• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peberkatken bangke mi pendebaen artinya memberangkatkan jenazah ketempat peristirahatan terakhir dengan kata lain tahapan ini adalah proses penguburan jenazah. Tahapan ini dilakukan setelah semua acara tatak selesai. Kewajiaban berru takal peggu dan berru ekur peggu di sini adalah meletakkan oles di atas peti jenazah sambil mengucapkan kaka-kata perpisahan, oles ini disebut dengan oles sintaken. Kemudaian puang benna dan puang pengamaki

mengambil oles tersebut juga mengucapkan kata-kata perpisahan seraya berdoa kepada Tuhan supaya keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan rezeki di kemudian hari.

Selanjutnya adalah acara pergenderrang yaitu meyampaikan kata perpisahan juga kata penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan, karna ini adalah puncak upacara adat yang telah dilaksanakan di sini pergenderang juga menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh hadirin yang ada terlebih kepada sukut apabila ada keksalahan-kesalahan pergenderrang selama upacara berlangsung. Pergenderrang pun memainkan genderang sisangkar laus, semua keluarga mengelilingi jenazah sebanyak tujuh kali dan pada hitungan ketujuh genderang berhenti dan para pergenderrang akan menangkepken genderang (membalikkan genderang dengan posisi membran genderang menjadi kebawah)

Sebelum upacara secara keagamaan dilaksanakan untuk penguburan, disini sukut akan memaparkan secara singkat riwayat hidup anggota keluarga mereka yang meninggal dunia dan sukut juga megucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh hadirin yang datang juga meminta maaf atas kekurangan-kekurangan yang ada selama upacara berlangsung. Apabila semasa hidupnya almarum (almarhumah) ada hutang piutang, maka keluarga akan siap untuk menyelesaikannaya.

Setelah acara pemakaman selesai, maka seluruh pelaksana upacara tersebut makan di rumah pihak sukut (tuan rumah), setelah itu dilaksanakan penyelesaian hutang-hutang dan biaya keseluruhan dari upacara yang telah dilaksanakan serta bantuan yang mereka peroleh. Dalam pelaksanaan pembayaran adat kematian,

76

masih ada jenis hutang yang harus dibayar pihak sukut kepada pihak puang yang disebut dengan lemba.

Lemba adalah hutang adat kepada paman (puhun) atau keturunannya setelah seseorang meninggal dunia. Lemba menunjukkan bahwa adanya ikatan darah antara pihak sukut dengan puang melalui perkawinan. Seseorang yang tidak membayar lemba maka diyakini bisa terkena hukuman gaib yang disebut dengan idendeni lemba. Kelompok kerabat yang menerima lemba antara laki-laki dan perempuan berbeda. Bila laki-laki yang meninggal, maka yang berhak menerima lemba adalah saudara laki-laki ibu atau anak laki-laki ibu. Bila perempuan yang meninggal yang berhak menerima lemba adalah si ayah atau saudara laki-lakinya atau anak dari saudara laki-lakinya. Jenis lemba yang harus dibayarkan oleh keluarga yang meninggal dapat berupa emas, tanah, kebun, sawah atau sejumlah uang. Jenisnya itentukan setelah melakukan musyawarah antara kerabat dari kedua belah pihak. Keadaan keluarga yang mampu secara ekonomi, maka biasanya hutang adat ini disertai dengan pemberian emas.

Ada beberapa jenis lemba dalam konsep masyarakat Pakpak yang dibedakan berdasarkan pemberian dari pihak keluarga yang meninggal yaitu: 1. Siempat berngin, bila pemberian disertai dengan emas atau sawah. 2. Sidua berngin, bila pemberian hanya oles (sarung) dan sejumlah uang. Kewajiban yang menerima juga sesuai dengan jenis lemba yang diterima. Bila jenisnya sidua berngin, maka kewajiban puang yang menerima hanya seperangkat adat dengan lauk ayam. Bila jenisnya siempat berngin, maka pihak puang wajib menyerahkan seperangkat adat dengan hewan berkaki empat seperti kambing atau babi. Berdasarkan hubungan harmonis atau tidak harmonisnya hubungan kerabat yang meninggal dengan pihak

kerabat puang yang menerima lemba, maka lemba juga dibedakan ke dalam 2 jenis yaitu: 1. Lemba nggelluh maksudnya bila hubungan harmonis antara kedua belah pihak kerabat dan ada kemungkinan besar akan saling kawin antara kedua kerabat. 2. Lemba mate maksudnya bila hubungan yang terjadi selama ini tidak harmonis dan kecil kemungkinan untuk saling kawin antara kedua belah pihak. Pemberian lemba dilakukan pada saat kelompok puang datang ke rumah keluarga orang yang meninggal tersebut dengan membawa makanan pada hari yang telah disepakati (1 sampai 4 hari setelah pemakaman). Kegiatan ini disebut dengan upacara mengari-ari tendi.

