• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis

Pengendalian Gulma

Semprot piringan. Tujuan pengendalian gulma umum di piringan mengurangi kompetisi unsur hara dan air, karena akar halus tanaman masih berada di sekitar piringan/tanaman, meningkatkan efisiensi pemupukan, mempermudah kontrol pelaksanaan panen dan aplikasi pemupukan, memudahkan pengutipan brondolan (menekan kehilangan hasil brondolan).

Kegiatan semprot piringan dimulai dengan mandor menyebar karyawan pada hancanya masing-masing dimana setiap pekerja memiliki hanca dua pasar pikul untuk volume tanki 6 l. Penyemprot bergerak dari sisi collection road kemudian pindah ke pasar pikul sebelahnya yang kosong atau. Kegiatan semprot piringan menggunakan alat Micron Herbiside Sprayer (MHS). Sasaran kerja dari semprot piringan adalah semua piringan, pasar pikul, pasar tengah, kaki lima blok dan TPH. Hasil yang diharapkan dari kegiatan semprot piringan adalah tingkat kematian gulma sasaran di atas 90% dan hasil semprotan merata sesuai sasaran. Pengendalian gulma secara kimiawi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Pengendalian gulma secara kimiawi; (a) Kegiatan semprot piringan, (b) Kegiatan semprot gawangan

Semprot gawangan. Tujuan pengendalian gulma di gawangan adalah mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain dan menekan populasi hama (terutama pada TBM). Kegiatan semprot gawangan dimulai dengan mandor menyebar karyawan pada hancanya masing-masing dimana setiap pekerja bergerak dari sisi collection road sampai dengan pasar tengah blok, yang kemudian pindah ke pasar pikul sebelahnya yang kosong. Kegiatan semprot

gawangan menggunakan alat RB - 15 yang besar volume semprot

berdasarkan ukuran nozzle. Sasaran kerja dari semprot gawangan adalah semua tumbuhan (gulma berdaun lebar) di gawangan yang berpotensi menjadi kompetitor dalam penyerapan hara dan menganggu aktivitas pekerja (panen, pemupukan dan aktivitas lainnya) kecuali Nephrolephis biserrata, Turnera subulata dan Casia cubanensis.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan semprot gawangan ini adalah tingkat kematian gulma di atas 90 % dan hasil semprotan merata sesuai

15 sasaran. Prestasi kerja standar karyawan 2.5 ha/HK. Kendala yang terjadi selama semprot gawangan adalah keteraturan dalam dosis herbisida, prestasi kerja karyawan yang sebenarnya masih dapat ditingkatkan, kegiatan tertunda akibat turunnya hujan, kerusakan alat semprot dan rusaknya unit angkut tangki semprot ditambah berkurangnya anggota tim semprot gawangan akibat dialihkan untuk kegiatan lain seperti sensus daun dan sensus produksi, serta kondisi lapangan yang bergelombang. Apabila terdapat kendala seperti hujan, maka mandor semprot gawangan akan mengganti kegiatan semprot gawangan kimiawi menjadi kegiatan pengendalian gulma manual.

Pengendalian gulma secara manual. Pada kebun Dolok Ilir pengendalian gulma secara manual terdiri dari rawat piringan manual, gawangan manual dan dongkel anak kayu. Mekanisme pekerjaan ini adalah membersihkan gulma yang tumbuh disekitar tanaman, piringan dan gawangan.

Kegiatan pengendalian gulma secara manual dimulai dari pencabutan gulma di sekitar tanaman yaitu gulma epifit dan kentosan yang tumbuh di batang, kemudian dilanjutkan dengan mencabut gulma di sekitar piringan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan kegiatan pemupukan, pemanenan dan menghindari adanya gulma yang berpotensi sebagai tanaman inang hama dan penyakit. Setelah selesai di piringan dilanjutkan dengan membersihkan pasar pikul dan gawangan mati dengan cara memotong dan mendongkel jika ditemukan anak kayu dan kentosan dengan menggunakan alat cados untuk mengangkat anak kayu dan kentosan sampai ke akarnya. Jika telah sampai collection road berikutnya, pekerja memulai dari depan pasar pikul berikutnya. Gulma yang tumbuh dominan adalah Clidemia hirta, kentosan, Melastoma malabatrichum dan Chromolaena odorata. Prestasi kerja standar karyawan adalah 1 ha/HK.

