• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis

Aspek teknis dari kegiatan magang yang dilakukan di Angsana Estate meliputi kegiatan sensus generatif dan sensus vegetatif, konservasi tanah dan air, pengendalian gulma secara manual dan kimia, pemupukan, aplikasi limbah cair dan padat, pengendalian hama dan penyakit, penunasan, perawatan jalan, pemanenan dan pengangkutan hasil panen.

Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis, yakni sebagai karyawan SKU. Pelaksanaan kegiatan dimulai dari mengikuti apel pagi pukul 06.00 WITA dan wolon (istirahat) pukul 10.30 - 11.00 WITA. Apel pagi dipimpin oleh asisten divisi atau mandor I. Mandor I menyampaikan kegiatan hari ini serta evaluasi hari sebelumnya lalu dilanjutkan oleh asisten. Setelah apel pagi, semua mandor melakukan apel dengan pekerja masing-masing kemandoran.

Sensus Generatif dan Sensus Vegetatif

Di Angsana Estate terdapat satu blok riset yaitu Blok A015. Blok riset merupakan salah satu blok yang digunakan untuk uji progeny trial di bawah Departemen Minamas Research Center. Percobaan terdiri atas 43 plot persilangan, setiap plot terdiri atas 12 pokok, masing-masing percobaan menggunakan empat ulangan. Setiap plot nomor persilangannya tidak sama. Kegiatan yang terdapat di blok riset adalah sensus produksi, sensus generatif dan sensus vegetatif. Tenaga kerja yang ada di blok riset sebanyak 8 orang, yaitu satu tim panen terdiri atas satu orang pemanen, satu orang penimbang TBS dan brondolan sekaligus mencatat

13 hasil timbangannya, satu orang pemberondol, satu orang yang mengeluarkan buah serta empat orang lainnya sebagai tim perawatan. Sensus produksi, generatif dan vegetatif dilakukan di ulangan 1 plot 1 sampai ulangan 4 plot 43.

Sensus produksi adalah pendataan hasil produksi dari kegiatan panen, dengan menimbang berat tandan buah segar. Sensus generatif adalah kegiatan pendataan jumlah bunga jantan, bunga betina, dan bunga hermaprodit. Sensus vegetatif adalah kegiatan pengukuran perkembangan vegetatif tanaman kelapa sawit meliputi tinggi pelepah dari permukaan tanah, panjang pelepah, jumlah anak daun, lebar dan panjang anak daun, total pelepah pokok, dan penambahan pelepah dari sensus sebelumnya. Kegiatan sensus produksi, generatif dan vegetatif dilakukan di seluruh plot percobaan.

Sensus generatif dilakukan tiga bulan sekali. Sensus generatif bertujuan untuk mengetahui penambahan buah selama 3 bulan mendatang. Dalam sensus generatif tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tiga orang per tim sensus, dengan prestasi kerja 15 sampai 20 plot per tim sensus per hari. Sensus vegetatif dilakukan enam bulan sekali. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah empat orang per tim sensus dengan prestasi kerja 6 sampai 7 plot per tim sensus per hari dengan kondisi normal di lapangan. Waktu pengambilan data dan pengukuran tiap plot harus pada hari yang sama agar tidak terjadi perbedaan waktu pengamatan yang menyebabkan data kurang valid.

Konservasi Tanah dan Air

Kegiatan konservasi tanah dan air di Angsana Estate yaitu perumpukan pelepah (U-Shape Front Stacking), pembuatan long bed, siltpite, road sidepite, penanaman Neprolephis biserata (Gambar 2). Kegiatan konservasi tanah dan air bertujuan untuk pencegahan erosi tanah, peningkatan bahan organik, menjaga kelembaban tanah, dan perbaikan drainase tanah. Tanah mempunyai fungsi antara lain sebagai sumber unsur hara bagi tanaman, tempat pertumbuhan akar, dan penyimpanan air tanah. Fungsi tanah akan hilang jika kegiatan konservasi tanah dan air tidak dilakukan dengan baik. Apabila kegiatan konservasi tanah dan air tidak optimal, pemupukan tidak akan menghasilkan output yang maksimal.

