• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN REVITALISASI RANTING MUHAMMADIYAH

A. REVITALISASI

Strategi penguatan kembali Ranting sebagai basis gerakan melalui proses penataan, pemantapan, peningkatan, dan pengembangan ranting baru ke arah kemajuan dalam berbagai aspek gerakan Muhammadiyah.

B. MASALAH

1. Jumlah Ranting yang belum signifikan dibanding jumlah Desa/Kelurahan/Kawasan di Tanah Air

2. Kondisi Ranting yang vakum/statis/mati

3. Masjid di lingkungan Muhammadiyah yang tidak terkelola/terurus dengan baik 4. Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah yang tidak berjalan/terlaksana (sejak

diprogramkan tahun 1968)

5. Kegiatan/gerakan Muhammadiyah di basis jama’ah yang lemah / tidak berkembang 6. Makin gencar/aktifnya kelompok lain dalam melakukan/melakukan ekspansi

gerakan, baik dari kalangan Islam maupun pihak luar

C. LANDASAN

1. AD/ART: Ranting sebagai basis pembinaan dan pemberdayaan anggota Muhammadiyah.

2. Keputusan Muktamar Ke-45: Amanat memenuhi target pembentukan 1000 Ranting Muhammadiyah.

3. Keputusan Tanwir tahun 2007 tentang Pembinaan Cabang dan Ranting

Muhammadiyah

D. URGENSI

1. Adanya Ranting-Ranting yang statis/mati atau kurang aktif yang memerlukan penguatan kembali.

2. Sekitar 90% desa di Indonesia belum memiliki ranting Muhammadiyah.

3. Makin gencarnya kelompok-kelompok lain yang masuk ke basis akar-rumput

Muhammadiyah yang dapat melemahkan gerak Persyarikatan

4. Makin tingginya persaingan gerakan ke akar-rumput baik karena kepentingan politik maupun untuk pengembangan berbagai organisasi dan paham.

5. Makin kompleksnya persoalan yang dihadapi masyarakat/umat di tingkat bawah/ akar-rumput

6. Arus pemurtadan akidah yang cukup intensif dan memerlukan pembentengan/ kompetisi aktif

E. TUJUAN

Terciptanya kondisi dan perkembangan Ranting yang lebih kuat, dinamis, dan berkemajuan sesuai dengan prinsip dan cita-cita gerakan Muhammadiyah menuju terwujudnya masyarakat Islam yan sebenar-benarnya.

F. EKSISTENSI

1. Ranting adalah sebagai kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan yang terdiri dari sekurang-kurangnya 15 orang yang berfungsi melakukan pembinaan dan pemberdayaan anggota. (AD ps. 9, ART ps 5)

2. Syarat pendirian Ranting sekurang-kurangnya mempunyai (a) pengajian/kursus berkala min. 1 bl sekali, (b) pengajian/kursus umum min. 1 bl sekali; (c) Mushala/ surau/langgar sebagai pusat kegiatan, (d) Jama’ah.

3. Ranting berfungsi strategis sebagai pemimpin anggota dalam struktur Persyarikatan di tingkat basis (akar rumput) untuk menyelenggarakan usaha-usaha dan sebagai pembina Jama’ah

4. Ranting menyatu dengan denyut nadi umat dan masyarakat di akar-rumput

G. KEBIJAKAN UMUM

1. Mengaktifkan kembali Ranting-Ranting yang mati atau setengah-mati/stagnan 2. Mengefektifkan dan mengintensifkan fungsi Ranting sebagai pimpinan yang

membina anggota dan jama’ah

3. Membentuk Ranting-Ranting baru terutama di pedesaan dan pusat-pusat kawasan kota besar

4. Menjadikan Ranting-Ranting tertentu yang memiliki infrastruktur dan prasyarat/ kondisi yang kondusif untuk pilot proyek/program Keluarga Sakinah serta Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ)

5. Menghidupkan dan menyemarakkan pengajian-pengajian pimpinan dan anggota dengan berbagai model alternatif

6. Mengembangkan fungsi pelayanan crisis center untuk advokasi di tingkat Ranting.

7. Menjadikan Ranting sebagai basis kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pembentukan Islamic Civil Society

8. Meningkatkan konsolidasi, termasuk komunikasi dan jaringan intensif, dengan seluruh organisasi otonom dan unit-unit kelembagaan di tingkat Ranting.

