• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Membina hubungan saling percaya

2.4 Terapi Psikoedukasi Keluarga

2.4.7 Pedoman Dan Pelaksanaan Terapi Psikoedukasi Keluarga

jadwal, disiplin professional yang baik. Beban kasus secara universal tinggi, namun waktu yang dimiliki oleh petugas kesehatan dirasakan kurang. Oleh karena itu untuk menunjang program psikoedukasi perlu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.

2.4.6 Program Atau Modul Psikoedukasi

Pelaksanaan psikoedukasi dipandu dalam modul. Menurut Supratiknya (2011), mengatakan program atau modul psikoedukasi adalah satuan kegiatan psikoedukasi untuk membantu kelompok klien. Sasaran mengembangkan satu atau serangkaian keterampilan hidup tertentu. Setiap modul tersusun atas komponen-komponen tertentu, meliputi: topik, tujuan, materi, prosedur, media, evaluasi dan sumber.

2.4.7 Pedoman Dan Pelaksanaan Terapi Psikoedukasi Keluarga

Merujuk pada tahapan atau sesi yang sudah dikembangkan oleh beberapa penelitian sebelumnya terkait dengan masalah keluarga yang memiliki gangguan psikologis. Melihat beberapa penelitian yang telah menggunakan terapi psikoedukasi keluarga pada masalah psikososial. Adapun sesi-sesinya adalah sebagai berikut (Nurbani, 2009) :

1. Sesi satu pengkajian masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gangguan perilaku kekerasan. Pada sesi ini peserta dapat menyepakati kontrak program psikoedukasi keluarga, mengetahui tujuan, mendapat kesempatan untuk menyampaikan pengalaman keluarga dalam memberikan dukungan kepada gangguan

20

perilaku kekerasan dan menyampaikan keinginan dan harapan selama mengikuti program psikoedukasi keluarga.

2. Sesi dua merawat dan memberikan dukungan psikososial kepada anggota keluarga dengan gangguan perilaku kekerasan. Pada sesi ini tujuannya adalah peserta terapi psikoedukasi keluarga mampu menyebutkan tentang penyakit perilaku kekerasan dan bagaimana memberikan dukungan psikososial kepada anggota keluarga yang menderita perilaku kekerasan.

3. Sesi tiga manajemen beban subyektif keluarga (stress, depresi dan ansietas). Peserta terapi psikoedukasi keluarga mampu berbagi pengalaman dengan anggota kelompok lain tentang ansietas yang dirasakan akibat salah satu anggota keluarga mengalami perilaku kekerasan dan mendapat informasi tentang ansietas yang dialami serta mengetahui cara mengatasinya.

4. Sesi empat manajemen beban obyektif keluarga. Peserta psikoedukasi keluarga mengenal tanda-tanda beban yang dialami akibat adanya anggota keluarga yang menderita penyakit perilaku kekerasan dan peserta mengetahui cara mengatasi beban yang dialami.

5. Sesi lima hambatan dan pemberdayaan komunitas. Peserta psikoedukasi keluarga dapat melakukan komunikasi yang baik dengan petugas kesehatan terdekat dalam komunitas (Puskesmas). Pada tahap evaluasi terdiri dari evaluasi untuk keluarga dan evaluasi untuk perawat.

20

Adapun sesi-sesi pelaksanaan terapi menurut referensi lain. Menurut Tim Keperawatan Jiwa Universitas Indonesia (2014), mengatakan pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga terdiri dari 5 sesi. Setiap sesi dilakukan selama 45-60 menit, adapun urutan dari terapi ini adalah sebagai berikut:

1. Sesi satu pengkajian masalah keluarga. Pada sesi ini terapis dan keluarga bersama-sama mengidentifikasi masalah yang timbul dikeluarga karena memiliki klien gangguan jiwa. Terapi ini mengikutsertakan seluruh anggota keluarga yang terpengaruh dan terlibat dalam perawatan klien, terutama caregiver. Hal yang perlu diidentifikasi adalah makna gangguan jiwa bagi keluarga dan dampaknya bagi orang tua, anak, saudara kandung, pasangan. Pengkajian dibuat terpisah antara masalah yang dirasakan oleh caregiver dan anggota keluarga yang lain.

Pengkajian berfokus pada masalah dalam merawat klien sakit dan masalah yang muncul pada diri karena merawat klien. Contoh pertanyaan seperti situasi bagaimana yang membuat stres pada keluarga anda?, bagaimana perasaan anda mengenai ketergantungan dan Respons?.

2. Sesi dua perawatan klien gangguan jiwa. Sesi ini berfokus pada edukasi mengenai masalah yang dialami klien. Edukasi yang diberikan kepada keluarga terkait dengan diagnosa medis dan diagnosa keperawatan yang dialami klien. Menurut Fortinash & Worret (2004), mengatakan bahwa intervensi dengan memberikan edukasi pada keluarga dapat membantu

20

keluarga menghadapi stressor karena klien sakit, yang berefek positif pada kondisi klien.