Pembuatan long bed, siltpite, road sidepite sebagai tempat penyimpanan air yang bertujuan untuk persediaan air selama musim kemarau sehingga tanaman kelapa sawit tidak kekurangan air. Perumpukan pelepah (U-Shape Front Stacking), penanaman Neprolephis biserata berfungsi sebagai mulsa untuk menekan pertumbuhan gulma, menghambat laju aliran air agar air tidak langsung terbuang, menjaga kelembaban dan mempertahankan kesuburan lahan. Penanaman

Neprolephis biserata dapat menjadi tanaman inang predator ulat api. Kegiatan konservasi tanah dan air akan menekan kehilangan masa dan hara oleh aliran permukaan, meningkatkan keefektifan pemupukan dan membantu kelancaran panen serta aktivitas pekerjaan lainnya.

Perumpukan pelepah dilakukan bersamaan dengan pemanenan. Rumpukan pelepah disusun atau dirumpuk di gawangan mati. Pelepah disusun memanjang searah dengan barisan pokok, tidak berserakan dan pangkal pelepah letaknya seragam. Pada areal berbukit, pelepah disusun dengan arah memotong kemiringan lereng, dengan tujuan sekaligus konservasi tanah yaitu mengurangi laju run off

bila terjadi hujan. Rumpukan pelepah dapat sebagai bahan pupuk organik yang bertujuan untuk menambah unsur hara tanah, menjaga struktur tanah dan

14

kelembaban sehingga merangsang pertumbuhan akar sawit di daerah gawangan mati.

(A) (B)

(C) (D)

Gambar 2. Konservasi Tanah dan Air: (A) Perumpukan Pelepah (U-Shape Front Stacking), (B) Penanaman Neprolephis biserata, (C) Siltpite, (D) Long Bed

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma adalah kegiatan mengendalikan pertumbuhan gulma untuk menekan persaingan antara tanaman utama dengan gulma. Pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi kompetisi unsur hara, air dan cahaya matahari, meningkatkan efisiensi pemupukan, mempermudah pengutipan brondolan, mempermudah pengawasan panen dan pemupukan, dan menekan populasi hama. Pengendalian gulma di Angsana Estate dilakukan pada tiga tempat yaitu piringan, gawangan dan tempat penyimpanan hasil (TPH). Pengendalian gulma di Angsana Estate dilakukan secara manual dan kimia. Kegiatan pengendalian gulma secara manual terdiri atas penggarukan gulma di piringan (garuk piringan) dan pembabadan gulma di gawangan (babad gawangan).

Garuk piringan. Piringan harus bebas dari gulma karena akar halus tanaman kelapa sawit terletak di piringan agar tidak terjadi kompetisi dengan gulma. Pembersihan gulma dilakukan dengan cara menggaru gulma, sekaligus membersihkan kentosan dan sisa-sisa brondolan yang ada di piringan. Jenis gulma

15 yang dominan di piringan antara lain Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus, Axonopus compressus, Paspalum conjugatum dan Melastoma malabathricum.

Pekerjaan garuk piringan dilakukan oleh tenaga kerja SKU. Tenaga kerja SKU dapat dialokasikan untuk semua pekerjaan bergantung keperluan perusahaan. Rotasi garuk piringan tiga kali setahun dengan norma kerja 2 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan SKU sebesar 0.25 - 0.5 ha/HK. Kendala yang dihadapi penulis saat melakukan kegiatan garuk piringan adalah ada beberapa pekerja yang tidak membawa penggaruk gulma dan penggarukan tidak dilakukan sesuai dengan rotasi sehingga terdapat kentosan di piringan tanaman kelapa sawit.

