• Tidak ada hasil yang ditemukan

M. AL KHADZIQ Diundangkan di Temanggung

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2 Huruf a

Yang dimaksud dengan “asas perikemanusiaan” adalah bahwa setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKK harus dilaksanakan dengan memegang teguh etika profesi, dan selalu dilandasi prinsip perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membedakan golongan agama dan bangsa.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “asas keseimbangan” adalah bahwa setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKK harus dilaksanakan dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, serta antara material dan spiritual.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas manfaat” adalah bahwa setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKK harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga negara.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas perlindungan” adalah bahwa setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKK harus dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKK harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau tanpa memandang suku, agama, golongan, dan status sosial ekonominya.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “asas penghormatan hak asasi manusia”

adalah bahwa setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKK ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan tanpa membedakan suku, agama, golongan, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi. Begitu juga bahwa setiap anak dan perempuan berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “asas sinergisme dan kemitraan yang dinamis” adalah bahwa SKK akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme, baik antar pelaku, antar subsistem SKK, maupun dengan sistem serta subsistem lain di luar SKK. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sektor terkait, seperti pembangunan prasarana, keuangan, dan pendidikan perlu berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.

Huruf h

Yang dimaksud dengan “komitmen dan tata pemerintahan yang baik”

adalah bahwa agar SKK berfungsi baik, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan, dan kerjasama yang baik dari para pelaku untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (good governance).

Huruf i

Yang dimaksud dengan “asas legalitas” adalah bahwa setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKK harus didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Huruf j

Yang dimaksud dengan “asas antisipatif dan proaktif” adalah bahwa setiap pelaku pembangunan kesehatan harus mampu melakukan antisipasi atas perubahan yang akan terjadi, yang di dasarkan pada pengalaman masa lalu atau pengalaman yang terjadi di negara lain.

Dengan mengacu pada antisipasi tersebut, pelaku pembangunan kesehatan perlu lebih proaktif terhadap perubahan lingkungan strategis baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Huruf k

Yang dimaksud dengan “asas gender dan non diskriminatif” adalah bahwa dalam penyelenggaraan SKK, setiap penyusunan rencana kebijakan dan program serta dalam pelaksanaan program kesehatan harus responsif gender.

Huruf l

Yang dimaksud dengan “kearifan lokal” adalah bahwa penyelenggaraan SKK harus memperhatikan dan menggunakan potensi Daerah yang secara positif dapat meningkatkan hasil guna dan daya guna pembangunan kesehatan, yang dapat diukur secara kuantitatif dari meningkatnya peran serta masyarakat dan secara kualitatif dari meningkatnya kualitas hidup jasrnani dan rohani, Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5 Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Huruf a

Pelayanan krisis kesehatan pada bencana dan KLB merupakan upaya menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan apabila terjadi bencana dan KLB yang dilakukan pada saat:

a. tanggap darurat, yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, meliputi kegiatan penyelamatan, evaluasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengungsi, penyelamatan, pemulihan prasarana.

b. Pasca, yaitu kegiatan meliputi rehabilitasi, rekontruksi, penerapan rancang bangun, partisipasi dan peran serta masyarakat, peningkatan pelayanan publik; dan

c. Kegawatdaruratan, yaitu keadaan klinis seseorang maupun banyak orang yang membutuhkan tindakan segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.

Huruf b

Cukup Jelas Huruf c

Pelayanan Kesehatan Tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Pelayanan kesehatan tradisional terdiri dari:

1. Pelayanan kesehatan tradisional empiris, yaitu pelayanan kesehatan yang dilakukan dengan menggunakan bahan alam, teknik manual, teknik olah pikir, dan teknik energi serta dapat menggunakan alat dan teknologi kesehatan.

2. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer, yaitu pelayanan kesehatan tradisional dengan menggunakan ilmu biokultural dan ilmu biomedis yang manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah.

3. Pelayanan kesehatan tradisional integrasi, yaitu pelayanan kesehatan yang mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan pelayanan kesehatan tradisional komplementer

Huruf d

Cukup Jelas Huruf e

Cukup Jelas Huruf f

Cukup Jelas Huruf g

Cukup Jelas Huruf h

Yang dimaksud dengan “pelayanan darah” adalah upaya memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar pelayanan Kesehatan dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial.

Darah dimaksud diperoleh dari pendonor darah sukarela yang sehat dan memenuhi kriteria seleksi pendonor dengan mengutamakan kesehatan pendonor.

