BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelabuhan dan Kapal sebagai Komponen Angkutan Laut
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran, dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan di Perairan, “Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan
dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal
dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar-moda transportasi”.
Adapun yang disebut sebagai daerah lingkungan kerja pelabuhan menurut
UU No 17 Tahun 2008 terdiri atas “wilayah daratan yang digunakan untuk
kegiatan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang, dan wilayah perairan yang
digunakan untuk kegiatan alur pelayaran, tempat labuh, tempat alih muat antar
kapal, kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal, kegiatan
pemanduan, tempat perbaikan kapal dan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan”.
Berikut adalah beberapa istilah dalam pelayaran yang berkaitan dengan
kegiatan bongkar-muat yang menjadi fokus studi tesis ini:
- Angkutan laut khusus adalah kegiatan angkutan untuk melayani
kepentingan usaha sendiri dalam menunjang usaha pokoknya.
- Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan
tempat kapal bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat
menunggu dan naik turun penumpang, dan/atau tempat bongkar muat
barang.
- Kapal asing adalah kapal yang berbendera selain bendera Indonesia dan
tidak dicatat dalam daftar kapal Indonesia.
18
- Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari.
- Agen umum, adalah perusahaan angkutan laut nasional atau perusahaan
nasional yang khusus didirikan untuk melakukan usaha keagenan kapal,
yang ditunjuk oleh perusahaan angkutan laut asing untuk mengurus
kepentingan kapalnya selama berada di Indonesia. Sesuai dengan UU no 7
thn 2008 pasal 11 ayat 4 bahwa setiap perusahaan angkutan asing hanya
dapat melakukan kegiatan angkutan laut ke dan dari pelabuhan Indonesia,
yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dan wajib menunjuk
perusahaan nasional sebagai agen umum.
- Otoritas pelabuhan (port authority) adalah lembaga pemerintah di
pelabuhan sebagai otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan,
pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan yang diusahakan
secara komersial.
- Pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu, memberikan saran,
dan informasi kepada nakhoda tentang keadaan perairan setempat yang
penting agar navigasi pelayaran dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib
dan lancar demi keselamatan kapal dan lingkungan.
- Perairan wajib pandu adalah wilayah perairan yang karena kondisi
perairannya mewajibkan dilakukan pemanduan terhadap kapal yang
melayarinya.
Untuk kepentingan keselamatan dan keamanan berlayar, serta kelancaran
berlalu lintas di perairan dan pelabuhan, pemerintah menetapkan perairan tertentu
sebagai perairan wajib pandu. Setiap kapal yang berlayar di perairan wajib pandu
harus menggunakan jasa pemanduan, dimana penyelenggaraan pemanduan
dilakukan oleh otoritas pelabuhan atau unit penyelenggara pelabuhan.
Untuk menunjang kegiatan tertentu di luar daerah lingkungan kerja dan
daerah lingkungan kepentingan pelabuhan dapat dibangun terminal khusus untuk
kepentingan sendiri, dengan ditetapkan sebagai bagian dari pelabuhan terdekat.
Pada studi tesis ini, yang dimaksud dengan daerah lingkungan kerja adalah area
kerja Administrasi Pelabuhan Gresik yang menaungi 9 pelabuhan yaitu pelabuhan
PT. WINA Gresik, PT. Semen Gresik, PT. Petrokimia Gresik, Kawasan Industri
19
Maspion Manyar (KIAS), PT. Smelting, PT. Pembangkitan Jawa Bali, Marina
Dockyard, PT. Pertamina Hulu Energi – West Madura Offshore (PHE WMO), dan
pelabuhan rakyat.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan
di Perairan, dibangunnya terminal khusus untuk kepentingan sendiri tersebut
didasari pertimbangan bahwa pelabuhan terdekat tidak dapat menampung
kegiatan pokok tersebut, serta berdasarkan pertimbangan ekonomis dan teknis
operasional akan lebih efektif dan efisien, serta lebih menjamin keselamatan dan
keamanan pelayaran apabila membangun dan mengoperasikan terminal khusus.
Untuk membangun dan mengoperasikan terminal khusus wajib dipenuhi
persyaratan teknis kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran, dan
kelestarian lingkungan dengan izin dari Menteri. Izin pengoperasian terminal
khusus diberikan untuk jangka waktu maksimal 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang selama memenuhi persyaratan berdasarkan undang-undang yang
berlaku.