Babad gawangan. Pekerjaan membabad gawangan dilakukan bersamaan dengan dongkel anak kayu. Gawangan harus bebas dari gulma kayu-kayuan seperti Chromolaena odorata (putihan), Melastoma malabathricum (senduduk),

Lantana camara (tahi ayam) dan Clidemia hirta (haredong). Untuk kegiatan tersebut alat yang digunakan adalah cados (cangkul dodos) dan parang. Dongkel anak kayu dilakukan dengan cara membongkar gulma sampai perakarannya. Rotasi babad gawangan dilakukan dua kali setahun dengan norma kerja sebesar 4 - 5 ha/HK. Prestasi kerja yang dihasilkan karyawan SKU sebesar 1 ha/HK, sedangkan prestasi penulis hanya sebesar 0.5 ha/HK. Kendala yang dihadapi penulis adalah topografi kebun yang bergelombang dan tenaga kerja yang digunakan tenaga kerja wanita dengan umur di atas 50 tahunan, sehingga pekerjaan tidak sesuai dengan norma kerja perusahaan yaitu sebesar 4 - 5 ha/HK. Selain itu topografi kebun banyak yang bergelombang dan daerah rendahan sehingga gulma banyak tumbuh di daerah tersebut.

Di Angsana Estate pengendalian gulma secara kimia menggunakan sistem

Block Spraying System (BSS). Block Spraying System adalah sistem penyemprotan yang terkonsentrasi pada satu blok tertentu, tim semprot harus bergerak bersamaan sehingga tidak ada tenaga kerja yang arahnya berlawanan. Sistem yang digunakan adalah sistem rayon, yaitu pengendalian gulma dikelola oleh satu divisi tertentu yaitu Divisi III. Pengendalian gulma secara kimia terdiri atas dua kemandoran yaitu kemandoran Tim Semprot Kebun (TSK) yang menggunakan alat semprot manual dan kemandoran yang menggunakan alat

Micron Herby Sprayer (MHS). Pengendalian gulma secara kimia, baik TSK maupun MHS dilakukan dengan sistem hanca giring tetap.

Kemandoran TSK. Alat yang digunakan oleh TSK adalah knapsack sprayer Solo. Tempat kegiatan penyemprotan TSK yaitu gawangan. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja SKU dengan jumlah 18 orang. Rotasi penyemprotan gawangan adalah dua kali setahun dengan norma kerja 3 ha/HK atau 12 kep/HK. Pekerja mendapatkan premi tetap sebesar Rp 2 500,00 per hari. Herbisida yang digunakan adalah Prima up dengan bahan aktif isopropilamina glifosat sebanyak 480 g/l. Dosis Prima up yang digunakan 250 ml/ha dengan konsentrasi 0.5 %. Prima up digunakan untuk gulma berdaun lebar dan diaplikasikan pada saat gulma tumbuh subur. Pada kemandoran TSK, sistem penyemprotan hanya sampai pasar tengah untuk meningkatkan efisiensi penyemprotan.

Kemandoran MHS. Alat yang digunakan oleh pekerja untuk penyemprotan herbisida adalah Micron Herby Sprayer. Tempat kegiatan penyemprotan MHS yaitu piringan, TPH, dan pasar rintis. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja SKU dengan jumlah 7 orang. Rotasi penyemprotan adalah tiga kali setahun

16

dengan norma kerja 4 - 5 ha/HK. Pekerja mendapatkan premi tetap sebesar Rp 2 500,00 per hari. Herbisida yang digunakan adalah Prima up dan Starane

yang berbahan aktif fluroksipir metal heptil ester 295 g/l. Dosis Prima up yang digunakan 200 ml/ha dengan konsentrasi 2 % sedangkan dosis Starane yang digunakan 30 ml/ha dengan konsentrasi 0.1 %. Starane merupakan herbisida purna tumbuh sistemik dan selektif untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan tanaman kacangan penutup tanah pada tanaman kelapa sawit.

Penyemprotan MHS dilakukan dengan sistem satu hancak, artinya setiap karyawan menyemprot sampai tembus blok, berbeda dengan TSK yang hanya sampai pasar tengah. Satu kep MHS mempunyai kapasitas volume 10 l yang dapat diaplikasikan untuk luas areal satu ha. Keunggulan alat MHS adalah dosis herbisida luas areal per hektarnya lebih rendah daripada menggunakan TSK, hasil semprotan berupa butiran halus dengan ukuran yang seragam, menggunakan konsentrasi yang tinggi, alat ringan dan mudah pemakaiannya sehingga prestasi kerja karyawan tinggi.

