• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis adalah aspek teknis dan manajerial. Aspek teknis yang dilakukan penulis berupa pembibitan, pemeliharaan tanaman (penunasan, kastrasi, pemupukan, dan pengendalian gulma), penanaman tanaman menguntungkan (benefical plants) dan pemanenan TBS. Sedangkan untuk aspek manajerial yang dilakukan penulis adalah kegiatan sebagai supervisor untuk mempelajari administrasi dan manjerial kebun. Dalam melaksanakan aspek manajerial, penulis dibimbing oleh pengurus, askep, asisten divisi, mandor-mandor, mantri- mantri dan krani-krani.

Kegiatan yang dilaksanakan penulis berada di Divisi II dan Divisi IV Perkebunan Bangun Bandar. Waktu kerja penulis setiap harinya adalah sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh perusahaan, yaitu selama 7 jam dan diwajibkan mengikuti antrian pagi bersama asisten dan mandor. Waktu kegiatan pelaksanaan dimulai pada pukul 06.00-14.00 setiap harinya.

Aspek Teknis

Pemeliharaan Tanaman Pengendalian Gulma

Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang tidak dikehendaki pertumbuhannya. Pengendalian gulma bertujuan untuk menghilangkan persaingan antara tumbuhan yang diusahakan dengan gulma, sanitasi, memudahkan perawatan, memudahkan pemanenan dan menghilangkan pengaruh buruk bagi tanaman yang diusahakan. Jenis gulma terdiri dari 3 yaitu rumput-rumputan, teki- tekian dan tanaman kayu. Pengendalian gulma terdiri dari pengendalian gulma secara manual dan kimiawi. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit umumnya terfokus pada 3 tempat, yaitu di piringan, pasar pikul dan TPH. Hal ini dikarenakan bahwa ketiga tempat tersebut memiliki peranan masing-masing. Piringan sebagai tempat penyebaran pupuk dan tempat jatuhnya tandan buah serta brondolan, sedangkan di pasar pikul sebagai jalan pengangkutan buah ke TPH dan

di TPH sebagai tempat pengumpulan TBS ataupun brondolan sebelum diangkut ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS).

Pengendalian gulma secara manual. Metode pengendalian gulma secara manual yang terdapat pada Perkebunan Bangun Bandar meliputi kegiatan: (1). Pencangkulan gulma dari piringan pokok Tanaman Baru (TB) dan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), (2). Pencabutan dan pembabatan secara manual gulma berkayu yang berada di gawangan dan piringan Tanaman Menghasilkan (TM). Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual adalah cangkul dan parang. Jenis gulma berkayu yang ada di Perkebunan Bangun Bandar, yaitu:(1). Chromolaena odorata (putihan), (2). Melastoma malabathricum (senduduk atau senggani), (3). Lantana sp (bunga tahi ayam), (4). Clidemia hirta (harendong atau akar kala), dan (5). Tukulan (anak sawit liar) yang terdapat pada gawangan dan piringan. Jenis-jenis gulma tersebut dapat dilihat pada Gambar 1-4.

Gambar 1. Melastoma malabathricum Gambar 2. Clidemia hirta

Pembabatan dilakukan oleh karyawan harian tetap dengan cara membabat habis gulma anak kayu tersebut sampai ke akarnya dengan sistem ancak giring dengan ancak 1 gawangan untuk 1 orang. Perusahaan menetapkan basis karyawan untuk pengendalian gulma secara manual ini adalah 1 ha/HK. Penulis melakukan pengendalian gulma secara manual di TM 1 Blok 89 Divisi IV. Prestasi penulis adalah 0,7 ha/HK (2 gawangan) dan masih di bawah output yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya gulma kayu di lapangan, alat yang digunakan dipinjam dari pekerja, cuaca yang sangat terik dan kemampuan fisik penulis.

Pengendalian Gulma Kimiawi (Penyemprotan Gulma). Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan pengendalian gulma rumput-rumputan, teki- tekian, dan gulma berkayu. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan di gawangan dan piringan, pasar rintis (pasar pikul), dan TPH. Metode yang dilakukan oleh Perkebunan Bangun Bandar yaitu dengan sistem penyemprotan pada suatu blok yang dilakukan oleh 6 orang tenaga penyemprot dan seorang tenaga pelangsir herbisida yang diawasi oleh seorang mandor.