9. Khusus dengan Aisyiyah perlu lebih mengembangkan sinergi yang solid dan memberikan peran yang lebih signifikan karena organisasi otonom khusus ini memiliki basis kegiatan yang kuat dan cukup intensif yang berhubungan langsung dengan masyarakat di bawah.

10. Menyiapkan dan mengusahakan kader Muhammadiyah untuk menempati posisi- posisi dan peran-peran penting serta strategis dalam kiprah kemasyarakatan di wilayah/kawasan Ranting setempat seperti menjadi Ketua RT, kelompok-kelompok sosial, organisasi kepemudaan, kelompok tani, dan sebagainya.

11. Membangun / menyediakan / melengkapi perkantoran/gedung Ranting yang bersifat serbaguna dan menjadi pusat gerakan Muhammadiyah, sekaligus pusat pelayanan masyarakat, termasuk pemasangan papan nama.

12. Selain mengelola amal usaha Ranting, perlu meningkatkan sinergi dan kerjasama dengan amal usaha yang berada di lingkungan Ranting Muhammadiyah setempat. 13. Menyelenggarakan pengajian umum dan khusus sesuai dengan model yang dikembangkan dalam Muhammadiyah secara terpadu/tersistem, intensif, dan bersifat alternatif.

14. Melaksanakan Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah minmal yang bersifat terbatas, tidak harus ideal, yang mengikat Muhammadiyah dengan masyarakat setempat.

15. Menyebarluaskan tuntunan-tuntunan hidup beragama melalui media buletin. brosur, dsb, dalam bahasa Indoneia atau daerah yang dikemas dengan baik dan komunikatif.

16. Memanfaatkan radio komunitas (radio Mentari) sebagai media informasi dan silaturahmi/interaksi

17. Membentuk jama’ah-jama’ah bina kesehatan, bina kesejahteraan, bina pemberdayaan pendidikan, bina kerukunan sosial, dsb.

18. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti di bidang pertanian, perikanan, perkebunan, dan kegiatan-kegiatan ekonomi mikro dan kecil yang terjangkau dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan pendekatan GJDJ.

H. MODEL PENGEMBANGAN

1. Gerakan Pengajian

a. Melaksanakan pengajian Ahad pagi bagi umum/umat Islam dan warga Persyarikatan yang direncanakan sebaik mungkin dengan mubaligh Muhammadiyah yang mampu memahami alam pikiran jama’ah.

b. Melaksanakan pengajian-pengajian umum dalam memperingati hari besar Islam sesuai tema peristiwa baik dengan mubaligh setempat maupun mendatangkan dari Cabang dan Daerah atau lainnya dari lingkungan Persyarikatan.

c. Melaksanakan pengajian Milad Muhammadiyah khusus bagi warga/anggota dan simpatisan pada setiap tanggal 18 November sesuai dengan tanggal dan tahun kelahiran Muhammadiyah.

d. Melaksanakan pengajian khusus bagi pimpinan Muhammadiyah yang diselenggarakan secara rutin setiap satu bulan sekali.

e. Melaksanakan pengajian-pengajian khusus bagi kader, pimpinan, dan anggota Persyarikatan seperti pengajian tafsir, hadis, ketarjihan, dan ilmu-ilmu keislaman (dirasah Islamiyah) yang diperlukan untuk peningkatan wawasan keislaman. f. Melaksanakan pengajian khusus membahas tema-tema yang menjadi wacana

publik baik di lingkungan umat, masyarakat, maupun Persyarikatan yang memerlukan pendalaman pemahaman yang waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan aktualitas wacana yang berkembang.

g. Melaksanakan kursus-kursus keagamaan yang intensif untuk para anggota. 2. Pengelolaan Masjid

a. Menjadikan masjid menjadi basis pembinaan umat /jamaah dan bagian penting dari kegiatan Ranting

b. Menguasai sepenuhnya dan mengorganisasikan kembali pengelolaan masjid- masjid Muhammadiyah

c. Reorganisasi Takmir-takmir masjid di lingkungan Persyarikatan

d. Penyiapan dan peningkatan peran/fungsi, kuantitas dan kualitas aktivis dan mubaligh pengelola masjid, imam dan khatib Muhammadiyah.

e. Menata/Menghidupkan kembali dan mengembangkan kegiatan-kegiatan pokok masjid yang bersifat rutin dan berkala secara lebih aktif dan terorganisasi rapih: imam shalat, khutbah jum’at, pengajian, kajian, syi’ar, remaja masjid, TPA, dsb. f. Pengelolaan dana, infrastruktur, dan media untuk memakmurkan masjid

