• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasca Produksi Reportase Investigasi bakso babi dan boraks di Trans

Tahap pasca produksi adalah seluruh kegiatan setelah pengambilan gambar sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan atau diputar kembali.Kegiatan yang termasuk dalam pasca produksi antara lainEditing. Dalam hal ini, terdapat dua macam teknik editing, yaitu: pertama, yang disebut Editingdengan teknik analog atau linear. Kedua,Editing dengan teknik digital atau non linear dengan komputer, mixing (pencampuran gambar dan suara).

1. Editingoffline dengan teknik analog

Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Di dalam logging time codenomer kode yang berupa digit frame, detik, menit, dan jam dimunculkan dalam gambar dan hasil pengambilan setiap shoot dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut

10

Morissan, Manejemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi,

Editing offline (dengan copy video VHS). Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya akan dilihat dengan seksama dalam screening setelah dirasa memuaskan, barulah dibuat editing script. Naskah editing ini sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik dengan format sama dengan skenario. Di dalam naskah editing, gambar dan nomor kode waktu, tertulis jelas untuk memudahkan pekerja editor.Kemudian hasil shooting asli dan naskah editing diserahkan kepada editor untuk dibuat editing online.

2. Editingonline dengan teknik analog

Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut dengan mixing.

3. Mixing (pencampuran gambar dan suara)

Narasi dan ilustrasi musik sudah direkam, dimasukkan ke dalam pita hasil editing online sesuai dengan ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi, dan musik harus dibuat bagus agar tidak saling menggangu dan terdengar jelas. Sesudah proses mixing selesai, secara menyeluruh produksi juga sudah selesai. Setelah produksi selesai biasanya diadakan preview untuk melihat bagian-bagian mana yang masih terdapat kesalahan. Preview dilakukan oleh produser. Jika tidak ada kesalahan tidak ada lagi yang harus diperbaiki.Apabila semua sudah siap maka program ini siap juga ditayangkan.

4. Editing offline dengan teknik digital atau non-linear

Editing non linear atau editing digital adalah editing yang menggunakan komputer dengan peralatan khusus untuk editing.Dalam editing offline dengan system digital, penyusunan tidak harus mengikuti urutan adegan seperti dalam system analog.Sesudah tersusun baik baru diurutkan kemudian dipersatukan agar shoot-shoot yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh. Proses ini disebut render. Setelah render dapat dilakukan screening. Apabila dalam screening masih perlu dikoreksi, maka koreksi dapat dilakukan dengan menambah, mengurangi, atau menyisispi shoot yang diperlukan. Setelah semua dikatakan memuaskan, barulah dapat dikatakan proses editing offline selesai dan bahan offline dalam komputer dibuat menjadi online.

5. Editingonline dengan teknik digital

Editingonline dengan teknik digital sebenarnya hanya penyempurnaan hasil editingoffline dalam komputer sekaligus mixing dengan musik seperti ilustrasi atau efek gambar misalnya perlu animasi atau wipe efek dan suara sound effectyang harus dimasukkan.11

3. Jurnalisme Investigasi (Investigative Reporting) a) Pengertian Jurnalisme Investigasi

Atmakusumah menyidiknya dari asal kata Latin Reporting berasal dari kata reportare, yang berarti “membawa pulang sesuatu dari tempat lain”.Bila

dikaitkan ke dalam dunia jurnalisme, menjelaskan seorang wartawan yang membawa laporan kejadian dari sebuah tempat dimana telah terjadi

11

sesuatu.Sementara investigative berasal dari kata Latin Vestigum, yang berarti

“jejak kaki”.Pada sisi ini, menyiratkan berbagai bukti yang telah menjadi suatu fakta, berbentuk data dan keterangan dari sebuah peristiwa. Dengan demikian bila digabungkan reportase investigative secara harfiah diartikan membawa pulang jejak kaki dari tempat lain. Dalam kegiatan pers atau jurnalis bisa mengkonotasikan berbagai bukti yang dapat dijadikan fakta bagi upaya menjelaskan adanya kesalahan atau pelanggaran atau kejahatan yang telah dilakukan oleh seseorang atau pihak-pihak tertentu.

