• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Dalam dokumen MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Halaman 30-62)

Aspek Teknis Leaf Sampling Unit (LSU)

Leaf Sampling Unit adalah unit areal yang dipergunakan untuk tempat pengambilan contoh daun dari tanaman yang telah ditetapkan, dengan tujuan sebagai contoh yang cukup dan mewakili untuk mendapatkan informasi tentang kesuburan tanah. Alat dan bahan yang dipersiapkan adalah cat merah, peta blok/tanaman, parang, dan kuas.

Pelaksanaan. Titik pengamatan dipilih dari tanaman kelapa sawit yang normal, sehat atau tidak terkena hama penyakit, dan homogen. Tanaman tidak dekat dengan pinggir jalan, parit atau bangunan. Penentuan tanaman contoh dihitung setiap 10 baris tanaman dimulai baris ketiga dari ujung blok tanaman di pinggir jalan utama.

Pada baris tanaman ditentukan tanaman contoh pertama yaitu pokok ketiga, kemudian selang 10 tanaman untuk tanaman contoh kedua. Setiap tanaman contoh diberi tanda sebagai pohon pengamatan KCD. Tanda terdiri dari nomor pokok dan baris tanaman untuk menunjukkan tanda pengamatan KCD. Bila sampai ujung blok tidak sampai 10 baris tanaman, maka KCD berikutnya pindah 1-2 tanaman ke dalam blok, kemudian dihitung 10 baris tanaman dari tanaman terakhir, diberikan tanda sebagai pengamatan KCD, dan berikutnya sampai penandaan seluruh tanaman selesai dalam satu blok.

Setiap baris yang ada KCD nya pada tanaman di pinggir jalan pada baris tersebut diberi tanda panah menggunakan cat merah pada pangkal pelepah. Tanda panah ke atas artinya sebagai tanda masuk ke dalam baris, sedangkan tanda panah ke kiri/kanan artinya sebagai tanda keluar dari dalam baris tersebut dan pindah ke 10 baris berikutnya. Jika titik KCD hilang karena tanaman terserang hama/penyakit atau tidak normal maka KCD dipindah berjarak dua tanaman dari KCD yang akan diganti. Pemberian tanda/nomor KCD dilakukan hanya sekali dan digunakan sampai tanaman mati atau diganti tanaman baru.

18 Pengambilan Contoh Daun

Pengambilan contoh daun bertujuan untuk menentukan kondisi status hara yang dikandung tanaman dalam rangka untuk penyusunan rekomendasi pemupukan. Alat dan bahan yang dipersiapkan: gergaji atau pisau, kantong plastik, label, alat tulis, dan formulir pengamatan. Pengambilan contoh daun dilakukan pada pukul 07.00-12.00 WIB dan tidak dalam kondisi hujan.

Pelaksanaan. Contoh daun diambil berdasarkan KCD yang telah ditetapkan. Pelepah no. 17 yang diambil sebagai contoh daun. Penghitungan pelepah no. 17 dihitung berdasarkan daun pertama (pucuk tajuk) yang telah membuka pertama. Daun pertama diberi tanda dengan cat merah. Pelepah no. 17 tersebut dipotong menggunakan gergaji atau pisau. Bagian tengahnya digunakan untuk pengambilan contoh daun. Caranya dengan meraba permukaan pelepah mulai dari ujung hingga ketemu atau terasa ada benjolan yang dinamakan “pentil”

pada pelepah tersebut. Selanjutnya satu jengkal dari pentil diambil 12 anak daun, 6 anak daun masing-masing sebelah kiri dan kanan.Contoh daun dari setiap blok dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi tanda dengan jelas. Satu plastik digunakan sebagai tempat contoh daun dari satu blok, tidak boleh digabung dari beberapa blok. Contoh daun dikirim ke bagian research untuk dilakukan persiapan penanganan contoh daun dan dianalisa di laboratorium.

