• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PERIKLANAN ALAT KESEHATAN, KOSMETIKA,

Dalam dokumen Cetakan Ketiga Oktober 2007 (Halaman 57-61)

PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PETUNJUK TEKNIS

A. UMUM

1. Alat Kesehatan, Kosmetika dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga tidak boleh diiklankan dengan menggunakan rekomendasi dari suatu laboratorium, instasi pemerintah, organisasi profesi kesehatan atau kecantikan dan atau kesehatan.

2. Alat kesehatan, kosmetika dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga tidak boleh diiklankan dengan menggunakan peragaan tenaga kesehatan atau yang mirip dengan itu.

3. Kosmetika tidak boleh diiklankan seolah-olah sebagai obat. 4. Iklan Alat Kesehatan, Kosmetika dan Perbekalan Rumah

Tangga harus mendidik dan sesuai dengan norma kesusilaan yang ada.

B. KHUSUS

1. ALAT KESEHATAN

1.1 Produk/barang yang tidak disetujui pendaftarannya sebagai alat kesehatan tidak boleh diiklankan seolah-olah produk/barang dimaksud adalah alat kesehatan.

1.2 Pembalut wanita (sanitary napkin): Iklan pembalut wanita (sanitary napkin) supaya disesuaikan dengan estetika dan tata krama ketimuran.

1.3 Kondom

1.3.1 Iklan kondom tidak boleh mendorong penggunaan untuk tujuan asusila.

1.3.2 Iklan kondom supaya disesuaikan dengan estetika dan tata krama ketimuran.

1.3.3 Iklan kondom harus disertai spot “IKUTI PETUNJUK PEMAKAIAN”.

1.4 Ketentuan yang harus dipenuhi spot :

1.4.1 Untuk media televisi: Spot iklan harus dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca pada satu screen/gambar terakhir.

1.4.2 Untuk media radio: Spot iklan hearus dibacakan pada akhir iklan dengan jelas dan dengan nada suara tegas.

1.4.3 Untuk media cetak : Spot iklan harus dengan tulisan yang jelas terbaca.

2. KOSMETIKA

2.1 Kosmetika tidak boleh diiklankan dengan menggunakan kata-kata “mengobati”. “menyembuhkan” atau kata lain yang semakna seolah-olah untuk mengobati suatu penyakit. 2.2 Kosmetika tidak boleh diiklankan seolah-olah dapat

mempengaruhi fungsi fisiologis dan atau metabolisme tubuh.

Contoh :

- Melancarkan peredaran darah - Melangsingkan tubuh

2.3 Kosmetika yang mengandung bahan yang tidak jelas kegunaannya tidak boleh diiklankan yang menyatakan kegunaan dari bahan tersebut.

Contoh :

- Minyak rambut urang aring dapat menyuburkan rambut.

2.4 Kosmetika yang tidak mengandung bahan aktif tidak dapat diiklankan dengan menyatakan kegunaan dari bahan aktif yang dimaksud.

Contoh :

- Shampo yang tidak mengandung bahan anti ketombe diiklankan dapat menghilangkan ketombe.

- Sabun mandi yang tidak mengandung bahan anti septic diiklankan dapat membunuh kuman.

2.5 Kosmetika yang dibuat dengan bahan alami tertentu hanya dapat diiklankan mengandung bahan alami dimaksud. 2.6 Kosmetika yang mengandung bahan kimia tidak boleh

diiklankan sebagai kosmetika tradisional.

2.7 Kosmetika yang mengandung vitamin yang berfungsi bukan sebagai vitamin tidak boleh diiklankan dengan menyatakan fungsi vitamin tersebut dalam sediaan kosmetika dimaksud.

2.8 Kosmetika yang mengandung bahan tabir surya tidak boleh diiklankan menyebutkan nilai SPF (Sun Protector Factor) bila tujuan penggunaan kosmetika tersebut bukan untuk berjemur.