Pemupukan

Prinsip utama dalam aplikasi pemupukan di perkebunan kelapa sawit adalah setiap pokok harus diberi semua jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh departemen riset untuk mencapai produktivitas tanaman yang menjadi tujuan akhir dari bisnis perkebunan. Biaya pemupukan sangat signifikan mencapai 60 % dari total biaya pemeliharaan, oleh karena itu ketepatan aplikasi pemupukan sangat penting untuk diperhatikan. Sistem pemupukan yang digunakan di Angsana Estate adalah Blok Manuring System (BMS), yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam hancak pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi.

Leaf Sampling Unit (LSU). Salah satu cara penentuan rekomendasi pemupukan adalah dengan menggunakan hasil analisis daun. Analisis daun sangat tepat dilaksanakan pada tanaman kelapa sawit karena tanaman kelapa sawit memproduksi daun dan tandan sepanjang tahun secara teratur sehingga memudahkan tim pengambil daun untuk melaksanakan pengumpulan daun sampel. Penyusunan rekomendasi pupuk tahun berikutnya hasil analisis daun dihubungkan dengan data produksi pada periode sebelumnya, realisasi pemupukan dan hasil pengamatan defisiensi hara di lapangan sebagai tanda akibat dari pemupukan pada tahun sebelumnya. Tanaman kelapa sawit biasanya sangat responsif terhadap pupuk pada dosis yang mendekati tingkat optimum.

Kegiatan Leaf Sampling Unit (LSU) dilakukan setahun sekali. Pengambilan LSU di Angsana Estate yaitu pada bulan April sampai awal Mei dua bulan sebelum periode baru. Pengambilan LSU dilakukan pagi hari pada interval waktu pukul 07.00-12.00 WITA. Jika hari hujan lebih dari 20 mm, maka pengambilan LSU ditunda hingga 24 jam berikutnya. Alat dan bahan yang digunakan saat pengambilan LSU adalah kertas label yang berisi keterangan: nama kebun/divisi, blok dan tahun tanam, nomor LSU, sistem pengambilan LSU, nama pengambil dan tanggal pengambilan LSU, egrek, gunting atau pisau, cat warna biru, kuas yang dibuat dari ujung pelepah sawit.

Tanaman kelapa sawit tidak boleh dipakai sebagai tanaman contoh dalam kegiatan LSU apabila pokok terletak di pinggir jalan, sungai, parit, dan bangunan;

17 bersebelahan dengan pokok mati atau kosong; pokok steril atau terserang penyakit; pokok abnormal. Jika hitungan jatuh pada pokok-pokok tersebut di atas maka harus digeser ke depan atau ke belakang satu pokok, kecuali jika hitungan jatuh pada pokok mati maka harus digeser 2 pokok.

Sistem yang digunakan dalam pengambilan LSU adalah 10 x 10 yang artinya 10 selang pokok dalam barisan dan perpindahan antar barisan mempunyai selang 10 baris. Arah penghitungan pokok pertama adalah barat-selatan. Tanaman contoh pertama dari pokok ketiga pada baris ketiga, dari tanaman contoh pertama selang 10 tanaman ke dalam baris sebagai tanaman contoh kedua. Jika jumlah pokok menjelang batas blok kurang dari jumlah pokok sistem pengambilan, maka hitungannya dilanjutkan pada baris berikutnya.

Setiap pokok contoh diberi nomor urut dari pokok contoh awal hingga pokok contoh terakhir. Pada nomor pokok paling awal dan pokok paling akhir diberi garis datar ganda di bawahnya, sedangkan pada pokok-pokok contoh diantaranya diberi garis datar tunggal. Contoh tanda-tanda pada pokok contoh dalam LSU dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar A. Tanda Masuk Barisan Gambar B. Tanda Pindah Barisan

1 2 30

Gambar C. Penomoran Pokok Contoh

Gambar 3. Contoh Tanda-tanda pada Pokok Contoh dalam LSU

Contoh daun yang diambil adalah pelepah daun ke-17. Pelepah ke-17 menunjukkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang optimal. Dalam menentukan pelepah ke-17, mencari pelepah daun pertama yaitu daun termuda yang sudah membuka sempurna minimal 90 %, di bawah pelepah pertama adalah pelepah daun ke-9 dan di bawah pelepah daun ke-9 adalah pelepah daun ke-17. Kemudian pelepah daun ke-17 diturunkan dengan egrek untuk diambil contoh daunnya.

