• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V JENIS PENDIDIKAN

KETENTUAN PENUTUP Pasal

II. PASAL DEMI PASAL Pasal

Cukup Jelas Pasal 2 Cukup Jelas Pasal 3 Cukup Jelas

61 Pasal 4 Cukup Jelas Pasal 5 Cukup Jelas Pasal 6 Cukup Jelas Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8

Yang dimaksud dengan penyelenggaraan pendidikan keagamaan dalam bentuk program pendidikan adalah pendidikan keagamaan yang diselenggarakan pada jalur nonformal dan tanpa adanya penjenjangan.

Pasal 9 Cukup Jelas Pasal 10 Cukup Jelas Pasal 11 Cukup Jelas Pasal 12 Cukup Jelas Pasal 13 Cukup Jelas Pasal 14 Cukup Jelas Pasal 15 Cukup Jelas Pasal 16 Cukup Jelas Pasal 17 Cukup Jelas Pasal 18 Cukup Jelas Pasal 19 Cukup Jelas Pasal 20 Cukup Jelas Pasal 21

Yang dimaksud dengan biaya opreasional sebagaimana yang disebutkan dalam ayat (6) huruf (b) adalah biaya non-personalia bagi satuan pendidikan, biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tidak langsung berupa daya, air, jasa, telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain-lain, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan.

Yang dimaksud SKPD terkait sebagaimana yang disebutkan dalam ayat (7) adalah Dinas Pendidikan. Pasal 22 Cukup Jelas Pasal 23 Cukup Jelas Pasal 24

62 Cukup Jelas Pasal 25 Cukup Jelas Pasal 26 Cukup Jelas Pasal 27 Cukup Jelas

63

Notulen 1

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Ten- tang Pendidikan Keagamaan

Hari, Tanggal : Senin, 27 Juli 2015

Tempat : IAIN Purwokerto

Waktu : 10.00 WIB - Selesai

Harun Al-Rosyid (Ketua Balegda DPRD Kab. Cilacap) Salam ……

Terima kasih kepada LP2M IAIN Purwokerto yang telah menerima kami dengan baik. Semoga apa yang akan kita laksanakan dalam kerangka kerjasama penyusunan naskah akademik Raperda Pendidikan Keagamaan di Kabupaten Cilacap dapat berjalan dengan baik. Sebelum kami menyampaikan beberapa hal terkait Raperda Pendidikan Keagamaan, kami akan memperkenalkan anggota kami yang datang pada hari ini. Kami mohon maaf karena sesungguhnya anggota Balegda ada 12 orang, namun ini ada beberapa yang terlambat. Nanti akan segera bergabung.

(Ketua Balegda memperkenalkan satu persatu anggota balegda)

Kemudian kami menyampaikan beberapa hal terkait dengan Raperda yang akan kami susun. Di Cilacap pendidikan keagamaan sangat banyak dan hampir diselenggarakan di tiap-tiap desa. Mereka riil melakukan aktivitas pendidikan dan manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Persoalannya adalah mereka saat ini di Cilacap tidak memiliki payung hukum satupun. Kecuali cantolan hukum di atas seperti Peraturan Pemerintah (PP) atau Undang-Undang. Persoalan ini menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah daerah terutama terkait dengan anggapan bahwa Pemda Cilacap tidak memiliki apresiasi dan perhatian terhadap proses pendidikan keagamaann di wilayahnya. Padalah kontribusi mereka begitu besar dalam pembangunan karaketr, moral, etika, dan keagamaan.

Ketiadaan perhatian terhadap mereka misalnya diukur dari minimnya alokasi APBD tiap tahun kepada mereka. Hal ini terjadi karena kita belum memiliki legitimasi hukum yang memungkinkan kita berbuat lebih dari itu. Oleh karena itu, salah satu yang nanti kita harapkan dalam raperda ini adalah jaminan hukum bagi pemerintah daerah untuk menyediakan alokasi atau apapun namanya sebagai wujud taggungjawab pemda terhadap pendidkan yang menjadi inisiasi masyarakat.