2.9 Iklan kosmetika tidak boleh diperankan dan atau ditujukan untuk bayi, kecuali kosmetika golongan sediaan bayi. 2.10 Untuk kometika jenis tertentu, yaitu:

- pewarna rambut

- pelurus/pengeriting rambut - depilatori

- pemutih kulit - anti jerawat

- sampo anti ketombe

- deodorant dan anti perspiran

- sediaan lainnya yang mengadung bahan kimia yang mempunyai persyaratan keamanan sesuai dengan peraturan yang berlaku, harus disertai spot: “IKUTI PETUNJUK PEMAKAIAN DAN PERINGATAN YANG DISERTAKAN”

2.11 Ketentuan yang harus dipenuhi spot:

2.11.1 Untuk media televisi: Spot iklan harus dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca pada satu screen/gambar akhir.

2.11.2 Untuk media radio: Spot iklan harus dibacakan pada akhir iklan dengan jelas dan dengan nada suara tegas.

2.11.3 Untuk media cetak: Spot iklan harus dengan tulisan yang jelas terbaca.

3. PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA 3.1 Pemutih cucian.

Pemutih cucian tidak boleh diiklankan seolah-olah hasil penggunaannya menjadi bebas kuman sama sekali. 3.2 Pembersih lantai.

Pembersih lantai tidak boleh diiklankan seolah-olah menghasilkan lantai bebas kuman dan aman.

3.3 Antiseptika dan desinfektan.

3.3.1 Antiseptika dan desinfektan tidak boleh diiklankan seolah-olah setelah penggunaan dimaksud hasilnya dijamin telah bebas kuman.

3.3.2 Antiseptika dan desinfektan tidak boleh menganjurkan penggunaan yang berlebihan.

3.3.3 Antiseptika dan desinfektan tidak boleh diiklankan sebagai Lysol dan atau kreolin bila tidak memenuhi persyaratan yang berlaku.

3.4 Pestisida Rumah Tangga (termasuk insektisida).

3.4.1 Iklan Pestisida Rumah tangga tidak boleh bertentangan dengan ketentuan periklanan Pestisida dari Departemen Pertanian Republik Indonesia 3.4.2 Pestisida Rumah Tangga tidak boleh diiklankan

dengan menyebutkan kata-kata “aman”, “tidak berbahaya” atau kata-kata lain yang semakna yang dapat ditafsirkan salah terhadap keamanannya. 3.4.3 Pestisida Rumah Tangga tidak boleh diiklankan

dengan menyebutkan kata “ampuh” atau kata lain yang semakna yang dapat ditafsirkan berlebihan terhadap kegunaannya.

3.4.4 Pestisida Rumah Tangga tidak boleh diiklankan dengan menyebutkan dan atau menggambarkan penggunaannya selain yang disetujui Departemen Pertanian RI.

Contoh: Pembasmi serangga.

3.4.5 Pestisida Rumah Tangga tidak boleh diiklankan seperti produk Kosmetika dan Pembekalan Kesehatan Rumah Tangga lain sehingga dapat ditafsirkan salah terhadap keamanannya.

Contoh:

- Pestisida Rumah Tangga bentuk aerosol diiklankan sebagai Air Freshener.

- Anti nyamuk (insect repellent) diiklankan dapat menghaluskan kulit.

3.5 Iklan perbekalan Kesehatan Rumah Tangga tertentu seperti sediaan antiseptika/desinfektan, pestisida rumah tangga, pemutih cucian dan pembersih tertentu harus disertai spot: “IKUTI PETUNJUK PEMAKAIAN, PERINGATAN DAN C A R A P E N A N G G U L A N G A N B I L A T E R J A D I KECELAKAAN”.

PEDOMAN PERIKLANAN MAKANAN dan MINUMAN PETUNJUK TEKNIS

A. UMUM

1. Iklan makanan yang dibuat dengan bahan alami tertentu hanya boleh diiklankan sebagai berasal dari bahan alami tersebut, apabila makanan itu mengandung bahan alami yang bersangkutan tidak kurang dari kadar makanan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Contoh: Sari Apel; Apel Juice

a. Adalah produk cair yang keruh atau jernih yang diperoleh dari buah apel.

b. Padatan, jumlah tidak kurang dari 10%.

2. Iklan makanan yang menyerupai atau dimaksud sebagai pengganti jenis makanan tertentu harus menyebutkan nama bahan yang digunakan.