Maksud pemberian makanan ini adalah karena pada saat kematian pihak keluarga menjadi sedih dan takut (terari tendi) disebabkan karena kematian dari salah satu anggota keluarga tersebut maka pihak puang perlu melindunginya dengan memberi makan untuk memulihkan seperti kondisi semula. Biasanya makanan ini dilengkapi dengan lauk hewan berkaki empat (babi) dan hewan berkaki dua (ayam) serta dilengkapi juga dengan sambal cina matah (sambal mentah) yang bermakna menjera-jerai artinya supaya tidak ada lagi anggota keluarga yang meninggal. Pada saat pemberian lemba, maka hutang lemba tersebut diletakkan di atas kembal (sumpit) yang berisi beras yang diletakkan di atas pinggan (piring kaca kecil) dilengkapi dengan uang, sarung atau sesuai dengan yang disepakati. Lemba tersebut diberikan kepada salah satu yang mewakili dari pihak puang dan menjungjung di atas kepalanya sambil berkata ― en mo tuhu enggo kujalo lemba, asa merkiteken en asa njuah-njuah kita karina, panjang umur dekket kade si kita cita-citaken imo menjadi”. Yang artinya “inilah lemba yang sudah kuterima, biarlah melalui lemba ini sehatsehatlah kita semua,

78

panjang umur, dan apa yang kita cita-citakan dapat tercapai‖sambil menghamburkan beras yang dijunjung tersebut. Prinsip adat dalam pembayaran adat lemba disebut dengan istilah ulang telpus bulung yang artinya pihak penerima tidak boleh rugi secara ekonomi.

Pada saat mengari-ari tendi, maka pihak sukut (tuan rumah) biasanya akan memberi beberapa jenis barang peninggalan orang yang meninggal tersebut, anatara lain:

a. Manoh-manoh, adalah barang peninggalan orang yang meninggal tersebut seperti sawah, kebun, perhiasan dan hewan ternak seperti babi atau kambing. b. Bau-bau, adalah berupa pakaian bekas dari orang yang meninggal tersebut. c. Penabar-nabari, adalah ucapan terimakasih kepada pihak kula-kula yang sudah

dianggap ikut mengobati, diberikan berupa pinggan (pinggan pasu) namun dapat juga diganti dengan uang.

d. Ribak-ribak sarkea adalah beerupa makanan orang yang meninggal tersebut. e. Upah mertatah adalah upah pengasuh orang yang meninggal tersebut ketika

masih kecil.

Semua jenis tersebut berhak diminta/dipilih oleh pihak puang kepada keluarga sukut (tuan rumah) dan mereka wajib memberikannya jika permintaan tersedia. Hal ini sebagai kenang-kenangan dari orang yang meninggal tersebut dan untuk mempererat hubungan kekeluargaan. Demikianlah deskripsi upacara kematian pada masyarakat Pakpak yang saya teliti di desa siompin yang penulis peroleh dari hasil penelitian langsung di lapangan.

Tabel 3.1

Proses Upacara Adat Kerja Njahat Ncayur Ntua

No. Tahapan Pelaku upacara Peralatan (Benda) Upacara

Jenazah Tatak Gendang Keterangan

I Tenggo Raja (1) Dengan sibeltek, yaitu keturunan kandung atau saudara kandung yang meninggal dunia, (2) Sinina, yaitu saudara yang semarga dengan keluarga yang berkabung, (3) Berru takal peggu yaitu saudara perempuan yeng tertua dari ayah yang meninggal dunia (bibi), (4) Berru ekur beggu yaitu saudara perempuan yang paling kecil dari ayah jenazah,

(5) Puang benna pihak keluarga yang memberi istri sebagai ibu dari jenazah,

(6) Puang pengamaki pihak keluarga yang memberi istri jenazah, (7) Dengan kuta yaitu masyarakat yang berdomisili sama dengan almarhum,