Metode yang digunakan untuk penyemprotan di gawangan yaitu menggunakan herbisida yang aplikasinya dengan cara disemprotkan langsung pada gulma yang ada di gawangan. Penyemprotan di gawangan dilakukan pada TBM dan TM kelapa sawit. Alat yang digunakan untuk penyemprotan di gawangan adalah Knapsack Sprayer GS 15 dengan kapasitas 15 liter/tangki. Tipe nozzel italic yang digunakan adalah tipe kancing dengan kalibrasi 400 cc/menit. Bahan herbisida yang digunakan untuk semprot gawangan yaitu herbisida merek Roundup 486 SL berbahan aktif Isopropilamina glifosat 486 g/l atau setara dengan glifosat 356 g/l dengan konsentrasi 1 % dan Bimaron 80 WP memiliki bahan aktif Diuron 80 % dengan konsentrasi 0,2 %.

Basis penyemprotan yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 2 ha/HK atau 12 tangki/HK, hal ini tergantung oleh banyak sedikitnya gulma di gawangan tersebut. Penulis melakukan pekerjaan penyemprotan gawangan di blok 99 Divisi IV dengan output 1,5 ha/HK dalam 12 tangki.

Penyemprotan di piringan, pasar pikul dan TPH memiliki tujuan untuk mengefektifkan pemupukan, mempermudah pengutipan brondolan di piringan dan TPH, serta mempermudah pengangkutan TBS ke TPH. Penyemprotan dilakukan

dengan menggunakan Knapsack Sprayer GS 15 dan Controlled Droplet Applicator (CDA)/ Micron Herbi. Cara penyemprotan di piringan dapat dilihat seperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Cara Penyemprotan Gulma di Piringan

Penulis melakukan kegiatan penyemprotan dengan Knapsack Sprayer di Blok 93 Divisi IV. Herbisida yang digunakan, yaitu (1). Roundup 486 SL dengan konsentrasi 1% dan Gramoxone (bahan aktif paraquat) dengan konsentrasi 0,5 %. Jenis gulma yang diberantas dengan alat ini adalah gulma yang tergolong rumput- rumputan, anak kayu, pakis-pakisan dan kentosan. Basis yang ditentukan perusahaan adalah 2,5 ha/HK atau 12 tangki/HK, sedangkan prestasi penulis adalah ½ ha/HK. Kurangnya prestasi kerja dari penulis adalah karena kurangnya peralatan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan seperti alat semprot dan APD selain itu juga karena penulis mendapatkan ancak dengan topografi berbukit. Penyemprotan gulma dengan alat semprot CDA dilakukan pada tanaman Taruna (umur tanaman 5-20 tahun) dengan kapasitas 10 liter/tangki. Alat semprot CDA tersebut dilengkapi 2 buah nozzel di sebelah kiri dan kanan, baterai dan dinamo sebagai motor penggeraknya. Alat semprot CDA dapat dilihat seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Alat Controlled Droplet Applicator (CDA)

Herbisida yang digunakan dalam CDA antara lain (1). Roundup 486 SL dengan konsentrasi 1% + Dacomin 865 SL berbahan aktif 2,4D-Dimetil amina dengan dosis 1 liter/ha.

Jenis gulma yang dikendalikan dengan alat CDA adalah jenis Asystasia, rumput-rumputan dan gulma anak kayu. Basis yang ditentukan oleh perusahaan adalah 6 ha/HK atau 6 tangki/HK, tergantung dari banyak sedikitnya gulma tersebut di lapangan. Penulis melakukan kegiatan penyemprotan dengan menggunakan alat semprot CDA pada tanaman TM 9 blok 28 Divisi II. Prestasi penulis adalah 4 ha/HK. Sedangkan prestasi karyawan rata-rata adalah 5 ha/HK. Hal ini disebabkan oleh dinamo CDA yang mudah rusak, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu.