Pengelolaan Tajuk

Penunasan. Tujuan penunasan yang paling utama adalah untuk mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak). Di samping itu, tujuan dari kegiatan ini adalah menghindari tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah, memperlancar proses penyerbukan alami, menjaga kebersihan tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit dan untuk memperindah kondisi lapangan. Penunasan dilakukan 9 bulan sekali dengan memperhatikan jumlah pelepah yang harus tinggal di pokok. Tanaman dengan umur 3 tahun sudah dilakukan penunasan yang biasanya menyisakan 3 pelepah dibawah buah kelapa sawit atau sering disebut dengan songgoh 3. Aplikasi penunasan dengan songgoh 3 dilakukan hingga umur tanaman mencapai 5 tahun. Pada tanaman yang berumur 6-10 tahun menggunakan songgoh 2, dan tanaman yang berumur 11 dan seterusnya menggunakan songgoh 1. Kegiatan ini bertujuan untuk mempertahankan produksi buah yang maksimum, sehingga harus dihindari terjadinya over prunning. Over prunning adalah terbuangnya sejumlah pelepah yang produktif secara

16

berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Kegiatan penunasan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kegiatan penunasan; (a) Aplikasi penunasan, (b) Pokok yang telah mengalami penunasan

Aplikasi dalam kegiatan penunasan ini terdiri dari pemotongan, pembersihan gulma yang menempel di batang sekaligus membersihkan piringan dan penyusunan pelepah yang berjarak 2 m dari batang. Dalam kegiatan penunasan, 1 orang karyawan diharuskan membawa 2 orang pembantu (kenek). Dua orang pembantu ini terdiri atas 1 orang perempuan dan 1 orang lak-laki yang masing-masing bertugas sebagai pembersihan gulma sekaligus piringan dan sebagai penyusun pelepah yang di potong. Alat yang digunakan yaitu egrek, cakar untuk membersihkan piringan dan parang untuk memotong pelepah menjadi 2 bagian sehingga memudahkan penyusunan di gawangan mati.

Prestasi kerja yang ditetapkan untuk kegiatan ini dilihat berdasarkan umur tanaman. Dimulai dari tanaman yang berumur 3 tahun adalah 70 pokok/orang. kemudian semakin tua umur tanaman, maka basisnya pun akan menurun. Hal ini disebabkan dari tingkat kesulitan yang dialami oleh karyawan. Prestasi kerja yang diperoleh karyawan adalah 140 pokok/orang, sedangkan prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 40 pokok, sebab kegiatan ini memerlukan tenaga dan pengalaman. Kendala yang dihadapi adalah jika terjadi penunasan di lahan yang berteras. Hal ini akan mempersulit tenaga kerja karena memerlukan tenaga yang lebih dibandingkan dengan lahan rata.

Kastrasi. Kastrasi adalah kegiatan pembuangan bunga pada tanaman kelapa sawit yang akan dilakukan pemanenan pertama. Menurut Padamean (2011), kastrasi merupakan pekerjaan membuang bunga kelapa sawit baik jantan maupun betina, pada tanaman belum menghasilkan. Pekerjaan tersebut dimulai sejak tanaman berumur 14 bulan dan berlangsung 10 – 12 bulan atau enam bulan sebelum panen.

Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk menunjang pertumbuhan diameter batang kelapa sawit menjadi besar dan mempengaruhi produksi buah pada

17 panen pertama. Alat yang digunakan dalam kegiatan kastrasi yaitu chisel dan dodos kecil yang berukuran ±8 cm. Gambar alat kastrasi yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Peralatan kastrasi; (a) Dodos kastrasi dan (b) Chisel

Aplikasi kegiatan kastrasi dimulai dari persiapan alat dengan memastikan semua alat terpasang dengan baik. Semua bunga jantan dan betina dipotong menggunakan chisel dan jika sulit digunakan dodos sebagai alat potongnya, kemudian dikeluarkan dari ketiak daun dan dibuang ke gawangan. Prestasi kerja yang diperoleh karyawan adalah 3 ha/orang, sedangkan prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 0.5 ha. Kegiatan kastrasi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Kegiatan kastrasi; (a) Hasil kastrasi, (b) Bunga kastrasi

Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman guna menunjang pertumbuhan untuk mencapai produksi yang optimal serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan dilakukan dua kali setahun atau tiga kali setahun. Aplikasi pemupukan dua kali setahun dilakukan pada bulan Januari-April dan 6 bulan setelah aplikasi pertama, sedangkan aplikasi tiga kali setahun dilakukan pada bulan Januari-Februari, April-Mei dan Agustus-September. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh frekuensi curah hujan yang sangat mendukung kegiatan pemupukan. Waktu pemupukan dilakukan pada pagi hari mengingat efektivitas tenaga kerja dan efektivitas penyerapan hara oleh tanaman yang lebih baik pada pagi hari.

Pemupukan sedapat mungkin dilaksanakan blok per blok, artinya dalam satu blok diusahakan semua jenis pupuk harus sudah selesai

a b

18

diaplikasikan kemudian pindah ke blok berikutnya. Pelaksanaan pemupukan lebih di prioritaskan pada blok-blok dengan 3 kali aplikasi. Pada saat curah hujan rendah dan musim kering, maka aplikasi pupuk harus mempertimbangkan frekuensi curah hujan dengan ketentuan: (a). pupuk harus dihentikan apabila 7 hari berturut-turut tidak terjadi hujan, (b). pemupukan dapat dilanjutkan segera apabila terdapat minimal 2 hari hujan degan curah hujan 25-50 mm atau 1 hari hujan dengan curah hujan 50-80 mm. Dalam kurun waktu 7 hari berturut-turut setelah hujan tersebut, pemupukan dapat terus dilaksanakan, tetapi apabila curah hujan > 80 mm maka pemupukan dilaksanakan 2 hari kemudian, (c). hubungan antara waktu aplikasi pupuk, jenis pupuk dan curah hujan, dipedomani sebagai berikut: untuk urea, segera hentikan apabila tidak ada hujan dalam 3 hari berturut-turut. Untuk KCl dan kieserite pemupukan segera dihentikan apabila tidak ada hujan dalam 7 hari berturut-turut. Untuk RP (Rock Phosphat) dan dolomite dapat diaplikasi karena tidak ada resiko terjadi penguapan.

Pemupukan dilakukan secara manual dengan cara di tabur merata dari pangkal tanaman sampai ke ujung pelepah agar penyerapan maksimum. Aplikasi pemupukan dilakukan setelah penyiangan gulma pada piringan, dengan demikian harus direncanakan dengan baik jadwal penyiangan gulma dengan pemupukannya. Tahapan pelaksanaan pemupukan antara lain: 1). Dilakukan pengeceran di gudang pupuk dengan jatah 15 kg/karung. 2). Pengambilan pupuk dari gudang dan diangkut ke lahan dengan menggunakan truck yang diawasi oleh mandor dan centeng. 3). Pupuk diecer 1-2 karung per gawangan atau beberapa karung sesuai dengan jumlah pokok tiap baris. 4). Dua orang karyawan yang telah ditunjuk oleh mandor bertugas untuk melangsir pupuk ke gawangan agar pemupuk tidak jauh lagi mengambil pupuk. 5). Setiap gawangan dipupuk oleh satu orang dan masing-masing mendapat satu baris tanaman. 6). Pupuk ditabur secara merata di piringan (tidak dalam berbentuk gumpalan) dari pangkal batang. 7). Pemupukan biasanya dilakukan pada pagi hari mulai dari wilayah dengan topografi yang sulit.

Norma kerja yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah 400-450 kg/orang yang tergantung pada jenis pupuk, dosis/pokok, serta topografi lahan. Kendala yang dihadapi pada pemupukan tidak adanya kejujuran karyawan mulai dari pengecer dan penabur pupuk dalam aplikasi yang mengakibatkan sering terjadinya kehilangan pupuk yang disebabkan karyawan. Ketidakjujuran karyawan penebar pupuk menyebabkan dosis/pokok tidak merata dan adanya beberapa pokok yang tidak mendapat pupuk atau mendapat dosis sedikit. Gambar kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 5.

