• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI DAN UPAYA PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI

KELAPA SAWIT DITINJAU DARI ASPEK PEMELIHARAAN

TM DI PT JAMBI AGRO WIJAYA KEBUN MENTAWAK,

AIR HITAM, SAROLANGUN, JAMBI

FAUZAN A24053780

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(2)

RINGKASAN

FAUZAN. Evaluasi dan Upaya Perbaikan Sistem Produksi Kelapa Sawit Ditinjau dari Aspek Pemeliharaan TM di PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak, Air Hitam, Sarolangun, Jambi (Dibimbing oleh EKO SULISTYONO dan HARIYADI).

Komoditas kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman penting dan sangat mendukung tingkat perekonomian bangsa, oleh karena itu peningkatan produksi diharapkan selaras dengan tindakan budidaya yang diberikan terutama kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Tujuan magang ini adalah untuk menambah pengalaman kerja profesi, keterampilan dan jiwa kewirausahaan baik secara teknis maupun secara manajerial terutama di bidang pemeliharaan TM kelapa sawit.

Kegiatan magang dilaksanakan di PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak bulan Februai-Juni 2009. Kegiatan dilakukan dengan bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, mandor, pendamping asisten divisi. Pengumpulan data diperoleh dengan pengamatan di lapang, diskusi dengan karyawan dan dari data arsip kebun.

Pengolahan data dilakukan dengan membandingkan produktivitas perkebunan dan produktivitas optimum dan menghubungkannya dengan kegiatan pemeliharaan TM yang diterapkan di lapang. Kegiatan evaluasi pemeliharaan TM dilakukan setelah perbandingan kedua produktivitas tersebut sehingga diperoleh upaya perbaikan untuk tetap menjaga dan meningkatkan produktivitas kebun.

Berdasarkan data dari Kantor pusat kebun, produktivitas TBS PT JAW Kebun mentawak dari 6 tahun terakhir menunjukkan peningkatan tiap tahunnya, namun peningkatan tersebut masih dibawah produktivitas optimum yang dapat dicapai. Hal ini disebabkan oleh kondisi lahan dan kegiatan pemeliharaan yang kurang. Kegiatan pemeliharaan mulai berkurang sejak tahun 2009, bahkan sebagian kegiatan tidak dapat direalisasikan seperti pemupukan anorganik pada semester pertama dan kegiatan lain.

(3)

Berdasarkan pengamatan, pemupukan yang dilakukan hanya berupa pupuk abu janjang dan sebagian pupuk CuSO4 di Divisi II. Pengamatan menunjukkan

dosis yang digunakan sesuai dengan dosis rekomendasi namun variasi yang berbeda tiap pokok tanaman sehingga masih terjadi penumpukan. Efisiensi dan efektifitas pemupukan juga berhubungan dengan waktu pemupukan, berdasarkan curah hujan bulanan pemupukan semester pertama dapat dilakukan pada bulan Februari dan semester kedua pada bulan Mei-Oktober. Namun pemupukan masih saja dilakukan pada bulan basah yang mencapai curah hujan 299 mm (efektif 100-250 mm).

Secara umum kegiatan pemeliharaan di PT JAW Kebun Mentawak masih rendah dan perlu diperhatikan terutama kegiatan pemupukan. Upaya perbaikan dapat dilakukan dengan mewajibkan kegiatan breafing pagi, pengawasan lebih ditingkatkan, memberlakukan premi dan denda serta sistem untilan pada kegiatan pemupukan.

(4)

EVALUASI DAN UPAYA PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI

KELAPA SAWIT DITINJAU DARI ASPEK PEMELIHARAAN

TM DI PT JAMBI AGRO WIJAYA KEBUN MENTAWAK,

AIR HITAM, SAROLANGUN, JAMBI

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Fauzan

A24053780

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(5)

Judul : EVALUASI DAN UPAYA PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI

KELAPA SAWIT DITINJAU DARI ASPEK PEMELIHARAAN TM DI PT JAMBI AGRO WIJAYA KEBUN MENTAWAK, AIR HITAM, SAROLANGUN, JAMBI

Nama : FAUZAN NRP : A24053780

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi Dr. Ir. Hariyadi, MS NIP: 19620225 198703 1 001 NIP: 19611008 198601 1 001

Mengetahui.

Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc NIP : 19610202 198601 1 001

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Nagari Ujunggading, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat dari pasangan Bapak Waskarni dan Ibu Dahlina. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara yaitu Abang Riswan, Ondah Isma, Ketek Ermawati,

Utih Eriyanti dan Rahmiati.

Pendidikan formal dimulai dari tingkat SDN 16 Brastagi Lembah Melintang dari tahun 1994-1999, SLTPN 1 Lembah Melintang dari tahun 1999-2002, SMAN 1 Lembah Melintang dari tahun 2002-2005, Institut Pertanian Bogor dari tahun 2005-2009.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian pada Program Sarjana (Strata 1). Masuk ke IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) yang diselenggarakan oleh PT Bakrie Pasaman Plantations mulai dari Agustus 2005. Tahun 2008 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal dan tahun 2009 melaksanakan kegiatan magang selama empat bulan di PT JAW Kebun Mentawak, Air Hitam, Sarolangun, Jambi.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, Amin.

Atas kehendak Allah sajalah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi dan Upaya Perbaikan Sistem Produksi Kelapa Sawit Ditinjau dari Aspek Pemeliharaan TM. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian IPB.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua, kakak dan adikku yang baik hati dan Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi dan Dr. Ir. Hariyadi, MS sebagai dosen pembimbing dan seluruh dosen Agronomi dan Hortikultura yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi selama penulisan skripsi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pimpinan PT. Bakrie Pasaman Plantations yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan studi dan magang. Pimpinan PT JAW Kebun Mentawak, Para Asisten, Mandor, Kerani, dan seluruh karyawan yang telah membantu dalam perolehan data dan penulisan skripsi.

Teman-teman AGH’42 terima kasih atas semua kebersamaannya dalam suka dan duka, Al Ahzan Crew, teman-teman Bogor dan teman-teman Pasaman, spesial Belahan Jiwa yang selalu memberi semangat, terima kasih.

Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi semangat selama perkuliahan dan penulisan skripsi. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, September 2009

(8)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan Magang ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Tanaman Kelapa Sawit ... 3

Botani Kelapa Sawit ... 3

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ... 4

Pemeliharaan Kelapa Sawit ... 5

Sistem Budidaya ... 6

METODE MAGANG ... 7

Tempat dan Waktu ... 7

Metode Pelaksanaan ... 7

Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 8

KONDISI UMUM KEBUN ... 9

Lokasi Kebun ... 9

Keadaan Iklim, Tanah dan Topografi ... 9

Kondisi Lahan dan Pertanaman Kebun ... 10

Fasilitas Kebun... 12

Produksi dan Produktivitas Kebun ... 12

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 13

PELAKSANAAN KEGIATAN TEKNIS KEBUN ... 16

Pembibitan ... 16

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan ... 23

Pengendalian Gulma ... 23

Pemeliharaan Jalan dan Jembatan ... 27

Pengangkutan dan Pemasangan titi panen ... 28

Pemeliharaan Parit ... 29

Pemupukan ... 30

Pengendalian Hama Ulat Api ... 33

Penunasan/Prunning ... 36

Pemanenan ... 37

(9)

PELAKSANAAN KEGIATAN MANAJERIAL KEBUN ... 46

Pendamping Mandor ... 46

Pendamping Asisten Divisi ... 54

PEMBAHASAN ... 56

Pemeliharaan TM dan Produktivitas Kebun ... 56

Evaluasi Pemupukan ... 58

Upaya Perbaikan Pemeliharaan TM... 63

KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kondisi Lahan dan Pertanaman PT JAW Kebun Mentawak ... 11

2. Produksi TBS PT JAW Kebun Mentawak Tahun 2003-2008 ... 13

3. Jumlah TK HIP, SKU, dan KHL di PT JAW Kebun Mentawak ... 14

4. Jumlah Penerimaan dan Penanaman Kecambah Bulan Mei 2009 ... 19

5. Hasil Babat Piringan Selektif di Divisi V Blok A16 ... 26

6. Alat-alat Panen ... 39

7. Laporan Panen Harian di Divisi V Bulan Mei 2009 ... 41

8. Ketentuan Basis Borong dan Premi Tahun 2009 ... 42

9. Hasil Pengangkutan TBS di Divisi V Bulan Mei 2009 ... 45

10. Jenis, Rencana, dan Realisasi Pemupukan Tahun 2007 dan 2008 ... 58

11. Ketepatan Dosis pada Pemupukan CuSO4 di Divisi II ... 59

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Keadaan Pembibitan Mentawak ... 17