Sistem pengambilan herbisida untuk penyemprotan di gawangan ataupun penyemprotan piringan, pasar pikul dan TPH dilakukan pagi hari setelah antrian pagi. Asisten divisi menentukan kalibrasi herbisida yang akan digunakan, kemudian mandor melakukan pencampuran di kantor Divisi, dan selanjutnya di bawa oleh tukang langsir air ke lapangan dengan menggunakan gerobak motor viar. Alat Perlengkapan Diri (APD) yang dibutuhkan untuk tenaga penyemprot

adalah topi, sarung tangan, masker, baju semprot, kacamata, sepatu boot, dan rompi. Peralatan ini sangatlah berguna untuk kesehatan penyemprot yakni melindungi dari bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Pada kenyaatannya banyak tenaga penyemprot yang kurang memperhatikan alat kelengkapan diri tersebut sehingga mengganggu keamanan saat melakukan penyemprotan.

Pengendalian Hama

Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang dibudidayakan, dan harus dikendalikan agar tidak merugikan tanaman budidaya. Salah satu hama yang sangat mengganggu tanaman kelapa sawit adalah Oryctes rhinoceros yaitu sejenis kumbang yang merusak tanaman muda dengan cara melubangi pangkal batang dan memakan bagian pucuk. Jika kerusakan sangat parah, tanaman menjadi rusak dan dapat menjadi kerdil jika mengalami serangan berulang kali.

Pengendalian harus segera dilakukan setiap hari selama 3 minggu setelah bibit ditanam di lapangan. Untuk aplikasi selanjutnya dilakukan sesuai dengan sensus yang dilakukan oleh mantri hama. Periode kritis serangan ini bagi tanaman kelapa sawit adalah sampai tanaman memasuki umur 3 tahun di lapangan. Metode pengendalian yang dilakukan oleh Perkebunan Bangun Bandar adalah dengan menyemprotkan pestisida merek Santador berbahan aktif Lamda Sihalotrin 25 gr/l dengan dosis 45 cc/ha dicampur dengan Agristick sebagai perekat pestisida berbahan aktif Alkilaril Poliglikol Eter 400 ml/l dengan dosis 8cc/ha.

Pengendalian dilakukan menggunakan alat semprot Knapsack Sprayer GS15 dengan cara disemprotkan ke dalam pupus batang selama 3 detik. Basis yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 7 ha/HK atau 7 tangki/HK. Penulis melakukan kegiatan pengendalian hama ini pada tanaman TBM 2 dengan prestasi penulis 5 ha/HK. Hal ini disebabkan oleh perlengkapan APD yang dipakai penulis tidak lengkap dan topografi lahan yang berbukit.

Pemupukan

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemberian dan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Tanah tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman kelapa

sawit. Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tersebut dilakukan program pemupukan.

Pemupukan merupakan kegiatan yang sangat penting dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi atau hara pada tanaman, sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman baik vegetatif maupun generatif agar dapat menghasilkan produksi yang optimum. Pencapaian pertumbuhan tanaman yang optimal dapat terjadi dengan memenuhi seluruh kebutuhan unsur-unsur hara dalam kondisi yang seimbang. Pemupukan terdiri dari pemupukan organik dan pemupukan anorganik. Kegiatan pemupukan yang dilakukan dapat dilihat seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Kegiatan pemupukan

Pemupukan Organik. Penggunaan pupuk organik pada Perkebunan Bangun Bandar berupa pupuk kompos yang masih dalam tahap percobaan. Tujuan utama dalam penggunaan pupuk kompos adalah memanfaatkan kembali limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik di lapangan. Bahan dasar dalam membuat pupuk kompos terdiri dari Empty Fruit Bunch (EFB), solid, ashes dust dan pome. Seluruh bahan tersebut dicampur ke dalam bunker yang terdapat di Perkebunan Bangun Bandar.

