• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelapa sawit merupakan tanaman hutan yang dibudidayakan dan akan memiliki respon yang baik terhadap produksi bila didukung oleh lingkungan hidup dan perlakuan yang diberikan. Pengembangan kegiatan dalam memproduksi kelapa sawit baik secara teknis maupun secara manajerial harus dilakukan secara terpadu dan selaras dengan semua subsistem yang ada didalamnya.

Pelaksanaan kegiatan teknis di lapang yang dilakukan oleh penulis selama magang di PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak adalah pembibitan, semprot piringan, pasar pikul dan TPH (SP3 TPH), babat piringan selektif (circle weeding

selective), pengendalian hama ulat api, pemupukan, pemanenan, dan

pengangkutan tandan buah segar (TBS) ke pabrik pengolahan.

Pembibitan

Pembibitan Mentawak dibuka pada tahun 2008 dan diisolasi dari divisi lain sejauh 1 km. Isolasi jarak bertujuan untuk menghindari terjadinya penyebaran penyakit yang ada pada pembibitan ke tanaman yang sudah ada karena bibit yang digunakan pada Pembibitan Mentawak termasuk varietas baru. Jenis tanah pembibitan seluruhnya adalah tanah gambut dengan luas areal 30 ha dan varietas Costa Rica (Dura Deli x Pisifera Nigeria). Ciri-ciri varietas Costa Rica adalah diameter tajuk lebih pendek sehingga populasi per ha lebih banyak dan pertambahan tinggi lambat dengan masa produksi yang lebih lama.

Pembibitan ini terdiri atas 2 blok yaitu blok A dan blok B, blok A terdiri dari 17 bagian dengan masing-masing bagian berukuran 59 m x 200 m. Blok A termasuk dalam MN sedangkan blok B terdiri dari 9 bagian dengan ukuran 59 m x 150 m. Blok B termasuk dalam MN dan sebagian PN (sebagian blok B1 dan blok B2). Tiap blok dipisahkan oleh parit dengan lebar 1 m (Gambar 1).

Gambar 1. Keadaan Pembibitan Mentawak

Pembibitan kelapa sawit di perkebunan terdiri atas pembibitan dua tahap (double stage) dan pembibitan satu tahap (single stage). Pembibitan di PT JAW Kebun Mentawak termasuk dalam pembibitan dua tahap meliputi pembibitan pendahuluan (pre-nursery/PN) dan pembibitan utama (main-nursery/MN). Salah satu keunggulan pembibitan dua tahap adalah bibit yang dihasilkan lebih terjamin mutunya karena proses seleksi yang dilakukan lebih ketat dan sering dilakukan.

Selama melakukan kegiatan magang, penulis dapat melakukan sebagian pengamatan pada kegiatan PN dan MN. Sebagian besar kegiatan yang dilakukan penulis berada di pembibitan utama/MN dibandingkan PN karena membutuhkan jumlah tenaga kerja yang banyak.

Pembibitan Pendahuluan/PN

Kegiatan PN dimulai dengan pembersihan lokasi PN yang sudah ada. Perbaikan areal pembibitan ini dilakukan dengan memperbaiki bedengan dan menambah tanah sehingga bedengan untuk PN lebih tinggi, selain itu juga dilakukan pemagaran untuk seluruh areal PN dengan kayu yang berasal dari hutan dekat dengan pembibitan. PN terdiri dari lima blok dengan total bedengan adalah 248 bedengan (rata-rata 50 bedeng per blok). Ukuran bedengan 1 m x 10 m dapat menampung 1000 baby bag.

