• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa pada saat melakukan kegiatan magang bertanggung jawab sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling selama dua bulan terakhir. Kegiatan magang dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur dengan kegiatan yang dilakukan meliputi aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan pemupukan (organik dan anorganik), pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pengendalian hama dan penyakit (sensus ulat api), pemeliharaan sarana dan prasarana, sensus thining out, penunasan, dan pemanenan.

Pelaksanaan kerja di PT Inti Indosawit Subur secara umum dilaksanakan selama enam hari kerja dalam seminggu dan penulis ditempatkan di Afdeling II dengan asisten Afdeling Ir. Nirwan Ginting. Waktu hari kerja rata-rata selama 7 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB. Waktu istirahat/wolon dilakukan selama setengah jam dari pukul 11.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Selain itu, penulis diwajibkan mengikuti muster morning (apel pagi) yang dimulai pada pukul 05.30 WIB bersama asisten Afdeling, mandor, dan kerani. Kemudian, kegiatan dilanjutkan pada sore hari di kantor Afdeling mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB.

Aspek Teknis Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral, CO2, dan air. Pengendalian gulma juga mempermudah pengontrolan kerja dan menghindari serangan hama dan penyakit. Secara umum, pengendalian gulma di PT Inti Indosawit Subur difokuskan pada gulma di pringan, jalan pikul, dan tempat pengumpulan hasil (TPH).

Pengendalian gulma manual (dongkel anak kayu). Dongkel anak kayu

(DAK) adalah kegiatan menyiang tanaman dengan membongkar atau membuang hingga akarnya (mendongkel) sehingga diharapkan tidak tumbuh kembali di piringan maupun di gawangan. Alat yang digunakan untuk DAK adalah parang

(untuk membabat gulma berkayu) dan garu (untuk membersihkan piringan pelepah-pelepah yang terjatuh). Gulma-gulma yang didongkel antara lain adalah gulma-gulma yang umumnya berkayu seperti Climedia hirta, Melastoma malabatricum, Chromolaena odorata, dan Lantana sp. Pengendalian gulma ini selain berfokus terhadap gulma berkayu juga melakukan kegiatan pembersihan piringan dengan membersihkan pelepah-pelepah yang berada di sekitar piringan dengan menyusun secara letter “I” jika berada di dekat jalan raya dan menyusun secara letter “U” jika berada di daerah tanjakan. Rotasi dari kegiatan DAK ini adalah 3 bulan dengan prestasi kerja pekerja karyawan adalah dua jalan pikul (4 – 5 ha). Prestasi kerja penulis adalah satu jalan pikul.

Pengendalian gulma kimiawi. Pengedalian gulma secara kimiawi yang

dilakukan di PT Inti Indosawit Subur dikelola oleh Tim Unit Semprot (TUS) yang langsung dibawah tanggung jawab asisten kepala. Tim Unit Semprot (TUS) dibagi menjadi dua berdasarkan alat penyemprotan yaitu Knapsack sprayer (RB-15/Solo) dan Controlled Droplet Applicator (CDA).

Tim Unit Semprot (TUS) dengan alat Knapsack sprayer (RB-15/Solo) terdiri dari satu unit kendaraan pengangkut tangki bahan kimia dan satu unit kendaraan pengangkut karyawan semprot, alat semprot RB-15/Solo berjumlah 20 unit yang dibagi menjadi 18 unit untuk operasional dan dua unit sebagai cadangan (jika terjadi kerusakan) dan telah diberi nomor urut sesuai nomor karyawan semprot. Tenaga semprot berjumlah 20 orang yang terdiri dari 18 orang penyemprot inti dan dua orang cadangan yang akan menggantikan bila tim inti ada yang sakit, haid, mangkir, dan sebagainya. Alat semprot Knapsack sprayer (RB-15/Solo) menggunakan bahan aktif Paraquat konsentrasi 0.50 % dengan merek dagang Gromoxon dan bahan aktif Methyl metsulfuron konsentrasi 0.03 % dengan merek dagang Trapp. Jenis bahan aktif ini bersifat sistemik yang berarti bekerja melalui jaringan di dalam tanaman. Gulma-gulma yang menjadi sasaran adalah pakis-pakisan dan kentosan yang terdapat pada piringan, pasar pikul, dan TPH. Kapasitas tangki semprot sebesar 15 liter. Prestasi kerja pada karyawan sebanyak 8 kap/orang atau ± 264 pokok sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 3 kap atau ± 99 pokok.