Reportase investigasi memang merupakan sebuah kegiatan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan fakta-fakta adanya pelanggaran, kesalahan, atau kejahatan yang merugikan kepentingan umum atau masyarakat.12Pekerjaan jurnalisme investigasi menurut Chris White dari The Parliament Magazine di Brussels adalah pertama, tertuju untuk mengungkapkan dan mendapatkan sebuah kisah berita yang bagus.Kedua, menjaga masyarakat untuk memiliki kecukupan informasi dan mengetahui adanya bahaya di tengah kehidupan mereka.Ada sejumlah garis yang mesti dipatuhi tim investigasi. Pertama, setiap anggota harus membeberkan secara transparan semua temuan yang diperoleh di lapangan, termasuk informasi of the record.Kedua, menolak segala bentuk iming-iming dari semua narasumber. Karakter reporter fighter dapat diketahui dengan melihat file record dalam setahun terakhir. Indikasinya yaitu berapa banyak rata-rata sumber yang berhasil ditembusnya selama sepekan, siapa

12

Septiawan Santana, Jurnalisme Investigasi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 135.

saja sumber itu, berapa banyak berita dan sumber ekslusif yang pernah ditembusnya.

Tim investigasi umumnya memiliki bakat tertentu dalam hal penyelidikan, yakni gabungan antara jurnalis dan petualang mempunyai karakter tidak mudah putus asa, selalu ingin tahu, dan yang terpenting ia adalah seorang penyidik.Reportase tertuju pada penelusuran dan penemuan sesuatu yang dianggap tertutup.Arah kerjanya liputannya menjadi arah kegiatan, bagaimana para pencari info mendapatkan informasi yang dibutuhkan, bagaimana dan dimana informasi dapat dievaluasi.Pada titik ini, kegiatan reportasenya terlibat dengan upaya yang berbahaya, dikarenakan upaya menembus pengaturan yang sengaja ditutup-tutupi.13Jadi Jurnalisme investigasi bisa disebut juga sebagai sebuah metode peliputan untuk menyibak kebenaran suatu kasus atau peristiwa. Jurnalisme investigasi juga merupakan upaya mencari dan mengumpulkan data, informasi dan temuan lainnya untuk mengetahui kebenaran atau bahkan kesalahan sebuah fakta.

b) Cara Jurnalis Investigasi Menggali Informasi dan Memberitakan dari Data dan Narasumber.

Dalam membuat berita diperlukan kepandaian untuk menggali data yang bisa diambil dari sumber berita.Untuk mendapatkan berita yang bagus, data harus diperoleh dari bahan-bahan yang serba prima. Artinya, bahan berita yang diperoleh harus dari kejadian atau peristiwa yang mempunyai nilai tinggi (news value) jika bahan berita dihasilkan dari sumber yang rendah, hasilnya akan melahirkan penyajian berita bermutu rendah.

13

Berita harus dibuat dalam bentuk sederhana, lugas, langsung, namun kaya akan data Berita harus mendapatkan dukungan otentik, kejelasan dan segala

hal yang diperkuat “authority”. Misalnya, isu bisa dibuat berita, asal ada

authority” yang menanggapinya.Contohnya, ada isu yang ditanggapi oleh bupati,

ulama, atau lembaga lainnya.Tetapi jangan sampai isu tersebut diracuni dengan opini diri sendiri.