Kegiatan perbaikan areal dilakukan bersamaan dengan pengisian pada polibag ukuran kecil/baby bag. Pengisian polibag dilakukan dengan tanah mineral yang telah disaring dan dicampur dengan Rock phosphate. Tenaga kerja termasuk dalam tenaga kerja borongan dengan upah Rp 40/baby bag. Lokasi pengisian baby

bag tidak jauh dari lokasi PN sehingga kegiatan pemindahan polibag ke lokasi PN

tidak membutuhkan biaya besar. Kegiatan pemindahan dilakukan setelah kegiatan pengisian dan upah temasuk dalam kegiatan pengisian baby bag. Polibag tersebut disusun tanpa ada jarak antar polibag di bedengan yang telah disiapkan (rata-rata jumlah polibag adalah 1000 polibag per bedengan). Baby bag berukuran 22 cm dengan lebar 14 cm dan jumlah lubang adalah 24 lubang.

Pemesanan kecambah merupakan salah satu kegiatan penting yang harus dilakukan jauh sebelum pembukaan lahan dan penanaman (enam bulan sebelum PN). Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan jumlah kecambah yang dihasilkan pemasok tidak sebanding dengan jumlah yang dipesan sehingga kecambah sering tidak tersedia. Pemilihan varietas Costa Rica merupakan salah satu peristiwa yang memperkuat pernyataan tesebut, bibit Costa Rica dipilih karena bibit Marihat atau Socfindo tidak tersedia lagi.

Penanaman kecambah harus dilakukan dalam lubang yang dibuat dengan jari, tepat ditengah baby bag. Saat penanaman, struktur bakal daun berbentuk lancip berwarna putih kekuningan harus di atas dan bakal akar tumpul dan kasar menghadap ke bawah. Kecambah yang ditanam harus diseleksi dan hanya kecambah normal yang ditanam, setelah itu kecambah ditutup dengan tanah (Gambar 2).

Gambar 2. Kecambah Normal

Kegiatan penanaman kecambah yang dilakukan penulis merupakan kegiatan PN yang kedua (sebelumnya dilakukan pada bulan Mei 2008). Penanaman dilakukan satu hari setelah kecambah diterima, penanaman kecambah

dilakukan dengan 3 tahap yaitu pada bulan April sampai Mei 2009. Masing-masing tahap disela selama satu minggu dan satu tahap membutuhkan dua hari.

Tabel 4 adalah hasil penerimaan dan penanaman kecambah di Pembibitan Mentawak tahun 2009 yang dilakukan penulis sebagai Krani divisi. Berdasarkan Tabel 4 diperoleh bahwa jumlah kecambah yang diterima sebenarnya adalah 249 676 kecambah dengan kondisi kecambah normal adalah 247 479 (99. 12 %) dan kecambah afkir adalah 2 197 kecambah (0.82%).

Tabel 4. Jumlah Penerimaan dan Penanaman Kecambah Tahun 2009 Tanggal diterima Kecambah dari SP Kecambah Aktual Kecambah Normal Kecambah Afkir 18-04-09 55 276 55 220 54 869 351 19-04-09 44 724 44 569 44 282 287 24-04-09 28 800 28 771 28 444 327 25-04-09 46 200 46 138 45 664 474 01-05-09 36 300 38 292 35 872 420 02-05-09 38 700 38 686 38 348 338 Total 250 000 249 676 247 479 2 197

Sumber: Kantor Pembibitan Mentawak

Pembibitan Utama/MN

Bibit MN berasal dari kecambah yang ditanam bulan Mei sampai Agustus 2008 (8 tahap) dengan jumlah tanaman mencapai 329 308 pokok. Pemindahan bibit dari PN ke MN sebaiknya dilakukan pada saat bibit berumur 3 bulan, namun pemindahan dilakukan pada saat bibit berumur 5-7 bulan. Hal ini disebabkan oleh jumlah lahan yang kurang dan manajemen yang kurang baik.