(8) Raja kuta yaitu pihak yang mewakili marga sebagai tuan tanah suatu

--- Jenazah

disemayamkan dalam rumah

--- --- Seseorang meninggal mate

ncayur ntua ,dilakukan upacara

adat. Pertama sekali keluarga keturunan almarhum (almarhumah) termasuk juga saudaranya berdiskusi, dapat juga didiskusikan dengan istri yang meninggal apabila yang meninggal laki-laki, dan suami yang meninggal dunia apabila yang meninggal perempuan. Apabila pihak keluarga sudah membuat rencana tentang bagaimana proses adat yang harus dilaksanakan sebelum jenazah dikebumikan, maka ditetapkanlah waktu untuk tenggo raja (arti

80

desa atau kampung, (9) Pengetuai kuta adalah para orang-orang tua, (10) Partua ibale, partua

ibages dekket simatah daging, yaitu kaum bapak

kaum ibu, serta pemuda/pemudi II Memasukken

Bengke ni Rumah-rumah

(1) Menantu perempuan yang paling tua, (2) Uang benna, (3) Puang pengamaki, --- Jenazah disemayamkan di dalam peti di dalam rumah --- --- Memasukken bangke mi

rumah-rumahna yang berarti

memasukkan jenazah ke dalam peti matinya. Seseorang yang meninggal ncawir ntua maka keesokan harinya setelah tenggo

raja, jenazahnya akan

dimasukkan ke dalam peti mati apabila beragama Kristen. Tahap ini harus dilakukan pada pagi hari pada saat matahari terbit. Berarti agar semua keluarga yang ditinggalkan mendapat kemudahan rezeki. Menantu perempuan yang paling tua mewakili semua menantu meletakkan blagen

mbentar ke dalam peti mati

sambil meminta maaf atas semua kesalahan-kesalahan mereka sewaktu mertua mereka masih hidup dan setelah itu

Uang benna juga

membentangkan tikarnya disusul oleh puang pengamaki. Jenazah tidak dapat dimasukkan apabila puang benna belum

hadir dan meletakkan tikarnya kedalam peti.

III Mengapul Pergender-rang

Bebebrapa orang utusan

sukut (tuan rumah

upacara) mengundang

pergenderrang.

Tembakau dan sirih; seperangkat

genderrang silima

dan gung sada

rabaan Jenazah disemayamkan di dalam peti di dalam rumah --- Alat-alat ensambel genderrang diletakkan di pentas pertunjukan

Mengapul pergenderrang bagi

masyarakat Pakpak berarti mengundang pemusik Pakpak yang nantinya akan mengiri seluruh kegiatan adat yang berlangsung. Sukut akan mengutus beberapa orang untuk mengundang pergenderrang dengan membawa tembakau dan sirih. Sore harinya pergenderrang sampai ketempat dimana upacara adat akan berlangsung dengan membawa seperangkat

genderrang silima dan gung sada rabaan sesuai dengan adat istiadat

Pakpak yaitu genderrang yang dipakai apabila upacara yang akan dilaksanakan adalah upacara adat

kerja njahat. IV Tatak Ikan Ulan Kerja Njahat Ncayur Ntua Pergenderang (pergotci), daliken Sitelu, masyarakat Genderrang silima

dan gung sada rabaan Pakaian adat Jenazah disemayamkan di dalam peti di dalam rumah

Melakukan tatak Memainkan

genderrang

Tatak ipas ulan kerja njahat ncayur ntua berarti menari pada

saat upacara ncayur ntua berlangsung. Bagi masyrakat Pakpak menari dalam suasana duka bukan berarti keluarga yang ditinggalkan tidak bersedih hati, tetapi tarianlah sebagai pengganti tangisan mereka. Tarian yang dimaksud di sini bukan berarti tarian yang kita ketahui pada umumnya yang bersifat pertunjukan namun merupakan

82 1. Tatak Tikan Ibages Sapo [malam hari] pergenderrang (pergotci) daliken Sitelu, masyarakat Genderrang silima

dan gung sada

rabaan, pakaian adat Jenazah disemayamkan di dalam peti di dalam rumah 1.Tatak Uang Benna yang disambut oleh Berru Takal Peggu dari sukut,

