• Tidak ada hasil yang ditemukan

cronbach alpha lebih besar dari 0.70 dengan rumus cronbach alpha sebagai berikut:

…...(3) Keterangan:

K = Jumlah item

δ²t = Varian responden untuk item ke t

Σδ²t = Jumlah varian skor total

Metode Analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan Metode Partial Least Square

Menurut Gozali (2008), analisis SEM menganggap bahwa teori mempunyai peran penting didalam analisis data. Hubungan kausalitas model struktural dibangun atas dasar teori dan SEM hanya ingin mengkonfirmasi apakah model berdasarkan teori tadi tidak berbeda dengan model empirisnya. Keterbatasan yang ada karena asumsi jumlah sampel yang besar, indikator harus dalam bentuk reflektif, maka sekarang banyak yang menggunakan SEM berbasis yang terkenal dengan Partial Least Square (PLS). PLS merupakan metode analisis yang tidak didasarkan oleh banyak asumsi. PLS dapat juga digunakan untuk mengkonfirmasi teori, dan untuk menjelaskan ada atau tiidaknya hubungan antar variabel laten. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan menggunakan uji t-statistik yang didapat lewat prosedur bootstraping. Pada metode PLS terdapat dua evaluasi model, yaitu model pengukuran atau outer model dan model struktural atau inner model.

1. Model Pengukuran atau Outer Model

Model pengukuran atau outer model dengan indikator refleksif dievaluasi dengan convergent dan discriminant validity dari indikatornya serta composite reliability untuk block indikator. Discriminant Validity adalah membandingkan nilai average variance extrated (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model.

2. Model Struktural atau Inner Model

Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square dan Path Coefficient. Dalam menilai model dengan PLS kita mulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel laten dependen. Path coefficient merupakan nilai koefisien jalur atau besarnya pengaruh konstruk laten.

   

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Sekolah

SMK Negeri 3 Kuningan didirikan pada tanggal 20 November 1984 yang berlokasi di Jalan Raya Cirendang-Cigugur Kabupaten Kuningan. Sekolah ini dibangun untuk menghasilkan lulusan atau tamatan yang memiliki pemahaman dan keahlian serta keterampilan dibidang teknologi dan industri untuk mengisi

 

kebutuhan pasar tenaga kerja. Seiring dengan perkembangan dibidang teknologi industri, SMK Negeri 3 Kuningan membuka tujuh program keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri. Seluruh kompetensi keahlian diatas sudah memperoleh akreditasi dengan peringkat A (amat baik), diantaranya: Teknik Gambar Bangunan (TGB), Teknik Konstruksi Batu dan Beton (TKBB), Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Teknik Sepeda Motor (TSM), Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL), Teknik Audio Video (TAV), dan Multi Media (MM).

Lapangan pekerjaan untuk setiap kompetensi keahlian yang ada di SMK Negeri 3 Kuningan pun terbuka luas karena lulusannya dapat bekerja di Departemen Pekerjaan Umum, Perusahaan Industri/Otomotif, Operator Mesin Produksi, Industri Alat-alat Elektronika, Industri Pengembang Multi Media, dan masih banyak lagi. Fasilitas yang terdapat di SMK Negeri Kuningan pun sudah memadai untuk ketujuh kompetensi keahlian, seperti: ruang teori dan ruang gambar, ruang bengkel dan ruang praktek, serta ruang penunjang kegiatan belajar.

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berasal dari seluruh guru yang ada di SMK Negeri 3 Kuningan, baik guru tetap maupun guru tidak tetap. Responden yang diteliti sebanyak 123 orang. Karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, usia, agama, pendidikan terakhir, lama kerja, jabatan, dan status pegawai.

Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin

Guru yang ada di SMK Negeri 3 Kuningan, mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 79 orang dibandingkan dengan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 44 orang. Hal ini disebabkan karena kompetensi keahlian yang terdapat di SMK Negeri 3 Kuningan, lebih menitikberatkan tentang dunia teknologi dan industri yang biasanya kebanyakan bidang tersebut lebih diminati oleh laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Perempuan 44 35.77

Laki-laki 79 64.23

Total 123 100

Karakteristik berdasarkan Usia

Guru yang mengajar di SMK Negeri 3 Kuningan yang berada pada rentang usia 23-35 tahun sebanyak 35 orang. Guru yang berada pada rentang usia 36-46 tahun sebanyak 43 orang dan guru yang berada pada rentang usia 47-58 tahun sebanyak 45 orang. Hal ini menunjukkan bahwa guru di SMK Negeri 3 Kuningan masih berada pada usia produktif atau usia kerja. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 5.

 

Tabel 5 Karakteristik berdasarkan Usia Usia n %

23 - 35 tahun 35 28.46 36 - 46 tahun 43 34.96 47 - 58 tahun 45 36.59

Total 123 100

Karakteristik berdasarkan Agama

Guru yang ada di SMK Negeri 3 Kuningan adalah mayoritas beragama Islam. Hanya satu orang guru tetap yang beragama Kristen. Tetapi hal ini tidak mempengaruhi keberadaan guru tersebut di SMK Negeri 3 Kuningan. Hak dan kewajiban setiap guru di sekolah tersebut adalah sama, tanpa membedakan agama. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan agama dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakteristik berdasarkan Agama

Agama n %

Islam 122 99.19

Kristen 1 0.81

Total 123 100

Karakteristik berdasarkan Pendidikan Terakhir

Guru yang bekerja di SMK Negeri 3 Kuningan memiliki pendidikan terakhir S1 dan S2 dimana guru yang mempunyai pendidikan terakhir S1 lebih banyak dibandingkan dengan guru yang sudah mempunyai pendidikan S2. SMK Negeri 3 Kuningan merupakan Sekolah Menengah Kejuruan yang sudah memiliki akreditasi A pada setiap kompetensi keahlian masing-masing. Oleh karena itu, dibutuhkan SDM yang berwawasan dan berpengetahuan dalam bidang masing-masing. Terdapat 110 orang guru dari status pegawai guru tetap dan tidak tetap yang memiliki pendidikan terakhir S1, sehingga diharapkan dengan pendidikan S1 dapat mempunyai wawasan dan pengetahuan yang diperlukan sekolah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Karakteristik berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan n %

S1 110 89.43

S2 13 10.57

Total 123 100

Karakteristik berdasarkan Lama Kerja

Guru yang bekerja di SMK Negeri 3 Kuningan mempunyai masa kerja selama 1-13 tahun dengan mayoritas sebanyak 71 orang. Guru yang bekerja dengan masa kerja 13.1-25 tahun sebanyak 40 orang dan yang bekerja selama 25.1-37 tahun sebanyak 12 orang. Guru yang telah bekerja diatas 25 tahun sudah mempunyai pengalaman bekerja cukup lama di SMK Negeri 3 Kuningan. Adanya

 

perbedaan lama kerja tersebut menyebabkan persepsi guru tentang model kepemimpinan kepala sekolah pun menjadi berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan lama kerja dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Karakteristik berdasarkan Lama Kerja

Lama Bekerja n %

1 - 13 tahun 71 57.72 13.1 - 25 tahun 40 32.52 25.1 – 37 tahun 12 9.76

Total 123 100

Karakteristik berdasarkan Jabatan

Posisi jabatan yang terdapat di SMK Negeri 3 Kuningan terdiri dari Guru, Kakom (Kepala Kompetensi), dan Wakasek (Wakil Kepala Sekolah). Jabatan Kakom hanya berjumlah tujuh orang dan untuk jabatan Wakasek berjumlah enam orang. Sedangkan 110 orang hanya memiliki jabatan sebagai guru. Posisi tersebut dapat sewaktu-waktu mengalami rotasi, maka setiap guru tetap bisa saja mendapatkan jabatan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jabatan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Karakteristik berdasarkan Jabatan