Berita-berita yang berdasarkan investigasi ini sering disebut dengan istilah berita eksklusif.Artinya, berita tersebut jarang terjadi, tetapi kejadian itu pada akhirnya diketahui orang banyak.Misalnya seorang pejabat memberikan keterangan pers pada beberapa orang wartawan tentang kejadian yang jarang terjadi. Ketika keterangan itu diberikan pada banyak orang dan semua surat kabar memuatnya maka berita itu tidak disebut eksklusif. Hanya kejadian atau peristiwanya yang memang eksklusif.Tetapi jika kemudian ada seorang wartawan yang mengembangkan berita tersebut dengan melakukan penelitian sendiri untuk melengkapi informasi dari pejabat itu, maka berita yang dihasilkan menjadi berita yang eksklusif. Dalam menggali berita untuk mendapatkan sumber berita yang valid data dapat diperoleh dengan cara menggali data dari berbagai pihak dengan melakukan penelitian sendiri.14Data juga bisa bersumber dari pembicaraan hangat yang sedang dibicarakan masyarakat, internet, maupun riset.

Dalam proses kerja investigative reporting dipakai beberapa langkah dan penekanan yang membedakannya dengan liputan regular. Secara umum ada

14

Drs Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2000), h. 52-53.

beberapa teknik yang biasanya dipakai seorang investigator dalam mengumpulkan data yaitu:

1. Pertama ialah menangkap informasi awal. Biasanya diperoleh dari jaringan yang memang sudah terbangun dan dibina. Dengan dokumen informasi kita menemukan latar belakang masalah.

2. Kedua, mencari data sekunder, yakni data hasil riset tentang isu yang sedang kita garap. Bisa melalui media yang pernah lebih dulu menulisnya, atau dari sumber-sumber tak resmi.

3. Ketiga ialah mengontak sumber pendukung. Semakin banyak sumber pendukung yang kita temui, semakin baik karena informasi awal bisa teruji.

4. Keempat ialah riset literatur. Cara paling mudah dan efisien ialah dengan mengakses internet. Riset literature sangat penting terutama untuk mengetahui fenomena kasus serupa. Setelah permasalahan dipahami barulah melakukan maping atau pemetaan persoalan. Hal ini untuk melakukan evaluasi dan melengkapi informasi dari semua orang yang ikut terlibat dalam tim investigasi. Pemetaan itu berisi mengenai pokok persoalan, siapa saja yang terlibat, hubungan mereka satu sama lain, apa yang sudah jelas dan apa yang masih kurang lengkap. Pemetaan harus dilakukan serinci mungkin. Biasanya begitu peta digelar, muncullah hal-hal baru yang saling terkait. Kita tinggal memutuskan bagian mana yang akan diselidiki.

Dalam menggali data membutuhkan metodologi yang dipakai, diantaranya mencakup penelitian survey, sampel acak (random sample), teknik-teknik mewawancarai sesuatu yang sensitif, dan eksperimen lapangan.15 Data lain juga bisa diambil dengan menggunakan metode kuantitatif seperti perhitungan statistik mengukur opini khalayak melalui sebuah poling. Hal ini terkait dengan upaya simplikasi pengukuran aspek sosial kemasyarakatan agar tidak bertele-tele dan rumit melalui angka-angka dari hasil statistik.16

Dalam menggali data yang paling besar dan banyak dilakukan adalah dengan melakukan riset. Riset dianggap penting karena mengenalkan reporter ke dalam bahasa topik yang kompleks, memperkenalkan reporter pada orang-orang yang telah menjadi sumber berita, membantu reporter membuat daftar pertanyaan.Para reporter menjadi mengenali subjek yang yang hendak di investigasi.Dengan memahaminya, reporter tidak sulit membuat daftar pertanyaan untuk mengharapkan jawaban dari pelaku atau narasumbernya.Selain itu, riset membantu seorang reporter untuk mendapatkan data dari berbagai bahan artikel lain, yang memiliki kesamaan topik.Strentz membedakan dua sumber berita yang biasa dilacak wartawan yaitu sumber berita konvensional dan sumber berita non konvensional.

Sumber berita konvensional merupakan sumber informasi yang biasa di dapat wartawan dari kantor-kantor berita, humas, lembaga sosial yang dihormati masyarakat.Sementara sumber berita non konvensional adalah sumber berita yang

15

Herbert Strentz, Reportase dan Sumber Berita: persengkokolan dan mengemas dan menyesatkan berita (Jakarta,1993 PT Gramedia Pustaka Utama), h. 151.