2. Tatak Puang Pengamaki yang disambut oleh Berru Ekur Peggu, 3.Tatak Benna Niari, 4.Tatak Puang Penumpak, 5.Tatak Sukut, 6.Tatak Dengan Sibeltek, 7.Tatak Perlebbuh-lebbuh, 8.Tatak Dengan Sibeltek Marga, 9.Tatak Sipemerre, 10.Tatak Sinina, 11.Tatak Berru, Gendang Simemubuh dan seterusnya dengan berbagai repertoarnya

gerakan-gerakan tarian dasar suku Pakpak yang biasanya dipakai dalam setiap upacara adat apapun, misalnya seperti gerakan

menerser, mersembah, menuyuk,

dan lain sebagainya yang bersifat umum pada masyarakat Pakpak. Ada dua tahap tatak yang harus dilakukan dalam upacara kerja

njahat ncayur ntua yaitu Tatak Tikan Ibages Sapo dan Tatak Tikan Ikasean.

Tatak Tikan Ibages Sapo

berarti tatak yang dilakukan masih di dalam rumah duka, ini dilakukan pada saat malam hari setelah pergenderrang membunyikan Gendang

Simemubuh sebagai tanda

dimulainya acara tatak. Tatak yang dilalukan pada malam hari ini bagi masyarakat Pakpak disebut juga tatak peparasken,

periah-riahken, dan tatak pendungo-ndungoi, ini berarti

semua rangkaian acara tatak pada malam hari tersebut sebagai gambaran untuk keesokan harinya sebagai acara puncak upacara, karena kurang lebih semua rangkaian acara tatak ini akan dilakukan lagi keesokan harinya di halaman rumah duka. Acara

tatak ini yang terlebih daluhu

dilakukan oleh uang benna, apabila puang benna belum

2. Tatak Tikan Ikasean [pagi hingga siang hari keesokan-nya] Pergenderrang (pergotci), daliken Sitelu, masyarakat Genderrang silima

dan gung sada

rabaan, pakaian adat Jenazah disemayamkan di dalam peti di halaman rumah 12.Tatak Kempu, 13.Tatak Sukut Nitalun, 14.Tatak Cibal Baleng, 15.Tatak Pulung-pulungen, 16.Tatak Pergemgem, 17.Tatak Perkebbas

Tatak Uang Benna

yang disambut oleh Berru Takal

Peggu dari sukut,

2. Tatak Puang Pengamaki yang disambut oleh Berru Ekur Peggu, 3.Tatak Benna Niari, 4.Tatak Puang Penumpak, 5.Tatak Sukut, 6.Tatak Dengan Sibeltek, 7.Tatak Perlebbuh-lebbuh, 8.Tatak Dengan Sibeltek Marga, 9.Tatak Sipemerre, 10.Tatak Sinina, 11.Tatak Berru, 12.Tatak Kempu, 13.Tatak Sukut Nitalun, Gendang Simemubuh dan seterusnya dengan berbagai repertoarnya

memulai tariannya untuk selanjutnya barang siapaun tidak boleh melakukannya.

Tatak Tikan Ikasean berarti

acara tatak di halaman rumah duka. Acara tatak ini dilaksanakan pagi hari setelah acara tatak pada malam hari sebelumnya. Sebelum melaksanakan acara tatak di halaman rumah duka, terlebih dahulu sukut mengadakan acara keluarga seperti permohonan maaf terakhir keluarga kepada almarhum/ah mengingat kesalahan-kesalahan yang dilakukakan keluarga terlebih anak-anak almarhum

(almarhumah) semasa hidupnya. Setelah acara keluarga selesai ditutup dengan doa, maka jenazah dibawa ke halaman rumah duka untuk melaksanakan acara Tatak

Tikan Ikasean. Jenazah akan

diarak mengelilingi tempat yang sudah ditentukan untuk menempatkan peti jenazah sebanyak tujuh kali keliling.

84 14.Tatak Cibal Baleng, 15.Tatak Pulung-pulungen, 16.Tatak Pergemgem, 17.Tatak Perkebbas V Mengkerboi Pergenderrang (pergotci), daliken Sitelu, masyarakat Pergenderrang (pergotci), daliken Sitelu, masyarakat Genderrang silima

dan gung sada

rabaan, pakaian adat, Kerbau, ditambah perlengkapan upacara mengkeboi, yaitu: 1. Belagen mbentar dari puang (puang

benna dan puang pengamaki), 2. Oles dari berru

takal peggu, 3. Sarkea, 4. Bulung silinjuhang, 5. Jabi-jabi, 6. Lambak buluh, 7. Rih ntua, 8. Sanggar, dan Sangka sapilit. Genderrang silima

dan gung sada

rabaan, pakaian adat, Kerbau, ditambah Jenazah disemayamkan di dalam peti di halaman rumah Jenazah disemayamkan di dalam peti di halaman rumah --- Tatak Genderrang Sisangkar --- Genderrang Sisangkar

Sebelum acara Tatak Tiakan

Iaksean dilanjutkan, selanjutnya

adalah acara mengkerboi.