15 Tim Unit Semprot (TUS) dengan alat semprot CDA terdiri dari satu unit kendaraan pengangkut tangki bahan kimia (truk + tangki 600 liter) dan satu unit kendaraan pengangkut karyawan semprot, 12 unit alat semprot (Micron Herbi Sprayer) yang dibagi menjadi 10 unit untuk operasional dan dua unit sebagai cadangan (jika terjadi kerusakan) dan telah diberi nomor urut sesuai nomor karyawan semprot. Alat semprot CDA biasa dikenal dengan nama micron herbi dan digunakan untuk Ultra Low Volume (ULV) dengan volume semprot rendah < 50 liter/ha. Hasil semprotannya menghasilkan butiran halus yang terkendali dengan ukuran seragam (± 250 mikron) dan konsentrasi herbisida yang tinggi. Kapasitas tangki dengan alat ini adalah 10 liter. Bahan aktif yang digunakan adalah Glifosat konsentrasi 4 % dengan merek dagang Bionasa dan bahan aktif 2.4D konsentrasi 2 % dengan merek dagang Lindomin. Gulma-gulma yang menjadi sasaran utama adalah Asystasia dan rumput-rumputan yang terdapat di jalan pikul, piringan dan TPH. Prestasi kerja karyawan sebanyak 5 ha/HK.

Pemeliharaan Sarana dan Prasarana.

Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana yang dilakukan di PT Inti Indosawit Subur merupakan kegiatan pengelolaan konservasi tanah dan air melalui pemasangan gorong-gorong (untuk mengalirkan air) dan rempesan pelepah.

Pemasangan gorong-gorong. Gorong-gorong adalah salah satu sarana

prasarana unit jembatan yang berfungsi untuk mengalirkan air agar jalan tidak tergenang air sehingga transportasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional dapat berjalan dengan baik terutama untuk pengangkutan TBS. Gorong-gorong yang digunakan di Afdeling II PT Inti Indosawit Subur memiliki diameter sebesar 30 cm dengan panjang 4 m dan ditanam pada kedalaman 75 cm dari permukaan tanah kemudian ditimbun kembali dengan tanah agar tidak pecah bila dilewati kendaraan dan juga agar tidak tersumbat lumpur. Kemudian, pada bagian pangkal dari gorong-gorong dibuat rorak (tempat menampung air dari parit) dengan ukuran 75 cm x 75 cm, kedalaman 1 m, sedangkan pada bagian ujung lainnya dibuat parit yang berukuran 1 m2 untuk mengalirkan air ke saluran tempat pembuangan air. Bagian ujung kiri dan kanan di atas gorong-gorong yang telah

± 30 karung agar tanah tidak mudah longsor (Gambar 1). Prestasi kerja yang diperoleh untuk kegiatan ini adalah 1 unit/2 HK. Prestasi kerja karyawan adalah 1 unit/2 HK dan prestasi kerja penulis sama dengan prestasi karyawan.

Gambar 1. Pemasangan Gorong-gorong

Rempesan pelepah. Kegiatan rempesan pelepah ini bertujuan untuk

membuang pelepah yang tidak produktif pada tanaman pokok yang dapat menghalangi lajunya jalan kendaraan di sepanjang jalan koleksi (collection road). Selain itu, kegiatan merempes juga bertujuan agar sinar matahari yang masuk menerangi badan jalan semakin banyak dan jalan-jalan yang tergenang air menjadi cepat mongering. Tahapan rempesan pelepah antara lain: 1) Memotong pelepah yang menutupi jalan dan disisakan sekitar satu meter, 2) Pelepah yang berserakan di sepanjang jalan dipotong menjadi tiga bagian dan disusun dengan rapi di gawangan mati.

17

Gambar 2.Pokok yang Harus Dirempes

Pemupukan

Pemupukan kelapa sawit merupakan pekerjaan penambahan unsur hara secara efektif dan berimbang yang diberikan secara langsung ke tanaman maupun tidak langsung ke dalam tanah untuk mempertahankan kesuburan. PT Inti Indosawit Subur mensubstitusi sebagian pupuk anorganik dengan pupuk organik yang berasal dari by product pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) seperti janjangan kosong, abu janjang, decanter solid, dan Palm Oil Mill Effluent (POME). Penggunaan by product pabrik sebagai pupuk organik signifikan dalam mengurangi biaya pemupukan, mempertahankan produksi TBS, peremajaan tanah, dan mengurangi polusi lingkungan.