EFB berasal dari tandan kosong yang sudah mengalami pengolahan lebih lanjut dengan menggunakan alat empty bunch press yang terdapat di pabrik pengolahan kelapa sawit. Solid berasal dari endapan CPO yang berbentuk lumpur. Ashes dust merupakan abu kernel yang berasal dari pengolahan kernel kelapa sawit. Sedangkan pome merupakan limbah cair yang merupakan produk terakhir dari pengolahan kelapa sawit dan sebagai nutrisi pengaktifan bakteri. Kandungan nutrisi dari keempat bahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan Nutrisi pada Bahan Kompos

Bahan Utama Kandungan Nutrisi

N (%) P (%) K (%) Mg (%) I. Padatan EFB 0.58 0.05 0.94 0.06 Solid 1.83 0.70 1.27 0.26 Ashes Dust - 1.38 5.34 2.23 II. Cairan Pome 0.05 0.01 0.22 0.03

Sumber : Departemen Tanaman PT Socfindo, 2012

Perkebunan Bangun Bandar memiliki 6 bunker yang berguna sebagai tempat pemindahan kompos. Pemindahan tersebut bertujuan untuk mempercepat aerasi (penguapan) dan memecah bahan-bahan tersebut supaya pome dapat diserap. Waktu yang diperlukan dalam pembuatan kompos adalah 33 hari, dengan 8-9 kali pemindahan pada 6 bunker tersebut.

Aplikasi kompos ke lapangan dilakukan dengan menggunakan cara mekanis dan manual. Alat yang digunakan dalam aplikasi kompos secara mekanis adalah spreader, sedangkan secara manual menggunakan angkong. Dosis kompos yang diaplikasikan untuk Tanaman Baru (TB) adalah 7 ton/ha. Sedangkan untuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) 15 ton/ha. Setelah kompos terbentuk, maka diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebanyak 40%.

Pemupukan Anorganik. Pemupukan anorganik merupakan pemberian pupuk kimia kepada tanaman kelapa sawit. Perencanaan kegiatan pemupukan

direkomendasikan oleh Departemen Tanaman PT. Socfindo. Rekomendasi tersebut berupa jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan. Rekomendasi disusun berdasarkan analisa daun. Pekerjaan pemupukan anorganik terdiri dari (1).Penguntilan pupuk, (2).Pelangsiran pupuk, (3).Pengeceran pupuk, (4).Penaburan pupuk, dan (5).Pengumpulan karung bekas.

Tujuan dari penguntilan pupuk adalah untuk mempermudah dalam penaburan pupuk di lapangan, karena sudah diuntil sesuai dengan dosis pupuk yang akan diberikan. Kegiatan penguntilan dilakukan dengan cara 1 karung goni pupuk 50 kg dibagi menjadi beberapa dosis yang digunakan (seperti 8 kg, 12 kg, 15 kg, dan lain-lain) untuk 8 pokok. Penguntilan pupuk dilakukan paling lambat tiga hari sebelum melakukan pemupukan dan dilakukan di gudang pupuk yang terdapat di pabrik Perkebunan Bangun Bandar. Penguntilan pupuk dikerjakan oleh karyawan masing- masing divisi. Basis yang ditetapkan oleh perusahaan dalam penguntilan pupuk adalah 2 ton/HK.

Setelah pupuk diuntil, pupuk dimuat ke dalam truck yang akan dilangsir ke lapangan. Pekerjaan memuat pupuk ke dalam truck dilakukan oleh pekerja yang akan melakukan pengeceran pupuk di lapangan. Jumlah pupuk yang dimuat harus sesuai dengan kebutuhan pupuk di lapangan. Waktu untuk memuat pupuk dan pelangsiran pupuk adalah pukul 05.30-07.00. Pengeceran pupuk dilakukan oleh karyawan dengan menggunakan sepeda motor pribadi milik karyawan pengecer pupuk.

Penaburan pupuk dilakukan oleh penabur pupuk di lapangan yang dipimpin mandor pupuk. Waktu penaburan pupuk dimulai pukul 07.30-12.00. Basis yang ditetapkan oleh perusahaan dalam melakukan pemupukan adalah 500 kg/HK. Setelah penaburan pupuk selesai, karung bekas pupuk tersebut dikumpulkan lagi oleh pekerja yang mengecer pupuk tersebut untuk mengetahui kesesuaian jumlah pupuk yang ditabur dengan jumlah pupuk semula.