16

Septiawan Santana, Jurnalisme Investigasi (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 199.

di dapat dari sumber-sumber informasi dari berbagai kelompok minoritas, atau kelompok tersembunyi.17Keterkaitan investigative reporting dengan sumber berita non konvensional terletak pada upaya menembus data informasi yang belum terjelaskan.Sifat investigatif tertuju pada pencarian data atau sumber berita yang terkait dengan soal-soal yang sengaja disembunyikan atau di tutup-tutupi oleh pihak tertentu.

Didalam pencarian data untuk menjadi bahan pemberitaannya, wartawan investigatif akan menelusurinya melalui berbagai sumber informasi. Sumber informasi atau data wartawan adalah berbagai bahan atau tempat yang menjadi rujukan wartawan dalam mengembangkan pemberitaan yang meliputi data dari para petugas (officials), para pembicara, partisipan daris ebuah kejadian, berbagai dokumen, catatan, rekaman tape, majalah, film dan buku.

Menurut Mencher dalam bukunya yang berjudul News Reporting and Writing, sumber-sumber pemberitaan pers itu dibagi dalam dua tipe yaitu pertama, sumber yang bersifat fisikal (physical source) seperti rekaman, dokumen,kertas kerja, kliping koran. Tipe kedua adalah sumber berita yang bersifat human (human source) seperti otoritas dan orang-orangyang terlibat dengan sebuah kejadian. Sumber human memiliki nilai kurang reliable dibanding sumber physical, dikarenakan oleh kemungkinan kepentingan untuk melindungi dan menyimpangkan amatan serta sering pula menyampaikan sesuatu yang mereka pikir dibutuhkan oleh wartawan (bukan materi yang terkait dengan subjek permasalahan sehingga berkemungkinan untuk menghilangkan data yang amat

17

penting bagi keperluan investigatif). Maka itulah, dalam mempergunakan sumbernya informasi yang bersifat human, para wartawan mesti mendapatkan orang yang memiliki kualifikasi untuk berbicara, memiliki otoritas terhadap subjek permasalahan, seorang saksi mata, para petugas yang terkait, dan partisipan yang berhubungan erat dengan topik yang tengah diteliti18.

Kemampuan yang harus dikuasai oleh reporter investigasi antara lain teknik wawancara, observasi, undercover, dan cara memperoleh dokumen. Investigator harus memiliki kemampuan multi terhadap semua hal itu. Kunci wawancara yang baik adalah ketenangan dalam menguasai diri dan materi.Ada sebuah teknik memperoleh informasi yang popular di kalangan intel, yakni ellicting. Ini merupakan teknik mewawancarai seseorang dengan terlebih dahulu berempati pada orang yang kita wawancara agar mereka merasa aman dan mau memberikan informasi sejujurnya dengan begitu data dan sumber akan mudah didapat.

Narasumber merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam investigative reporting. Mereka adalah orang yang tidak akan mendapat resiko ketika memberikan keterangan. Narasumber juga bisa sebagai pelaku dalam materi berita investigatif.Narasumber sangat berkaitan dengan wawancara.Kegiatan wawancara dalam jurnalisme investigasi menekankan pada upaya yang gigih dari wartawannya untuk dapat menjaring fakta. Tertuju pada jawaban-jawaban yang bersifat langsung memuat apa yang ditanyakan, dan terkait dengan motivasi memuaskan kebutuhan sensasi khalayak umum. Kegiatan wawancara para ahli

18

atau narasumber yang mempunyai informasi tergantung pada bentuk materi yang akan disampaikan serta kebutuhan khalayak ramai atas pengkuan narasumber tesebut.