3. Sesi tiga manajemen stres keluarga adalah berbagai metode yang digunakan oleh seseorang untuk mengurangi tekanan dan Respons maladaptif lain terhadap stres dalam hidup termasuk latihan relaksasi, latihan fisik, musik, mental imagery atau tehnik-tehnik lain yang berhasil pada individu tersebut. Sesi ini untuk membantu mengatasi masalah masing-masing individu keluarga yang muncul karena merawat klien. Stres akan terjadi terutama pada caregiver yang setiap saat berinteraksi dengan klien. Terapis mengajarkan cara-cara manajemen stres pada seluruh anggota, terutama caregiver.

4. Sesi empat manajemen beban keluarga. Pada sesi ini terapis bersama-sama dengan seluruh anggota keluarga, membicarakan mengenai masalah yang muncul karena klien sakit dan mencari pemecahan masalah bersama-sama. Beban dapat bersifat subjektif atau objektif. Beban objektif terkait dengan perilaku klien, penampilan peran, efek luas pada keluarga, kebutuhan akan dukungan dan biaya yang dikeluarkan karena penyakit. Beban subjektif adalah perasaan terbebani yang dirasakan oleh seseorang bersifat individual (Stuart&Laraia, 2009).

5. Sesi lima pemberdayaan sumber-sumber yang ada dimasyarakat. Pemberdayaan komunitas untuk membantu keluarga. Sesi ini akan membahas mengenai pemberdayaan sumber-sumber diluar keluarga,

20

yaitu dikomunitas untuk membantu permasalahan dikeluarga dengan klien gangguan jiwa. Komunitas memiliki pengaruh yang besar dalam rehabilitasi dan pemulihan klien dengan gangguan jiwa. Pemberi layanan kesehatan termasuk perawat, harus menjalani peran pemimpin dalam mengkaji keadekuatan dan keefektifan sumber-sumber dikomunitas dan dalam merekomendasikan perubahan untuk memperbaiki akses dan kualitas dari layanan kesehatan mental. Evaluasi hanya untuk perawat (Stuart&Laraia, 2009).

Modifikasi yang dilakukan peneliti dari segi isi maupun format evaluasi. Tahap evaluasi terdiri dari evaluasi untuk keluarga dan perawat. Pelaksanaan terapi psikoedukasi terdiri dari beberapa tahap: 1. Sesi satu pengkajian masalah keluarga, pada sesi ini keluarga dapat

menyepakati kontrak program psikoedukasi keluarga mengetahui tujuan program psikoedukasi. Keluarga mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan masalah yang dialami mempunyai anggota keluarga dengan perilaku kekerasan, pengalamannya dalam merawat perilaku kekerasan. Keluarga mendapatkan penjelasan tentang akibat lanjut anggota keluarga, keinginan dan harapan

2. Sesi dua perawatan kepada anggota keluarga dengan perilaku kekerasan. Pada sesi ini tujuannya adalah peserta mampu menyebutkan tentang definisi perilaku kekerasan penyebab, klasifikasi, tanda dan gejala, terapi yang dapat diberikan, cara merawat, memperagakan cara merawat.

20

3. Sesi tiga manajemen stres keluarga atau peserta mampu berbagi pengalaman dengan anggota lain tentang stres yang dialami akibat salah satu anggota mengalami perilaku kekerasan, mendapatkan informasi cara mengatasi stres, mendemonstrasikan cara mengatasi stres, mengatasi hambatan dalam mengurangi stres.

4. Sesi empat manajemen beban keluarga peserta mengenal beban subjektif dan objektif yang dialami, cara mengatasi beban yang dialami. Menjelaskan dan menyepakati cara mengatasi beban keluarga dan perannya masing-masing dalam mengatasi beban keluarga.

5. Sesi lima pemberdayaan fasilitas pelayanan kesehatan komunitas peserta mampu mengungkapkan modifikasi lingkungan yang telah dilakukan keluarga dalam merawat, fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah digunakan, hambatan dalam merawat anggota keluarga perilaku kekerasan dirumah, hambatan dalam berhubungan dengan tenaga kesehatan dan berdiskusi dengan tenaga kesehatan dari puskesmas tentang sistem rujukan, advokasi hak-hak anak dan mencari dukungan untuk pembentukan kelompok Self Help Group.

Terapi psikoedukasi terdiri dari 5 sesi, waktu yang diperlukan 45-60 menit setiap kali pertemuan. Kelima sesi diatas akan dilakukan secara sistematis dan terstruktur sesuai dengan langkah-langkah yang telah disusun. Diharapkan dengan penerapan terapi ini dapat memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi beban dan meningkatkan kemampuan