Secara teknis dalam pelaksanaannya kegiatan pemupukan dilaksanakan dengan prinsip kerja 4T (tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu). Penulis melakukan kegiatan penaburan pupuk pada tanaman TBM 3 di blok 93 Divisi IV. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk ZA dengan dosis 2,25 kg/ pokok. Jumlah pupuk yang akan ditabur adalah 6 000 kg dengan jumlah untilan

333 until. Penulis melakukan penaburan sebanyak 1 000 kg/HK. Cara pemupukan yang dilakukan adalah 1 until yang berisi 18 kg pupuk digunakan untuk 8 pokok dan pupuk ditabur di piringan kelapa sawit. Menurut pengamatan penulis, pada kenyataannya, dalam pelaksanaan pemupukan terdapat ketidakjujuran dari penabur pupuk. Kecurangan tersebut berupa mengaplikasian pupuk menurut dosis per pokok tidak merata atau tidak sesuai dengan ketetapan yaitu 8 pokok sehingga menyebabkan beberapa pokok tidak dipupuk. Hal ini disebabkan oleh topografi lahan yang berbukit sehingga sulit dijangkau oleh pengecer pupuk.

Tunas Pasir

Kegiatan tunas pasir hanya dilakukan 1 kali saja selama hidupnya kelapa sawit, yaitu pada tanaman berumur 2,5 tahun setelah ditanam di lapangan. Kegiatan ini berupa pemotongan pelepah sebanyak 1-2 lingkaran pertama (maksimum 15 cm dari tanah), kegiatan ini diharapkan TBS dapat menjadi songgo 3. Setelah dipotong, pelepah tersebut dipotong 2 dan disusun ke gawangan mati. Tujuan utama kegiatan ini adalah memudahkan pemanenan ketika tanaman tersebut sudah dimutasikan ke TM. Tujuan berikutnya adalah memperlancar penyerbukan alami, menghindari tersangkutnya berondolan di pelepah, menjaga kebersihan dan keindahan lapangan.

Alat yang digunakan dalam melaksanakan tunas pasir adalah dengan menggunakan dodos, parang untuk memotong pelepah, dan garukan untuk menyapu pelepah yang berada di piringan. Basis dalam kegiatan tunas pasir adalah 70 pokok/HK dengan premi Rp 575,00/pokok. Penulis melakukan kegiatan tunas pasir di blok 93 Divisi IV dengan prestasi penulis 50 pokok/HK. Prestasi penulis masih dibawah pekerja, hal ini disebabkan oleh alat yang digunakan penulis dipinjam dari pekerja dan kemampuan fisik penulis yang harus mengeluarkan banyak tenaga.

Kastrasi

Kastrasi adalah pemotongan atau pembuangan bunga jantan dan bunga betina yang masih muda pada tahap pembungaan awal. Menurut Departemen Tanaman PT. Socfindo (2011), kastrasi dilakukan pada Tanaman Belum

Menghasilkan (TBM), yaitu pada umur 10-24 bulan setelah ditanam di lapangan dan dihentikan sampai 6 bulan sebelum panen. Hal ini dilakukan karena bunga muda umumnya masih kecil dan belum sempurna, sering gugur atau aborsi, bunga seperti ini tidak menguntungkan bila dipertahankan. Kastrasi dapat dimulai jika 25 % dari tanaman telah berbunga. Alat yang digunakan dalam kegiatan kastrasi

adalah chisel dan dodos kecil. Cara memotongnya, bunga dipotong tanpa melukai

batang kelapa sawit dan pangkal pelepah daun. Dalam melaksanakan kastrasi harus dijaga agar pelepah daun tidak terluka atau terpotong.

Manfaat kastrasi adalah merangsang pertumbuhan vegetatif, mendapatkan buah dengan berat yang seragam, mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit. Kastrasi dihentikan setelah tanaman berumur 24 bulan, sehingga panen perdana dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 30 bulan. Pekerja melakukan kegiatan kastrasi dengan basis 3 ha/HK. Penulis melakukan kegiatan kastrasi pada Blok 101 Divisi IV dengan basis 2 ha/HK. Prestasi penulis masih dibawah pekerja, hal ini disebabkan karena topografi lahan yang berbukit sehinnga menyulitkan penulis dalam melaksanakan kastrasi.