3. Darul Arqam dan Baitul Arqam

a. Melaksanakan Darul Arqam bagi anggota pimpinan Ranting dan amal usaha di

lingkungan Ranting yang bersangkutan sesuai Sistem Perkaderan Muhammadiyah yang disesuaikan dengan kepentingan setempat minimal satu kali dalam satu periode.

b. Melaksanakan Baitul Arqam bagi anggota pimpinan Ranting dan amal usaha di

lingkungan Ranting yang bersangkutan sesuai Sistem Perkaderan Muhammadiyah dua kali dalam satu periode dengan tema khusus sesuai dengan kepentingan setempat.

c. Melaksanakan Darul Arqam/Baitul Arqam terpadu khusus bagi anggota organisasi

otonom Muhammadiyah yang berada dalam lingkup Ranting yang pelaksanaannya dua kali dalam satu periode.

d. Melaksanakan up-grading/refreshing bagi anggota pimpinan Persyarikatan, amal

usaha, dan organisasi otonom yang dilaksanakan sesuai dengan kepentingan khusus.

4. Keluarga Sakinah

a. Melaksanakan pembinaan keluarga sakinah sebagaimana telah menjadi pedoman yang disusun oleh Aisyiyah sebagai basis kelembagaan bagi pembentukan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

b. Menjadikan keluarga sakinah sebagai bagian integral dari program Qoriah Thoyyibah.

5. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah untuk Pemberdayaan Masyarakat

a. Membentuk jamaah-jamaah kecil berbasis jenis pekerjaan, seperti petani, nelayan, pedagang kecil, industri berskala rumah tangga, dan lain-lain.

b. Mendidik inti jamaah menjadi fasilitator untuk mendampingi jamaah-jamaah kecil sesuai dengan keahlian.

c. Melakukan pendampingan kepada jamaah-jamaah kecil dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat.

d. Melakukan pendampingan dan memenuhi hak-hak kelompok difabel yang ada di lingkungan desa atau kawasan.

e. Mengefektifkan Ranting sebagai pusat penanggulangan bencana, baik pada tahap tanggapdarurat maupun pada tahap rehabilitasi.

f. Mengefektifkan Ranting sebagai wahana advokasi kebijakan publik di tingkat pedesaan maupun kawasan yang tidak sensitif dan akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat, khususnya masyarakat miskin.

g. Dalam keadaan dimana Ranting Muhammadiyah belum ada, model GJDJ untuk Pemberdayaan Masyarakat dapat dikembangkan terlebih dahulu sebagai salah satu bentuk rintisan untuk pembentukan Ranting Muhammadiyah.

I. PENGORGANISASIAN

1. Pimpinan Cabang Muhammadiyah mengidentifikasi Ranting yang ada, baik yang aktif maupun yang kurang aktif atau tidak lagi aktif.

2. Pimpinan Cabang Muhammadiyah mengidentifikasi desa di lingkungan kecamatan atau kawasan yang belum ada Ranting Muhammadiyah.

3. Dalam keadaan di mana di suatu kecamatan atau kawasan belum ada Cabang Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah atau Pimpinan Cabang Muhammadiyah terdekat mengidentifikasi desa di lingkungan kecamatan atau kawasan yang belum ada Ranting Muhammadiyah.

4. Bagi desa yang telah ada Ranting Muhammadiyah tetapi kurang aktif atau tidak aktif lagi, Pimpinan Cabang Muhammadiyah mengambil inisiatif untuk melakukan penyegaran aktivitas, dan bila dianggap perlu, melakukan juga penyegaran pengurus.

5. Bagi desa tau kawasan yang belum ada Ranting Muhammadiyah, Pimpinan Cabang Muhammadiyah dapat memulai aktivitas dengan melaksanakan GJDJ untuk Pemberdayaan Masyarakat, sambil menyiapkan pembentukan ranting baru. 6. Dalam keadaan di mana di suatu kecamatan atau kawasan belum ada Cabang

Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah atau Pimpinan Cabang Muhammdiyah terdekat dapat mengambil inisiatif untuk memulai aktivitas dengan melaksanakan GJDJ untuk Pemberdayaan Masyarakat, sambil menyiapkan pembentukan Cabang dan Ranting baru.

Lampiran V

KEPUTUSAN

MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE 46

TENTANG