Penanganan Contoh Daun

Anak daun (12 helai) dijadikan satu dan dipakai bagian tengahnya sepanjang 20-30 cm. Lidi dari daun contoh diambil dan dibuang. Contoh daun tidak perlu dicuci tetapi di lap dengan kain basah. Daun yang sudah diambil contoh daunnya dipotong-potong 2 cm dan diletakkan di atas nampan pengeringan, kemudian diberi label dengan jelas. Contoh daun tersebut dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu 60-65 0C. Setelah selesai pengeringan contoh daun digiling dengan alat penggiling daun dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah diberi label. Contoh daun yang sudah dikeringkan dibagi dua, satu bagian dikirim ke Laboratorium Tanah dan sisanya disimpan sebagai cadangan. Contoh daun yang dikirim dan cadangannya harus diberi label yang jelas, selanjutnya dikirim ke laboratorium dengan segera.

19 Pengamatan yang dilakukan pada saat pengambilan contoh daun antara lain:

pengamatan gejala defisiensi hara, ulat api dan ulat kantong. Pengamatan dilakukan dengan mengamati 6 pokok di sekitar pokok KCD (mata lima) dibantu dengan gambar panduan gejala defisiensi hara dari pihak research. Hasil pengamatan ditulis di form data yang telah disediakan oleh pihak research. Selain gambar panduan dan form data, pihak research juga melakukan simulasi terlebih dahulu.

Rekomendasi Pemupukan

Rekomendasi pemupukan di Pelantaran Agro Estate (PAGE) didasarkan pada hasil analisis daun dan tanah, produksi, dan hasil pengamatan lapangan (gejala defiesiensi hara). Jenis pupuk yang dipakai di PAGE adalah pupuk organik (aplikasi janjang kosong) dan pupuk anorganik yaitu Urea, RP (Rock Phospat), MOP (Muriate of Potash), Kieserit, Chelated ZinCopper, dan HGF-B (High Grade Fertilizer Borate). Rekomendasi pemupukan di PAGE disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rekomendasi Jenis dan Dosis Pupuk pada Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit di PAGE Tahun 2011.

Tahun Tanam

Aplikasi Jenis dan Dosis Pupuk

Total

Sumber : Kantor Kebun PAGE (2011)

Realisasi Pemupukan

Realisasi pemupukan di PAGE dihitung berdasarkan persentase setiap jenis pupuk dalam setiap tahun pemupukan maupun persentase semua jenis pupuk

20 yang telah diaplikasikan pada masing-masing tahun tanam kelapa sawit dari jumlah rekomendasi yang ditetapkan. Realisasi pemupukan di PAGE berdasarkan jenis pupuk disajikan pada Lampiran 7, sedangkan realisasi pemupukan di PAGE berdasarkan total pupuk dapat dilihat pada Lampiran 8.

Penyimpanan Pupuk

Penyimpanan pupuk bertujuan agar mutu dan keamanan pupuk tetap terjaga. PAGE mempunyai dua gudang pupuk yaitu di Divisi I dan Divisi III.

Gudang pupuk di PAGE masih berupa bangunan dari kayu, namun memiliki ventilasi yang cukup. Lantai diberi kayu sebagai alas pupuk. Pupuk diletakkan di atas kayu supaya pupuk tidak lembab yang mengakibatkan pupuk membatu.

Pupuk yang diletakkan diluar karena tidak muat di gudang ditutup menggunakan terpal yang tebal dan tidak bocor. Penyimpanan pupuk disusun rapi agar memudahkan melakukan perhitungan.

Gambar 2. Gudang Pupuk dan Penguntilan Tenaga Kerja Pemupukan

Tenaga kerja pemupukan untuk tim BMS (Block Manuring System) 1 (untuk Divisi I dan II) berjumlah 23 orang terdiri dari 10 orang tenaga penabur, 5 orang tenaga pengecer, 2 orang tenaga bongkar muat, dan 6 orang tenaga penguntil. Tenaga pengecer dan penabur dibagi dalam 5 KKP (Kelompok Kecil Pemupuk). Setiap KKP terdiri atas 1 tenaga pengecer dan 2 orang penabur. Basis tenaga pengecer dan penabur adalah 500 kg/HK. Untuk 6 tenaga penguntil memiliki tugas masing-masing antara lain, 1 orang membuka sak dan menuangkan pupuk ke tempat penguntilan, 1 orang mengisi dua takaran untilan, 2 orang memindahkan pupuk dari takaran ke karung untilan, 1 orang mengikat

21 karung untilan, dan 1 orang lagi menyusun untilan dengan rapi. Basis tenaga kerja penguntil adalah 1 500 kg/HK.