Persoalan kedua yang mengganjal adalah bahwa pendidikan keagamaan secara struktural berada di bawah kementeriann agama yang bersifat vertikal. Pemerintah daerah sebagai wilayah otonom tidak memiliki ruang yang cukup untuk berpartisipasi di dalamnya. Untuk itu, raperda ini diharapkan memberi inisiatif untuk membuka peluang kolaboratif antara pemerintah daerah dan kementerian agama untuk membangun pendidikan keagamaan di daerah.

64 Hal ketiga yang menjadi persoalan adalah pendidikan keagamaan dilakukan oleh organisasi dan perorangan yang secara administratif tidak ada data yang akurat. Hal ini karena masyarakat bisa secara “bebas” mendirikan pendidikan keagamaan tanpa ada proses seleksi yang ketat. Mereka mudah membuat lembaga pendidikan keagamaan dan menyelenggarakannya di masyarakat. Dalam banyak hal ini menyulitkan ketika misalnya terdapat bantuan pendidikan dari pemda distribusinya seperti apa.

Itu beberapa hal yang kami sampaikan dan mungkin nanti teman-teman balegda dapat menambahinya. Terima kasih.

Drs. Amat Nuri, M.Pd.I (Ketua LP2M IAIN Purwokerto) Salam …

Terima kasih atas kehadiran bapak/ibu di kampus kami. Pertama kami menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada DPRD Kab. Cilacap yang telah mempercayakan kerjasama penyusunan naskah akademik pendidikan keagamaan dengan IAIN Purwokerto. Yang kedua, pendidikan keagamaan ini memang menjadi perhatian utama kami sehingga kami sangat berkepentingan agar raperda yang nanti akan dijalankan dapat bermanfaat dan memberi peluang yang besar kepada masyarakat. Sebelumnya kami juga akan memperkenalkan diri tim yang nanti akan bersama-sama menyusun naskah akademik.

(Ketua LP2M memperkenalkan 6 orang tim ahli penyunan naskah akademik). Selanjutnya kami serahkan kepada Ketua Balegda untuk menyampaikan kembali informasi-informasi terkait sebagai bahan masukan kami menyusun draft awal naskah akademik. Kami persilahkan.

Harun Al Rosyid (Ketua Balegda)

Terima kasih, kami persilahkan anggota untuk memberi masukan kepada tim ahli. Kami persilahkan kepada pak Romelan.

Romelan (anggota Balegda)

Terima kasih ketua. Beberapa hal yang perlu saya share-kan adalah

pertama, terkait dengan kelembagaan. Saat ini tidak ada regulasi yang mengatur sesungguhnya ada tidak kualifikasi yang harus dimiliki oleh lembaga. Akibatnya saat ini kelembagaan pendidikan keagamaan menjamur dan kontrol atas mereka sangat lemah.

Kedua, kualifikasi pendidik pada lembaga pendidikan keagamaan tidak terstandarisasi. Hal ini karena tidak ada lembaga atau komunikasi antar lembaga pendidikan keagamaan untuk menetapkan standard-standard tertentu. Implikasi yang lebih jauh terkait kualitas atau standard mutu pendidikan keagamaan.

Ketiga, evaluasi pendidikan. Sebagai proses, pendidikan tetap harus melalui proses evaluasi. Namun karena tidak ada kualifikasi yang mengatur tentang lembaga dan proses yang berlangsung maka evaluasi tidak bisa

65 dilaksanakan secara terstruktur. Ini tentu berpengaruh terhadap kualitas mutu pendidkan yang berlangsung.

Atas beberapa hal ini, saya berharap perda ini akan mengatur dan memperjelas pendidikan keagamaann baik dari sisi kelembagaan, SDM, dan

proses pendidikan yang berlangsung. Demikian terima kasih.

Didi (Anggota Balegda)

Terima kasih dan salam ….