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pemindahan dan pengangkutan bibit PN ke MN dengan menggunakan zetor, truk dan angkong. Pemindahan dan pengangkutan bibit dilakukan setelah kegiatan seleksi bibit. Bibit yang dipindahkan adalah bibit normal dengan pertumbuhan yang baik. Lokasi MN tidak jauh dari lokasi PN sehingga transportasi lebih mudah tanpa dapat merusak tanah dan akar tanaman pada baby bag. Kegiatan transportasi dilakukan dua kali karena kondisi tanah yang tidak bisa dilewati secara langsung oleh zetor (tanah gambut). Sehingga pemindahan bibit dilanjutkan oleh tenaga kerja penanam dengan menggunakan angkong dari jalan menuju blok penanaman.

Pengisian polibag dengan tanah top soil dilakukan dekat dengan areal MN (pinggir road collection) sehingga memudahkan pelangsiran polibag. Tanah yang

digunakan adalah tanah mineral top soil yang berasal dari Dusun Baru, satu truk dapat mengangkut 2.4 kubik dan mampu mengisi 150 polibag. Harga satuan tanah adalah Rp 55 per polibag dengan upah kerja pengisian polibag adalah Rp 150 per polibag. Pengisian polibag dapat diperoleh sebanyak 150-400 polibag tergantung dari keadaan iklim dan keterampilan tenaga kerja.

Kegiatan langsir polibag dari jalan menuju lapang (panjang maksimal 200 m) menggunakan angkong. Rata-rata kegiatan langsir polibag satu angkong dapat memuat 6-10 polibag, bila kondisi hujan hanya dapat memuat 5-6 polibag. Ukuran polibag yang digunakan untuk MN adalah panjang 50 cm, diameter 20 cm (1 kg setara dengan 18 polibag, 80 lubang per polibag) dengan berat satu polibag berisi tanah 15-18 kg. Dalam kondisi normal dan didukung oleh cuaca maka langsir polibag dalam satu hari dapat mencapai 150 polibag dengan upah langsir Rp 250 per polibag. Pekerja termasuk borongan dan SKU, bila SKU terlebih dahulu memenuhi basis yakni 128 polibag. Kendala dalam langsir polibag ini adalah kondisi tanah gambut dan sering terjadi perubahan dan perbedaan aturan kerja.

Kegiatan menata polibag hasil langsir adalah kegiatan sebelum kegiatan penanaman. Bibit yang dilangsir ditata menurut jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm. Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja KHL dengan jumlah 3-4 orang per 2 blok. Kendala dalam kegiatan menata polibag adalah kondisi polibag yang dilangsir bertumpuk pada satu tempat sehingga menyulitkan pemindahan dengan tangan.

Penanaman dilakukan setelah kegiatan pengisian dan pelangsiran polibag selesai. Penanaman dilakukan oleh tenaga kerja borongan dengan basis 180 polibag per HK. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tergantung dari jumlah polibag yang telah siap ditata. Pada umumnya terdiri dua tim dengan masing-masing tim 9-14 orang yang terdari dua orang buat lubang tanam, selain itu ada yang langsir tanah, bibit dan penanam. Kegiatan penanaman dimulai dengan mengisi polibag dengan tanah setelah itu pembuatan lubang tanam dengan bor dan penanaman bibit. Penanaman dilakukan dengan satu bibit satu lubang, sehingga apabila terdapat bibit douleltune terlebih dahulu harus dipisahkan dan ditanam di dua polibag. Kedalaman batang dilakukan sebatas pada bongkol batang dan keadaan akar tidak boleh keluar dari permukaan tanah karena akan mempengaruhi

pertumbuhan tanaman. Bila akar timbul di permukaan dengan kondisi cahaya panas maka akar akan terbakar sehingga bibit akan mati. Sehingga perlu perhatian khusus untuk penanaman dengan pengawasan mandor yang lebih yakni tiap tim diawasi oleh satu mandor. Gambar 3 adalah pembuatan lubang tanam dengan alat

ponjo.

Gambar 3. Penanaman Bibit di MN

Penulis memiliki prestasi kerja yang sama dengan penanam karena merupakan satu tim sehingga harus selesai dengan target yang ditetapkan yaitu 180 polibag per HK.