Tenaga kerja pengecer dan penabur tetap anggotanya dalam KKP. Apabila salah satu dari anggota KKP tidak bekerja maka akan digantikan oleh tenaga kerja penguntil. Tenaga kerja bongkar muat bergiliran setiap harinya dengan tenaga kerja penguntil. Apabila stok pupuk di gudang habis, maka seluruh tenaga akan dikerahkan ke lapang untuk pemupukan. Semua tenaga kerja pemupukan mendapat upah sebesar upah/HK ditambah premi Rp. 2 500,-.

Teknis Pemupukan

BMS (Block Manuring System) adalah diharapkan aplikasi pupuk berpedoman kepada 5 T (Tepat Jenis, Tepat Dosis, Tepat Aplikasi, Tepat Waktu, Tepat Pelaporan). Pelaksanaan kegiatan pemupukan wajib dengan menggunakan sistem BGA Manuring System.

Organisasi kerja penguntilan. Penguntilan merupakan kegiatan menakar ulang pupuk dari karung sak ke dalam karung-karung untilan dengan dasar pertimbangan bahwa pupuk yang telah diuntil pada saat aplikasi nantinya sesuai dengan dosis per pokok tanaman. Penguntilan bertujuan untuk menghindari pupuk yang menggumpal dalam karung sak dan memudahkan tenaga kerja bongkar muat dan pengecer membawa pupuk yang akan diaplikasikan. Pupuk yang akan diuntil terlebih dahulu adalah pupuk stok lama dan atau karung goninya rusak. Karung pupuk dibuka dengan menarik benang jahitannya, dilarang menggunakan pisau.

Berat untilan tergantung pada jenis pupuk yang akan diaplikasikan. Pupuk RP dan kieserit berat tiap untilannya adalah 8.5 kg, sedangkan berat tiap untilan pupuk borat adalah 6.8 kg. Karung-karung untilan yang telah diikat disusun rapi dan teratur (10-15 susun) agar mudah dihitung pada saat dimuat. Untilan hari ini ditempatkan di belakang agar untilan hari sebelumnya diaplikasikan terlebih dahulu pada esok hari. Untilan ditutup rapat dengan menggunakan terpal dan dipastikan tidak bocor apabila turun hujan. Setelah selesai penguntilan, gudang until dibersihkan dan dirapikan.

22

Gambar 3. Kegiatan Penguntilan Pupuk (a. Takaran Until; b. Penakaran Pupuk; c.

Penyusunan Untilan)

Organisasi kerja pelangsiran. Pelangsiran merupakan kegiatan memindahkan pupuk yang telah diuntil dari gudang ke lapang. Tim tenaga kerja bongkar muat pupuk terdiri dari 2 orang. Kegiatan dimulai setelah apel pagi, tenaga bongkar muat mulai memindahkan untilan-untilan pupuk di gudang ke dalam truk. Pada saat dimuat, jumlah untilan dihitung sesuai dengan kebutuhan di lapang. Pelangsiran dilakukan dua kali kecuali pada hari Jumat. Kegiatan muat pupuk ke truk berlangsung selama 30-50 menit.

Untilan pupuk ditempatkan pada setiap pasar pikul. Jumlah karung untilan disesuaikan dengan dosis per pokok dan jumlah pokok per setengah pasar (2 kali setengah baris) sehingga diketahui jumlah untilan yang dibutuhkan. Untilan pupuk diletakkan di pinggir CR (collections road) , diusahakan agar karung untilan tidak terbuang ke parit, karung sobek, dan ikatan karung untilan tidak lepas untuk menghindari hilangnya pupuk. Tenaga pelangsir juga bertugas mengumpulkan bekas karung untilan dan digulung rapi setiap 10 karung untilan. Pupuk yang telah dilangsir diusahakan habis ditabur pada hari itu juga. Apabila pupuk tidak habis ditabur karena kondisi hujan, maka pupuk dibawa kembali ke gudang untilan.

