7.1. Lambang
Lambang variabel dipergunakan untuk memudahkan penulisan variabel tersebut dalam rumus dan dalam pernyataan aljabar lainnya. Semua huruf dalam abjad Latin dan abjad Yunani, baik huruf kapital maupun huruf kecil, dapat dipergunakan sebagai lambang variabel. Lambang dapat terdiri dari satu atau dua huruf. Lambang dapat diberi subskrip atau superskrip atau keduanya.
Subskrip dapat berupa huruf atau angka atau keduanya, demikian juga superskrip. Beberapa lambang ditulis dengan cetak miring.
Sebagai petunjuk umum, dapat dipilih lambang yang sudah lazim dipergunakan.
Awal kalimat tidak dibenarkan dimulai dengan lambang variabel. Kalimat dibuat sedemikian rupa sehingga tidak perlu diawali dengan sebuah lambang variabel.
Beberapa contoh lambang variabel dapat dilihat pada lampiran K pada buku pedoman ini.
7.2. Satuan dan Singkatan
Satuan yang dipergunakan dalam skripsi atau tesis adalah satuan S.I. Singkatan satuan yang dipergunakan adalah seperti yang dianjurkan oleh S.I. Singkatan satuan ditulis dengan huruf kecil tanpa titik di belakangnya. Singkatan satuan tidak dituliskan dengan huruf Italic (cetak miring).
Singkatan satuan dapat terdiri dari satu, dua atau sebanyak-banyaknya empat huruf Latin.
Singkatan satuan dapat dibubuhi huruf awal yang menyatakan (/mikro), m (mili), c (centi), d (deci), h (hekto), k (kilo) atau M (mega).
Satuan sebagai kata-benda ditulis lengkap. Demikian juga satuan yang terdapat pada awal kalimat ditulis lengkap. Satuan yang menunjukkan jumlah dan ditulis di belakang bilangan ditulis dengan singkatannya.
7.3. Angka
Yang dimaksud dengan angka pada sub-bab ini adalah angka Arab. Angka dipergunakan untuk menyatakan :
1. Besar tertentu dari ukuran (misalnya, 176 cm), massa (81,0 kg), suhu (32o), prosentase (95,2 %) dan lain-lain.
2. Nomor halaman
3. Tanggal (11 September 1979) 4. Waktu (pukul 12.20 WIB)
5. Bilangan dalam perhitungan aljabar dan dalam rumus, termasuk bilangan pecahan.
6. Lain-lain
Tanda desimal dinyatakan dengan koma.
Bilangan lebih kecil dari sepuluh dapat ditulis dengan kata-kata, misalnya enam perguruan tinggi; tetapi lebih besar dari sepuluh dipergunakan angka, misalnya 17 buah mangga.
Besar tak tentu dan bilangan yang dipergunakan untuk menyatakan besar secara umum ditulis dengan kata-kata, misalnya sepuluh tahun yang
lalu, usia empat belas tahun, setengah jam yang akan datang, lima kali sehari, beberapa puluh sentimeter dan lain-lain.
Awal sebuah kalimat tidak boleh dimulai dengan sebuah angka. Jika awal kalimat memerlukan bilangan atau angka, bilangan tersebut ditulis dengan kata-kata, atau susunan kalimat diubah sedemikian rupa sehingga bilangan tadi tidak lagi terletak pada awal kalimat.
Penggunaan angka Rumawi untuk menyatakan bilangan sebaiknya dihindarkan karena tidak segera dapat dimengerti dengan mudah.
7.4. Cetak Miring (Italic)
Huruf yang dipakai untuk cetak miring sama besar dengan huruf untuk naskah.
Pada umumnya cetak miring dipergunakan pada kata atau istilah untuk memberi penekanan khusus, dan menarik perhatian. Dalam hal ini, maka cetak miring pada suatu istilah hanya dipakai pada waktu istilah itu muncul untuk pertamakali dalam naskah. Perlu ditambahkan, bahwa penggunaan cetak miring seperti ini jangan terlalu sering dipakai sebab akan menghilangkan arti penekanan khusus tadi.