Pemanenan

Pemanenan merupakan kegiatan pemotongan TBS hingga pengangkutan ke PKS. Keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktivitas pokok, keberhasilan panen didukung manajemen panen yang baik meliputi persiapan panen, kriteria matang panen, angka kerapatan panen, sistem panen, rotasi panen, sistem upah (basis panen, premi panen, dan denda panen). Penulis melakukan kegiatan panen di divisi II Perkebunan Bangun Bandar.

Persiapan Panen

Persiapan panen merupakan kegiatan yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemanenan TBS. Persiapan yang dilakukan dengan tepat, dapat menunjang keberhasilan panen. Kegiatan persiapan panen yang dilakukan berupa pembagian seksi potong buah, penyediaan tenaga kerja pemanen, penyiapan alat kerja panen dan penetapan ancak pemanen.

Penjelasan kegiatan persiapan panen dilakukan setiap antrian pagi oleh masing-masing kemandoran. Dalam antrian pagi juga dijelaskan mengenai kriteria buah matang, agar tidak terjadi kesalahan dalam pemanenan.

a). Seksi potong buah.

Seksi potong buah atau sering disebut juga dengan rotasi panen merupakan pembagian luasan panen yang akan dipanen pada setiap divisi. Rotasi panen dapat ditentukan dari jumlah luasan Tanaman Menghasilkan (TM). Pengerjaan untuk luas areal panen dibagi menjadi 6 hari sesuai dengan proporsi jam kerjanya sehingga diharapkan rotasi panen 6/7 dan output pemanen yang diharapkan menjadi lebih tinggi serta pengangkutan TBS ke PKS tidak mengalami gangguan. Luas panen rata-rata per mandoran setiap harinya di Divisi II masing- masing adalah 47 ha, 41 ha, dan 42 ha. Pada kenyataannya di lapangan, panen sering terkendala sehingga rotasi panen tidak sepenuhnya 6/7. Hal ini disebabkan oleh tenaga kerja pemanen tidak sesuai dengan yang sudah ditentukan, dan adanya libur nasional seperti Hari Raya Idul Fitri, serta terjadi panen rendah (trek buah), dan lain-lain. Mengatasi hal ini, biasanya pemanen diperintahkan untuk memasuki kembali seksi panen tersebut pada keesokan harinya.

Pembagian rotasi panen di Perkebunan Bangun Bandar terbagi menjadi 6 seksi, yaitu A, B, C, D, E, F pada setiap mandoran. Pembagian seksi potong buah Divisi II terdiri dari 3 mandoran, sehingga setiap mandoran masing-masing memiliki enam seksi potong buah. Hal ini disebabkan oleh luasan panen yang akan dipanen, seluas ± 800 ha. Menurut Pahan (2010), jumlah mandoran per divisi 800-1 000 ha maksimum 3 mandoran. Jadwal pembagian seksi panen Divisi II di Perkebunan Bangun Bandar dapat dilihat secara rinci dalam Tabel 7.

Tabel 7. Pembagian Seksi Panen Divisi II Perkebunan Bangun Bandar

Seksi Blok Tahun Tanam Luas (ha) Pokok/ ha Ʃ Pokok Mandor A A 37 1984 47.66 93 4 432 B 37 1984 1.15 93 107 38 2000 47.34 134 6 344 C 31 1992 47.66 104 4 957 D 31 1992 33.69 104 3504 39 1998 13.00 121 1 573 E 39 1998 42.75 121 5 173 44 1986 5.00 95 475 F 44 1986 22.18 95 2 107 45 1986 25.52 82 2 093 Total 285.95 30 765 Mdandor B A 42 2000 39.91 121 4 829 B 41 1999 23.08 120 2 770 40 2003 18.80 129 2 425 C 40 2003 41.85 129 5 399 D 40 2003 18.48 129 2 384 33 2004 23.37 147 3 435 E 33 2004 15.46 147 2 273 32 2004 26.40 136 3 590 F 32 2004 43.75 136 5 950 Total 251.10 33 055 Mandor C A 34 2006 42.40 156 6 614 B 34 2006 37.16 156 5 797 28 2006 5.24 157 823 C 28 2006 42.40 157 6 657 D 28 2006 11.25 157 1 766 27 2003 31.15 125 3 894 E 27 2003 21.19 125 2 649 35 2002 21.21 125 2 651 F 35 2002 17.09 125 2 136 45 2008 25.31 151 3 822 Total 254.40 36 809 Total Besar 791.45 100 629

