• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEKERJAAN RENOVASI KOLOM

Dalam dokumen SPESIFIKASI TEKNIS (Halaman 22-34)

4.1. Uraian Pekerjaan

Pekerjaan Tanah terdiri dari:

a. Galian tanah untuk pekerjaan jacketing kolom ke sloof 1) Timbunan lahan

2) Timbunan kembali galian tanah pondasi. 3) Timbunan tanah dan pasir bawah lantai. 4) Perataan tanah sekeliling bangunan. b. Pembongkaran Dinding

c. Perbaikan Beton Bertulang

1) Pembukaan selimut beton slopf 2) Pembukaan selimut beton kolom 3) Jacketing Kolom

4.2. Pekerjaan Galian Tanah

4.2.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk jacketing tulangan kolom ke sloof eksisting Penggalian harus dikerjakan sesuai dengan ukuran yang tercantum dalam gambar baik kedalaman, kemiringan maupun panjang dan lebarnya. Lubang galian harus diusahakan selalu dalam keadaan kering (bebas air), untuk itu harus disediakan pompa-pompa air yang siap p akai dengan daya dan jumlah yang bisa menjamin kelancaran p ekerjaan.

4.2.2. Pelaksanaan Penggalian

a. Pelaksana dapat memulai penggalian setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan.

b. Sebelum penggalian dimulai, Pelaksana wajib mengajukan usulan penggalian yang akan ditempuh minimal menyebutkan :

1) Urutan-urutan pekerjaan penggalian. 2) Metode atau schema penggalian. 3) Peralatan yang digunakan.

IV-2 |

4) Jadwal waktu pelaksanaan. 5) Pembuangan galian.

6) Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan galian.

c. Pelaksana wajib memperhatikan keselamatan para pekerja, k elalaian dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana.

d. Besarnya galian di sekitar kolom disesuaikan kebutuhan untuk pelaksanaan  jacketing kolom ke sloof eksisting.

e. Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Kontraktor harus menempatkan pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan galian dan urugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai kontrak.

4.2.3. Penimbunan Kembali

a. Semua penimbunan kembali di bawah atau sekitar kolom jacketing menggunakan tanah urug.

b. Tanah urug untuk pemadatan tanah yang digunakan untuk perataan lahan dan tebing-tebing harus bersih dari sisa-sisa tanaman, sampah dan lain-lain. c. Bila tanah galian ternyata tidak baik atau kurang dari jumlah yang dibutuhkan maka Pelaksana harus mendatangkan tanah urug yang baik dan cukup jumlahnya serta mendapatkan persetujuan dari Konsultan P engawas. d. Pengurugan tanah harus dibentuk sesuai dengan peil ketinggian kemiringan dan ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.

e. Tanah urug harus ditempatkan dalam lapisan-lapisan setebal maksimum 15 cm dan harus dipadatkan sebaik-baiknya dengan penambahan air secukupnya dan penggilingan.

f. Permukaan dari kemiringan-kemiringan tanah diselesaikan secara rata atau bertangga sebagaimana diminta oleh Konsultan Pengawas.

g. Pengurugan kembali tidak boleh dilaksanakan sebelum perbaikan selimut beton sloof, instalasi/pipa-pipa dan lain-lain yang bakal tertutup tanah diperiksa oleh Pengawas Lapangan.

4.2.4. Persyaratan bahan

Untuk timbunan bekas galian pondasi, digunakan tanah bekas galian pondasi. Untuk timbunan bawah lantai digunakan tanah urug dan pasir urug kualitas baik. Tanah timbunan dan pasir urug harus bersih dari kotoran-kotoran dan akar-akar kayu, serta sampah lainnya

IV-3 |

4.2.5. Benda-Benda Yang Ditemukan

a. Semua benda-benda yang ditemukan selama pekerjaan tanah berlangsung, terutama pada saat pembongkaran dan penggalian tanah, menjadi milik proyek.