Persoalan riil di Cilacap saat ini adalah hampir semua ormas memiliki pendidikan keagamaan. Mereka sementara ini mengandalkan swadaya dari masyarakat terutama orang tua santri. Namun pandangan masyarakat

terhadap pendidikan keagamaan lebih pada “nimbang dolan”. Karenanya

partisipasi masyarakat terhadap pendidikan keagamaan relatif minim.

Selain itu, pendidikan keagamaan yang diselenggarakan umumnya sore hari dianggap sebagai pelengkap pendidikan umum (pagi hari). Oleh karena itu intensitas keikutsertaan santri tidak menjadi perhatian serius bagi para orang tua. Kondisi ini karena hasil belajar pendidikan keagamaan tidak endapat apresiasi yang cukup.

Harun Al Rosyid (Ketua Balegda)

Baik bapak/ibu semua, untuk pertemuan pertama saya kira cukup. Beberapa masukan tadi mungkin memberi gambaran umum kepada tim ahli dalam merancang naskah akademik. Kami berharap besok kita diskusikan beberapa hal teknis dari draft yang akan disusun tim ahli. Terima kasih.

66

Notulen 2

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Ten- tang Pendidikan Keagamaan

Hari, Tanggal : Selasa, 28 Juli 2015

Tempat : IAIN Purwokerto

Waktu : 10.00 WIB - Selesai

Harun Al Rosyid (Ketua Balegda) Salam ….

Terima kasih atas kehadiran bapak/ibu anggota Balegda DPRD Kab. Cilacap. Kepada tim ahli kami menyampaikan terima kasih. Kita akan melanjutkan pembahasan beberapa materi raperda Pendidikan Keagamaan Kab. Cilacap. Tim ahli sudah menyediakan draft awal raperda. Sebelumnya perlu kita sepakati pembahasan ini akan dilakukan per pasal atau berdasar isu-isu krusial. Sebelum ke anggota, kami persilahkan ke tim ahli untuk memberikan penjelasan draft awal ini.

Sony Susandra (Tim Ahli) Terima kasih …. Salam…

Sebelumnya akan kami sampaikan beberapa hal terkait draft yang telah

kami sediaka. Pertama, terkait cakupan raperda ini yang mengatur 3 point

besar, yaitu kelembagaan, sumberdaya manusia dan pembiayaan, dan evaluasi. Dari tiga isu besar ini, ruang lingkup yang akan diatur dalam raperda ini adalah kelembagaan pendidikan keagamaan. Di situ nanti

memperbincangkan siapa penyelenggaranya, program dan satuan

kelembagaan yang memungkinkan. Kemudian terkait jenis-jenis pendidikan keagamaan yang bisa diselenggarakan. Penjelasan tentang TPQ, madin, majelis taklim nanti dibahas. Kemudian terakhir menyangkut masalah evaluasi dan standarisasi. Siapa yang mengevaluasi, apa saja yang dievaluasi termasuk tindak lanjut dari evaluasi. Selain itu dalam kelembagaan nanti juga diperbincangkan soal pembiayaan dan partisipasi beberapa pihak dalam pembiayaan pendidikan keagamaan di Cilacap. Itu dulu informasinya.

Harun Al Rosyid (Ketua Balegda)

Terima kasih, ini sudah ada draft. Saya pikir akan lebih cepat kalau kita akan membahas pasal per pasal. Walaupun tidak menutup kemungkinan nanti akan melebar pada perbincangan isu dan filosofi masing-masing pasal yang muncul.

Parsiyan (anggota Balegda)

Baik, saya perlu memperoleh klarifikasi terkait istilah-istilah yang muncul dalam draft ini. Hal ini penting agar konteks raperda ini tidak lepas dari

67 tujuan awal. Misalnya perlua ada penegasan tentang pendidikan agama, pendidikan keagamaan, dan jenis-jenis pendidikan lainnya. Ini akan memberi gambaran yang jelas posisi pemda dalam penyelenggaraan pendidikan keagamaan itu di mana.