Konsolidasi bibit

Kegiatan konsolidasi dipembibitan dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada di sekitar tanaman (dalam polibag) , menegakkan polibag yang condong, dan meluruskan barisan polibag. Konsolidasi dalam menyusun polibag dilakukan dengan meluruskan barisan tanaman yang sudah ditanam sesuai dengan jarak 90 cm x 90 cm x 90 cm, untuk mempermudah pekerjaan dilakukan sistem ajir sehingga barisan lebih lurus dan teratur dan cepat. Pemancangan/ajir dilakukan sejajar dengan arah barisan yaitu Utara Selatan, setelah itu baru menata polibag pada titik pancang yang telah ditentukan di tali (ikatan tali).

Rotasi kegiatan konsolidasi adalah 6 kali setahun. Penulis melakukan kegiatan konsolidasi dengan status KHL dan Mandor. Prestasi kerja penulis dalam

kegiatan ini adalah 0.25 blok (0.5 blok per HK). Kendala yang dihadapi adalah beratnya polibag dan tidak ada alat perlengkapan seperti sarung tangan sehingga tangan jadi luka/lecet.

Penyiraman bibit

Penyiraman di Pembibitan Mentawak cukup baik dengan jaringan irigasi yang bagus. Secara garis besar instalasi sistem irigasi ini terdiri dari empat bagian utama seperti mesin pompa, waduk sumber air, bagian pemencar yang dilengkapi dengan keran dan sambungan pipa dan keran.

Lokasi waduk dekat dengan lokasi pembibitan dan air selalu tersedia. Sistem irigasi Pembibitan Mentawak termasuk dalam sistem irigasi tabung dengan selang plastik berlubang (Kirico) yang bertekanan. Penggunaan sistem irigasi Kirico mempunyai presisi yang tinggi sehingga bibit akan menerima air dalam jumlah yang cukup dan merata. Kondisi sistem irigasi Kirico disajikan dalam Gambar 4 berikut ini.

Gambar 4. Sistem Irigasi Kirico

Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, namun tergantung curah hujan. Bila curah hujan diatas 8 mm maka penyiraman tidak dilakukan. Penyiraman dimulai pada pagi hari jam 06.00 WIB sampai selesai biasanya 3-4 jam dan sore hari. Penyiraman di PN dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan

dan dipompa oleh mesin. Tenaga kerja dilakukan oleh KHL dengan satu kali penyiraman 0.5 HK dengan jumlah tenaga kerja tiga orang di PN, dua orang di MN dan satu orang operator.

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan

Kegiatan teknis di lapang yang penulis lakukan selama mengikuti kegiatan magang di PT JAW Kebun Mentawak berhubungan dengan pemeliharaan pada tanaman menghasilkan yaitu pengendalian gulma, pemeliharaan jalan dan jembatan, pemeliharaan parit, dan pengendalian hama dan penyakit.

Pengendalian Gulma

Kehadiran gulma dalam perkebunan kelapa sawit tidak dikehendaki karena dapat mengakibatkan penurunan produksi, menurunkan mutu produksi mengeluarkan senyawa alelopati yang mengganggu pertumbuhan kelapa sawit, menjadi inang bagi hama, mengganggu tataguna air (Gambar 5), dan meningkatkan biaya usahatani (Pahan, 2008).

Gambar 5. Pengaruh Gulma di Parit

Jenis gulma yang banyak di jumpai di PT JAW Kebun Mentawak didominasi oleh gulma paku-pakuan yaitu Nephrolepis biserata, Stenoclaena

palustris, Pteridium esculentum. Sedangkan gulma lainnya adalah Mikania micrantha, Lantana camara, Clidemia hirta, Borreria alata, Ageratum conyzoides, Paspalum conjugatum, Cynodon dactilon, Axonopus compressus,

Ottochloa nodosa, Imperata cylindrical dan lain-lain. Jenis gulma tersebut hanya

dominan di beberapa tempat misalnya pada gawangan didominasi oleh jenis paku-pakuan sedangkan pada pasar pikul didominasi oleh rumput dan TPH didominasi oleh rumput dan teki.