4.3. Pekerjaan Pembongkaran Dinding

a. Semua dinding bata disekitar kolom utama harus dibongkar untuk pelaksanaan jacketing kolom utama.

b. Pembongkaran dinding bata diusahakan tidak merusak komponen dinding arsitektur dan struktur lainnya.

c. Hasil pembongkaran harus dipindahkan dari lokasi pekerjaan.

4.4. Pekerjaan Perbaikan (Jacketing) Kolom

a. Jacketing kolom yang dilakukan pada bangunan ini adalah dengan concrete  ja cketi ng   dengan cara memperbesar penampang melintang beton

bertulang pada kolom bangunan yang telah ada dengan lapisan baru beton tambahan yang juga diperkuat dengan tulangan.

b. Kedua sisi kolom ditopang dengan menggunakan support (kayu atau besi), untuk menahan beban yang bekerja pada kolom.

c. Seluruh beton kolom yang rusak/keropos dikupas dan perbaiki detail penulangannya.

d. Tulangan yang sudah rusak akibat karat diganti dengan tulangan lain yang sama dengan cara menyambung atau las.

IV-4 |

e. Penambahan beton dilakukan pada masing-masing sisi kolom sebesar 10 cm, tulangan lentur masing-masing kolom ditambah 10 batang dengan diameter tulangan 19 mm. Untuk sengkang ditambah dengan besi diameter 10 mm spasi berjarak 10 cm.

f. Pasang bekisting kolom dan pada bagian atas bekisting dilobangi untuk melakukan pengecoran.

g. Lakukan pengecoran pada kolom dengan menggunakan beton Self-Compacting Concrete dengan mutu K-300.

h. Bekisting kolom dibuka setelah beton cukup umur.

4.5. Prosedur Pekerjaan Beton Jacketing Kolom

4.5.1. Gambar Detail Pelaksanaan

Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus diserahkan Pelaksana kepada Konsultan pengawas untulk disetujui, dan ha rus meliputi:

IV-5 |

a. Diagram penulangan yang menunjukkan pembengkokan kait, lewatan, sambungan dan lainnya sesuai ketentuan Sp esifilkasi Teknis

b. Bentuk cetakan harus menunjukkan batang struktur, spasi, ukuran, sambungan, sisipan dan pekerjaan lainnya yang terkait.

c. Metoda pengecoran termasuk desain campuran, tenaga kerja, peralatan dan alat-alat kerja.

4.5.2. Pemeriksaan, Pengambilan Contoh dan Pengujian

a. Pemeriksaan Lapangan.

1) Sebelum memulai pekerjaan beton, pengujian pendahuluan tersebut di bawah akan dilakukan oleh Konsultan pengawas dengan biaya Pelaksana.

2) Pengujian tambahan harus dilakukan bila diperlukan.

3) Pelaksana harus mengacu kepada hasil campuran percobaan dan estimasi yang akan digunakan dalam pekerjaan ini.

4) Pelaksana harus membantu Konsultan pengawas dalam pelaksanaan pengambilan contoh dan pengujian. Pengujian pendahuluan akan meliputi penentuan hal-hal berikut:

Keawetan.

Karakteristik batu pecah.

Tipe dan kualitas semen.

Permilihan dan dosis bahan tambahan.

Perbandingan kelas batu pecah dalam campuran.

Kekuatan semen.

Faktor air semen.

Karakteristik berbagai campuran beton segar.

Kuat tekan.

Kerapatan air.

Ketahanan terhadap cuaca.

Ketahanan terhadap reaksi bahan kimia.

Pengujian-pengujian ini harus dilakukan sampai d iperoleh campuran yang sesuai dengan ketentuan Spesifikasi ini.

IV-6 |

1) Semua pengambilan contoh dan pengujian harus dilakukan oleh Pelaksana tanpa tambahan biaya. Pekerjaan ini akan berlangsung terus selama pelaksanaan pekerjaan beton.