Mengkerboi bagi masyarakat

Pakpak yaitu acara

penyembelihan kerbau yang dibawa oleh kula-kula atau puang yaitu uang benna dan puang

pengamaki untuk dijadikan persulangen.

1.Memasukken Jerreten 2.Mangiring Gajah Pergenderrang (pergotci), daliken Sitelu, masyarakat perlengkapan upacara mengkerboi, yaitu: 1. Belagen mbentar

dari puang (puang

benna dan puang pengamaki),

2.Oles dari berru

takal peggu, 3. Sarkea, 4. Bulung silinjuhang, 5. Jabi-jabi, 6. Lambak buluh, 7. Rih ntua, 8. Sanggar, dan Sangka sapilit. Genderrang silima

dan gung sada

rabaan, pakaian adat, Kerbau, ditambah perlengkapan upacara mengkerboi, yaitu: 1. Belagen mbentar

dari puang (puang

benna dan puang pengamaki), 2. Oles dari berru takal peggu, 3. Sarkea, 4. Bulung silinjuhang, 5. Jabi-jabi, 6. Lambak buluh, Jenazah disemayamkan di dalam peti di halaman rumah Tatak Mangiring Gajah Gendang Mangiring Gajah

Uang benna dan puang pengamaki akan datang memikul jeretten dengan posisi Puang Benna di bagian depan jereten

dan puang pengamaki dibagian belakang. Puang akan disambut oleh berru takal peggu sambil

mengera-era diiringi Genderrang Sisangkar oleh pergenderrang.

Sebelum menancapkan tiang

jeretten terlebih dahulu mereka

mengelilingi lubang di mana

jeretten akan ditancapkan

sebanyak tujuh kali.

Sebutan gajah dalam hal ini bukan berarti gajah yang sebenarnya yang kita ketahui, bagi masyarakat Pakpak gajah merupakan sebutan simbolik untuk hewan yang berkaki empat dan berukuran besar untuk disembelih pada upacara-upacara adat yaitu kerbau atau lembu pada umumnya. Kerbau akan digiring

puang lalu disambut lagi oleh berru takal peggu menuju tiang jeretten yang sudah ditancapkan

86 3. Gajah Mangiring Pergenderrang (pergotci), daliken Sitelu, masyarakat 7.Rih ntua, 8. Sanggar, dan Sangka sapilit. Genderrang silima

dan gung sada

rabaan, pakaian adat, Kerbau, ditambah perlengkapan upacara mengkerboi, yaitu: 1. Belagen mbentar

dari puang (puang

benna dan puang pengamaki), 2. Oles dari berru takal peggu, 3. Sarkea, 4. Bulung silinjuhang, 5. Jabi-jabi, 6. Lambak buluh, 7.Rih ntua, 8. Sanggar, dan Sangka sapilit. Jenazah disemayamkan di dalam peti di halaman rumah Tatak Gajah Mangiring dan 1. Tatak Uang Benna yang disambut oleh Berru Takal Peggu dari sukut,

2. Tatak Puang Pengamaki yang disambut oleh Berru Ekur Peggu, 3.Tatak Benna Niari, 4.Tatak Puang Penumpak, 5.Tatak Sukut, 6.Tatak Dengan Sibeltek, 7.Tatak Perlebbuh-lebbuh, 8.Tatak Dengan Sibeltek Marga, 9.Tatak Sipemerre, 10.Tatak Sinina, 11.Tatak Berru, 12.Tatak Kempu, 13.Tatak Sukut Nitalun, Gendang Gajah Mangiring

dan diiringi oleh gendang

Mangiring Gajah oleh pergenderrang. Setelah kerbau

sampai ke tempat dimana jeretten ditancapkan, lalu kerbau diikat di

jeretten untuk selanjutnya akan

dipantem.