Huruf i

Pelayanan forensik klinik merupakan suatu ruang lingkup keilmuan yang berintegrasi antara bidang medis dan bidang hukum yang menangani korban hidup dan investigasinya serta aspek medikolegal dan psikopatologi terhadap kejadian:

a. pencabulan;

b. perkosaan;

c. penganiayaan;

d. kekerasan dalam rumah tangga; dan/atau e. kekerasan pada anak dan perempuan;

Huruf j

Cukup Jelas Huruf k

Cukup Jelas Huruf l

Cukup Jelas Huruf m

Cukup Jelas Huruf n

Cukup Jelas Huruf o

Cukup Jelas Huruf p

Cukup Jelas Huruf q

Upaya Kesehatan Kerja merupakan upaya untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.

Kesehatan Kerja meliputi pekerja di sektor formal dan informal dan berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja.

Huruf r

Cukup Jelas Huruf s

Upaya Kesehatan Olahraga merupakan upaya meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat, yang dilaksanakan melalui aktifitas fisik, latihan fisik, dan/atau olahraga.

Huruf t

Yang dimaksud dengan Upaya Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan dalam bentuk khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba berubah secara bermakna, baik di lingkungan darat, laut maupun udara.

Huruf u

Cukup Jelas Huruf v

Cukup Jelas Huruf w

Cukup Jelas Huruf x

Cukup Jelas

Huruf y

Yang dimaksud dengan “Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu” adalah tata cara penyelenggaraan pelayanan gawat darurat yang terintegrasi berbasis call center.

Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu meliputi :

a. tersedianya Public Safety Center, yaitu pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegawatdaruratan di daerah, dan merupakan ujung tombak pelayanan untuk mendapatkan respon cepat, dan

b. tersedianya media informasi yang uptodate mengenai ketersediaan ruang IGD, ruang perawatan intensif, ruang rawat inap, kamar bersalin, ambulans, dan dokter jaga.

Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu dilaksanakan secara terintegrasi antara semua Fasyankes baik milik Pemerintah maupun swasta yang ada di daerah, serta terhubung dengan kepolisian, pemadam kebakaran dan instansi yang terkait dengan kegawatdaruratan.

Ayat (3)

Cukup Jelas Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “promotif” adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.

Yang dimaksud dengan “preventif” adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan dan atau penyakit.

Yang dimaksud dengan “kuratif” adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan, agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

Yang dimaksud dengan “rehabilitatif” adalah kegiatan dan atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita kedalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan “standar pelayanan minimal” adalah ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar di bidang Kesehatan yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.

Ayat (6)

Yang dimaksud dengan “tingkatan primer” adalah mencakup upaya kesehatan perorangan primer, yaitu upaya kesehatan dimana terjadi kontak pertama secara perorangan sebagai proses awal pelayanan kesehatan, dan upaya kesehatan masyarakat primer, yaitu pelayanan peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan pengobatan dan pemulihan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Yang dimaksud dengan “tingkatan sekunder” adalah upaya kesehatan rujukan lanjutan, yang terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan sekunder, yaitu pelayanan kesehatan spesialistik yang menerima rujukan dari pelayanan kesehatan perorangan primer, yang meliputi rujukan kasus, spesimen, dan ilmu pengetahuan serta dapat merujuk kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk, dan pelayanan kesehatan masyarakat sekunder, yaitu menerima rujukan kesehatan dari pelayanan kesehatan masyarakat primer dan memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi, dan sumber daya manusia kesehatan serta didukung oleh pelayanan kesehatan masyarakat tersier.

Yang dimaksud dengan “tingkatan tersier” adalah upaya kesehatan rujukan unggulan yang terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan tersier, yaitu menerima rujukan subspesialistik dari pelayanan kesehatan di bawahnya, dan dapat merujuk kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk, dan pelayanan kesehatan masyarakat tersier, yaitu menerima rujukan kesehatan dari pelayanan kesehatan masyarakat sekunder dan memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi, sumber daya manusia kesehatan, dan rujukan operasional, serta melakukan penelitian dan pengembangan bidang kesehatan masyarakat dan penapisan teknologi dan produk teknologi yang terkait.

Ayat (7)

Cukup Jelas Ayat 8

Yang dimaksud dengan “kredensialing” yakni proses seleksi terhadap pemenuhan persyaratan dan kinerja pelayanan bagi fasilitas kesehatan yang akan bekerjasama dengan badan penyelenggara pembiayaan kesehatan.

Yang dimaksud dengan “rekredensialing” yakni proses seleksi ulang terhadap pemenuhan persyaratan dan kinerja pelayanan bagi fasilitas kesehatan yang telah dan akan bekerjasama dengan badan penyelenggara pembiayaan kesehatan.