2) Pengambilan contoh dan pengujian harus ditentukan oleh Konsultan pengawas, seperti tersebut di bawah :

Semen, semen harus memiliki sertifikat dari pabrik pernbuat, yang menunjukkan berat per zak, bahan alkali yang sesuai.

Agregat, agregat harus sesuai dan diuji menurut standar ASTM C 33. Pengujian dimulai 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan beton.

Beton, minimal 30 (tiga puluh) hari sebelurn pekerjaan beton dimulai, Pelaksana harus membuat percobaan campuran untuk pengujian, material yang akan digunakan, dan metode yang akan digunakan untuk pekerjaan ini.

6 (enam) buah uji beton silinder harus dibuat dari setiap 6 (enam) adukan dari setiap campuran yang diajukan untuk setiap mutu beton dan jumlah maksimal batu pecah.

Bahan Tambahan, semua bahan tambahan untuk beton harus diuji sesuai standar ASTM minimal 30 (tiga puluh) ha ri sebelum pekerjaan beton dimulai. Bahan tambahan tidak diijinkan digunakan tanpa persetujuan Konsultan pengawas.

4.5.3. Campuran Beton

Desain campuran beton harus ditentukan oteh hal-hal berikut:

a. Mengambil contoh dengan peralatan laboratorium yang dibutuhkan. b. Mengukur berat pasir, kerikil, semen, kerucut air dan contoh b atu pecah. c. Perhitungan.

4.5.4. Pengiriman dan Penyimpanan

a. Semen.

1) Sernua bahan semen dalam zak yang didatangkan ke lokasi harus segera disimpan di tempat terlindung yang disediakan oleh Pelaksana. Lantai tempat penyimpan harus berada di atas tanah, sehingga bila hujan lantai tidak menjadi basah/harus mencegah kelembaban.

2) Semen tidak boleh disimpan di luar, kecuali bila akan segera digunakan. 3) Penyimpanan harus ditumpuk tidak lebih dari tinggi 150cm dan harus

dipisah-pisah berdasarkan umur produksi. Penyimpanan semen dalam zak harus dibatasi sampai 90 (sembilan puluh) hari, dan 6 (enam) bulan dalam kemasan besar. Bila waktu penyimpanan melebihi dari yang

IV-7 |

disyaratkan, semen harus diuji berdasarkan standar ASTM C 150 dan/atau peraturan lokal yang beriaku dan/atau disetujui Konsultan pengawas.

4) Pelaksana harus mencatat dan memberikannya kepada Konsultan pengawas, sebuah catatan, tanggal, jumlah dan lokasi penyimpanan setiap semen yang didatangkan dan digunakan. Pelaksana setiap waktu harus menyediakan fasilitas untuk pemenksaan semen, bila diperlukan. b. Batu Pecah.

1) Batu pecah harus disimpan di lokasi yang bersih, bebas dari aliran air permukaan, yang dilengkapi dengan drainase yang bak, dan bebas dad benda asing lainnya.

2) Tinggi penumpukan tidak lebih dari 120cm agar batu pecah tidak berhamburan.

c. Bahan Tambahan.

1) Tanggal produksi bahan tambahan harus tercanturn pada kemasan dan disimpan di suatu tempat yang terlindung.

2) Penggunaan bahan tambahan harus ditentukan dan disetujui Konsultan pengawas.

3) Semua biaya penggunaan bahan tambahan harus sudah termasuk dalam harga penawaran kontrak.

4.6. Material

4.6.1. Semen

a) Semen harus dari tipe 1 dan memenuhi persyaratan SIl-0013-81/SNI. 15-2049-1994 atau ASTM C 150-96.

b) Sebelum pengadaan semen, sertifikat semen harus diserahkan kepada Konsultan pengawas untuk disetujui, termasuk metoda dan cara pengangkutan harus disertakan.

c) Semen harus diadakan dalam kemasan besar atau zak, tergantung persetujuan dari Konsultan pengawas.