Gajah mangiring adalah proses memantem kerbau, berru takal peggu membawa kujur sinane

yang digantikan oleh sarkea sebagai alat untuk menombak kerbau. Sambil menari diiringi oleh gendang Gajah Mangiring oleh pergenderrang, berru takal

peggu diikuti oleh seluruh

keluarga mengelilingi kerbau yang diikat di jeretten sebanyak tujuh kali. Pada hitungan ketujuh oleh perkata-kata maka berru

takal peggu menombak kerbau

dan pada saat itu juga reportoar yang dimainkan pergenderrang berganti menjadi Gendang Raja. Setelah seluruh keluarga selesai memungut padi yang ditaburkan oleh Uang benna, maka kerbau yang telah ditombak dibawa oleh perkebbas untuk disembelih dan dipotong bagian-bagian tertentu dari tubuh kerbau tersebut untuk dijadikan sulang. Selanjutnya pihak berru takal

peggu mengambil tikar uang benna yang diikat pada jeretten,

14.Tatak Cibal Baleng, 15.Tatak Pulung-pulungen, 16.Tatak Pergemgem, 17.Tatak Perkebbas

peggu mengambil tikar puang pengamaki. Ini adalah tahap

terakhir dalam acara Mengkerboi pada masyarakat Pakpak. Kemudian acara kembali lagi kepada acara tatak, namun acara

tatak tikan ikasean yang terlebih

dahulu tumatak (menari) adalah

sukut, berbeda dengan Tatak Tikan Ibagas Sapo pada malam

hari sebelumnya dimana acara

tatak dimulai oleh uang benna. Tatak sukut di sini menyimbolkan

penghormatan kepada roh-roh leluhur suku Pakpak berharap agar semua kegiatan upacara dapat berjalan dengan lancar. Setelah sukut selesai tumatak, maka dilanjutkan dengan acara

tatak yang lainnya.

Upacara adat kerja njahat maupun kerja mbaik bagi masyarakat Pakpak secara umum adalah tempat dimana pihak-pihak yang terlibat dalam upacara memyelesaikan atau membayar hutang-hutang adat, seperti misalnya kula-kula membawa ayam dan kembal/blagen mbentar balasannya dari sukut adalah oles atau kain sarung dan uang, dengan kata lain setiap orang yang menghadiri suatau upacara adat tentunya pasti membawa hutang sesuai dengan kedudukannya pada upacara tersebut. Pada tahapan acara adat

88

di halaman rumah duka ini, semua pihak yang melaksanakan

tataknya tentunya sambil

membawa hutang adat sesuai dengan kedudukan. VI Peberkatken Bangke ni Pendebaen Pergenderrang (pergotci), daliken Sitelu, masyarakat oles Jenazah ditataki dan kemudian diberangkatkan di persema-yaman akhir dan dikubur-kan Tatak mengelingi jenazah Genderrang Sisangkar Peberkatken bangke mi pendebaen artinya

memberang-katkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir dengan kata lain tahapan ini adalah proses penguburan jenazah. Tahapan ini dilakukan setelah semua acara

tatak selesai. Kewajiaban berru takal peggu dan berru ekur peggu

di sini adalah meletakkan oles di atas peti jenazah sambil mengucapkan kaka-kata perpisahan, oles ini disebut dengan oles sintaken. Kemudian

puang benna dan puang pengamaki mengambil oles

tersebut juga mengucapkan kata-kata perpisahan seraya berdoa kepada Tuhan supaya keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan rezeki di kemudian hari. Selanjutnya adalah acara

pergenderrang yaitu

meyampaikan kata perpisahan juga kata penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan, karna ini adalah puncak upacara adat yang telah dilaksanakan di sini

pergenderang juga

kepada seluruh hadirin yang ada terlebih kepada sukut apabila ada kesalahan-kesalahan

pergenderrang selama upacara

berlangsung. Pergenderrang pun memainkan Genderang Sisangkar

Laus, semua keluarga

mengelilingi jenazah sebanyak tujuh kali dan pada hitungan ketujuh genderang berhenti dan para pergenderrang akan

menangkepken genderang

(membalikkan genderang dengan posisi membran genderang menjadi ke bawah). Sebelum upacara secara keagamaan dilaksanakan untuk penguburan, di sini sukut akan memaparkan secara singkat riwayat hidup anggota keluarga mereka yang meninggal dunia dan

sukut juga megucapkan rasa

terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh hadirin yang datang juga meminta maaf atas kekurangan-kekurangan yang ada selama upacara berlangsung. Apabila semasa hidupnya almarum (almarhumah) ada hutang piutang, maka keluarga akan siap untuk

90

BAB IV

Dokumen terkait