut volume residu. Volume ini penting karena menyediakan O2 dalam alveoli untuk menghasilkan darah.

b. Difusi O2dan CO2 antara alveoli dan darah.

c. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh dari dan menuju ke sel-sel.

d. Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan.

Menurut Raharjoe dkk (1994) dari aspek fisiologi, ada 2 (dua) macam pernapasan yaitu:

1. Pernapasan luar (eksternal respiration)

Pernafasan luar adalah proses pertukaran udara yang berlangsung di paru. 2. Pernapasan dalam (internal respiration)

Pernafasan dalam adalah pertukaran gas pada metabolisme energi yang terjadi dalam sel. Ditinjau dari aspek klinik pernapasan adalah pernapasan luar. Untuk melakukan tugas pertukaran disusun oleh beberapa komponen penting antara lain:

a. Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot, dan saraf perifer.

c. Beberapa respirator yang berada di pembuluh arteri utama.

Sebagai organ pernafasan, dalam melakukan tugasnya, paru dibantu oleh system kardiovaskuler dan sistem saraf pusat. Sistem kardiovaskuler selain menyuplai darah bagi paru (perfusi), juga dipakai sebagai media transportasi O2 dan CO2, sistem saraf pusat berperan sebagai pengendali irama dan pola pernapasan.

2.2.3. Volume dan Kapasitas Fungsi paru

Volume paru dan kapasitas fungsi paru merupakan gambaran fungsi ventilasi sistem pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dankapasitas fungsi paru dapat diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan fungsi ventilisator paru.

1. Volume Paru

Selama pernapasan berlangsung, volume selalu berubah-ubah dimana mengembang sewaktu inspirasi dan mengempis sewaktu ekspirasi. Dalam keadaan normal, pernapasan terjadi secara pasif dan berlangsung hampir tanpa disadari. Beberapa parameter yang menggambarkan volume paru adalah :

a. Vaolume Tidal (Tidal Volume = TV)

Volume tidal adalah volume udara masuk dan keluar pada pernapasan. Besarnya TV orang dewasa sebanyak 500 ml.

b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume = IRV)

Volume cadangan inspirasi adalah volume udara yang masih dapat dihirup kedalam paru sesudah inspirasi biasa, besarnya IRV pada orang dewasa adalah 3100 ml.

c. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspiratory Reserve Volume = ERV)

Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa, besarnya ERV pada orang dewasa adalah 1200 ml.

d. Volume Residu (Residual Volume = RV)

Volume residu adalah udara yang masih tersisa didalam paru sesudah ekspirasi maksimal. TV, IRV dan ERV dapat diukur dengan spirometer, sedangkan RV = TLC-VC (Mukono, 1997).

2. Kapasitas Fungsi Paru

Kapasitas fungsi paru adalah merupakan penjumlahan dari dua volume paru atau lebih. Yang termasuk pemeriksaan kapasitas fungsi paru-paru adalah: a. Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity = IC)

Kapasitas inspirasi adalah volume udara yang masuk paru setelah inspirasi maksimal atau sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal (IC = IRV + TV).

b. Kapasitas Vital (Vital Capacity = VC)

Kapasitas vital adalah volume udara yang dikeluarkan melalui ekspirasi maksimal setelah sebelumnya melakukan inspirasi maksimal. Kapasitas vital besarnya sama dengan volume inspirasi cadangan ditambah volume

tidal (VC = IRV + ERV + TV). Ada 2 macam Vital Capacity berdasarkan cara pengukurannya, yaitu:

1. Vital Capacity (VC), adalah volume ekspirasi setelah individu melakukan inspirasi maksimal dimana individu tidak perlu melakukan pernapasan dengan kekuatan penuh

2. Forced Vital Capacity (FVC), adalah volume ekspirasi maksimal (secara paksa) setelah individu melakukan inspirasi maksimal. Kapasitas Paru Total (Total Lung Capacity = TLC).

c. Kapasitas Residu Fungsional (Functional Residual Capacity = FRC) Kapasitas residu fungsional adalah volume ekspirasi cadangan ditambah volume sisa (FRC = ERV + RV) (Amin, 2000).

2.2.4. Pemeriksaan Fungsi Paru

Pemeriksaan fungsi paru sangat dianjurkan bagi tenaga kerja, yaitu menggunakan spirometer dengan alasan spirometer lebih mudah digunakan, biaya murah, ringan praktis, bisa dibawa kemana-mana, tidak memerlukan tempat khusus, cukup sensitif, akurasinya tinggi, tidak invasif dan cukup dapat memberi sejumlah informasi handal (Yunus, 2006)

Dengan pemeriksaan spirometri dapat diketahui semua volume paru kecuali volume residu, semua kapasitas paru kecuali kapasitas paru yang mengandung komponen volume residu. Interpretasi dari hasil spirometri biasanya langsung dapat dibaca dari print out setelah hasil yang didapat dibandingkan dengan nilai prediksi sesuai dengan tinggi badan, umur, berat badan, jenis kelamin,

dan ras yang datanya telah terlebih dahulu dimasukkan kedalam spirometer sebelum pemeriksaan dimulai.

Tabel 2.2 Interpretasi Hasil Pemeriksaan Fungsi Paru

RESTRIKTIF

Dokumen terkait