Jabatan n %

Guru 110 89.43

Kakom 7 5.69

Wakasek 6 4.88

Total 123 100

Karakteristik berdasarkan Status Pegawai

Guru yang bekerja di SMK Negeri 3 Kuningan dibedakan menjadi dua, yaitu guru tetap dan guru tidak tetap. Guru tetap berjumlah 93 orang sedangkan untuk guru tidak tetap berjumlah 30 orang. Guru tetap adalah guru yang telah memiliki status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sedangkan guru tidak tetap adalah guru yang belum memiliki status sebagai PNS dan digaji per jam pelajaran bahkan digaji secara sukarela. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik reponden berdasarkan status pegawai dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Karakteristik berdasarkan Status Pegawai

Status Pegawai n %

Guru Tetap 93 75.61

Guru Tidak Tetap 30 24.39

Total 123 100

Model Kepemimpinan Kepala Sekolah berdasarkan Persepsi Guru

Pada penelitian ini, model kepemimpinan terdiri lima, diantaranya model kepemimpinan kharismatik, model kepemimpinan transaksional, model

 

kepemimpinan transformasional, model kepemimpinan visioner, dan attribution theory of leadership. Data yang digunakan dalam penelitian ini sudah termasuk dalam skala interval, oleh karena itu pengolahan kuantitatif berupa perhitungan rataan dapat digunakan sebagai penentuan model kepemimpinan Kepala Sekolah. 1. Model Kepemimpinan Kharismatik

Berdasarkan hasil penelitian, persepsi guru tentang model kepemimpinan kepala sekolah SMK Negeri 3 Kuningan yaitu sangat setuju bahwa kepala sekolah harus peka terhadap lingkungan dan sumberdaya yang ada di sekolah. Hal ini berdasarkan pada model kepemimpinan kharismatik, seorang kepala sekolah mampu merasakan adanya hambatan dari lingkungan dan kebutuhan sumberdaya untuk mengupayakan terjadinya perubahan sekolah ke arah yang lebih baik. Hasil dari rataan tertinggi adalah 3.42. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Persepsi Guru tentang Model Kepemimpinan Kharismatik

No Indikator STS TS S SS Rataan Kriteria

1

Mempunyai visi dalam mencapai tujuan sekolah menuju arah yang lebih baik

0 6 70 47 3.38 Sangat setuju 2 Rela berkorban untuk mencapai visi

sekolah 0 4 80 39 3.33

Sangat setuju

3 Peka terhadap lingkungan dan

sumber daya yang ada di sekolah 0 2 74 47 3.42

Sangat setuju

4

Dapat merasakan perilaku yang menyimpang dari norma yang ada di sekolah

1 3 88 31 3.26 Sangat setuju

Model Kepemimpinan Kharismatik 3.35

2. Model Kepemimpinan Transaksional

Berdasarkan hasil penelitian, persepsi guru tentang model kepemimpinan kepala sekolah SMK Negeri 3 Kuningan yaitu sangat setuju bahwa kepala sekolah melakukan tindakan korektif terhadap penyimpangan aturan sekolah. Hal ini berdasarkan pada model kepemimpinan transaksional yaitu kepala sekolah belajar dari pengalaman dan mempertahankan keyakinan atas nilai-nilai yang ditanamkan di sekolah serta kepala sekolah berusaha dalam memutuskan perdebatan apabila terdapat penyimpangan aturan di sekolah sehingga membuat para warga sekolah bertanggung jawab atas kinerja mereka. Hasil dari rataan tertinggi adalah 3.33. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Persepsi Guru tentang Model Kepemimpinan Transaksional

No Indikator STS TS S SS Rataan Kriteria

1 Menjanjikan reward kepada guru

yang kinerjanya baik 1 18 62 42 3,23 Setuju 2 Mengamati adanya penyimpangan

aturan di sekolah 0 5 88 30 3.25 Setuju

3

Melakukan tindakan korektif terhadap penyimpangan aturan sekolah

0 5 79 39 3.33 Sangat

setuju

 