19

Gambar 5 Kegiatan pemupukan; (a) Aplikasi pemupukan, (b) Hasil aplikasi Kegiatan pemupukan yang diikuti penulis adalah pemupukan KCl dan urea dengan dosis masing-masing per pokok yaitu 1.5 kg/pokok dan 1.3 kg/pokok. Prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan 400 kg/orang atau tergantung dari berapa ton pupuk yang telah diambil oleh asisten dari gudang. Prestasi kerja yang didapat oleh penulis hanya mencapai 15 kg. Kegiatan pemupukan ini harus diawasi secara ekstra ketat karena sering terjadi kehilangan pupuk di lahan.

Pemanenan

Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang kemudian mengutip tandan dan brondolan yang tercecer di dalam dan di luar piringan, selanjutnya menyusun tandan buah di tempat pengumpulan

hasil (Risza, 1994). Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa sawit

akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis, 1992). Kegiatan pemanenan memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas (Fauzi et al, 2008).

Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan pemanenan dan produksi kelapa sawit sangat bergantung pada bahan tanam, tenaga pemanen, peralatan panen, kelancaran transportasi, organisasi pemanenan, keadaan areal dan insentif yang disediakan. Pusat Penelitian kelapa Sawit (2007) menambahkan bahwa keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sarana panen. keseluruhan faktor tersebut merupakan kombinasi yang tak terpisahkan satu sama lain.

Cara dan waktu panen dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas yang akan diperoleh. Oleh karena itu, pemanenan kelapa sawit harus dikelola dengan baik. Tugas seorang pemanen yaitu memotong buah yang matang dari pokok, mengutip berondolan dan mengumpulkannya ke TPH sebanyak mungkin dengan tetap memelihara dan menjaga keadaan tanaman yang dipanen.

Sistem panen. Sistem panen yang digunakan di kebun Dolok Ilir adalah sistem Block Harvesting System, yaitu sistem panen yang penyelesaian kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi tetap per kebun atau per divisi berdasarkan interval yang telah

20

ditentukan. Sistem BHS ini diperkuat dengan sistem pelaksanaan panen dengan hanca giring. Hanca panen adalah pembagian jatah luasan areal yang harus dipanen oleh satu orang tenaga potong buah (berdasarkan jumlah baris atau gawangan). Hanca giring adalah pemanen diberikan hanca per baris tanaman dan digiring bersama-sama pada hanca yang sama pada rotasi berikutnya. Sistem masuk hanca dapat dilihat pada Gambar 6.

1 2 3

Pasar tengah TPH Gambar 6 Sistem masuk hanca

Kebun Dolok Ilir menggunakan sistem panen hanca giring. Pada sistem ini diharapkan buah cepat keluar sehingga mempercepat proses pengangkutan dan dapat meminimalkan kehilangan hasil produksi akibat buah tinggal. Adapun kelebihan hanca giring ini adalah : mudah dalam pembagian hanca harian, pencatatan hasil pekerjaan dan pencatatan pekerja yang melakukan kesalahan dapat dengan mudah dilakukan, mandor aktif melakukan pengawasan dan distribusi buah cukup teratur karena umumnya dimulai pada seksi yang sama. Kekurangan dari sistem hanca ini adalah sulit dikontrol dan areal kurang bersih.

Dari sistem panen yang ada di atas, setiap karyawan masuk secara bersamaan ke dalam hanca yang telah ditentukan oleh mandor panen setiap hari pada saat check roll. Setiap karyawan yang telah menyelesaikan panen pada hanca sebelumnya yang tetap di kontrol oleh mandor panen. Penerapan sistem ini sangat baik untuk meningkatkan produktivitas akan tetapi membutuhkan kerja keras mandor panen karena membutuhkan pengawasan panen yang lebih efektif.

Berikut beberapa hal yang selalu menjadi perhatian dalam pelaksanaan Block Harvesting System.

1. Penyelesaian hanca panen harus blok per blok secara menyambung kearah Collection Road atau searah dengan Main Road (timur – barat atau sebaliknya).