Kedua yang perlu dipertegas adalah istilah-istilah ini karena menyangkut semua agama perlu diverifikasi dengan pihak-pihak yang berkompeten. Misalnya istilah pesantian, pasraman dan lainnya penting untuk ditanyakan secara langsung kepada agama yang bersangkutan. Di kristen yang saya tahu memang pendidikan keagamaan diselenggarakan secara formal, misalnya ada SD kristen, SMP Kristen dan seterusnya.

Ridwan (Tim Ahli)

Ada perbedaan antara pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Pendidikan agama adalah pendidikan agama tertetu yang diberikan kepada siswa pada sekolah umum. Tujuannya agar siswa memiliki pemahaman dan melakukan ajaran sesuai agama yang diautnya. Sementara pendidikan

keagamaan dirancang untuk memberi pemahaman sekaligus

mempersiapkan siswa sebagai ahli agama dan pengajar agama tertentu. Di sini posisi menjadi jelas antara keduanya. Yang akan kita atur adalah pendidikan keagamaan yang secara khusus mempersiapkan peserta sebagai ahli dan pengajar agama.

Ahmad Muttaqin (Tim Ahli)

Posisi pemda dalam pendidikan keagamaan dapat dianalisis dari undang- undang sisdiknas. Di sana dijelaskan bahwa jenis-jenis pendidikan terdapat 7, salah satunya adalah pendidikan keagamaan. Terkait dengan pendidikan keagamaan, uu sisdiknas memberi amanat kepada pemda sebagai salah satu pihak yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraannya. Hanya saja memang sampai saat ini, pendidikan keagamaan yang secara struktural berada di bawah koordinasi Kementerian Agama agak unik. Keberadaan pendidikan keagamaan yang sangat besar, tadi disebut hampir tidak mendapat apresiasi yang cukup dari pemerintah dan pemerintah daerah. Perlu ada komunikasi yang konstruktif agar kesan saling intervensi tidak terjadi.

Ismail (Anggota Balegda)

Penting dalam perda ini mengatur tentang mekanisme pembiayaan lembaga pendidikan keagamaan oleh pemerintah daerah. Mereka konkret melakukan kegiatan pendidikan di daerah, maka sudah seharusnya pemda memberikan perhatian khusus. Mekanisme pembiayaan saat ini yang memungkinkan kan hibah. Hanya perlu diatur bagaimana syarat-syarat minimal sebuah lembaga pendidika keagamaan mendapatkan hidah dari pemda. Juga soal siapa yang memiliki kewenangan untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan keagamaan ini layak atau tidak mendapatkan hibah.

68 Romelan (anggota Balegda)

Soal biaya itu sesungguhnya hal yang kedua. Yang terpenting adalah bagaimana klausul pembiayaan ini nantinya tidak bertentangan dengan hukum atau aturan perundangan di atasnya. Kalau berani atau komitmen, saya sangat komit pemda harus mengalokasikan dananya untuk lembaga pendidikan keagamaan. Namun apabila kita tidak cermat maka Raperda ini akan bernasib sama dengan misalnya tentang perda CSR. Kita harus hati- hati agar perda ini nanti dapat beroperasional.

Harus Al Rosyid (Ketua Balegda)

Baik, bapak ibu semuanya. Masukan tadi sudah tecatat dan bahkan beberapa sudah langsung dikonkritkan pada perubahan pasal-pasal. Karena waktu, kita akan bahas lagi pada pertemuan yang akan datang sembari memberikan kesempatan kepada tim ahli untuk mengkonkritkan masukan-masukan yang telah tadi disampaikan dalam bentuk pasal-pasal. Kita tutup dengan bacaan hamdalah.