3. Model Kepemimpinan Transformasional

Berdasarkan hasil penelitian, persepsi guru tentang model kepemimpinan kepala sekolah SMK Negeri 3 Kuningan yaitu sangat setuju bahwa kepala sekolah harus mampu berfikir secara cerdas. Hal ini berdasarkan pada model kepemimpinan transformasional yaitu seorang kepala sekolah mampu menumbuhkan kreativitas dan inovasi di kalangan para guru dengan mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk menjadikan sekolah lebih baik lagi. Hasil dari rataan tertinggi adalah 3.33. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Persepsi Guru tentang Model Kepemimpinan Transformasional

No Indikator STS TS S SS Rataan Kriteria

1 Seluruh guru memiliki rasa bangga

terhadap Kepala Sekolah 0 8 93 22 3.16 Setuju 2

Mengekspresikan maksudnya dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti guru

1 11 82 29 3.18 Setuju

3 Mampu berfikir secara cerdas 0 3 83 37 3.33 Sangat

setuju

4 Dapat mengatasi masalah yang ada

di sekolah dengan hati-hati 0 7 79 37 3.29 Sangat

setuju 5

Memberikan perhatian secara personal kepada masing-masing guru

1 38 70 14 2.84 Setuju

6

Memberikan nasihat secara personal kepada masing-masing guru

0 20 90 13 2.99 Setuju

Model Kepemimpinan Transformasional 3.13

4. Model Kepemimpinan Visioner

Berdasarkan hasil penelitian, persepsi guru tentang model kepemimpinan kepala sekolah SMK Negeri 3 Kuningan yaitu sangat setuju bahwa kepala sekolah mampu menjelaskan visi sekolah kepada guru baik secara lisan maupun tertulis. Hal ini berdasarkan pada model kepemimpinan visioner yaitu kepala sekolah bertanggung jawab untuk mengetahui visi sekolahnya. Jika visi tersebut belum ada, mereka akan berusaha merumuskan visi tersebut dengan melibatkan seluruh pihak yang berkepentingan. Visi itu kemudian diasosiasikan sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan sekolah. Hasil dari rataan tertinggi adalah 3.36. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Persepsi Guru tentang Model Kepemimpinan Visioner

No Indikator STS TS S SS Rataan Kriteria

1

Mampu menjelaskan visi sekolah kepada guru baik secara lisan maupun tertulis

0 3 79 41 3.36 Sangat

setuju

2

Mampu menyatakan visi tidak hanya secara verbal tetapi melalui perilakunya

0 6 76 41 3.33 Sangat setuju 3 Mampu mencapai visi dalam

berbagai situasi 0 5 84 34 3.29

Sangat setuju

 

5. Attribution Theory of Leadership

Berdasarkan hasil penelitian, persepsi guru tentang model kepemimpinan kepala sekolah SMK Negeri 3 Kuningan yaitu sangat setuju bahwa kepala sekolah mampu mengarahkan kepada seluruh guru untuk mentaati peraturan yang telah disepakati bersama. Hal ini berdasarkan pada attribution theory of leadership yaitu guru menganggap kepala sekolah mempunyai keahlian dan kecerdasan. Hasil dari pengolahan rataan skor tertinggi adalah 3.27. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Persepsi Guru tentang Attribution Theory of Leadership

No Indikator STS TS S SS Rataan Kriteria

1

Mampu membedakan perilaku para guru saat menghadapi situasi yang sama

1 5 90 27 3.21 Setuju

2 Konsisten dalam menjalankan

fungsinya sebagai pemimpin 1 7 84 31 3.23 Setuju

3

Mampu mengarahkan kepada seluruh guru untuk mentaati peraturan yang telah disepakati bersama

