• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedagang Pengecer

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 30-35)

4.5 Keragaan Biaya Manfaat

4.5.4 Pedagang Pengecer

Pengecer merupakan pedagang yang membeli ikan koi sesuai dengan jumlah permintaan pasar di daerah sekitar. Pedagang pengecer biasanya membeli ikan koi dari pedagang besar. Pedagang pengecer merupakan salah satu lembaga pemasaran yang membantu proses pemasaran ikan koi sampai ke tangan konsumen akhir disamping pedagang besar. Pedagang pengecer dalam melakukan usahanya juga mengeluarkan biaya, diantaranya biaya peralatan, sewa kios, dan

pembelian ikan koi. Pedagang pengecer juga menanggung biaya transportasi untuk pengangkutan ikan dari tempat pedagang besar ke kios.

Pedagang pengecer I dalam menjalankan usahanya juga mengeluarkan biaya. Biaya untuk peralatan mulai dari akuarium sebesar Rp 2.500.000, biaya blower sebesar Rp 1.175.000, biaya filter sebesar Rp 2.267.000, biaya bak penampungan fiber sebesar Rp 3.573.000 dan biaya alat tabung oksigen selama 10 tahun sebesar Rp 2.500.000. Total biaya yang digunakan untuk persiapan usaha tersebut sebesar Rp 14.280.000.

Pedagang pengecer I setiap tahunnya perlu melakukan perawatan mulai dari akuarium sebesar Rp 500.000, perbaikan blower Rp 235.000, perbaikan filter sebesar Rp 453.400, perbaikan bak penampungan fiber sebesar Rp 714.000, biaya iuran kebersihan dan keamanan Rp 200.000 dan untuk perbaikan tabung oksigen sebesar Rp 250.000. Pedagang pengecer I harus menyiapkan biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan tinggi rendahnya dengan outputyang diproduksi atau volume usaha (Mulyadi 1992).

Adapun yang termasuk kedalam biaya variabel yaitu sewa kios, pembelian ikan koi, peralatan pemasaran (sair, ember, gas oksigen, plastik, karet gelang), biaya pakan, biaya transportasi, listrik dan biaya tenaga kerja. Keseluruhan biaya variabel ini dihitung dalam waktu 1 tahun. Sewa kios sebesar Rp 5.000.000, pembelian ikan koi untuk pedagang pengecer I masing-masing 6.000 ekor dikalikan harga beli Rp. 12.000 per ekornya sehingga akan menghasilkan total biaya 72.000.000. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian peralatan pemasaran mulai dari sair, ember, gas oksigen, plastik bening, plastik hitam dan karet gelang sebesar Rp 1.200.000, biaya pakan yang dikeluarkan sebesar Rp 2.500.000, biaya transportasi dalam pengangkutan ikan koi dari tempat pedagang besar ke kios sekaligus beban biaya untuk listrik sebesar Rp 1.800.000 dan biaya untuk upah pekerja sebanyak 2 orang sebesar Rp 3.000.000, dengan masing-masing orang menerima Rp 1.500.000 perbulan. Total dari biaya tetap dan biaya variabel sebesar Rp 87.853.000. Rincian biaya-manfaat usaha pemasaran ikan koi terdapat pada Tabel 20.

Tabel 20. Keragaan Biaya-Penerimaan Pedagang Pengecer

Sumber: Data Olahan (2013)

Pedagang pengecer I akan mendapatkan penerimaan dari penjualan ikan koi. Benih yang dibeli sebesar 6.000 ekor per tahunnya. Harga jual ikan koi ke konsumen per ekor Rp 17.000, sehingga pedagang pengecer I akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 102.000.000.

Keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer I yaitu sebesar Rp 14.147.000, keuntungan tersebut didapat dari penerimaan produksi dikali harga jual dikurangin total biaya tetap dan biaya variabel. Hasil dari perhitungan penerimaan dibagi total biaya yang harus dikeluarkan, akan menghasilkan nilai

No Uraian Nilai (Rp) PP I Saluran I PP II Saluran II 1. 2. 3.

Biaya Investasi (5 tahun) Biaya peralatan - Akuarium - Blower (Atman 1200) - Filter (Atman 105) - Bak fiber - Tabung oksigen Total Biaya Investasi Biaya Tetap (1 tahun)

- Penyusutan (akuarium) - Penyusutan Blower - Penyusutan Filter - Penyusutan Bak fiber - Penyusutan Tabung oksigen

- Retribusi Biaya Variabel

- Sewa kios

- Pembelian ikan koi

- Peralatan pemasaran (sair, gas oksigen, plastik bening, plastik hitam, karet gelang) - Pakan - Transportasi, listrik - Tenaga Kerja Total Biaya 2.500.000 1.175.000 2.267.000 3.573.000 2.500.000 14.280.000 500.000 235.000 453.400 714.000 250.000 200.000 5.000.000 72.000.000 1.200.000 2.500.000 1.800.000 3.000.000 87.853.000 2.000.000 1.250.000 2.100.000 3.350.000 2.450.000 11.150.000 400.000 250.000 420.000 670.000 245.000 200.000 4.500.000 91.000.000 1.200.000 2.000.000 1.750.000 1.500.000 104.135.000 Penerimaan (Produksi x Harga Jual) 102.000.000 133.000.000 Keuntungan (Penerimaan – Total Biaya) 14.147.000 28.865.000

R/C (Penerimaan : Total Biaya) 1,16 1,27

R/C dari usaha tersebut sebesar 1,16 hal ini menunjukkan nilai R/C lebih dari 1 menunjukkan bahwa usaha tersebut menguntungkan.