Kegiatan pengendalian gulma pada PT JAW Kebun Mentawak dilakukan dengan 2 cara yaitu secara manual dan secara kimiawi.

Pengendalian gulma secara kimiawi

Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan pengendalian gulma dengan menggunakan bahan-bahan kimia/herbisida. Kegiatan yang termasuk dalam pengendalian secara kimiawi di PT JAW Kebun Mentawak adalah semprot piringan, pasar pikul dan TPH (SP3 TPH), semprot gawangan, semprot semak,

wiping alang-alang, semprot alang-alang, dan oles anak kayu.

Piringan, pasar pikul, dan TPH merupakan tempat yang terpenting dalam proses produksi dan pemeliharaan. Piringan berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk dan daerah jatuhnya tandan buah dan brondolan, pasar pikul sebagai jalan untuk mengangkut TBS ke TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya. Sedangkan TPH merupakan tempat pengumpulan hasil panen sementara sebelum diangkut ke PMKS. Sehingga keberadaan gulma di piringan, pasar pikul dan TPH perlu dikendalikan agar berfungsi sebagai mana mestinya.

Kegiatan SP3 TPH yang dilakukan di PT JAW Kebun Mentawak menggunakan pestisida dengan merek dagang Gramoxone 276 SL yang merupakan pestisida non sistemik dan kontak dengan bahan aktif paraguat

diklorida 276 g/liter. Pestisida ini berbentuk cairan yang berwarna biru.

Konsentrasi yang digunakan adalah 3.3 ml/liter air dengan dosis 0.5-0.6 liter/ha. Aplikasi dilakukan dengan penambahan Ally 20 WDG dengan perbandingan Gramoxone : Ally : Air adalah 20 liter : 1 kg : 20 liter, rotasi SP3 TPH adalah 2 kali setahun. Alat semprot yang digunakan adalah Knapsack jenis SOLO isi 15 liter dengan jenis nozzle deflaktor berbentuk kipas dengan warna biru, hitam dan merah.

Pelaksanaan kegiatan SP3 TPH dan gawangan dimulai dengan pencampuran pestisida di gudang dan pengisian pestisida campuran tersebut di lapangan oleh mandor perawatan/spraying. Tujuan pencampuran di gudang adalah

untuk menghindari terjadinya kehilangan pestisida. Kegiatan SP3 TPH ini dilakukan oleh tiga tim, masing-masing tim terdiri atas tiga orang dengan rincian satu orang membawa galon (tempat air sebagai pelarut) dan dua orang melakukan aplikasi semprot. Rata-rata satu pasar membutuhkan empat knapsack namun tergantung pada kondisi gulma dan jalan. Norma kerja untuk perawatan adalah 2 ha (untuk 5/7 HK). Teknik penyemprotan dimulai dari gulma yang berada dalam pinggir parit kemudian pada TPH dan masuk pada piringan dan pasar pikul. Satu orang menyelesaikan satu baris dan satu orang lagi membawa galon ke pasar tengah untuk menunggu pengisian knapsack kembali.

Prestasi kerja penulis dalam kegiatan SP3 TPH dan gawangan di Divisi VI Blok B23 adalah 1.6 ha (prestasi pekerja 2 ha) dan umumnya penulis sebagai mandor spraying.