Gambar 4. Kegiatan Pelangsiran Pupuk (a.Pemuatan Pupuk ke truk; b. Pengeceran Pupuk)

a b c

a b

23 Organisasi kerja pengeceran. Pengeceran merupakan kegiatan memindahkan untilan pupuk dari pinggir CR ke dalam blok atau baris tanaman.

Perbandingan tenaga kerja pengecer dengan tenaga kerja penabur adalah 1:2.

Pengeceran pupuk dalam baris tanaman dilakukan dengan cara dipikul dengan perbandingan satu pengecer dan dua penabur. Semua untilan dari tempat peletakan pupuk akan dipikul hingga pasar tengah dan ditempatkan disetiap selang beberapa pokok sesuai dengan kelipatan dosis per pokok dan berat untilan.

Bekas karung untilan dibawa kembali keluar dan diletakkan di pinggir blok.

Selanjutnya bekas karung akan dikumpulkan oleh tenaga pelangsir dan digunakan lagi untuk penguntilan berikutnya.

Gambar 5. Kegiatan Pengeceran Pupuk

Organisasi kerja penaburan. Tenaga kerja penaburan terdiri dari 2 orang dalam satu KKP. Setiap penabur telah dipersiapkan takaran (sesuai dengan jenis dan dosis pupuk) dan gendongan until. Penaburan pupuk (untuk RP, kieserit, MOP, dan urea) di masing-masing blok dimulai dari pokok pertama hingga pokok terakhir pada pasar tengah (pokok 16 atau 17) tergantung jumlah pokok dalam satu baris. Penaburan pupuk Borat dimulai dari pokok pertama hingga pokok terakhir dalam baris.

Pupuk urea ditabur merata di permukaan piringan, agar secara cepat dapat meresap ke tanah dan segera dapat direspon oleh tanaman. Pupuk RP, MOP &

kieserite ditabur di piringan dengan bentuk “U” karena akar menyebar diluar piringan. Pemupukan dilakukan membentuk setengah lingkaran/“U” dimaksudkan atas pertimbangan untuk menghindari aplikasi pupuk di pasar rintis/pikul. Pupuk borat ditabur merata di permukaan piringan dengan jarak ± 100 cm dari pokok.

Pupuk Chelated Zinkcoper ditugal empat lubang pada setiap pokok dengan jarak

± 50 cm dari pokok.

24

Gambar 6. Kegiatan Penaburan Pupuk Kieserit (a. Penaburan Pupuk di Piringan;

b. Pupuk di Piringan)

Pengamatan Ketepatan Dosis Untilan

Penulis melakukan pengamatan pada grup penguntil untuk mengamati ketepatan dosis untilan. Penulis melakukan penimbangan sampel untilan pupuk RP dan HGFB, data pengamatan disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk HGFB

TK (Orang) Bobot/Until (kg) Rataan (kg) Tepat Dosis (%)

6 6.80 6.63 97.50

6 6.80 6.36 93.52

6 6.80 6.29 92.50

Rata-rata 94.50

Sumber : Hasil Pengamatan Lapang (2011)

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa persentase rata-rata penguntilan pupuk HGFB adalah 94.50 %.

Tabel 8. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk Rock Phospate

TK (Orang) Bobot/Until (kg) Rataan (kg) Tepat Dosis (%)

6 8.50 8.10 95.33

6 8.50 7.75 91.20

6 8.50 8.20 96.51

Rata-rata 94.35

Sumber : Hasil Pengamatan Lapang (2011)

Berdasarkan hasil pengamatan penguntilan pupuk RP diperoleh hasil bahwa persentase rata-rata ketepatan dosis untilan adalah 94.35%.

a b

25 Pengamatan Ketepatan Cara

Gambar 7. Grafik Ketepatan Cara Aplikasi Pupuk Kieserit pada Blok D04

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa persentase rata-rata ketepatan cara oleh tenaga kerja penabur adalah 85 %.