Di bidang ilmu seperti botani, biologi dan zoologi pada umumnya, geologi dan lain-lain, perlu dibuat pedoman khusus tentang pemakaian cetak miring untuk nama tumbuh-tumbuhan, nama binatang, nama batu-batuan dan lain-lain.
7.5. Penulisan Rumus dan Perhitungan Numerik
Sebuah rumus diletakkan simetrik dalam batas kertas yang boleh diketik. Rumus yang panjang dapat ditulis dalam dua baris atau lebih.
Pemotongan rumus panjang dilakukan pada tanda operasi aritmatik, yaitu tanda tambah, tanda kurung, tanda kali dan tanda bagi (bukan garis miring). Tanda operasi aritmatik tersebut didahului dan diikuti oleh sedikitnya satu spasi ketik.
Pangkat dituliskan setengah spasi di atas lambang variabel. Pemakaian lambang akar sedapat mungkin dihindarkan ( dsb.) dan sebagai gantinya digunakan pangkat pecahan. Penulisan bilangan pecahan sebaiknya tidak dilakukan dengan menggunakan garis miring. Tanda kurung digunakan dalam pasangan-pasangan secukupnya untuk menunjukkan hirarki operasi aritmatik dengan jelas. Hirarki tanda kurung dalam buku pedoman ini ditentukan sebagai berikut :
[{( )}]
Setiap rumus diberi nomor yang dituliskan diantara dua tanda kurung. Nomor rumus terdiri dari dua angka Arab yang dipisahkan oleh sebuah titik. Angka pertama, menunjukkan bab tempat rumus tersebut terletak. Angka kedua, menunjukkan nomor urut rumus dalam bab.
Substitusi variabel dengan harganya untuk operasi aritmatik dituliskan seperti pada penulisan rumus. Dalam hal ini, pemakaian titik sebagai tanda kali sedapat mungkin dihindarkan.
7.6. Cara Penulisan Judul Bab dan Judul Sub Bab
Sebagian dari cara penulisan judul bab dan judul sub-bab sudah diterangkan dalam buku pedoman ini.
Judul bab didahului oleh bab yang ditulis dengan huruf kapital diikuti oleh nomor bab yang ditulis dengan angka Romawi, seperti misalnya BAB IV. Bab dan nomornya tersebut diketik satu setangah spasi di bawah batas tepi atas tanpa diakhiri titik di belakang angka Romawi dan diletakkan secara
simetrik dalam batas kertas yang boleh diketik. Bab baru ditulis pada halaman baru.
Judul bab diketik satu setengah spasi di bawah nomor bab. Judul bab ditulis dengan huruf kapital tanpa titik di belakang huruf terakhir. Jika judul bab terdiri dari dua baris, maka baris kedua dimulai dengan garis baru. Judul bab diletakkan secara simetrik dalam batas kertas yang boleh diketik.
Judul sub-bab diketik tiga spasi di bawah garis terakhir judul bab atau baris terakhir dari sub-bab yang mendahuluinya. Judul sub-bab dicetak tebal dan ditulis dengan huruf kecil kecuali huruf pertama dari tiap kata yang ditulis dengan huruf kapital. Nomor sub-bab diketik pada batas kiri. Judul sub-bab tidak diakhiri dengan sebuah titik.
7.7. Kutipan
Rumus, kalimat, paragraf atau inti pengertian yang dikutip dari salah satu artikel atau buku dalam daftar pustaka ditunjukkan dengan menuliskan nama keluarga penulis pertama diikuti dengan tanda koma, kemudian diikuti tahun publikasi. Kesemuanya ini ditulis dalam tanda kurung seperti misalnya (… , …, 19..). Jika yang dikutip lebih dari satu kepustakaan, diantara dua atau lebih kutipan kepustakaan tersebut dibatasi dengan tanda titik koma ( ; ). Contoh dapat dilihat pada lampiran M.
SKRIPSI