2. Seluruh mandoran panen dalam divisi harus melakukan potong buah pada seksi yang sama pada setiap harinya.

3. Dalam satu hari diupayakan 1 seksi selesai pada hari itu juga. 4. Tata batas hanca pemanen dan mandoran harus jelas.

5. Kegiatan panen dan pengutipan brondolan harus dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama.

Persiapan panen. Secara sistematis sebelum melangkah pada tahap pelaksanaan, proses perencanaan harus dilakukan secara detil. Kegiatan mencakup penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja pemanen dan penetapan luas hanca kerja per mandoran. Persiapan panen merupakan

21 penyiapan areal yang akan di panen. Persiapan panen berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja dan alat-alat panen yang diperlukan. Kegiatan awal lainnya dalam persiapan panen adalah pembuatan atau peningkatan mutu jalan, karena jalan merupakan faktor penunjang yang penting dalam pengangkutan hasil dari kebun ke PKS. Akses jalan yang perlu disiapkan untuk proses panen antara lain jalan penghubung (jalan utama), jalan produksi, pasar pikul, piringan, gawangan tanaman, pemasangan titi panen, pemeliharaan jalan dan pemeliharaan tempat penampungan hasil (Sunarko, 2009).

Persiapan panen merupakan penyiapan areal yang akan dipanen. Persiapan yang baik akan memperlancar pelaksanaan panen. Kegiatan persiapan panen yang dilakukan pada kebun Dolok Ilir meliputi : tanaman telah berumur 30 bulan, 60 % pohon telah menghasilkan tandan matang panen, berat TBS rata-rata ≥ 3 kg, penentuan kebutuhan tenaga kerja,

penetapan luas hanca kerja pemanen, peralatan panen (egrek, tojok, gancu, dodos dan kampak), transportasi untuk pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik, sarana panen (pasar pikul, piringan, dan gawangan tanaman), pemeliharaan jalan dan pemeliharaan TPH.

Kriteria matang panen. Kriteria matang panen adalah parameter yang digunakan oleh perusahaan dalam menentukan buah sudah layak panen atau belum. Tujuan utamanya adalah memotong semua janjang yang matang panen dengan mutu panen sesuai standar untuk memaksimalisasi perolehan minyak dengan Oil Extraction Rate (OER) dan kualitas minyak yang diolah.

Ketentuan yang digunakan oleh Kebun Dolok Ilir untuk menentukan apakah buah sudah layak panen adalah ditentukan oleh buah yang memberondol (lepas) dari tandan sebanyak 5 brondolan per tandan dan tandan yang dipanen masuk fraksi panen 2 dan 3. Derajat kematangan buah dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Derajat kematangan buah (Fraksi)

Fraksi Keterangan Brondolan

0 Mentah < 1 brondolan/kg TBS

1 Kurang Matang 12.5 - 25.5 % buah luar

2 Matang 1 25 - 50 % buah luar

3 Matang 2 50 - 75 % buah luar

4 Lewat matang 75 - 100 % buah luar

5 Lewat matang Buah bagian dalam ikut memberondol Sumber : Kebun Dolok Ilir (April 2012)

Bila di pokok dijumpai tandan yang membrondol <5 butir, tandan belum boleh dipanen. Dengan tidak memanen tandan yang brondolannya <5 butir di piringan secara konsekuen maka komposisi kematangan buah yang dipanen sampai ke PKS akan sangat baik. Demikian juga mengenai jumlah pelepah di pokok dapat dipertahankan 48-56 helai karena pelepah baru

22

diturunkan setelah tandan matang. Kondisi seperti ini dalam jangka panjang sangat berpengaruh terhadap produksi.

Menurut Mangoensoekarjo (2005), panen buah mentah akan merugikan perusahaan karena tanaman menjadi stres akibat pelukaan saat panen, menurunkan ekstraksi minyak dan mengakibatkan produktivitas minyak kelapa sawit pun akan menurun. Selain itu pengolahan inti kelapa sawit menjadi sulit karena tempurung buah yang mentah masih cukup keras. Kandungan minyak sawit meningkat dari tahap mentah ke matang dan menurun pada saat buah lewat matang.