Pengamatan Prestasi Tenaga Kerja

Tabel 9. Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk

Sumber : Hasil Pengamatan Lapang (2011)

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa pada umumnya prestasi tenaga kerja pemupuk telah mencapai standar kerja kebun.

Penabur

26 Aplikasi Janjang Kosong

Janjang kosong merupakan salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit. Aplikasi janjang kosong bertujuan untuk konservasi tanah dan menyediakan beberapa unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu, janjang kosong berfungsi sebagai penutup tanah, mengurangi gulma dan penguapan (menjaga kelembapan tanah).

Aplikasi janjang kosong di PAGE dilakukan secara manual. Aplikasi dilakukan di Divisi I. Janjang kosong diangkut menggunakan truk buah dari PKS setelah mengantar TBS. JJK dari truk diletakkan di pinggir jalan CR atau di parit berbentuk tumpukan. Satu truk berisi 7 ton JJK disusun satu tumpukan.

Alat yang digunakan untuk aplikasi JJK adalah gancu dan karung/angkong. Karung atau angkong digunakan untuk mengangkut JJK dari tumpukan ke dalam gawangan sedangkan gancu untuk menyusun JJK pada pasar mati. Tenaga kerja yang digunakan untuk aplikasi JJK ada 4 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 - 4 orang dengan tugas masing-masing sebagai penyusun JJK ke angkong, mengangkut JJK ke dalam gawangan, dan penyusun JJK pada tanaman secara bergantian.

Aplikasi JJK dilakukan dengan rotasi sekali setahun pada lahan yang sama. Dosis JJK per hektar adalah 27 ton, atau ± 200 kg per pokok (1 ha terdapat 136 tanaman). Jumlah JJK yang disusun pada satu pokok tidak ditentukan.

Berdasarkan kalibrasi untuk bobot 1 angkong/karung adalah 50 kg. Jadi diperkirakan untuk setiap tanaman harus ada 4 angkong/karung JJK. JJK disusun satu lapis di sisi susunan pelepah berbentuk kotak untuk menghindari perkembangan kumbang badak (Orictes rhinoceros). Prestasi kerja untuk karyawan penyusun janjangan adalah 0.1 ha/HK atau ± 2 700 kg/ HK.

27

Gambar 8. Aplikasi Janjang kosong (a.Pengangkutan JJK ke dalam Blok;

b.Susunan JJK di dalam Blok) Pengendalian Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada tempat dan waktu yang tidak diinginkan, yang dapat merugikan manusia. Pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi persaingan antara tanaman dengan gulma, memudahkan sanitasi dan pemeliharaan (pemupukan), serta menghindari pengaruh buruk bagi tanaman. Gulma dominan yang ditemukan di PAGE yaitu Chromolaena odorata (putihan), Stenochlaena palustris (kelakai), Neprolephis biserata (paku larat), Glichenia linearis (pakis kawat), Dicrapnotheris linearis (pakis kawat), Mikania micrantha (sambung rambat), Scleria sumatrensis (kerisan), dan kentosan (sawit liar). Kegiatan pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimiawi dengan sasaran gulma di piringan, gawangan mati, pasar pikul, dan TPH.

Khusus pakisan (Neprolephis biserata) sengaja dibiarkan tumbuh pada gawangan mati dan pokok kelapa sawit. Hal itu dilakukan karena Neprolephis biserata pada saat mencapai umur tertentu akan kering dan mati dengan sendirinya. Selain itu, Neprolephis biserata berfungsi untuk mengurangi evaporasi yang terjadi pada tanah sehingga kelembapan tetap terjaga.

Pengendalian secara manual. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan secara manual yaitu piringan manual dan gawangan manual. Piringan manual merupakan kegiatan membersihkan gulma yang “mengelambu” atau menutupi tanaman kelapa sawit, gulma dan kotoran berupa brondolan busuk, pelepah kering yang ada di piringan. Prestasi kerja piringan manual adalah 0.5 ha/HK. Gawangan manual merupakan kegiatan menebang gulma khususnya gulma anak kayu yang tumbuh di gawangan mati maupun gawangan hidup. Gulma ditebas ± 30 cm dari

a b

28 permukaan tanah. Prestasi kerja gawangan manual adalah 0.5 ha/HK. Piringan dan gawangan manual kebanyakan dilakukan pada areal tahun tanam 2006.