Didalam kegiatan jurnalistik, wawancara memang merupakan salah satu kegiatan kewartawanan yang sangat penting.Melalui wawancara, wartawan mendapatkan keterangan. Untuk itu, menurut Roy Paul Nelson dalam bukunya article and features, wawancara dinilai sebagai salah satu bagian dari kerja riset jurnalistik (pencarian data dan keterangan) yang menuntut kerja keras.19Bagi dunia jurnalisme investigasi, setiap melakukan wawancara, wartawan investigative memerlukan pendekatan dan penanganan yang berbeda pada tiap kasusnya.Setiap individu narasumber yang diwawancara, memiliki segi-segi personal, kepribadian, dan kejiwaan yang berbeda.Untuk itu, reporter harus bisa menghadapi kriteria yang berbeda tersebut.Dari sumber berita, reporter atau wartawan harus bisa memperhitungkan kemungkinan terjadinya manipulasi keterangan yang disengaja maupun tidak disengaja disebabkan karena human eror. Namun demikian setiap pelaporan wawancara mesti mempresentasikan impresi-impresi dari apa yang dikemukakan narasumber, segala perkataan yang dinyatakannya, dan segala pengertian yang dijelaskannya.

Dalam banyak hal, investigative reporting harus menekankan keberadaan narasumber yang hendak diwawancara sebagai sumber informasi yang sama tiap personalitasnya. Wartawan investigasi harus memberikan perhatian yang sama pada setiap narasumbernya. Tidak boleh member kekhususan kepada

19

narasumber disebabkan jabatannya. Kepada narasumber yang berkedudukan sebagai khalayak umum pun, ia harus tetap menjaga penghargaan dan penghormatannya.

3. Televisi dan Berita

Budaya menonton televisi memang sudah menjadi konsumsi masyarakat kita. Tidak peduli di desa atau di kota, kalangan atas atau menengah dan bawah. Kini mereka menjadikan televisi sebagai kebutuhan pokok.Dalam arti ritme kehidupan masyarakat kita lama kelamaan terpengaruh tayangan televisi.Televisi dengan tayangan beritanya sudah menjadi bagian dari kehidupan.Dengan sifatnya yang immediaty, media televisi mampu mendekatkan peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya.Dewasa ini televisi boleh dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap orang.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar objek yang bergerak disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan berita dan sebagainya. Meskipun percobaan awal pesawat TV sebelumnya lebih banyak dilakukan di Eropa, namun peneliti lanjutan lebih banyak dilakukan di Amerika, terutama setelah pesawat TV berhasil didemonstrasikan dengan memakai broadcasting pada tahun 1923.

Penggunakan TV di Eropa baru bisa didemonstrasikan pada tahun 1935. Akan tetapi, dengan pecahnya Perang Dunia II pada tahun 1941, usaha untuk mengembangkan penelitian televisi dihentikan. Hal ini disebabkan semua

laboratorium elektronik di Eropa dan Amerika Serikat diminta untuk memproduksi senjata. Pada tahun 1950-an TV baru di produksi dan dipasarkan. Sementara di Asia berhasil didemonstrasikan pemakaian pesawat televisi oleh para mahasiswa Fakultas Teknik Featy Universitas di Manila pada tahun 1952.20

Di Indonesia, televisi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1962, ketika Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan pesta olahraga Asian Games di Jakarta. Waktu itu jangkauan siaran TVRI baru mencakup Jakarta dan Bogor serta daerah sekitarnya yang berada pada radius 80 km, sedangkan waktu siaran baru 2 jam per hari. Tetapi dengan penambahan jaringan 200 km dengan kapasitas transmitter 25 watt, maka liputan TVRI telah dapat diterima di Bandung dan beberapa daerah lainnya di Jawa Barat. Tiga tahun sesudah beroperasinya TVRI stasiun Jakarta, stasiun TVRI Yogyakarta diresmikan pemakaiannya pada tahun 1965, menyusul pembangunan stasiun TVRI daerah lainnya, seperti Medan (1970), Ujung Pandang (1972), Balikpapan (1973) dan Palembang (1974).

Pemilik media TV di Indonesia menanjak sangat tajam.Sekarang ini boleh dikata hampir semua rumah tangga yang memiliki aliran listrik pesawat Televisi, bahkan ada yang mempunyai lebih dari satu pesawat televisi.21Penemuan baru dibidang teknologi komunikasi dan informasi telah mendorong terus berkembangnya media elektronik.Berbagai kemajuan dan perubahan terjadi dalam percepatan yang semakin meningkat.Sejak ditemukannya radio sampai televisi

20

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007), h. 142-143.