Janjangan kosong. Janjangan kosong merupakan tandan kosong dari

pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang berasal dari stasiun rebusan dan stasiun pemipilan. Janjangan kosong memiliki kandungan bahan organik yang berguna bagi tanaman. Saat pengaplikasian janjangan kosong, gawangan mati harus dibersihkan terlebih dahulu. Jika gawangan mati pada saat pengaplikasian janjangan kosong tidak dibersihkan dari gulma, maka pada saat penyerapan unsur hara, akar tanaman kelapa sawit tidak dapat menyerapnya secara keseluruhan.

Tabel 3. Persentase Unsur Hara dalam Janjangan Kosong

Hara utama

Persentase unsur hara dalam janjangan kosong (%)

Per ton janjangan kosong sebanding dengan pupuk anorganik Kisaran Rata-rata Nirogen (N) 0.32 – 0.43 N 0.37 N 8.00 kg Urea Fosfor (P) 0.03 – 0.05 P2O5 0.04 P2O5 2.90 kg RP Kalium (K) 0.89 – 0.95 K2O 0.91 K2O 18.30 kg MOP Magnesium (Mg) 0.07 – 0.10 MgO 0.08 MgO 5.00 kg Kieserit Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)

Data-data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa 1 ton decanter solid sebanding dengan 8.00 kg Urea, 2.90 kg RP, 18.30 kg MOP, dan 5.00 kg Kieserit. Kandungan unsur hara tertinggi pada decanter solid adalah kalium (K) dengan rata-rata persentase sebesar 0.91 % K2O.

Aplikasi janjangan kosong dilakukan dengan membuat petakan janjangan kosong yang berukuran lebar 8 janjangan kosong dan panjang 11 janjangan kosong dengan bobot janjangan di petakan sebesar ± 370 kg. Pengaplikasian janjangan kosong dapat menggunakan angkong dan gancu. Satu angkong dapat memuat 30 – 35 janjangan kosong dimana bobot satu janjangan 20 % dari bobot janjangan sebelum diolah sehingga pada saat sekali membawa angkong, bobot yang dibawa sebesar 120 – 150 kg. Untuk satu ukuran janjangan kosong dibutuhkan 3 kali angkong sehingga total janjangan kosong di satu ukuran 90 – 105 janjangan kosong. Rotasi janjangan kosong dilaksanakan setiap satu kali dalam setahun pada areal yang sama, karena pada saat itu janjangan kosong sudah hancur berbentuk tanah. Norma kerja karyawan adalah 10 titik/hari dan norma kerja penulis 5 titik.

Decanter solid. Decanter solid merupakan produk akhir dari pengolahan TBS dengan memakai sistem decanter yang akan menghasilkan padatan lumpur dan bersifat asam. Decanter solid diaplikasikan diantara dua pokok kelapa sawit dan disebar merata diatas rumpukan pelepah di gawangan mati dengan dosis empat until, dimana satu until berbobot 18 kg. Norma kerja karyawan untuk aplikasi decanter solid ini adalah 150 until per HK. Rotasi pengaplikasian decanter solid adalah satu kali dalam setahun. Prestasi kerja penulis untuk decanter solid adalah 24 until.

19 Tabel 4. Persentase Unsur Hara dalam Decanter Solid (DS)

Unsur hara utama

Rata-rata persentase hara dalam decanter solid (%)

Per ton decanter solid (DS) sebanding dengan pupuk anorganik Nirogen (N) 0.47 N 0.05 P2O5 0.30 K2O 0.07 MgO 10.30 kg Urea Fosfor (P) 3.30 kg RP Kalium (K) 6.10 kg MOP Magnesium (Mg) 4.50 kg Kieserit

Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)

Data-data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa 1 ton decanter solid sebanding dengan 10.30 kg Urea, 3.30 kg RP, 6.10 kg MOP, dan 4.50 kg Kieserit. Kandungan unsur hara tertinggi pada decanter solid adalah nitrogen (N) dengan rata-rata persentase sebesar 0.47 %.