Semprot semak dan alang-alang (golongan rumput dan daun lebar) digunakan herbisida sistemik yaitu herbisida dengan nama dagang Smart jenis AS (Amiphosat Starane) dan berbahan aktif Glyphosate. Herbisida ini berbentuk cairan berwarna kuning dan dosis yang digunakan adalah 0.3-0.4 liter/ha, tergantung dari kerapatan gulma. Konsentrasi Smart dalam aplikasi semak dan alang-alang yaitu 3-3.5 ml/liter air. Norma kerja kegiatan ini yaitu 2 ha/HK (sama dengan norma kerja Gramoxone). Pelaksanaan kegiatan sama dengan pelaksanaan SP3 TPH dan gawangan dengan menggunakan alat Knapsack jenis SOLO.

Pengendalian gulma secara manual

Pengendalian gulma secara manual di PT JAW Kebun Mentawak dilakukan dengan kegiatan babat total/slashing, babat selektif, dan dongkel anak kayu (DAK). Kegiatan slashing adalah pekerjaan membabat serendah mungkin seluruh gulma yang berada di gawangan dan piringan tanaman kelapa sawit. Pekerjaan slashing dilakukan oleh tenaga kerja harian dengan menggunakan parang. Sedangkan kegiatan dongkel anak kayu (DAK) juga dilakukan dengan mencabut atau mendongkel seluruh anak kayu yang tumbuh di antara piringan dan gawangan tanaman kelapa sawit. Gulma yang dikendalikan untuk kegiatan DAK biasanya termasuk dalam gulma berkayu (daun lebar) seperti kayu mang, senduduk, putihan, senggani, anak sawit dan lain-lain. Penulis tidak melakukan kegiatan slashing dan DAK selama kegiatan magang berlangsung.

Kegiatan babat piringan selektif (circle weeding selective) merupakan salah satu kegiatan pengendalian gulma secara manual dengan menggunakan parang. Jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja KHL wanita. Pekerjaan babat piringan selektif belum ada norma yang pasti karena merupakan kegiatan yang baru diterapkan. Sehingga dalam panentuan upah disesuaikan dengan jam kerja, kegiatan babat piringan selektif termasuk dalam kegiatan 5/7 HK sehingga kegiatan selesai hanya sampai jam 12.00 WIB.

Kegiatan babat piringan selektif dimulai dengan memilih pokok tanaman kelapa sawit yang ditumbuhi gulma berat di wilayah piringan terutama bagian yang areal gawangan mati dan gulma anak sawit. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan membabat gulma disekeliling piringan dengan jarak jari-jari 2 m dari pokok. Pada umumnya pokok yang dibersihkan adalah pokok yang condong/roboh terutama pokok yang roboh ke gawangan mati. Hasil kegiatan babat piringan selektif disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Babat Piringan Selektif di Divisi V Blok A16 No. Jumlah TK Jumlah Pasar Jumlah Pokok

1. 3 7 24

2. 6 6 36

3. 8 32 80

4. 4 10 44

5. 4 9 40

Sumber: Hasil Pengamatan di Lapang Keterangan: TK merupakan tenaga kerja

Selama kegiatan babat piringan selektif berlangsung, penulis bertugas sebagai mandor di lapang. Berdasarkan Tabel 5 bahwa prestasi kerja mandor meningkat karena hasil yang diperoleh cenderung meningkat tiap harinya dengan rata-rata hasil kerja pekerja adalah 10 pokok. Kendala yang dihadapi selama kegiatan berlangsung adalah banyak semut angkrang di areal yang akan dibabat. Berikut ini adalah gambar babat piringan selektif di Blok A16 Divisi V

Gambar 6. Sebelum dan Sesudah Kegiatan Babat Piringan Selektif

Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

Faktor jalan mendapat perhatian khusus dalam pengelolaan perkebunan. Transportasi yang lancar menyebabkan program perawatan dan pengangkutan TBS ke PMKS akan berjalan sesuai dengan rencana sehingga unit kenderaan kebun dapat dialokasikan seluruhnya. Secara teknik beberapa pemeliharaan jalan yang dilakukan di PT JAW Kebun Mentawak adalah penimbunan jalan, penggalian, pengerasan yang dilakukan oleh alat mekanik seperti road greader (Gambar 7).