1 4 85 33 3.27 Sangat

setuju

Attribution Theory of Leadership 3.24

Setelah kelima model kepemimpinan tersebut dijelaskan dengan masing-masing indikator pernyataannya, dapat disimpulkan bahwa persepsi guru di SMK Negeri 3 Kuningan mengenai model kepemimpinan kepala sekolah adalah sangat setuju dengan model kepemimpinan kharismatik yang mempunyai rataan tertinggi 3.35. Kepala sekolah yang baik tidak hanya dilihat dari aspek administrasi pendidikan saja tetapi kepala sekolah tersebut mampu menghadapi berbagai macam sikap dan perilaku para guru. Oleh karena itu, dengan model kepemimpinan kharismatik kepala sekolah harus mampu mempengaruhi para guru dengan kemampuan dan bakat yang ada dalam diri kepala sekolah. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Persepsi Guru tentang Model Kepemimpinan Kepala Sekolah

Model Kepemimpinan Rataan Interpretasi

Model Kepemimpinan Kharismatik 3.35 Sangat Setuju Model Kepemimpinan Transaksional 3.27 Sangat Setuju Model Kepemimpinan Transformasional 3.13 Setuju Model Kepemimpinan Visioner 3.33 Sangat setuju

Attribution Theory of Leadership 3.24 Setuju

Rataan 3.26 Motivasi Kerja berdasarkan Persepsi guru

Pada penelitian ini, motivasi kerja terdiri dari lima indikator yaitu prestasi kerja, pengakuan dan penghargaan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, dan kemungkinan untuk maju. Data yang digunakan dalam penelitian ini sudah termasuk dalam skala interval, oleh karena itu pengolahan kuantitatif berupa perhitungan rataan dapat digunakan sebagai penentuan motivasi kerja guru.

 

1. Prestasi Kerja

Berdasarkan hasil penelitian, persepsi guru tentang motivasi kerja yaitu sangat setuju bahwa tugas yang diberikan kepada guru dapat dikerjakan dengan penuh tanggung jawab. Hal ini berdasarkan pada guru yang berperan dalam menentukan kualitas lulusan sekolahnya, sehingga untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dibutuhkan juga guru yang dapat mencapai prestasi kerja dalam mengerjakan tugasnya Hasil dari rataan tertinggi yaitu 3.42. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Persepsi tentang Prestasi Kerja

No Indikator STS TS S SS Rataan

Skor Kriteria 1

Tugas yang diberikan kepada guru dapat dikerjakan dengan penuh tanggung jawab

0 1 95 26 3.42 Sangat setuju 2 Pekerjaan dapat diselesaikan dengan

tepat waktu 0 3 87 33 3.29

Sangat setuju 3 Mampu menyelesaikan pekerjaan

yang penuh dengan tantangan 0 2 95 26 3.25 Setuju

Prestasi Kerja 3.32

2. Pengakuan dan Penghargaan

Berdasarkan hasil penelitian, persepsi guru tentang motivasi kerja yaitu sangat setuju bahwa guru selalu berusaha meningkatkan semangat kerjanya. Hal ini berdasarkan pada guru yang mendapatkan apresiasi dari sekolah berupa pengakuan dan penghargaan atas prestasi yang telah dicapai. Pengakuan dan penghargaan yang sudah diperoleh oleh seorang guru menjadikan semangat kerja untuk guru lain agar lebih meningkatkan kinerjanya. Hasil dari rataan tertinggi yaitu 3.69. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Persepsi tentang Pengakuan dan Penghargaan

No Indikator STS TS S SS Rataan

Skor Kriteria 1

Berusaha mendapatkan penghargaan dari kepala sekolah atas prestasi kerja sebagai guru

