Selama ini pedagang kaki lima di kawasan Pasar Bambu Kuning (Jalan Bukit Tinggi, Jalan Batu Sangkar dan Jalan Imam Bonjol) selalu menjadi kambing hitam dari kesemerautan, ketidakindahan, dan ketidaktertiban kota karena pedagang kaki lima terkesan sebagai usaha liar yang tidak menghargai dan mematuhi aturan hukum yang telah ditetapkan Pemerintah Kota Bandar Lampung. Namun, jika secara jernih kita memahami permasalahan yang muncul berkaitan dengan pedagang kaki lima, ternyata hal ini berkaitan dengan persoalan ekonomi masyarakat, kesempatan memperoleh lapangan pekerjaan, kualitas tata ruang dan wilayah dan daya dukung fasilitas umum penunjang aktivitas ekonomi masyarakat.
Ramai perbincangan mengenai pedagang kaki lima di Kota Bandar Lampung mencuat di pertengahan Juni tahun 2005 atau menjelang pemilihan kepala daerah Kota Bandar Lampung. Setelah pilkada berakhir yang menghasilkan Drs. Eddy Sutrisno sebagai Wali Kota dan Kherlani sebagai Wakil Wali Kota keberadaan PKL seakan menjadi musuh Pemeritah Kota Bandar Lampung yang menargetkan Adipura untuk Kota Bandar Lampung. Hal ini tentu merugikan PKL yang dianggap sebagai biang keladi kesemerawutan, ketidaktertiban dan ketidakindahan kota.
Pasang surut hubungan Pedagang Kaki Lima dengan Pemerintah Kota Bandar Lampung telah menjadi hal yang biasa. Seperti halnya sebuah siklus, hubungan tersebut terus berputar. Kadang hubungan tersebut memanas kemudian harmonis lagi. Menurut Agus (36, tahun, Pedagang Kaki Lima sekaligus Ketua PPKL Bandar Lampung), hubungan antara PKL dan Pemerintah Kota Bandar Lampung akan memanas jika berhembus kabar akan dilaksanakan penertiban dan penggusuran terhadap pedagang kaki lima (PKL) baik itu PKL di kawasan Bambu Kuning, Pasir Gintung, Pasar Smep, dan Pasar Tengah. Ketika ada surat pemberitahuan satu, dua dan tiga tentangpenertiban dan penggusuran maka PKL bersiap-siap melakukan aksi perlawanan di tempat seperti bentrok dengan Polisi Pamong Praja. Selain itu, aksi demonstrasi pasca penggusuran akan terus mempengaruhi hubungan Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan PKL yang tergabung dalam satu organisasi yaitu Persatuan Pedagang Kaki Lima (PPKL) Kota Bandar Lampung.
“Hubungan antara pemkot dan PKL pasang surut tidak menentu. Jika hendak ada penggusuran maka hubungan yang tadinya harmonis tiba-tiba memanas. Dan setelah penggusuran selesai, PKL melakukan aksi demonstrasi, negosiasi, hearing atau yang lainnya maka hubungan yang memanas kembali mereda. Kondisi tersebut terus-menerus seperti itu”. (Agus, 36 tahun, 25 Juli 2010)
Hubungan yang memanas akan kembali mereda setelah PKL melakukan aksi demonstrasi, negosiasi, hearing atau yang lainnya. Kondisi ini akan terus menerus terjadi sepanjang Pemerintah Kota Bandar Lampung belum menyediakan lokasi atau tempat khusus bagi PKL. Kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung yang erat kaitannya dengan PKL sudah seharusnya melibatkan
PKL sehingga aspirasi dari PKL dapat tersalurkan dan dapat dimuat dalam kebijakan tersebut.