Setelah itu 4 helai daun kiri dan kanan yang terletak di titik perubahan permukaan pelepah diambil (total 8 helai/pelepah). Helaian daun dipotong

18

dengan menggunakan gunting lalu diambil bagian tengahnya (bagian terlebar) sepanjang 20 cm dan lidinya dibuang serta dipisahkan antara helaian daun sisi kiri dan kanan (A dan B). Helaian daun dipotong kecil-kecil dengan tujuan mempercepat pengeringan, kemudian dimasukkan ke dalam plastik sampel. Sampel daun harus dijaga jangan sampai kotor dan terkena cat. Setelah pengambilan sampel pada pokok terakhir selesai, maka label dimasukkan ke dalam plastik sampel untuk selanjutnya dikirim ke kantor divisi.

Sampel helaian daun A dan B kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 110 oC selama 24 jam. Daun dinyatakan kering apabila sudah rapuh dan mudah dipatahkan, tetapi warna masih nampak hijau. Selama proses pengeringan harus dikontrol setiap jam dan sampel dipindahkan dari rak atas ke bawah dan sebaliknya agar pengeringan dapat merata, seragam, dan menghindarkan daun menjadi gosong. Sampel A dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Sampel B disimpan sebagai duplikat atau cadangan bila sampel A hilang atau rusak.

Analisis daun merupakan salah satu cara untuk mengetahui status hara daun yang digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan rekomendasi pemupukan. Kandungan hara daun tahun 2004 - 2012 di Angsana Estate dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kandungan Hara Daun Kelapa Sawit di Angsana Estate Tahun 2004 - 2012

Periode LSU

Jumlah LSU (unit)

Rata-rata Kandungan Hara Daun

N P K Mg B ……….(%)…..……….. (ppm) 2004 51 2.35 0.149 1.063 0.300 15.8 2005 87 2.51 0.158 1.088 0.300 17.3 2006 87 2.54 0.153 0.951 0.259 13.7 2007 89 2.80 0.172 1.216 0.317 12.5 2008 88 2.60 0.151 1.118 0.211 13.2 2009 120 2.77 0.168 1.094 0.258 12.6 2010 48 2.72 0.150 0.944 0.228 14.1 2011 48 2.81 0.155 0.918 0.254 13.3 2012 107 2.72 0.157 0.996 0.308 15.7 Rata-rata 81 2.65 0.157 1.043 0.271 14.24

Status Hara Optimum Optimum Optimum Optimum Cukup Sumber : Minamas Research Center (2012)

Kandungan hara daun kelapa sawit di Angsana Estate tahun 2004 - 2012 memiliki rata-rata kandungan unsur N sebesar 2.65 %, unsur P sebesar 0.157 %, unsur K sebesar 1.043 %, unsur Mg sebesar 0.271 %, dan unsur B sebesar 14.24 ppm. Standar hara pada daun kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 8. Kandungan hara daun kelapa sawit di Angsana Estate masih dalam kondisi optimum baik unsur N, P, K, Mg, dan kondisi cukup untuk unsur B.

19 Tabel 8. Standar Hara dalam Daun Kelapa Sawit pada Kondisi Defisiensi,

Optimum, dan Berlebihan Unsur

Hara

Kondisi Defisiensi Kondisi Optimum Kondisi Berlebihan Tanaman Muda < 6 Tahun Tanaman Tua > 6 Tahun Tanaman Muda < 6 Tahun Tanaman Tua > 6 Tahun Tanaman Muda < 6 Tahun Tanaman Tua > 6 Tahun N (%) < 2.50 < 2.30 2.60 - 2.90 2.40 - 2.80 > 3.1 > 3.0 P (%) < 0.15 < 0.14 0.16 - 0.19 0.15 - 0.18 > 2.5 > 2.5 K(%) < 1.00 < 0.75 1.10 - 1.30 0.90 - 1.20 > 1.90 > 1.90 Mg (%) < 0.20 < 0.20 0.30 - 0.45 0.25 - 0.40 > 0.70 > 0.70 B (ppm) < 8 < 8 15.00 - 25.00 15.00 - 25.00 > 35 > 40

