• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PELAYANAN BEDAH RSUD JOMBANG

Dalam dokumen Pedoman Pelayanan Anestesi (Halaman 41-45)

PEDOMAN PELAYANAN BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG

Menimbang : a. bahwa pelayanan bedah di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari pelayanan kesehatan yang saat ini peranannya berkembang dengan cepat; b. bahwa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 779/Menkes/SK/VIII/2008

tentang Standar Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah Sakit tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Pedoman pelayanan bedah di RSUD Jombang.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/Menkes/Per/III/2011 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PEDOMAN PELAYANAN BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG

Pasal 1

Pasien, keluarga dan pembuat keputusan harus di edukasi tentang resiko, manfaat, komplikasi yang potensial serta alternative yang berhubungan dengan prosedur bedah yang dilaksanakan.

Pasal 2

Edukasi harus mencakup kebutuhan untuk resiko dan manfaat dari, maupun alternative terhadap darah dann produk darah yang digunakan.

Pasal 3

Dokter spesialis bedah atau petugas lain yang kompeten harus memberikan edukasi tentang hal-hal tersebut diatas.

Pasal 4

Pelayanan pasca bedah termasuk diagnosis pasca bedah, diskripsi dan temuan-temuan spesiment dan nama ahli bedah serta asisten bedah harus tercatat di status paisen.

Pasal 5

Sebelum pasien meninggalkan ruang pemulihan pasca anestesi, suatu catatan singkat tindakan bedah bisa digunakan sebagaipengganti laporan tertulis tindakan bedah.

Pasal 6

Laporan tertulis tindakan bedah atau catatan singkat laporan operasi harus memuat : a) diagnose pasca operasi

b) nama dokter bedah dan asisten-asisten c) nama prosedur

d) spesimen bedah untuk pemeriksaan

e) catatan spesifik komplikasi atau tidak adanya komplikasi selama operasi, termasuk jumlah kehilangan darah.

f) Tanggal, waktu dan tanda tangan dokter yang bertanggung jawab. Pasal 7

LAMPIRAN

PEDOMAN PELAYANAN BEDAH A. Pendahuluan

Instalasi Bedah Sentral memberikan pelayanan pembedahan elektif/terencana untuk pasien Umum, BPJS dan VIP/VVIP. Kegiatan tersebut dilaksanakan di OK Bedah sentral dengan 6 kamar operasi di lantai II dan 2 kamar operasi di lantai I untuk pelayanan operasi kecil, Kotor, dan Reposisi. Sedangkan Instalasi Gawat Darurat memberikan pelayanan Operasi Cyto/urgen.

PEMANFAATAN KAMAR OPERASI BEDAH SENTRAL

Kegiatan pelayanan Kamar operasi secara umum meliputi tindakan diagnostik, kuratif dan definitif. Selain itu juga menjadi tempat kerja program mahasiswa perawat.Tindakan yang dapat dilakukan di Kamar operasi meliputi:

1. Bedah Umum 2. Bedah Orthopedi 3. Bedah Saraf

4. Bedah Obstetri dan Ginekologi 5. Bedah THT

6. Bedah Mata

BEDAH UMUM

Kegiatan pembedahan bedah umum dilaksanakan oleh dokter Ahli Bedah Umum dan PPDS Bedah Umum, yang diatur dengan penjadwalan oleh koordinator bedah yang diberikan SK oleh direktur RS.

BEDAH ORTHOPEDI

Kasus kasus orthopedi dilaksanakan oleh 1 orang dokter Orthopedi dan PPDS Bedah Orthopedi. Penjadwalan pembedahan dilakukan oleh dokter orthopedi.

BEDAH SYARAF

Kasus kasus Bedah syaraf dilaksanakan oleh 1 orang dokter bedah syaraf. Penjadwalan pembedahan dilakukan oleh dokter bedah syaraf.

BEDAH OBSTERI GINEKOLOGI

Kasus kasus Obgyn dilaksanakan oleh dokter spesialis Obgyn dan dokter PPDS Obgyn. Penjadwalan pembedahan dilakukan oleh dokter yang akan melaksanakan pembedahan sesuai jadwal mingguan.

BEDAH THT

Kasus kasus pembedahanTHT dilaksanakan oleh dokter spesialis THT . Penjadwalan pembedahan dilakukan oleh dokter yang akan melaksanakan pembedahan sesuai jadwal mingguan.

BEDAH MATA

Kasus kasus pembedahan mata dilaksanakan oleh dokter spesialis mata . Penjadwalan pembedahan dilakukan oleh dokter yang akan melaksanakan pembedahan sesuai jadwal mingguan.

OK IBS

OK 1 : Untuk Operasi Bedah Umum OK 2 : Untuk Operasi Bedah Syaraf/THT OK 3 : Untuk Operasi Bedah Orthopaedi OK 4 : Untuk Operasi Bedah Umum OK 5 : Untuk Operasi Ginekologi OK 6 : Untuk Operasi Mata

OK 7 : Untuk Operasi Kecil/Kotor/ Reposisi OK 8 : Untuk Operasi Kecil/Kotor/ Reposisi

PEMANFAATAN KAMAR OPERASI EMERGENCY (OK IGD)

Kamar Opersai Emergency (OK IGD) memberikan pelayanan pembedahan untuk pasien yang bersifat cyto dan urgen dan mengancam jiwa. Kegiatan tersebut dilaksanakan di 3 kamar operasi di lantai II (diatas UGD). Kamar bedah Emergency (OK IGD) Menerima pasien operasi dari 3 pintu yaitu:

1. Ruang Unit Gawat Darurat 2. ICU Sentral

3. Rujukan dari Puskesmas dan Rumah Sakit Lain Swasta ( bersifat emergency)

Kegiatan pelayanan Kamar Opersai Emergency (OK IGD) secara umum meliputi tindakan diagnostik, kuratif dan definitif. Selain itu juga menjadi tempat kerja mahasiswa perawat. Tindakan yang dapat dilakukan di OK IGD meliputi:

1. Bedah Umum 2. Bedah Orthopedi 3. Bedah Saraf 4. Bedah Obstetri 5. Bedah THT 6. Bedah Mata

Dokter spesialis yang mengerjakan di OK IGD sama dengan dokter spesialis yang ada di Instalasi Bedah Sentral, tetapi penjadwalannya diserahkan kepada masing-masing SMF.

OK 1 : Untuk Operasi Obgyn

OK 2 : Untuk Operasi Bedah UmuM/ Operasi Mata/Untuk Operasi THT OK 3 : Untuk Operasi Bedah Syaraf dan Bedah Orthopedi

B. Alur Pelayanan Pasien

1. Kamar Operasi

Kamar Operasi merupakan suatu sarana bagi dokter spesialis yang tergabung di SMF untuk melaksanakan tindakan operasi.

Kamar Operasi Menerima Pasien operasi dari 3 pintu yaitu : 1. Poliklinik (Rawat Jalan)

2. Ruang Rawat Inap

ALUR PASIEN YANG DILAKUKAN TINDAKAN PEMBEDAHAN ( PASIEN RAWAT INAP)

OPERASI ELEKTIF IRNA IBS RUANG FORENS IK R. LAIN R R ICU IRNA FORENSIK R. ASAL FORENSIK R. LAIN L A GA/SAB

Pra

Dalam dokumen Pedoman Pelayanan Anestesi (Halaman 41-45)

Dokumen terkait