4.6.2.  Air

a) Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya harus bersih dan bebas dari unsur-unsur yang merusak seperti alkali, asam, gararn dan bahan anorganik fainnya.

IV-8 |

b) Air dari kualitas yang dikenal dan untuk konsumsi manusia tidak pedu diuji. Bagaimanapun, bila hal ini terjadi, sernua air kecuali yang telah disebutkan di atas, harus diuji dan disetujui Konsultan pengawas.

4.6.3. Besi Beton

Besi beton yang digunakan adalah besi Polo s dengan diameter tulangan 19 mm. Untuk sengkang menggunakan besi dengan diameter 10 mm spasi berjarak 10 cm. Daya lekat besi tulangan dan sengkang harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat lepas dan bahan lainnya. Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan diudara terbuka dalam jangka waktu panjang. Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan batang dingin. Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan harus diminta persetujuan Direksi terlebih dahulu. Jika pemborong tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan d alam gambar, maka dapat dilakukan penukaran dengan diameter terdekat dengan catatan:

Harus ada persetujuan Direksi.

Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini dimaksud adalah jumlah luas). Biaya tambahan yang diakibatkan penukaran diameter besi menjadi tanggung jawab pemborong.

4.6.4.  Agregat Halus

a) Agregat halus untuk beton harus terdiri dari pasir keras dan harus disetujui Konsultan pengawas. Agregat halus harus memenuhi ketentuan berikut:

JENIS BAHAN METODA UJI

AASHTO

BERAT % MAKSIMAL

Gumpalan tanah liat T 112 0,5%

Batubara dan bahan terbakar T113 0,5&

Bahan lolos saringan no. 200 T11 3%

b) Agregat halus tidak bol eh mengandung material anorganik, asam, alkali dan bahan lain yang merusak. Agregat halus harus merata digradasi dan harus memenuhi ketentuan gradasi berikut :

SARINGAN % BERAT YANG LOLOS (AASHTO T 27) 3/8” (9,5mm) 100 No. 4 (4,75mm) 95-100 No. 16 (1,18mm) 45-80 No. 50 (0,30Omm) 10-30 No. 100 (0,15Omm) 2-10

IV-9 |

4.6.5.  Agregat Kasar

a) Agregat kasar untuk konstruksi harus terdiri dari batu butiran, batu pecah, terak dapur tinggi atau bahan lainnya yang disetujui yang memiliki karakteristik serupa yang keras, tahan lama dan bebas dari material yang tidak diinginkan. Agregat kasar harus bebas dari material yang merusak dan harus memenuhi ketentuan berikut:

BAHAN METODA UJI

AASHTO

BERAT % MAKSIMAL

Gumpalan tanah liat T 112 0,25%

Bahan lolos saringan no. 200 T11 1%

Bahan tipis panjang lebih dari 5

ketebalan maksimal - 10%

b) Material lain yang merusak harus tidak febih dari batas persentase yang ditentukan dalarn Spesifikasi Teknis ini dan/atau disetujui Konsultan pengawas.

c) Gradasi batuan kasar harus memenuhi ketentuan berikut:

UKURAN MAKSIMAL BATU PECAH

(CM)

PERSENTASE BERAT LOLOS SARINGAN % UKURAN SARINGAN

5,08 2,54 1,905 1,27 0,952 No. 4 No. 8 No. 16

3,81 95-100 - - - 10-30 0-5 -

-1,905 - 100 90-100 - 20-55 0-10 0-5 -0,952 - - - 100 85-100 10-30 0-10 0-5

d) Agregat kasar dari ukuran yang berbeda harus digabung dengan ukuran lain dengan perbandingan berat atau volume untulk menghasilkan batuan yang memenuhi persyaratan gradasi yang ditentukan.