Sumber : Von Uexkull, 1992 dalam Pahan (2012)

Hasil pengamatan gejala kekurangan unsur hara juga dilakukan secara visual terhadap daun kelapa sawit dengan panduan gambar-gambar gejala defisiensi dapat dilihat pada Tabel 9. Jumlah tanaman kelapa sawit yang sehat di Angsana Estate sebesar 61.08 % dari jumlah pokok yang diamati, sedangkan tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur hara sebesar 38.04 % dari jumlah pokok yang diamati. Jumlah pokok yang diamati yaitu 1 033 pokok, tetapi terdapat 9 pokok yang sakit sebesar 0.87 %.

Tabel 9. Pengamatan Visual Defisiensi Unsur Hara pada Tanaman Kelapa Sawit di Angsana Estate

Ulangan Jumlah Pokok Diamati Jumlah Pokok Sehat Jumlah Pokok Sakit Defisiensi Hara N K P Mg B ………...(pokok)……… 1 342 199 5 5 21 14 80 18 2 348 236 3 4 20 8 58 19 3 343 196 1 1 67 5 58 15 Total 1 033 631 9 10 108 27 196 52 Persentase (%) 61.08 0.87 0.97 10.46 2.61 18.97 5.03

Sumber : Data Primer(2013)

Perencanaan pemupukan. Rekomendasi pemupukan harus diterima kebun selambat-lambatnya pada bulan Oktober untuk program tahun berikutnya. Permintaan pembelian pupuk harus mengacu pada rekomendasi pemupukan dan perkiraan stok pupuk akhir tahun. Jika perencanaan dan aktual pemupukan dilakukan dengan benar, seharusnya tidak ada sisa stok pupuk. Jadwal penerimaan pupuk bulanan dibuat kebun dan dilampirkan bersama dengan permintaan pembelian pupuk dan dikirimkan ke Departemen Purchasing. Pupuk yang akan diaplikasikan untuk semester I dan semester II selambat-lambatnya diterima pada bulan November. Jika ada perubahan keperluan pupuk untuk semester II dan telah mendapat persetujuan General Manager Estate, maka koreksi permintaan pembelian harus dikirimkan ke Departemen Purchasing, paling lambat bulan Maret.

Penyimpanan pupuk. Pupuk yang telah dibeli oleh perusahaan disimpan di gudang pusat sebelum dikirim ke kebun. Sebelum masuk ke gudang, pupuk

20

terlebih dahulu ditimbang di jembatan timbang sehingga dapat diketahui berapa jumlah pupuk yang masuk ke gudang dan akan disesuaikan dengan jumlah permintaan.

Pelaksanaan pemupukan. Pelaksanaan pemupukan dimulai dari pengangkutan pupuk dari gudang ke lahan dengan menggunakan truk, kemudian pupuk didistribusikan ke blok atau petak yang akan dipupuk dengan mengecer pupuk di pinggir jalan blok. Selanjutnya pupuk diecer menggunakan mobil pengecer pupuk dengan setiap TPH 3 sak pupuk. Dalam pengeceran pupuk perlu diperhatikan kondisi areal dan panjang jalur atau barisan pokok kelapa sawit. Mandor memberikan hancak kepada setiap Kelompok Kecil Pekerja (KKP), tiap KKP terdiri atas 3 orang penabur. Alat yang digunakan untuk pemupukan adalah ember kapasitas 17 kg dan mangkok tabur dengan kapasitas 1.25 kg.

Cara pengaplikasian pupuk pada tanaman menghasilkan (TM) yaitu dengan menabur pupuk NK Blend dan Kieserite di atas rumpukan pelepah secara merata.