Contoh: Susu Kedelai

3. Iklan makanan boleh mencantumkan pernyataan “DIPERKAYA” atau “KAYA” sumber vitamin dan mineral bila pada sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi satu hari terdapat paling sedikit dari jumlah yang dianjurkan (RDA/AKG)

4. Pernyataan makanan berkalori dapat diiklankan bila makanan tersebut dapat memberikan minimum 300 Kcal per hari. 5. Iklan makanan tidak boleh dimuat dengan ilustrasi peragaan

maupun kata-kata berlebihan, sehingga dapat menyesatkan konsumen.

6. Iklan makanan tidak boleh menjurus kependapat bahwa makanan yang bersangkutan berkhasiat sebagai obat. 7. Makanan yang dibuat sebagian atau tanpa bahan pokok alami

tidak boleh diiklankan seolah-olah makanan yang bersangkutan seluruhnya dibuat dari bahan alami.

8. Makanan yang dibuat dari bahan yang telah mengalami pengolahan, tidak boleh diiklankan dengan cara yang dapat memberi kesan seolah-olah makanan itu dibuat dari bahan yang segar.

9. Iklan makanan tidak boleh dengan sengaja menyatakan seolah-olah makanan yang berlabel gizi mempunyai kelebihan dari makanan yang tidak berlabel gizi.

3.6. Ketentuan yang harus dipenuhi spot:

3.6.1 Untuk media televisi: Spot iklan harus dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca pada satu screen/ gambar terakhir.

3.6.2 Untuk media radio: Spot iklan harus dibacakan pada akhir iklan dengan jelas dan dengan nada suara tegas.

3.6.3 Untuk media cetak: Spot iklan harus dengan tulisan yang jelas terbaca.

10.Iklan makanan tidak boleh memuat pernyataan nilai khusus pada makanan apabila nilai tersebut tidak seluruhnya berasal dari makanan tersebut, tetapi sebagian diberikan oleh makanan lain yang dapat dikonsumsi bersama–sama (seperti nilai kalori pada makanan sereal untuk sarapan yang biasanya dimakan dengan susu dan gula).

11.Iklan makanan tidak boleh menyatakan bahwa makanan seolah-olah merupakan sumber protein, kecuali 20% kandungan kalorinya berasal dari protein dan atau kecuali jumlah yang wajar dikonsumsi per hari mengandung tidak kurang 10 gram protein.

B. KHUSUS

1. HASIL OLAH SUSU

1.1. Iklan susu kental manis, susu skim dan “Filled Milk”, tidak boleh diiklankan untuk bayi (sampai dengan 12 bulan). 1.2. Iklan susu kental manis, susu skim dan “Filled Milk” harus

mencantumkan spot peringatan yang berbunyi “PERHATIKAN! TIDAK COCOK UNTUK BAYI”. Dan jika menggunakan media radio spot tersebut harus dibacakan dengan jelas.

1.3. Iklan susu krim penuh harus mencantumkan spot peringatan “PERHATIKAN! TIDAK COCOK UNTUK BAYI BERUMUR DIBAWAH 6 BULAN”.

2. PENGGANTI AIR SUSU IBU (PASI) ATAU SUSU BAYI ATAU INFANT FORMULA

Pengganti Air Susu Ibu (PASI) atau susu bayi atau infant formula dilarang dipromosikan dan diiklankan dalam bentuk apapun, kecuali dalam journal kesehatan.

3. MINUMAN KERAS (MINUMAN BERALKOHOL)

3.1. Iklan tidak boleh mempengaruhi atau merangsang orang untuk mulai minum minuman keras.

3.2. Iklan minuman keras tidak boleh menggambarkan penggunaan minuman keras dalam kegiatan-kegiatan yang memerlukan konsentrasi (perlu informasi bahwa penggunaannya dapat membahayakan keselamatan).

3.3. Iklan minuman keras tidak boleh ditujukan terhadap anak dibawah usia 16 tahun dan atau wanita hamil, atau menampilkan mereka dalam iklan.