69

Notulen 3

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Ten- tang Pendidikan Keagamaan

Hari, Tanggal : Rabu, 12 Agustus 2015

Tempat : IAIN Purwokerto

Waktu : 10.00 WIB - Selesai

1. Usul Fraksi PPP (Bapak Romelan) :

a. Konsideran perlu ditambah dan menyesuaikan dengan peraturan

perundang-undangan terkini, siapa tahu ada perubahan

Jawaban Tim Ahli :

Kami memang sedang dalam proses melengkapi dan update data mengenai hal tersebut ... bahkan peraturan menteri dalam negeri mengenai hibah (jika memungkinkan) juga akan kami masukkan

b. Pasal mengenai ketentuan umum perlu dicermati lagi, mengingat saya

menemukan adanya istilah yang ada di ketentuan umum tetapi tidak ada di pasal-pasal pembahasan.

Jawaban Tim Ahli :

Ya ... hal ini memang kami akui karena masih dalam tahap penggodokan pasal-pasal, apakah akan dipertahankan, dibuang, atau di tambah yang baru.

2. Usul dari Fraksi PKB (Bapak Didi) :

Perlu dicermati bahwa ketika perda ini akan dilandingkan, masyarakat lebih menyoroti bagaimana lembaga pendidikan keagamaan dapat tersejahterakan secara ekonomi dengan mendapatkan alokasi dana dari pemerintah.

Jawab Tim Ahli :

Kalau dilihat dari posisi bahwa ini adalah perda inisiatif dan latar belakang kemunculannya adalah seperti yang bapak-bapak sampaikan kemarin, maka asumsi atau opini di atas sangat wajar. Untuk itu kami akan sangat berhati-hati dalam meramu pasal demi pasal agar kepentingan mereka tetap terakomodir dengan baik. Untuk itu, kami akan melakukan penggalian data di daerah-daerah lain dan sekaligus melakukan koordinasi dengan bapak-bapak anggota balegda mengenai gambaran umum keuangan daerah kabupaten cilacap.

3. Usul dari Fraksi Gerindra (Bapak Huda) :

Jika memungkinkan, pasal mengenai pembiayaan diperhalus tetapi tetap menyiratkan bahwa pemerintah daerah wajib memberikan bantuan keuangan kepada lembaga pendidikan keagamaan.

70

Jawaban Tim Ahli :

Ok. Tetapi yang kami rumuskan sebenarnya sudah melalui tahap kajian dengan cara membandingkannya dengan perda-perda lain yang sejenis.

4. Usul dari Fraksi Demokrat (Bapak Harun) :

Apapun hasil dari draft ini, kami sudah sangat berterimakasih. Sebab baru dua pertemuan diselenggarakan, pihak IAIN sudah mampu menghadirkan draft awal rancangan perda pendidikan keagamaan. Semoga ini menunjukkan keseriusan dan profesionalitas tim dari IAIN Purwokerto. Dan mudah-mudahan kerjasama semacam ini bisa berkelanjutan.

5. Usul dari fraksi PPP (Bapak Romelan) :

Karena ini sifatnya masih draft awal, maka segala hal yang berkaitan dengan tata aturan penulisan naskah peraturan perundang-undangan saya mohon untuk dicermati kembali agar pada pertemuan berikutnya kita sudah menghasilkan draft yang mendekati sempurna.

Jawaban dari tim ahli :

Setelah rapat ini kami berencana menindaklanjuti masukan-masukan yang dihasilkan dari proses diskusi dengan anggota dewan. Mudah- mudahan pada pertemuan yang akan datang kami sudah mampu mempresentasikan draft naskah yang jauh lebih baik.

71

Notulen 4

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Ten- tang Pendidikan Keagamaan

Hari, Tanggal : Kamis, 13 Agustus 2015

Tempat : IAIN Purwokerto

Waktu : 10.0 WIB - Selesai

1. Usul Pak Romelan (Fraksi PPP) :

a. Masih terdapat beberapa konsideran yang belum dimuat dan secara

tata urut peraturan perundang-undangan yang dijadikan konsideran belum sesuai.