21

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007), h. 145.

hitam putih dibutuhkan waktu yang cukup lama.Tapi pada perkembangan berikutnya, mulai dari TV berwarna sampai pada penemuan teknologi komunikasi interaktif lewat internet, misalnya, perubahannya menjadi sangat cepat.22Membicarakan televisi maka sangat erat kaitannya dengan program siaran televisi.Output setiap stasiun penyiaran adalah salah satu tanyangan di layar kaca pesawat televisi yang tersusun rapi dalam urutan yang teratur.Disebut program acara. Dampak yang ditimbulkan oleh tayangan program acara tersebut di masyarakat pemirsa sangat luas, baik dampak positif maupun negative. Oleh karena itu, para broadcaster atau pengelola stasiun penyiaran seyogyanya memiliki secara moral satu tanggung jawab yang melekat sesuai aturan yang telah dituangkan dalam kode etik penyiaran.Salah satunya ialah, siaran harus dapat meningkatkan kehidupan keluarga yang harmonis, toleransi beragama, melahirkan ide-ide alisme untuk meningkatkan nasionalisme, dan pengenalan budaya dalam kerjasama internasional.23

Pembagian jenis program televisi umumnya dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu hiburan, infomasi, dan berita. Tetapi dari ketiganya dapat diperinci lagi menjadi jenis-jenis program yang lebih spesifik dan dengan nama yang bervariasi seperti: talent show, kompetitif show. Pembagian jenis program tersebut dibuat dengan cermat agar mudah di pahami oleh audiensi dan professional penyiaran.

22

Asep Saiful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktik (Jakarta, PT Logos Wacana Ilmu, 1999), h.95.

23

Hidajanto Djamal & Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi, (Jakarta:Kencana, 2011), h. 159.

Perkembangan kreativitas program televisi saat ini telah melahirkan bentuk program TV yang sangat beragam. Keunikan program TV berjalan seiring dengan tren gaya hidup masyarakat di sekitarnya yang saling memengaruhi. Sehingga muncullah ide- ide yang menampilkan format baru pada program TV agar memudahkan produser, sutradara, dan penulis naskah menghasilkan karya spektakuler.

Insan televisi berusaha menempatkan program yang dapat disaksikan oleh beberapa unsur audiensi yang ada.Setiap sutradara mengnginkan program yang disaksikan banyak orang dan menyebabkan audiensi seolah-olah sebagai pelaku di dalamnya, yaitu provokasi pola pikir dan mengimajinasikan audiensi.

Oleh sebab itu, siapapun yang ingin menghasilkan karya TV yang baik, mereka harus bekerja sama dalam satu tim produksi. Mereka juga harus memahami format TV apa yang akan dieksekusi. Setelah mengetahui dengan jelas format yang ditentukan, maka akan dapat dihasilkan kenyamanan dalam bekerja sama serta ketepatan waktu produksi yang efektif.

Menurut Naratama, kunci keberhasilan suatu program televisi ialah penentuan format acara TV tersebut. Adapun definisi format acara TV menurut Naratama adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara TV yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi akan terbagi dalam berbagai criteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut.24 Format acara TV terdiri atas;

24

Naratama, Menjadi Sutradara Televisi (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta: 2004), h. 63.

 Drama/fiksi(timeless dan imajinatif) seperti: tragedi, aksi, komedi, cinta/romantisme,legenda, horror.

 Nondrama (timeless dan faktual) seperti: musik, magazine show, talk show,variety show, repackaging, game show, kuis, talent show,competition show.

 Berita/ news (aktual dan faktual) seperti: berita, current affairs program, sport, magazine news, feature.

Berita berasal dari bahasa Sangsekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa Inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah adalah ada atau terjadi. Sebagian ada

Dokumen terkait