Cara panen. Cara panen yang sesuai dengan Standar Prosedur Operasi (SPO) PTP Nusantara IV adalah sebagai berikut: 1). Tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen dipotong. 2). Pelepah dibawah tandan yang dipanen dipotong mepet (untuk tanaman dewasa) sedangkan pada tanaman muda (3-5 tahun) pelepah daun tidak dipotong karena yang dipotong hanya buahnya saja. 3). Pelepah dipotong menjadi 2 bagian dan disusun di gawangan mati (ditanah rata). Pada areal bergelombang, pelepah tidak dipotong dan disusun di sekitar tanaman sejajar dengan arah pasar panen agar berfungsi sebagai penahan erosi. 4). TBS disusun di tempat pengumpulan hasil (TPH), sedangkan brondolan yang di piringan/gawangan dikutip bersih dan dimasukkan tersendiri dalam karung untuk dibawa ke tempat pengumpulan brondolan. 5) Gagang TBS dibentuk “V” (cangkem kodok) dan diberi nomor pemanen. 6). Tandan Buah Segar (TBS) disusun 5-10 tandan per baris. Kegiatan panen dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Kegiatan panen; (a) Kegiatan panen menggunakan egrek, (b) Kegiatan panen menggunakan dodos

Pelaksanaan panen merupakan sistem produksi di perkebunan kelapa sawit yang menghubungkan kebun dan pabrik kelapa sawit (PKS). Sasaran panen yakni memenuhi kebutuhan jumlah, mutu, dan waktu mendapatkan bahan baku pabrik kelapa sawit serta menekan kehilangan dan penurunan mutu hasil panen. Selain itu, sasaran panen juga untuk menjaga kelestarian tanaman dan mempertahankan produktivitas yang akan datang (Sunarko, 2009). Prinsip dasar dari kegiatan panen adalah memotong tandan buah matang, mengumpulkan TBS dan mengangkutnya ke pabrik untuk diolah menjadi minyak sawit yang berkualitas baik yaitu mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang rendah.

23 Menurut Pardamean (2011), pelukaan pada buah diusahakan seminimal mungkin, baik waktu memotong, membawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH), atau mengangkut ke truk. Pelukaan akan mempercepat peningkatan asam lemak bebas (ALB). Kandungan ALB pada buah yang belum dipotong sebesar 0.2 – 0.7% dan ketika buah jatuh ke tanah, kandungan ALB akan meningkat menjadi 0.9 – 1.0% setiap 24 jam. Dengan demikian, semakin cepat diangkut ke pabrik maka akan semakin baik.

Rotasi panen. Pahan (2007) menyatakan rotasi panen adalah faktor yang paling mempengaruhi pekerjaaan panen. Rotasi panen yang cepat disebabkan oleh banyaknya hari libur yang digunakan sebagai hari kontanan, banyaknya karyawan yang lebih borong, dan jam kerja yang melebihi jam dinas. Hal ini akan merangsang pemanen memotong buah mentah sehingga biaya potong buah meningkat dan output pemanen menurun.

Lama waktu antara panen yang sebelumnya dengan panen berikutnya disebut dengan rotasi panen. Rotasi panen menggunakan pembagian hanca pada setiap blok. Hal ini agar rotasi panen pada setiap blok menjadi lebih mudah. Rotasi panen yang digunakan di kebun Dolok Ilir adalah 5/7 dan 6/7. Rotasi panen 5/7 artinya terdapat lima seksi panen dan dipanen pada areal yang sama selang tujuh hari berikutnya. Pada semester I (Januari-Juni) digunakan sistem 5/7 karena pada bulan-bulan ini produktifitas kelapa sawit lebih rendah, sehingga diperlukan penjarangan dalam pemanenan. Pada semester II digunakan sistem 6/7, karena pada bulan ini produktifitas sawit meningkat. Perbandingan panen yang digunakan Kebun Dolok Ilir pada semester I dan semester II berbanding 43% : 57%.

Seksi panen. Seksi panen merupakan penetapan daerah panen yang telah ditetapkan untuk satu hari panen. Penetapan seksi panen berdasarkan pembagian luas seluruh wilayah divisi dan jumlah hari panen. Dengan rotasi panen 5/7 maka setiap luas Tanaman Menghasilkan di divisi VI dibagi menjadi 5 bagian dan setiap bagian dipanen mulai hari Senin sampai Jumat. Setiap bagian ini disebut kapveld. Data pembagian seksi panen yang ada di divisi VI Kebun Dolok Ilir dapat dilihat pada Tabel 5.

Setiap kapveld ini diatur berurutan/menyambung antara kapveld hari Senin ke Selasa dan hari berikutnya sampai hari Jumat. Selanjutnya kapveld hari Jumat harus menyambung dengan kapveld hari Senin. Hal ini

Dokumen terkait