2.1.2 Proses Penyandaran dan Pengeluaran Kapal
Prosedur penyandaran kapal serta aktivitas yang terjadi selama kapal
sandar dan dilakukan proses pemuatan hingga kapal keluar atau berlayar diuraikan
dalam urutan proses sebagai berikut:
1. Arrival: kedatangan kapal di batas luar alur pelayaran utama Surabaya
Gresik, pada saat ini kapal memberikan informasi kepada port master
bahwa kapal siap disandarkan untuk bongkar/muat kargo dan agen kapal
akan memesan jasa pandu kepada Otoritas Pelabuhan Gresik.
2. Pilot on board (POB): waktu dimana pilot atau jasa pandu sudah berada
diatas kapal dan bersama nakhoda siap menyandarkan kapal ke dermaga
yang dituju dengan dibantu kapal tunda.
3. All fast: waktu dimana kapal sudah sepenuhnya aman bersandar di
dermaga dengan seluruh tali tambat sudah ditambatkan dengan aman.
4. Gangway down: waktu dimana tangga kapal sudah diturunkan ke dermaga
untuk proses dimana loading master, surveyor, port facility security
officer, serta bea cukai (bilamana ada) akan naik ke kapal.
20
5. Surveyor on board (SOB): waktu dimana surveyor sudah di atas kapal
untuk memulai pertemuan dengan captain dan chief officer kapal bersama
dengan loading master untuk menentukan shipment loading sequence dan
loading agreement.
6. Commissioned tank inspection: waktu dimana surveyor bersama dengan
loading master dan chief officer kapal mulai melakukan pemeriksaan palka
kapal tempat kargo akan dimuat.
7. Completed tank inspection: waktu dimana pemeriksaan kebersihan palka
kapal telah selesai dilakukan.
8. Commissioned ullage: waktu dimana surveyor bersama dengan loading
master dan chief officer kapal mulai melakukan pengukuran kuantitas
palka kapal dan tangki daratyang akan dilakukan pemuatan.
9. Completed ullage: waktu dimana surveyor bersama dengan loading master
dan chief officer kapal telah selesai melakukan pengukuran kuantitaspalka
kapal dan tangki daratyang akan dilakukan pemuatan.
10.Hose on: waktu dimana selang pemuatan dari sisi darattelah dipasang ke
manifold kapal.
11.Delivery sample: waktu dimana sample manifold telah dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan analisa apakah kargo yang akan dimuat telah
memenuhi spesifikasi produk.
12.Analysis result: waktu dimana hasil analisis telah didapatkan dan kargo
layak dimuat ke kapal.
13.Commenced loading: waktu dimana proses pemuatan dimulai dan kargo
sudah sampai ke palka kapal.
14.Completed loading: waktu dimana proses pemuatan telah selesai dilakukan
dan kargo sudah diukur baik di tangki darat maupun di palka kapal telah
memenuhi kuantitas maupun kualitasdari instruksi pengapalan yang telah
ditetapkan.
15.Hose disconnected: waktu dimana selang telah dilepaskan dari manifold
kapal.
21
16.Document cleared: waktu dimana dokumen pemuatan atau bill of loading
(B/L) telah selesai dibuat dan ditandatangani oleh loading master dan chief
officer kapal.
17.Cast off/sailed off: waktu dimana kapal lepas dari dermaga dengan bantuan
jasa pandu (pilot) dengan dibantu kapal tunda (tug boat).
Prosedur penyandaran kapal serta aktivitas yang terjadi selama kapal
sandar, dilakukannya proses pemuatan, hingga kapal keluar atau berlayar
diilustrasikan pada Gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1 Prosedur penyandaran kapal, aktivitas pemuatan, hingga kapal
berlayar kembali.
2.1.3 Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Waktu Pelayanan Kapal
Pelayanan kapal bergantung pada faktor internal dan eksternal dari sistem
pelabuhan, dimana keseluruhan waktu kapal mulai kedatangan hingga berlayar
kembali merupakan waktu total dari masing-masing komponen dalam aktivitas
terkait pemuatan. Faktor-faktor eksternal yang berperan dalam aktivitas pemuatan
kapal dimulai dari kedatangan kapal, diikuti oleh proses penyandaran kapal yang
membutuhkan jasa pandu dan tunda yang diselenggarakan oleh Administrasi
Pelabuhan di wilayah kerja yang bersangkutan. Setelah kapal bersandar di
Dalam dokumen
Simulasi Proses Pemuatan Kapal Di Pelabuhan PT. Wina Gresik Dengan Tujuan Mengurangi Demurrage - ITS Repository
(Halaman 37-42)