Abu janjang. Abu janjang/bunch ash merupakan produk akhir

pembakaran janjangan kosong (JJK) pada incenerator PMKS. Kandungan unsur hara tertinggi yang terkandung dalam abu janjang adalah K yaitu 35 – 47 % K2O, kemudian diikuti dengan kandungan unsur hara Mg dan Ca sebesar 4 – 6 % MgO dan CaO, dan P sebesar 2.5 - 3.5 % P2O5. Kandungan nutrisi abu janjang dari unsur hara K2O dapat mensubstitusi kelebihan biaya pupuk anorganik MOP sehingga perusahaan dapat menghemat biaya pemupukan.

Palm Oil Mill Effluent (POME). Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan limbah cair yang mengandung bahan organik tinggi yang berasal dari pengolahan PMKS terutama dari steilizer condensate, sludge dari klarifikasi, dan air buangan hydrocyclone yang dapat digunakan sebagai pengganti pupuk anorganik, sebagai sumber air bagi tanaman terutama pada saat musim kering, dan juga dapat mengurangi polusi yang dapat ditimbulkan jika dibuang ke sungai. Aplikasi limbah cair dialirkan melalui pipa PVC dari pabrik ke flatbed yang berukuran 7 m x 1.5 m x 1 m dengan volume 3.5 m3/flatbed. Rata-rata untuk 1 ha lahan terdapat ± 53 flatbed. Rotasi pengisian flatbed adalah tiga bulan sekali. Layanan aplikasi limbah cair tetap harus dilakukan setiap enam bulan sekali setelah pengisian, agar kondisi tanah dari flatbed tetap baik dan juga bersih dari gulma.

Gambar 3. Pemberian POME di Lahan

Pemupukan anorganik. Pemupukan anorganik yang ada di PT Inti

Indosawit Subur terdiri atas pupuk Dolomit, ZA (Zwavelzuur ammonia), MOP (Muriate of Potash), RP (Rock Phosphate), dan HGFB (High Grade Fertilizer Borate). Aplikasi pemupukan di PT Inti Indosawit Subur berdasarkan rekomendasi dari Departemen R & D PT Asian Agri yang terletak di Tebing Tinggi. Rekomendasi tersebut diformulasikan berdasarkan beberapa faktor yaitu: produksi TBS, umur tanaman, status hara tanaman (analisis daun dan observasi lapangan), sejarah pemupukan, kesuburan tanah, data curah hujan, dan hasil percobaan pupuk.

Dalam pengadaan pupuk, PT Inti Indosawit Subur bekerjasama dengan perusahaan penyedia pupuk, kemudian pupuk yang telah dibeli disimpan ke dalam gudang sentral. Gudang tersebut merupakan tempat penyimpanan bahan-bahan keperluan kebun yaitu herbisida dan pupuk. Prosedur penyaluran pupuk ke tiap Afdeling adalah berdasarkan jumlah permintaan pupuk dari tiap Afdeling. Prinsip 4T yaitu: tepat dosis, waktu, cara, dan tempat merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam menentukan efisiensi pemupukan terutama pemupukan anorganik.

Penguntilan pupuk menggunakan alat takar until pupuk yang telah dikalibrasi berdasarkan jenis dan dosis pupuk rekomendasi yang akan diaplikasikan. Tiap satu untilan berisi pupuk untuk dosis delapan pokok. Jumlah tenaga kerja penguntil pupuk di PT Inti Indosawit Subur adalah enam orang.

21 Norma kerja karyawan penguntil pupuk adalah 1 500 kg/HK sehingga jumlah bobot untilan pupuk untuk satu hari adalah sebesar 9 000 kg. Ketepatan penguntilan sangat dipengaruhi oleh penggunaan alat takar until, keterampilan tenaga kerja penguntil, dan kontrol mandor until pupuk. Selain itu, perlu juga dilakukan kontrol dengan menggunakan timbangan agar dosis pupuk sesuai dengan bobot untilan yang dibuat.

Pengeceran pupuk dilakukan dengan mengangkut pupuk ke tempat peletakkan pupuk (TPP) dengan menggunakan dump truck. Pemuatan untilan ke dalam kendaraan dilakukan pada pagi hari ke TPP blok yang akan dipupuk pada hari itu juga. Mandor pupuk harus mengetahui dan memastikan untilan pupuk sudah diecer pada TPP, sesuai dengan jumlah untilan/TPP yang tertera pada pokok.