4.6.6. Bahan Perawatan

Bahan untuk perawatan harus memenuhi ketentuan berikut:

NO. DESKRIPSI METODA UJI

1. Tikar katun untuk perawatan beton AASHTO M 73

2. Lembaran kain dari serat/goni AASHTO M 182

3. Kertas kedap air untuk perawatan beton AASHTO M 139 (ASTNI C 171) 4. Lapisan cairan untuk perawatan beton AASHTO M 148 5. Lembaran polyethylene putih untuk perawatan beton AASHTO M 171

IV-10 |

4.6.7. Bahan Tambahan

a) Bahan tambahan untuk menahan gelembung udara untuk sernua beton ekspos harus memenuhi ketentuan ASTM C 260.

b) Bahan tambahan untuk mengurangi air dan memperlambat pengerasan beton, bila dibutuhkan, harus memenuhi ketentuan ASTM C 494 tipe B dan D.

c) Bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan beton, bila diperlukan, harus memenuhi ketentuan ASTM C 494 tipe C.

4.7. Cetakan dan acuan

Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk, ukuran batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjuk oleh gambar rencana dan uraian pekerjaan. Pembuatan cetakan dan acuan h arus mememenuhi ketentuan-ketentuan didalam pasal 5.1 PBI-1971.

4.8. Mutu Beton Jacketing

Mutu beton yang digunakan adalah K -300

4.9.  Adukan Beton

Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi, yaitu:

a. Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.

b. Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yag sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton harus memenuhi tabel 4.4.1 PBI 1971.

4.10. Pengecoran

Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis Direksi. Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan diatas penulangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang sulit dicapai harus digunakan papan-papan berkaki yag tidak membebani tulangan. Kaki -kaki tersebut harus sudah dapat dicabut pada saat beton dicor.

Apabila pengecoran harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus disetujui oleh Direksi. Untuk melanjutkan pekerjaan yang diputus tersebut, bagian permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar

IV-11 |

kemudian diberi additive yang memperlambat proses pengerasan. Kecuali pada pengecoraan kolom, adukan tidak boleh dicurahkan dari ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m.

4.11. Hal-hal Lain (Miscellaneous Items)

Isi lubang-lubang dan bukaan-bukaan yang tertinggal di beton bekas jalan kerja sewaktu pembetonan. Jika dianggap perlu dibuat bantalan beton untuk pondasi alat-alat mekanik dan elektronik yang ukuran, rencana dan tempatnya berdasarkan Gambar Kerja mekanikal dan elektrikal. Digunakan mutu beton seperti yang ditentukan dan dengan penghalusan permukaannya.

4.12. Tanggung Jawab Pelaksana

Pelaksana bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas dan sesuai dengan gambar Kerja yang diberikan. Kehadiran Direksi/Konsultan Pengawas selaku wakil pemberi tugas atau Kosultan Perencana yang sejauh mungkin melihat/mengawasi/menegur atau memberi nasehat tidaklah mengurangi tanggung jawab.

4.13. Perbaikan Permukaan Beton

Pada proyek ini permukaan beton yang dihasilkan bukan merupakan hasil akhir yang tidak tidak mengalami finishing arsitektur sehingga akan ada pekerjaan plesteran baik untuk balok, kolom dan pelat lantai. Tapi apabila terjadi ketidak-sempurnaan dalam pengecoran sehingga terjadi keropos dan lain-lain maka harus dilakukan hal-hal seperti langkah berikut ini.

Penambahan pada daerah yang tidak sempurna, keropos dengan campuran adukan semen (cement mortar) setelah pembukaan Acuan/Bekisting, hanya boleh dilakukan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dan sepengetahuan Direksi/Konsultan Pengawas.

Jika ketidak-sempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan permukaan yang diharapkan dan diterima Direksi/Konsultan Pengawas, maka harus dibongkar dan diganti dengan pembetonan kembali atas biaya Pemborong.

IV-12 |

Ketidak-sempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur, pecah/retak, ada gelembung udara, keropos berlubang, tonjolan dan yang lainnya yag tidak sesuai dengan bentuk yang dih arapkan/diinginkan.

V-1 |

BAB V

Dalam dokumen SPESIFIKASI TEKNIS (Halaman 22-34)

Dokumen terkait