Jawaban Tim Ahli :

Memang naskah ini masih belum melalui tahap pemeriksaan final, sehingga sangat mungkin ada kekeliruan yang belum diperbaiki.

b. Beberapa pasal masih belum menyentuh persoalan mendasar

pendidikan keagamaan di Kabupaten Cilacap

Jawaban Tim Ahli :

Kami masih dalam proses penyusunan naskah akademik. Dan belum semua data yang kami terima dituangkan dalam lampiran draft raperda ini

2. Usul dari Pak Didi (Fraksi PKB) :

Masalah yang senantiasa mengemuka dalam persoalan pendidikan keagamaan adalah mengenai biaya atau pendanaan. Bagaimana kemudian raperda ini bisa mengakomodir kepentingan para pengelola pendidikan keagamaan (khususnya yang non formal) dan sekaligus kemampuan keuangan Pemerintah Daerah serta Peraturan Perundang- Undangan yang mengaturnya

Jawab Tim Ahli :

Sebenarnya, celah yang memungkinkan adalah melalui jalur Hibah. Namun karena adanya Peraturan Penderi dalam Negeri menganai persoalan Hibah, maka hal tersebut sepertinya tidak memungkinkan. Mungkin nanti dalam proses Public hearing ada masukan dari pihak Pemerintah Daerah mengenai hal ini.

6. Usul dari Pak Suheri :

Porsi pasal mengenai pendidikan keagamaan dalam agama Kristern tidak proporsional jika dibanding agama-agama lainnya. Untuk itu perlu

ditambahkan pasal atau ayat mengenai jenis-jenis pendidikan

keagamaan dalam agama Kristen / Katolik yang porsinya berimbang dengan agama-agama yang lain.

72

Kebetulan kami sedang mengumpulkan data mengenai hal tersebut dengan melakukan komunikasi langung dengan para agawaman agama Kristen / Katolik. Hanya hasilnya memang belum kami masukkan sepenuhnya.

7. Usul dari Ibu Thieta (Fraksi PAN) :

Persoalan mengenai lembaga yang harus berbadan hukum sebagai syarat bisa menerima Hibah akan menjadi ganjalan lembaga-lembaga pendidikan non formal (termasuk pendidikan keagamaan) untuk menerima bantuan.

Jawaban Tim Ahli :

Hal itulah yang menjadi pemikiran kami agar bantuan bisa diberikan dengan cara lain yang bukan hibah. Jika memungkinkan bisa memakai dana desa atau yang sejenisnya.

73

Notulen 5

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Ten- tang Pendidikan Keagamaan

Hari, Tanggal : Rabu, 26 Agustus 2015

Tempat : IAIN Purwokerto

Waktu : 13.0 WIB - Selesai

1. Usul Pak Ramlan (Fraksi PPP) :

a. Dalam hal menimbang dst, yang menjadi pertimbangan bukan hanya

yuridis, tetapi juga filosofis dan sosiologis. Yang filosofis adalah tentang pentingnya pendidikan keagamaan, sedangkan sosiologisnya adalah pentingnya / perlu diadakannya aturan tentang pendidikan keagamaan dengan lingkup cilacap.

Jawaban Tim Ahli : dipertimbangkan

b. Dalam pasal 9, sesuai masukan ketika public hearing, tolong

dimasukkan persyaratan bahwa pendidikan keagamaan yang dimaksud oleh Perda berbasis ASWAJA

Jawaban Tim Ahli :

Dari sisi akademis, terlalu riskan jika dicantumkan secara eksplisit mengenai persyaratan ASWAJA. Hal itu sudah bisa tercover oleh pasal mengenai perijinan. Sebab, kementerian agama sudah memiliki rambu-rambu tersendiri sebagaimana tertuang dalam SKB 3 menteri.

c. Jika Aswaja tidak dimasukan dalam syarat maka edaran tiga menteri

harus dimasukan dalam konsideran

Jawab Tim Ahli :

Hal itu bisa dilakukan selama tidak menyalahi peraturan penyusunan draft perundang-undangan.

2. Usul dari Pak Toni Osmon (Fraksi PDIP) :

Dalam tata urut peraturan perundang-undangan yang dijadikan konsideran, seharusnya tidak mencantumkan peraturan menteri atau yang sejenisnya.