Pelangsiran pupuk adalah membawa untilan pupuk yang berada di pinggir jalan ke dalam blok dan diletakkan setiap selang 8 pokok/baris. Penaburan pupuk pun dilakukan setelah pelangsiran untilan pupuk selesai. Penabur diberikan takaran pupuk yang sesuai untuk jenis dan dosis pupuk yang akan diberikan. Pupuk yang ditabur harus tersebar merata di piringan dan tidak menumpuk.

Norma kerja pemupuk adalah 400 kg/HK dengan premi “mati” sebesar Rp 5 000.00 apabila melewati norma kerja pemupuk tersebut. Prestasi kerja

penulis adalah delapan until.

Karung bekas untilan yang telah ditabur dikumpulkan oleh para pemupuk ke gudang pupuk. Pekerjaan pengumpulan karung untilan pupuk penting dilakukan sebagai alat kontrol terhadap kehilangan pupuk di lapangan dan juga sebagai alat monitoring terhadap karung untuk penguntilan.

Sensus Thinning Out (TO)

Tiap afdeling suatu kebun memerlukan 2 – 3 tim sensus dengan prestasi kerja 5 – 7 ha/HK. Satu tim beranggotakan tiga petugas, yaitu Petugas A (sebagai penghitung dan pencatat jumlah pokok) dan Petugas B (sebagai pembuat nomor dan pembawa cat) dan Petugas C (sebagai petugas pembuat administrasi lapangan). Bahan dan alat yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sensus, yaitu: triplek (hard cover), pulpen 4 warna, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat pengerok), cat warna putih, tempat cat, dan map penyimpan files.

Saat sensus, petugas menghitung dan mencatat status pokok berdasarkan tanda pada formulir sensus. Ciri-ciri pokok yang akan di thinning out adalah pokok-pokok yang sudah tersambar petir, tidak berbunga lagi, dan yang sudah mati/tidak berproduksi lagi. Fungsi diadakan sensus thinning out adalah untuk menandakan pokok yang sudah mati/yang sudah tidak dapat berproduksi lagi dan digunakan sebagai rekomendasi jumlah untilan pupuk per TPP. Petugas berjalan di jalan pikul pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus dengan

berjalan menurut arah barisan. Petugas A mensensus dua baris pokok (baris 1 dan 2). Secara bersamaan petugas B membersihkan/mengerok pelepah

pokok terluar pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus. Petugas A menyensus seluruh pokok dalam barisan tersebut dan memberitahu jumlah pokok normal/hidup dan pokok mati/kosong ke petugas B. Apabila ditemukan pokok yang harus di thinning out, maka petugas B langsung mengecat pada pelepah tersebut, seperti yang disampaikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Tanda Pokok yang akan di Thinning Out

Kemudian, petugas B berjalan menuju pokok paling ujung untuk menuliskan jumlah pokok hasil sensus dan jumlah untilan dalam TPP pada pokok tersebut. Seluruh hasil sensus diinformasikan dan dibawa ke Afdeling. Jumlah TPP yang harus disensus thinning out adalah 25 – 27 TPP/hari.

23

Sensus Ulat Api

Sensus ulat api merupakan salah satu bentuk pengendalian hama dan penyakit tanaman. Sistem pemantauan rutin sangat membantu pelaksanaan kebijakan pengendalian hama terpadu, yang memberi peluang perkembangan musuh alami sehingga memungkinkan terjadinya keseimbangan alami. Sistem sensus tetap meliputi deteksi dan penghitungan hama pada baris sensus (BS) setiap 10 baris pokok dan titik sensus (TS). Skema dalam penentuan TS adalah titik sensus pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok keempat di tepi jalan kemudian setiap 10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34, dan seterusnya, bila setelah TS terakhir masih tersisa > 4 pokok maka ditambahkan satu TS pada pokok terakhir, setiap TS terdiri dari tiga pokok yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok di sampingnya, agar tidak terjadi over pruning akibat pemotongan pelepah karena sensus setiap bulan, maka TS dapat digeser maju atau mundur 1 – 2 tanaman. Setiap TS yaitu pada setiap 10 pokok sepanjang baris sensus harus diberi nomor pada pangkal pelepah yang telah ditunas rapi dengan cat dasar warna kuning dan tulisan berwarna biru.