3 14 95 11 2.98 Setuju

2

Berusaha mendapatkan pengakuan atas kemampuan dibidang keahlian yang saya miliki

1 3 98 21 3.18 Setuju 3 Berusaha meningkatkan semangat

kerja 0 1 72 49 3.69 Sangat

setuju 4 Merasa bangga bisa bekerja di

sekolah ini 0 1 83 39 3.36

Sangat setuju

Pengakuan dan Penghargaan 3.30

3. Pekerjaan itu Sendiri

Berdasarkan hasil penelitian, persepsi guru tentang motivasi kerja yaitu sangat setuju bahwa guru harus mengikuti program pelatihan baik yang ada di sekolah maupun luar sekolah. Hal ini berdasarkan pada upaya untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru sehingga diharapkan guru dapat bekerja secara lebih produktif dan meningkatkan kualitas dalam mengerjakan setiap

 

tugasnya. Hasil dari rataan tertinggi yaitu 3.33. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Persepsi tentang Pekerjaan itu Sendiri

No Indikator STS TS S SS Rataan

Skor Kriteria 1 Tanggap terhadap tugas yang

menantang 0 2 102 19 3.19 Setuju

2

Menyukai pekerjaan sebagai guru karena sesuai dengan

kemampuannya

0 0 90 33 3.32 Sangat setuju 3

Mengikuti program pelatihan baik yang ada di sekolah maupun luar sekolah

0 3 83 37 3.33 Sangat setuju 4 Bersedia melanjutkan pendidikan

kembali diluar jam kerja sekolah 0 2 91 30 3.28

Sangat setuju

Pekerjaan itu Sendiri 3.28

4. Tanggung Jawab

Berdasarkan hasil penelitian, persepsi guru tentang motivasi kerja yaitu sangat setuju bahwa guru harus berusaha menjalankan tugas yang diberikan kepala sekolah dengan baik. Hal ini berdasarkan pada guru mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pengarahan yang diterima. Tanggung jawab seorang guru diantaranya, guru menuntut murid-murid belajar, turut serta dalam membina kurikulum sekolah, dan melakukan pembinaan terhadap para siswanya. Hasil dari rataan tertinggi yaitu 3.36. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Persepsi tentang Tanggung Jawab

No Indikator STS TS S SS Rataan

Skor Kriteria 1 Mampu menjaga kepercayaan atas

pekerjaan yang diberikan 0 0 93 30 3.29 Sangat

setuju 2 Bertanggungjawab terhadap potensi

yang dimiliki 0 0 89 34 3.33

Sangat setuju 3

Berusaha menjalankan tugas yang diberikan kepala sekolah dengan baik

0 0 85 38 3.36 Sangat setuju 4 Siap untuk menjalankan pekerjaan

tambahan 0 3 94 26 324 Setuju

Tanggung Jawab 3.30

5. Kemungkinan untuk Maju

Berdasarkan hasil pengolahan data, persepsi guru tentang motivasi kerja yaitu sangat setuju bahwa guru harus berusaha mencari peluang agar lebih meningkatkan pengalaman dalam bekerja. Hal ini berdasarkan pada kemampuan meningkatkan profesionalisme dalam mengajar, misalnya mengikuti penataran, mengikuti kursus-kursus pendidikan, mengadakan studi banding ke sekolah lain. Hasil dari rataan tertinggi yaitu 3.31. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 21.

 

Tabel 21 Persepsi tentang Kemungkinan untuk Maju

No Indikator STS TS S SS Rataan

Skor Kriteria 1 Berusaha untuk mencapai kemajuan

dalam pekerjaannya 0 0 92 31 3.30

Sangat setuju 2 Berusaha untuk mendapatkan posisi

yang lebih baik lagi 0 3 97 23 3.21 Setuju 3

Berusaha mencari peluang agar lebih meningkatkan pengalaman dalam bekerja

0 0 91 32 3.31 Setuju

Kemungkinan untuk Maju 3.27 .