Pasal 6 Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “UKM tingkat pertama” adalah UKM yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan jaringannya termasuk pihak swasta pada tingkat kecamatan dan desa atau kelurahan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “UKM tingkat kedua” adalah UKM yang diselenggarakan oleh Dinas sebagai penanggungjawab fungsi manajerial dan teknis fungsional kesehatan.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 7 Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “UKP tingkat pertama” adalah upaya kesehatan dasar yang menekankan pada pelayanan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan peningkatan dan pencegahan yang diselenggarakan oleh Fasyankes tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

Huruf b

Yang dimaksud dengan “UKP tingkat kedua” adalah upaya Kesehatan lanjutan yang mendayagunakan iptek kesehatan spesialistik yang ditujukan ke perorangan.

Ayat (2)

Cukup Jelas Pasal 8

Cukup Jelas Pasal 9

Cukup Jelas Pasal 10

Cukup Jelas Pasal 11

Cukup Jelas Pasal 12

Cukup Jelas Pasal 13

Cukup Jelas Pasal 14

Cukup Jelas Pasal 15

Cukup Jelas Pasal 16

Cukup Jelas Pasal 17

Cukup Jelas Pasal 18

Cukup Jelas Pasal 19

Cukup Jelas Pasal 20

Cukup Jelas Pasal 21

Cukup Jelas Pasal 22

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “tenaga kesehatan” adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan,

Tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam: tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional dan tenaga kesehatan lain.

Ayat (2)

Cukup Jelas Pasal 23

Cukup Jelas Pasal 24

Cukup Jelas Pasal 25

Ayat (1)

Cukup Jelas Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “rencana strategis” adalah rencana strategis Dinas yang disusun setiap lima tahun.

Pasal 26

Cukup Jelas Pasal 27

Cukup Jelas Pasal 28

Cukup Jelas Pasal 29

Cukup Jelas Pasal 30

Cukup Jelas Pasal 31

Cukup Jelas Pasal 32

Cukup Jelas Pasal 33

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “uji kompetensi” adalah proses pengukuran kemampuan seorang tenaga kesehatan berdasarkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap profesional untuk dapat menjalankan praktik atau untuk memenuhi persyaratan kenaikan jenjang jabatan setingkat lebih tinggi bagi Aparatur Sipil Negara.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “sertifikasi” adalah penetapan yang diberikan oleh organisasi profesi atau Dinas terhadap tenaga kesehatan yang telah memenuhi standard kompetensi tertentu.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “registrasi” adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta

mempunyai pengakuan secara hukum untuk menjalankan praktik.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “izin praktik/izin kerja” adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Daerah sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik/kerja.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “remunerasi” adalah pemberian gaji atau pendapatan tambahan sebagai apresiasi atas pekerjaan.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “insentif” adalah kompensasi khusus diluar gaji yang diberikan atas kerja ekstra yang dilakukan.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “penghargaan” adalah pengakuan atas prestasi seorang tenaga kesehatan.

Huruf h

Yang dimaksud dengan “sanksi” adalah tindakan hukuman yang diberikan atas pelanggaran terhadap suatu peraturan Ayat (2)

Cukup Jelas Pasal 34

Cukup Jelas Pasal 35

Cukup Jelas Pasal 36

Cukup Jelas Pasal 37

Cukup Jelas Pasal 38

Ayat (1)

Cukup Jelas Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “obat esensial” adalah obat pilihan yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat terbanyak, mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi yang harus selalu tersedia di unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatannya.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “formularium” adalah daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan digunakan sebagai acuan penulisan resep pada pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan.

Pasal 39

Cukup Jelas Pasal 40

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “usaha mikro obat tradisional” adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan.

Ayat (2)

Cukup Jelas Ayat (3)

Cukup Jelas Pasal 41

Cukup Jelas Pasal 42

Cukup Jelas Pasal 43

Cukup Jelas Pasal 44

Cukup Jelas Pasal 45

Cukup Jelas Pasal 46

Cukup Jelas Pasal 47

Cukup Jelas Pasal 48

Cukup Jelas Pasal 49

Cukup Jelas Pasal 50

Cukup Jelas Pasal 51

Cukup Jelas Pasal 52

Cukup Jelas Pasal 53

Cukup Jelas Pasal 54

Cukup Jelas Pasal 55

Cukup Jelas Pasal 56

Cukup Jelas Pasal 57

Cukup Jelas Pasal 58

Cukup Jelas Pasal 59

Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 139

Dokumen terkait