Gambar 7. Perbaikan Jalan dengan Road Greader

Perbaikan jembatan dilakukan oleh bagian civil dan gudang. Waktu perbaikan tergantung dari kondisi jembatan yang rusak. Umumnya jembatan yang rusak terdapat pada jalan yang sering dilalui oleh truk dan dekat dengan sungai seperti di Dusun Baru Divisi VI. Jembatan di PT JAW termasuk dalam semi permanen yaitu terbuat dari besi dan kayu.

Pengangkutan dan pemasangan titi panen

Titi panen di PT JAW Kebun Mentawak masih terbuat dari kayu, namun mulai dari tahun 2009 diganti menjadi titi panen beton. Penggantian titi panen dari titi kayu diganti dengan titi beton masih terdapat di beberapa tempat. Titi panen yang terbuat dari kayu umumnya dilakukan penggantian tiap 6 bulan sekali, namun pada beberapa tempat hal ini belum terlaksana terutama di Divisi I. Titi beton berasal dari campuran semen, pasir, kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3 dengan volume 0.16 m3 . Panjang titi panen adalah 500 cm, lebar 20 cm dan berat 250-300 kg.

Pemasangan titi panen dilakukan setelah kegiatan pengangkutan titi dari gudang ke areal yang terpisah dari kegiatan pemasangan titi panen (HK untuk pengangkutan berbeda dengan HK pemasangan titi panen).

Pengangkutan titi panen dilakukan dengan menggunakan Jonder MF dari gudang/lokasi pembuatan titi panen ke arel pemasangan titi. Tenaga kerja yang digunakan adalah borongan dengan jumlah titi yang akan diangkut 40 titi dengan jumlah tenaga kerja 10 orang (termasuk sopir jonder MF). Satu kali pengangkutan memuat 10 titi panen. Pengangkutan berakhir pada saat pelangsiran/penurunan titi panen pada areal pemasangan dengan aturan 1 titi untuk 3 pasar. Namun untuk saat ini, pemasangan titi panen hanya dilakukan di daerah yang titi panen sudah rusak dan produksi sangat bagus sehingga untuk sebagian divisi maupun blok belum dipasang titi panen. Divisi yang dilakukan pemasangan titi panen beton adalah sebagian divisi II, divisi III dan divisi lainnya.

Pemasangan titi panen dilakukan dengan norma satu titi panen satu orang. Sehingga untuk pemasangan perlu dilakukan secara bersama-sama karena titi beton ini cukup berat dan tidak bisa dilakukan dengan satu orang saja. Pemasangan dilakukan secara manual yaitu dengan mengangkat secara bersama-sama. Pemasangan dilakukan dengan memindahkan posisi titi panen dari tepi jalan membentang parit (arah Utara Selatan, atau sejajar dengan arah barisan kelapa sawit) (Gambar 8).

Gambar 8. Pemasangan Titi Panen di Blok C15 Divisi III

Pemeliharaan parit

Parit merupakan saluran irigasi dan drainase. Tujuan pemeliharaan parit adalah untuk memperlancar sirkulasi air sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan air. Pemeliharaan parit penting terutama pada saat musim hujan dan kemarau. Tanah gambut merupakan tanah yang cukup bermasalah dengan kondisi kekurangan dan kelebihan air. Kelebihan air akan menyebabkan tanah semakin asam, sedangkan pada saat kemarau kekurangan air dan bermasalah terhadap kebakaran. Pemeliharaan parit dilakukan dengan cara ;

1. Manual

Pemeliharaan parit secara manual adalah dengan membabat seluruh gulma yang tumbuh di pinggir dan di dalam parit serta mengeluarkan seluruh sampah yang menghambat aliran air.

2. Mekanis

Pemeliharaan parit secara mekanis adalah pemeliharaan parit menggunakan alat berat seperti excavator, backhoe loader dengan cara

Dokumen terkait