Setelah lima indikator motivasi kerja dijelaskan dengan masing-masing pernyataannya, dapat disimpulkan bahwa persepsi guru terhadap motivasi kerja yang paling mempengaruhi di SMK Negeri 3 Kuningan adalah prestasi kerja dengan hasil rataan tertinggi adalah 3.32. Seorang guru yang telah mendapatkan prestasi kerja tinggi merupakan gambaran dari kualitas guru di sekolah. Melalui prestasi kerja berarti guru tersebut sudah berfungsi dengan baik sebagai pendidik sesuai dengan tujuan dan sasaran sekolah. Prestasi kerja yang telah dihasilkan oleh guru juga tidak terlepas dari model kepemimpinan kepala sekolah yang tepat karena kepala sekolah telah berhasil dalam memotivasi dan menggerakkan para guru untuk bekerja dalam mencapai tujuan sekolah. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Persepsi Guru tentang Motivasi Kerja

Motivasi Kerja Rataan Interpretasi

Prestasi Kerja 3.32 Sangat Setuju Pengakuan dan Penghargaan 3.30 Sangat Setuju Pekerjaan itu Sendiri 3.28 Sangat Setuju Tanggung Jawab 3.30 Sangat Setuju Kemungkinan untuk Maju 3.27 Sangat Setuju

Rataan 3.29

Pengaruh Model Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Motivasi Guru SMK Negeri 3 Kuningan Melalui PLS

Hasil pengolahan dan penyederhanaan model yang dilakukan pada penelitian sebanyak tiga kali, maka didapat dua buah model terbaik yaitu model output PLS dan model bootstrapping yang merupakan kriteria yang memenuhi syarat model PLS. Tahapan evaluasi model PLS meliputi:

1. Evaluasi Measurement (Outer Model) adalah model pengukuran yang menghubungkan indikator dengan dengan variabel latennya, yang terdiri dari: a. Convergent validity: Indikator dianggap sudah siginifikan jika memiliki

nilai korelasi diatas 0.70. Namun pada riset pengembangan skala, loading 0.50 sampai 0.60 masih dapat diterima. Hasil output korelasi antara indikator dengan konstruknya dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan outer loading, semua indikator memiliki nilai korelasi diatas 0.50 dan dianggap signifikan.

 

b. Discriminant Validity: Nilai ini merupakan nilai cross loading yang berguna untuk mengetahui apakah konstruk memiliki diskriminan yang memadai yaitu dengan cara membandingkan nilai loading pada konstruk yang dituju harus lebih besar dibandingkan dengan nilai loading konstruk lain. Hasil dari nilai cross loading dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan cross loading dapat dilihat bahwa korelasi (konstruk MKKepsek) dengan masing-masing indikatornya memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan indikator lainnya. Untuk korelasi (konstruk MKGuru) juga memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan indikator lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi indikator pada blok mereka sendiri lebih baik dibandingkan dengan indikator di blok lainnya. Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah:

Akar dari Average Variance Extracted (AVE): Nilai AVE yang diharapkan diatas 0.50. Hasil dari nilai AVE dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa akar AVE konstruk (model kepemimpinan kepala sekolah) sebesar 0.6226 lebih tinggi dari korelasi antara konstruk model kepemimpinan Kepala Sekolah dengan motivasi kerja Guru. Sementara nilai akar AVE konstruk (motivasi kerja guru) sebesar 0.6428. Jadi yang memenuhi discriminant validity adalah seluruh konstruk, yaitu konstruk MKKepsek dengan MKGuru.

c. Composite Reliability dan Cronbach Alpha: Uji reliabilitas konstruk diukur dengan dua kriteria yaitu composite reliability dan cronbach alpha. Konstruk dinyatakan reliable jika nilai composite reliability maupun cronbach alpha diatas 0.70. Hasil dari composite reliability dan cronbach alpha dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil output composite reliability dan cronbach alpha dari kedua konstruk MKkepsek dengan MKguru memiliki nilai diatas 0.70 sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk konstruk MKKepsek dengan MKGuru memiliki reliabilitas yang baik.

2. Pengujian Model Struktural (Inner Model) adalah untuk menguji hubungan

Dokumen terkait