b). Sistem panen

Sistem panen yang dilaksanakan di Divisi II Perkebunan Bangun Bandar berbeda-beda untuk masing-masing umur tanaman. Pada tanaman taruna (8-20 tahun) menggunakan sistem ancak giring tetap per mandoran, sedangkan pada umur tanaman tua (>21 tahun) menggunakan sistem ancak tetap. Perbedaan sistem panen ini dikarenakan adanya perbedaan pokok yang akan dipanen. Pada tanaman taruna pokok yang akan dipanen belum terlalu tinggi, sedangkan pada tanaman tua pokok yang akan dipanen sudah terlalu tinggi, sehingga disesuaikan terhadap pemanen yang memiliki alat panen sesuai dengan ketinggian pokok tersebut.

c). Tenaga Kerja Panen

Tenaga kerja panen merupakan SDM yang paling penting perannya dan sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Tenaga panen Divisi II Perkebunan Bangun Bandar merupakan Karyawan Harian Tetap (KHT) khusus aspek pemanenan. Kebutuhan tenaga kerja pada setiap mandoran berbeda-beda, disesuaikan dengan luasan yang akan dipanen pada hari tersebut.

Pengaturan tenaga panen juga disesuaikan dengan keadaan produksi di lapangan. Pada saat musim produksi tinggi seperti setelah liburan nasional dengan rotasi panen yang terlambat, dapat digunakan tenaga bantuan yang diambil dari mandoran lainnya (perawatan) atau menggunakan istri serta saudara pemanen untuk mengutip brondolan. Pada saat musim produksi rendah, mandor panen dapat mengalihkan tugas pemanen untuk melaksanakan kegiatan tunas. Jumlah tenaga kerja panen dapat dihitung secara harian dengan menggunakan taksasi harian yang dilaksanakan setiap harinya oleh mandor panen.

d). Kriteria matang panen

Kriteria matang panen yang dipakai di Perkebunan Bangun Bandar yaitu jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke piringan secara alami atau dengan istilah lain menghasilkan brondolan dalam jumlah tertentu. Ketetapan TBS yang siap dipanen untuk Perkebunan Bangun Bandar adalah 4 brondolan yang jatuh ke piringan pada seluruh umur Tanaman Menghasilkan (TM).

TBS yang mengalami penyakit Parthenokarpi,sp. dan TBS busuk tetap harus dipanen agar tidak mempengaruhi produksi pada rotasi berikutnya. Kriteria matang buah perkebunan Bangun Bandar dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kriteria Matang TBS Perkebunan Bangun Bandar Jumlah Brondolan Lepas Keterangan

0-4 Mentah

4-9 Matang

> 10 Lewat Matang

Sumber : Kantor Perkebunan Bangun Bandar, 2012

e). Taksasi produksi

Taksasi produksi merupakan perkiraan jumlah TBS yang akan dipanen. Taksasi panen yang dilaksanakan di Perkebunan Bangun Bandar terdiri dari 2 bagian, yaitu taksasi kwartalan (4 bulanan) dan harian. Taksasi kwartalan dilakukan melalui sensus buah yang dilakukan oleh mandor sensus buah. Tujuan dari kegiatan sensus buah ini adalah untuk mengetahui perkiraan jumlah TBS yang akan dipanen dalam periode 4 bulan. Penentuan titik perhitungan sensus buah adalah pada baris kelipatan 10 dan pokok kelipatan 10, dari titik sampel

Dokumen terkait