Jawaban Tim Ahli :

Pada saat public hearing dilakukan, bagian Hukum Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap sebenarnya yang mengusulkan agar Peraturan Menteri dimasukkan, seperti Peraturan Menteri Agama atau Peraturan Menteri dalam Negeri. Memang kalau kita mengacu pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan dapat disimpulkan bahwa tata susunan norma hukum di negara Republik Indonesia merupakan juga norma hukum yang

74

berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis, maka dalam pmbentukan UU, lazim dimuat konsideran secara hirarkis. Dalam hirarkis perundangan saat ini memang tidak terdapat Permen. Sebagaimana tertera saat ini adalah : 1. Undang-Undang Dasar 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia; 3. Undang-undang; 4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang; 5. Peraturan Pemerintah; 6. Keputusan Presiden; 7. Peraturan Daerah. Dengan demikian, kami lebih bisa menerima untuk tidak memasukkannya.

3. Usul Fraksi PDIP :

Dalam pasal 21 ayat 4, tidak perlu mencantumkan kata Peraturan Bupati, tetapi justeru diganti dengan Peraturan Daerah yang Mengatur.

Jawaban Tim Ahli :

Pada perinsipnya kami bisa menerima. Tetapi ini meniscayakan untuk disusun perda lagi mengenai penggunaan keuangan daerah.

4. Usul Fraksi Pak Romelan (PPP) :

Ayat yang memuat kalimat “sebagaimana diatur dalam perundang-

undangan” seharusnya diletakkan dibagian paling akhir dari susunan

ayat yang ada.

Jawaban Tim Ahli : Akan kami tindak lanjuti

5. Usul dari Pak Didi (Fraksi PKB) :

Masih ada beberapa kalimat yang tidak konsisten perlu diperiksa lagi

Jawaban Tim Ahli : Akan kami tindak lanjuti.

75

Notulen Ke-6

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Ten- tang Pendidikan Keagamaan

Hari, Tanggal : Kamis, 27 Agustus 2015

Tempat : IAIN Purwokerto

Waktu : 10.00 WIB - Selesai

Harun Al Rosyid (Ketua Balegda) Salam …

Bapak/ibu yang kami hormati, ini adalah pembahasan terakhir untuk pembahasan naskah akademik perda pendidikan keagamaan. Untuk selanjutnya kami serahkan kepada tim dari LPPM IAIN Purwokerto.

Agus Sunaryo (Tim Ahli) Terima kasih ….

Ada beberapa yang harus kami sampaikan terkait masukan yang telah disampaikan bapak ibu kemarin. Dalam konsideran kami hilangkan

keputusan menteri setelah beberapa kali kita melakukan studi

perbandingan ke beberapa perda. Memang tidak ada konsideran selevel keputusan menteri. Pada saat public hearing dari bagian hukum pemda meminta memasukkan KMA. Setelah kita pertimbangkan kita hilangkan. Itu yang yang dirubah, selanjutnya kami persilahkan kepada bapak/ibu untuk membahas kembali.

Romelan (anggota Balegda)

Untuk menimbang menurut saya cukup 3. Baru yang keempat menjadi klausul yang didasarkan pada point satu sampai 3. Saya mengusulkan redaksi “menuntut ilmu keagamaan adalah hak asasi setiap warga negara dalam upaya memperoleh pengetahuan tentang agama, serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME. Point berikutnya: bahwa saat ini di Kab. Cilacap banyak berdiri lembaga pendidikan keagamaan baik yang bersifat formal maupun nonformal yang belum diatur mekanisme atau ketentuan penyelenggaraannya. Untuk point berikutnya perlu diringkas saja.

Nita Triana (Tim Ahli)

Kita bisa memperbandingkan dengan sukabumi. Pendasaran filosofis pada tujuan pendidikan.

Parsiyan (Anggota Balegda)

Saya kok cenderung mendasarkan pada tujuan bukan pada HAM. Karena di desa apabila berbicara HAM itu masih bias. Kalau hak bisa iya atau tidak.

Dokumen terkait