3.4. Minuman keras golongan C (dengan kadar alkohol 20% sampai dengan 55%) dilarang diiklankan.

4. VITAMIN

4.1. Iklan vitamin harus dalam konteks sebagai suplemen makanan pada keadaan tubuh tertentu, misalnya keadaan sesudah sakit/operasi, masa kehamilan dan menyusui serta lanjut usia.

4.2. Iklan vitamin tidak boleh terkesan memberikan anjuran bahwa vitamin dapat menggantikan makanan (substitusi), atau vitamin mutlak dibutuhkan sehari-hari pada keadaan di mana gizi makanan sudah cukup.

4.3. Iklan vitamin tidak boleh memberi kesan bahwa pemeliharaan kesehatan (umur panjang, awet muda, kecantikan) dapat tercapai hanya dengan penggunaan vitamin.

4.4. Iklan vitamin tidak boleh memberi informasi secara langsung atau tidak langsung bahwa penggunaan vitamin dapat menimbulkan energi, kebugaran, peningkatan nafsu makan dan pertumbuhan, mengatasi stress, ataupun peningkatan kemampuan seks.

4.5. Iklan makanan boleh mencantumkan adanya vitamin dan mineral apabila pada sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi satu hari terdapat vitamin atau mineral tidak kurang dari 1/6 dari jumlah yang dianjurkan (AKG). 4.6. Iklan makanan boleh mencantumkan mengandung lebih

dari satu vitamin atau mineral apabila setiap vitamin atau mineral tersebut terdapat dalam proporsi yang sesuai (AKG). 5. MAKANAN PELENGKAP (FOOD SUPPLEMENT) DAN

MINERAL

Iklan hanya boleh untuk pencegahan dan mengatasi kekurangan makanan pelengkap dan mineral, misalnya sesudah operasi, sakit, wanita hamil dan menyusui, serta lanjut usia.

6. MAKANAN DIET

6.1. Makanan Diet Rendah Natrium dapat diiklankan apabila kadar natrium tidak lebih dari setengah kandungan natrium yang terdapat pada produk normal yang sejenis, dan tidak lebih dari 120 mg/100 g produk akhir.

6.2. Makanan Diet Sangat Rendah Natrium dapat diiklankan apabila kadar natrium tidak lebih dari 40 mg/100 g produk akhir. 6.3. Makanan Kurang Kalori dapat diiklankan apabila mengandung tidak lebih dari setengah jumlah kalori produk normal jenis yang sama.

6.4. Makanan Rendah Kalori dapat diiklankan apabila mengandung tidak lebih dari 15 kalori pada setiap porsi rata-rata dan tidak lebih dari 30 kalori pada jumlah yang wajar dimakan setiap hari.

6.5. Makanan Diet Kurang Laktosa dapat diiklankan apabila diperoleh dengan cara mengurangi jumlah laktosa dengan membatasi penggunaan bahan-bahan yang mengandung laktosa.

6.6. Makanan Diet Rendah Laktosa dapat diiklankan apabila mengandung laktosa tidak lebih dari 1/20 bagian dari produk normal.

6.7. Makanan Diet Bebas Gluten dapat diiklankan apabila diperoleh dengan serealia yang dihilangkan glutennya. 6.8. Iklan makanan dilarang mencantumkan bahwa suatu

makanan dapat menyehatkan dan dapat memulihkan kesehatan.

6.9. Iklan makan boleh mencantumkan pernyataan “DAPAT MEMBANTU MELANGSINGKAN”, jika nilai kalorinya 25% lebih rendah dibandingkan dengan makanan sejenisnya. 6.10. Iklan makanan tidak boleh dinyatakan khusus untuk

penderita diabetes kecuali:

a. tidak mengandung karbohidrat

b. berat karbohidrat pada komposisinya sangat kurang dibandingkan dengan makanan sejenisnya untuk penderita diabetes.

6.11. Iklan makanan khusus untuk penderita diabetes tidak boleh dinyatakan tidak mengandung gula bila makanan tersebut mengandung karbohidrat.

7. Kata HALAL tidak boleh diiklankan.

LAMPIRAN–2

DEWAN PERIKLANAN INDONESIA (DPI)

Dalam dokumen Cetakan Ketiga Oktober 2007 (Halaman 57-61)

Dokumen terkait