Gambar 9. Gulma “Mengelambu” pada Kelapa Sawit

Pengendalian secara kimiawi. Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi yaitu semprot gawangan dan SPPH (Semprot Piringan, Pasar pikul, dan TPH). Metode yang dilakukan adalah sistem BSS (Blok Spraying System), yaitu penyemprotan yang dilakukan dari blok ke blok. Tim BSS terdiri dari 2 tim yaitu:

tim BSS TUS dan tim BSS divisi.

Tim BSS TUS adalah tim pengendalian gulma piringan, pasar pikul, dan TPH (SPPH) dengan menggunakan alat sprayer SA 15 dan nozel vlv 100/Deflaktor. Isi sprayer SA 15 adalah 15 l. Cara penyemprotannya adalah piringan disemprot pada jari-jari 2 m dengan posisi stik semprot di arah luar lingkaran. Pasar rintis, pasar tengah, pasar kumis, dan kaki lima parit/blok disemprot dengan lebar 1.2 m, serta semua TPH disemprot.

Tim divisi adalah tim pengendalian gulma gawangan dan lalang dengan menggunakan alat Solo sprayer. Isi Solo sprayer adalah 13 liter. Cara penyemprotannya adalah gawangan disemprot secara selektif yaitu hanya gulma beranak kayu disemprot secara merata dan semua lalang cara spot dan merata.

Pengancakan kerja tiap tenaga semprot adalah dua pasar. Apabila dalam kondisi berat ditumbuhi gulma, maka satu pasar disemprot oleh dua tenaga semprot.

Mulai dari CR tembus ke CR sebelah, kemudian balik dari sisi CR sebelah ke CR semula. Selanjutnya pindah ke pasar berikutnya yang belum di semprot berdasarkan nomor urut penyemprot. Sebelum masuk ke dalam hancak bendera merah ditancapkan di CR sebagai tanda batas hancak.

Pengendalian gulma secara kimiawi pada piringan dilakukan dengan menggunakan herbisida gifosat merek dagangnya “KLEENUP 480 SL” dan metil

29 metsulfuron merek dagangnya “Meta-Prima 20 WG”. Dosis bahan gifosat adalah 0.3 liter/ha, sedangkan metil metsulfuron adalah 0.016 kg/ha. Sebelumnya bahan gifosat telah dicampur dengan air 1:1. Demikian juga untuk bahan metil dilarutkan terlebih dahulu menggunakan air, kemudian dicampur dengan glifosat.

Untuk TUS pencampuran bahan dilakukan di tangki truk. Jumlah air yang diisi ke tangki adalah 2 500 l, jumlah glifosat 9.86 liter dengan konsentrasi 0.39 %, dan jumlah metilnya 0.525 kg dengan konsentrasi 0.021 %. Semua bahan dicampur dalam tangki. Sasaran kerja semprot piringan adalah semua gulma di piringan, pasar pikul, pasar tengan, kaki lima, dan TPH.

Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan dengan menggunakan herbisida paraquat merek dagangnya “GRAMOXONE 276 SL”, metil metsulfuron merek dagangnya” Meta-Prima 20 WG” dan starlon. Dosis paraquat 0.20-0.23 liter, metil 0.02 kg, dan starlon 0.05-0.07 liter. Jenis dan dosis bahan yang digunakan berdasarkan kondisi dan komposisi gulma (persentase gulma dalam satu blok). Untuk pengendalian lalang menggunakan glifosat tanpa campuran bahan lain dengan perbandingan 1:1. Dosisnya adalah 0.4-0.42 liter/ha.

Output untuk semprot lalang atau spot lalang adalah 5 ha/HK.

Rotasi kerja semprot piringan yaitu 6 kali setahun (setiap 2 bulan).

Semprot piringan dilakukan pada bulan Februari, April, Juni, Agustus, Oktober, dan Desember. Rotasi kerja semprot gawangan yaitu 2 kali setahun (setiap 6 bulan) dan dilakukan pada bulan Juni dan Desember.