Pedagang pengecer II dalam menjalankan usahanya juga mengeluarkan biaya. Biaya untuk peralatan mulai dari akuarium sebesar Rp 2.000.000, biaya blower sebesar Rp 1.250.000, biaya filter sebesar Rp 2.100.000, biaya bak penampungan fiber sebesar Rp 3.350.000, serta biaya iuran kebersihan dan keamanan Rp 200.000 dan biaya alat tabung oksigen selama 10 tahun sebesar Rp 2.450.000. Total biaya yang digunakan untuk persiapan usaha tersebut sebesar Rp 11.150.000.

Pedagang pengecer II setiap tahunnya perlu melakukan perawatan mulai dari akuarium sebesar Rp 400.000, perbaikan blower Rp 250.000, perbaikan filter sebesar Rp 420.000, perbaikan bak penampungan fiber sebesar Rp 670.000, biaya iuran kebersihan dan keamanan Rp 200.000 dan untuk perbaikan tabung oksigen sebesar Rp 245.000. Pedagang pengecer II harus menyiapkan biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan tinggi rendahnya dengan output yang diproduksi atau volume usaha (Mulyadi 1992). Adapun yang termasuk kedalam biaya variabel yaitu sewa kios, pembelian ikan koi, peralatan pemasaran (sair, ember, gas oksigen, plastik, karet gelang), biaya pakan, biaya transportasi, listrik dan biaya tenaga kerja. Keseluruhan biaya variabel ini dihitung dalam waktu 1 tahun. Sewa kios sebesar Rp 4.500.000, pembelian Ikan koi untuk pedagang pengecer II masing-masing 7.000 ekor dikalikan harga beli Rp. 13.000 per ekornya sehingga akan menghasilkan total biaya 91.000.000. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian peralatan pemasaran mulai dari sair, ember, gas oksigen, plastik bening, plastik hitam dan karet gelang sebesar Rp 1.200.000, biaya pakan yang dikeluarkan sebesar Rp 2.000.000, biaya transportasi dalam pengangkutan ikan koi dari tempat pedagang besar ke kios sekaligus beban biaya untuk listrik sebesar Rp 1.750.000 dan biaya untuk upah pekerja sebanyak 1 orang sebesar Rp 1.500.000 per bulan. Total dari biaya tetap dan biaya variabel sebesar Rp 104.135.000.

Pedagang pengecer II akan mendapatkan penerimaan dari penjualan ikan koi. Ikan koi yang dibeli sebesar 7.000 ekor per tahunnya. Harga jual ikan koi ke konsumen per ekor Rp 19.000, sehingga pedagang pengecer II akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 133.000.000.

Keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer II yaitu sebesar Rp 28.865.000, keuntungan tersebut didapat dari penerimaan produksi dikali harga jual dikurangin total biaya tetap dan biaya variabel. Hasil dari perhitungan penerimaan dibagi total biaya yang harus dikeluarkan, akan menghasilkan nilai R/C dari usaha tersebut sebesar 1,27 hal ini menunjukkan nilai R/C lebih dari 1 menunjukkan bahwa usaha tersebut menguntungkan. Semakin tinggi nilai R/C tingkat keuntungan suatu usaha akan semakin tinggi dan jika lebih kecil dari satu berarti belum memperoleh keuntungan sehingga masih memerlukan pembenahan (Mursid, 1997).

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa keuntungan yang paling besar diperoleh oleh pedagang pengecer kedua (PP II) sebesar Rp 28.865.000,00 dengan R/C 1,27 sedangkan pedagang pengecer kesatu (PP I) keuntungannya Rp 14.147.000,00 dengan R/C 1,16. Hal ini disebabkan volume pembelian pedagang pengecer pada saluran II yang lebih besar daripada pedagang pengecer pada saluran pemasaran I, sehingga keuntungan yang diperolehnya pun lebih banyak.

Proporsi biaya terbesar dalam usaha ini yaitu biaya pembelian ikan koi dan biaya tenaga kerja. Semakin banyak ikan mas koi yang dibeli maka akan semakin besar pula biaya yang dikeluarkan. Biaya terbesar kedua dalam usaha ini adalah biaya tenaga kerja. Secara ekonomi, tenaga kerja merupakan faktor produksi yang merupakan bagian dari biaya didalam suatu usaha (Mubyarto 1989). Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu sesuai dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Besar kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh berbagai hal, antara lain dipengaruhi oleh mekanisme pasar, jenis kelamin, kualitas tenaga kerja dan umur tenaga kerja.

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 30-35)

Dokumen terkait