Rock Phosphate diaplikasikan dengan cara menabur di permukaan tanah dengan bentuk U, sedangkan HGFB diaplikasikan di pinggiran rumpukan. Dalam aplikasi pemupukan semua pupuk tidak diperbolehkan ada yang menggumpal dan menumpuk di satu titik saja. Aplikasi pemupukan RP dapat dilihat pada Gambar 4.

(A) (B) (C)

Gambar 4. Aplikasi Pemupukan RP: (A) Pengisian Pupuk ke dalam Ember, (B) Cara Penaburan Pupuk RP, (C) Pengukuran Jarak Tabur Pupuk dari Pokok sampai Titik Penaburan

Kegiatan pasca pemupukan yang dilakukan adalah menggumpulkan karung pupuk. Satu gulung pupuk terdiri atas 10 karung pupuk. Karung pupuk dikumpulkan di collection road. Mandor pupuk mengambil gulungan karung kemudian diberikan ke asisten. Asisten menghitung jumlah karung yang dikumpulkan, kemudian disesuaikan dengan jumlah karung dikeluarkan dari gudang pusat.

Tenaga kerja pemupukan. Karyawan yang melakukan penaburan pupuk harus memakai pelindung diri lengkap (topi, baju kerja berlengan panjang, masker, sarung tangan, sepatu bot). Pemupukan tidak dilakukan pada waktu turun hujan untuk menghindari kerugian serta menjamin keselamatan karyawan. Tenaga kerja pemupuk di Angsana Estate terdiri atas satu kemandoran. Tenaga kerja yang

21 digunakan adalah tenaga kerja borongan dan tenaga kerja SKU yang terdiri atas 8 orang penabur dan 4 orang pelangsir.

Upah untuk tenaga kerja borongan adalah Rp 70,00/kg untuk semua pupuk, tidak diberlakukan sistem basis, sedangkan pengupahan untuk tenaga kerja SKU selain mendapatkan gaji pokok juga terdapat sistem basis. Basis pada pupuk NK

Blend sebesar 650 kg/HK, RP dan Kieserite sebesar 500 kg/HK, sedangkan untuk pupuk HGFB sebesar 10 ha/HK. Tenaga kerja SKU mendapatkan premi hadir sebesar Rp 2 500,00/orang serta lebih basis dihitung borong sebesar Rp 70,00/kg sedangkan pupuk HGFB lebih basis sebesar Rp 1/ha. Prestasi kerja penabur di Angsana Estate dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Prestasi Kerja Penabur Pupuk di Angsana Estate Tahun 2013

Jenis Pupuk Standar Kerja (kg/HK) Luas (ha) Jumlah Pupuk Diaplikasikan (kg) Tenaga Kerja (orang) Prestasi kerja kg/HK ha/HK RP 500 31.86 6 046 10 604.6 3.2 500 30.00 5 838 11 530.7 2.7 500 61.15 12 399 11 1 127.2 5.6 Rata-rata 500 41.00 8 094 11 754.2 3.8 Kieserite 500 88.47 14 364 23 624.5 3.9 500 91.65 16 700 27 618.5 3.4 500 71.62 13 898 26 534.5 2.8 Rata-rata 500 83.91 14 987 25 592.5 3.4

Sumber : Data Primer (2013)

Ketepatan pemupukan. Ketepatan dalam pemupukan meliputi ketepatan jenis, dosis, waktu, cara danjarak tabur pupuk yang diaplikasikan. Ketepatan pemupukan harus diperhatikan karena pemupukan sangat mempengaruhi produktivitas.

(1) Ketepatan jenis

Jenis pupuk yang diaplikasikan di Angsana Estate adalah pupuk Rock Phosphate (RP), Kieserite, NK Blend, dan HGFB (Borat). Frekuensi pemupukan di Angsana Estate dilakukan dua kali setahun dan sekali setahun. Pupuk NK

Blend diberikan dua kali setahun, sedangkan RP, Kieserite, dan HGFB diberikan sekali setahun. Kandungan unsur hara pada pupuk yang diaplikasikan di Angsana Estate dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Kandungan Unsur Hara pada Pupuk yang Diaplikasikan di Angsana Estate Tahun 2013

Dokumen terkait