Prestasi kerja tenaga semprot piringan adalah 3 ha/HK sedangkan prestasi kerja tenaga semprot gawangan adalah 2 ha/HK. Prestasi kerja yang diperoleh tenaga semprot piringan dan gawangan kadang lebih atau kurang dari norma kerja 3 ha/HK dan 2 ha/HK. Hal ini disebabkan kondisi gulma (intensitas gulma) pada areal blok berat atau ringan. Apabila prestasi kerja lebih dari norma kerja, maka lebihnya akan dimasukkan pada prestasi kerja hari berikutnya.

30

Gambar 10. Kegiatan Pengendalian Gulma (b.Semprot Gawangan; b. Semprot Piringan

Alokasi alternatif tenaga semprot bila terjadi hujan atau ketersediaan bahan tidak ada adalah: menanam MB (Mucuna bracteata), pekerjaan berantas kentosan, tanam Neprolephis/Tunera, piringan dam gawangan manual. Pekerjaan sekunder harus ditentukan dengan jelas agar alokasi HK tenaga semprot lebih efektif.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian Hama. Hama yang terdapat di perkebunan PAGE antara lain tikus, kumbang tanduk (Orictes rhinoceros), ulat api (Tosea asigna), dan ulat kantong (Mahasena corbetti). Pengendalian dilakukan pada hama tikus dan kumbang badak karena dianggap telah mengganggu dan serangannya sudah mulai banyak.

Tikus merusak bunga jantan, bunga betina, tandan buah segar, dan brondolan. Pengendalian untuk mencegah peledakan hama tikus yaitu dengan aplikasi rodentisida berupa Durat. Aplikasi durat dilakukan secara manual. Dosis durat untuk satu tanaman adalak satu biji. Durat diletakkan pada jarak ± 50 cm dari pokok dengan menghadap ke pasar pikul. Rotasi aplikasi durat dilakukan sekali setahun. Aplikasi durat dilakukan dua tahap. Aplikasi tahap pertama seluruh pokok kelapa sawit diaplikasikan. Aplikasi tahap kedua 4-7 hari setelah aplikasi pertama, untuk mengganti racun yang hilang. Aplikasi durat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan sehingga di umpan durat tersebut tidak terdapat bau manusia sehingga tikus yang mempunyai insting cepat tanggap

a b

31 terhadap bahaya tidak terpengaruh dengan bau manusia di umpan tersebut. Berat satu biji durat adalah 3.6 gram. Prestasi kerja untuk karyawan aplikasi durat 4.5-6 kg/HK.

Kumbang tanduk (Orictes rhinoceros) telah menjadi hama utama di kebun PAGE. Kumbang tanduk menyerang pucuk yang mengakibatkan pucuk kelapa sawit patah. Selanjutnya, akibat bekas gerekan busuk dan akhirnya tanaman kelapa sawit bisa mati. Kumbang tanduk dikendalikan dengan menggunakan ferotrap. Ferotrap merupakan perangkap dengan menggunakan feromon dalam bentuk kemasan. Feromon diletakkan di dalam jerigen yang dibelah dan digantung pada ketinggian ± 2 m. Kelebihannya lebih efektif untuk kumbang tanduk karena posisi lubang ferotrap berada di samping. Ferotrap ditempatkan

Kumbang tanduk (Orictes rhinoceros) telah menjadi hama utama di kebun PAGE. Kumbang tanduk menyerang pucuk yang mengakibatkan pucuk kelapa sawit patah. Selanjutnya, akibat bekas gerekan busuk dan akhirnya tanaman kelapa sawit bisa mati. Kumbang tanduk dikendalikan dengan menggunakan ferotrap. Ferotrap merupakan perangkap dengan menggunakan feromon dalam bentuk kemasan. Feromon diletakkan di dalam jerigen yang dibelah dan digantung pada ketinggian ± 2 m. Kelebihannya lebih efektif untuk kumbang tanduk karena posisi lubang ferotrap berada di samping. Ferotrap ditempatkan

Dalam dokumen MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Halaman 30-62)

Dokumen terkait