Dalam pelaksanaan sensus ulat terdiri atas 2 tim, yang masing–masing tim terdiri atas 3 orang, yaitu satu laki-laki sebagai penunas dan dua perempuan sebagai pencatat jenis hama ulat api yang terlihat dan sebagai penyusun pelepah di gawangan mati. Tim sensus ini harus menghitung hama pemakan daun. Penghitungan hama pemakan daun hanya pada satu pelepah contoh pada setiap pokok dari 3 pokok, dengan memperhatikan pelepah yang menunjukkan gejala serangan baru dan pelepah yang memiliki populasi hama tertinggi. Sensus ulat api dilaksanakan setiap akhir bulan, setiap tanggal 20. Apabila semua blok telah selesai disensus maka asisten Afdeling dan mantri hama dan penyakit langsung merekapitulasi dan menganalisis data hasil pengamatan. Ambang populasi kritis diartikan sebagai rata-rata populasi larva sehat per pelepah. Ambang kritis untuk ulat api adalah 5 ekor per pelapah.

Jenis ulat api yang menjadi sasaran utama untuk penanggulangan adalah Setora nitens dan Setothosea asigna yang menyerang pelepah muda dan Darna trima yang menyerang pelepah tua. Pengendalian ulat api dilakukan dengan pengasapan dengan bahan aktif berupa Polydor dicampur Solar. Dalam satu kap

alat pengasapan mengandung 4.6 liter Solar dicampur 0.4 liter Polydor. Umumnya satu hari diperlukan 5 kap untuk 5 ha lahan pengendalian ulat api.

Penunasan

Penunasan merupakan pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan pelepah terserang hama dan penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar diperoleh produksi yang maksimum. Tujuan utama penunasan adalah untuk menjaga sanitasi tanaman, memudahkan pemanenan, serta mencegah terjadinya kehilangan hasil melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok.

Jika ingin mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi yang maksimum, maka harus dihindari terjadinya over pruning dan under pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan pokok mengalami stres yang terlihat melalui penurunan nisbah seks (penurunan jumlah bunga betina dan peningkatan jumlah bunga jantan), dan penurunan bobot janjang rata-rata (BJR). Tanaman yang mengalami kondisi under pruning atau tidak mengalami kegiatan penunasan yang baik dan teratur, juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap produksi, yaitu dapat mengganggu proses panen serta meningkatkan kehilangan hasil melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok.

Dalam prakteknya, penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan kegitatan potong buah atau pada waktu lain secara periodik. Kebijakan PT Inti Indosawit Subur adalah menggunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen. Penunasan progresif dilakukan per blok dalam enam seksi wilayah, satu seksi ditunas setiap dua bulan sekali dalam satu tahun. Teknik penunasan yang dilaksanakan adalah dengan teknik songgo satu, yaitu hanya menyisakan satu pelepah dari tandan buah paling bawah. Pelepah daun yang telah ditunas dipotong menjadi tiga bagian dan ditata dengan rapi di gawangan mati agar pelepah yang sudah kering dapat berfungsi sebagai mulsa bagi tanaman kelapa

25 sawit. Biaya penunasan progresif per hektar sebesar Rp 108 000.00. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Pelepah Dipertahankan per Umur Tanaman Umur tanaman (tahun) Jumlah pelepah dipertahankan

/ pokok Songgo

3 – 4 58 – 64 3

5 – 8 48 – 54 2

9 – 14 40 – 46 2

>14 32 – 36 1

Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)

Gang tunas. Gang tunas merupakan organisasi khusus yang dibentuk oleh perusahaan yang bertugas untuk membantu kegiatan penunasan agar kegiatan penunasan di setiap Afdeling dapat berjalan dengan baik. Setiap karyawan tunas menghanca satu jalan pikul (2 baris kiri kanan). Rata-rata jumlah total tenaga kerja gang tunas yang dibutuhkan di Afdeling II adalah 6 – 11 orang. Saat menjadi KHL untuk kegiatan penunasan, penulis ikut melaksanakan kegiatan

Dokumen terkait