“kami meminta tempat yang layak dan refresentatif. Layak dalam artian ketika PKL pindah tidak menurunkan omset, refresentatif berarti sesuai dengan jumlah PKL. Selain itu, kebijakan-kebijkan yang berhubungan dengan PKL, kiranya dalam pembuatannya PKL harus diikutsertakan”. (Agus, 36 tahun, 25 Juli 2010)
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL……… i ABSTRAK ……… ii PERNYATAAN……… vi HALAMAN PENGESAHAN……….. vii RIWAYAT HIDUP……….. viii MOTTO………. x HALAMAN PERSEMBAHAN……… xi SANWACANA……… xii DAFTAR ISI ……… vx DAFTAR GAMBAR ……… xxi I. PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang ………... 1 B. Rumusan Masalah……….... 8 C. Tujuan Penelitian …….………... 9 D. Kegunaan Penelitian ……….... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ……….... 10 A. Tinjauan Negara……… 10
1. Definisi Negara…….……… 10 2. Sifat Negara……… 13 3. Fungsi Negara………... 14 B. Tinjauan Masyarakat……… 15 C. Tinjauan Pedagang Kaki Lima (PKL) ……… ……… 18 D. Tinjauan Resistensi………..………. . 28 E. Tinjauan Gerakan Sosial………..……… 30
1. Sejarah Gerakan Sosial………..……… 30 2. Definisi Gerakan Sosial…………..………...…… 31
5. Dampak Gerakan Sosial……….……… 38 F. Gerakan Sosial dalam Perspektif Konflik Marxisme………...……… 39
1. Antonio Gramsci (1891-1937) ……… 39 a. Latar Belakang Antonio Gramsci ………. 39 b. Munculnya Hegemoni Gramsci………..………. 41 c. Counter Hegemoni……….……….…………. 46 G. Penelitian Terdahulu………. 47
1. Analisis Organisasi Perempuan Dalam Pembentukan Sebuah Gerakan (Studi Pada Basis Mitra Kerja Jaringan Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR Tahun 2009) Oleh Melsi Ganavia Ekawati………. 47 2. ReaksiPedagang Kaki Lima Terhadap Kebijakan Relokasi Oleh Pemerintah
Kota Bandar Lampung (Studi Di Pasar Bambu Kuning Bandar Lampung Tahun 2006) Oleh Tristian Ari Wibowo………. 49 3. Dampak Kebijakan Pemindahan Pedagang Kaki Lima Terhadap Ketertiban
Umum (Studi Di Pasar Bambu Kuning Tanjung Karang Bandar Lampung Tahun 2006) Oleh Reny Maya Sari P.N………. 50 III. METODE PENELITIAN …………..……… 54
A. Metode ………. ……… 54 B. Setting Penelitian ……….……….……… 55 C. Penentuan Informan ………..……… 55 D. Teknik Pengumpulan Data ……… 56 E. Teknik Analisa Data ……… 60
IV. SETTING PENELITIAN ……….……… 64 A. Daya Tarik Pasar Bambu Kuning……… … 64 1. Asal Mula Nama Bambu Kuning ………..……… 67 2. Krisis Ekonomi, PKL Mulai Menjamur ………..……….. 71 B. Pemilihan Lokasi Pedagang …….………... 73 C. Komposisi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Pasar Bambu Kuning………….. 75
2. Hubungan Antara Pedagang Kaki Lima dengan Pemilik Toko ……….. 78 E. Pasang Surut Hubungan PKL dengan Pemerintah Kota Bandar Lampung ……….. 79
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 82 A. Kategorisasi Pedagang Kaki Lima (PKL) …..……….. 82 1. Berdasarkan Perlengkapan yang Digunakannya ……….. 82 a. Pedagang Kaki Lima yang Memakai Gerobak ………. 82 b. Prdagang Kaki Lima yang Memakai Tenda Plastik ………. 87 c. Pedagang Kaki Lima yang Berada Di Emperan Toko ……… 90 d. Pedagang Kaki Lima yang Memakai Meja ……… 92 e. Pedagang Kaki Lima yang Memakai Gerobak dan Tenda Plastik …… 94 f. Pedagang Kaki Lima yang Memakai Meja dan Tenda Platik ……… 96 2. Kategorisasi Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Sifatnya ……… 97 a. Pedagang Kaki Lima Musiman ……….……… 97 b. Pedagang Kaki Lima Tetap ………..……… 101 C. Perlawanan Di Simpang Jalan ……… 105 1. Tentang Mereka; Aldi, Hasan, Eka, dan Agus ……… 105 2. Konflik dan Perlawanan ……… 108 a. Namanya Juga Mencari Nafkah ! ……… 108 b. Strategi Perlawanan Pedagang Kaki Lima ……… 110 c. Peraturan Daerah itu sangat Merugikan PKL ………..………. 114 d. Usulan PKL Tidak Diterima oleh
Pemerintah Kota Bandar Lampung ………..………… 117 3. Aksi Terbuka ………..….. 124 a. Catatan 10 Mei 2010; Demonstrasi dan Negosiasi . ………. 124 b. Kondisi PKL sangat Memprihatinkan ……… 127
c. Alat Perjuangan yang Bernama Organisasi ……… 131 D. Menilik Kembali Teori-teori ……… 133
1. Perspektif Konflik Marxisme ………. 133 2. Hegemoni, Negosiasi dan Kompromi……….. 138
b. Bandit Pasar; Preman……… 151 4. Kosa Kata Perlawanan: Mempertimbangkan Konteks ……… 156
5. Negara ……… 159
6. Gerakan Sosial Pedagang Kaki Lima ………. 167 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ………..………. 172 A. Kesimpulan ………... 172
B. Saran ………. 174