2. Kecambah Normal ... 18

3. Penanaman Bibit di PN ... 21

4. Sistem Irigasi Kirico ... 22

5. Pengaruh Gulma di Parit ... 23

6. Sebelum dan Sesudah Babat Piringan Selektif... 27

7. Perbaikan Jalan dengan Road Greader ... 27

8. Pemasangan Titi Panen di Blok C15 Divisi III ... 29

9. Kondisi Parit di Divisi V ... 30.

10. Pemupukan Abu Janjang di Blok A25 Divisi VI ... 31

11. Serangan Ulat Api di Blok A18 Divisi V ... 33

12. Aplikasi Swingfog di Blok A17 Divisi V ... 36

13. Langsir TBS dengan Jonder MF di Dusun Baru ... 43

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit ... 67

2. Jurnal Harian Magang di PT JAW Kebun Mentawak ... 68

3. Peta PT JAW Kebun Mentawak ... 74

4. Data Curah Hujan di PT JAW Kebun Mentawak ... 75

5. Kedalaman Gambut ... 77

6. Jenis Ulat Api di PT JAW Kebun Mentawak ... 78

7. Buku Kegiatan Mandor Perawatan ... 80

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditas kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman penting dan sangat mendukung tingkat perekonomian bangsa karena memiliki aspek yang nyata terhadap pertumbuhan ekonomi, baik untuk kebutuhan pangan maupun non pangan.

Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis. Pertama, minyak sawit merupakan bahan utama minyak goreng, sehingga pasokan yang kontinu ikut menjaga kestabilan harga minyak goreng. Kedua, sebagai salah satu komoditas pertanian andalan ekspor non migas, komoditas ini memiliki prospek yang baik sebagai sumber perolehan devisa maupun pajak. Ketiga, dalam proses produksi maupun pengolahan juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelapa sawit telah menyumbang banyak terhadap bangsa terutama karena menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan menyerap banyak tenaga kerja disekitar perkebunan. Minyak mentah CPO ini dapat dijadikan sebagai bahan baku industri minyak goreng, margarin, sabun, kosmetik, tekstil, dan etanol yang menjadi perhatian dunia dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi. Menurut Fauzi et al. (2008) potensi CPO ini terbukti dari semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia yang berimplikasi pada pertambahan kebutuhan pangan terutama minyak goreng.

Berdasarkan data Statistik Direktorat Jenderal Perkebunan (2007) luas areal perkebunan kelapa sawit seluruh Indonesia pada tahun 2004 seluas 5 597 158 ha dan meningkat menjadi 6 074 926 ha pada tahun 2006 dengan kebutuhan areal lahan yang semakin tinggi untuk penanaman kelapa sawit yaitu diatas 10% per tahun. Seiring dengan peningkatan luas areal perkebunan, produksi minyak sawit mentah CPO juga mengalami peningkatan yang signifikan. Tahun 2004 tingkat produk CPO telah mencapai ± 12 juta ton dengan proyeksi pertumbuhan pemakaian minyak CPO dunia 3.6% per tahun. Hal ini tentu saja menciptakan peluang usaha industri berbasis CPO yang luar biasa besarnya.

(14)

Produksi CPO yang tinggi dan bermutu diapat diperoleh apabila jumlah produksi kelapa tinggi. Berbagai manajemen industri dan pemeliharaan telah dimulai sejak awal, menurut Yahya (1990) untuk mencapai produksi maksimal maka usaha pembudidayaan tanaman dimulai sejak persiapan lahan sampai dengan panen dan hasil siap dipasarkan. Penerapan teknologi budidaya yang baik (good agricultutral practices), termasuk didalamnya aspek pemeliharaan memegang peranan penting dalam pencapaian peningkatan produktivitas tersebut.

Teknik budidaya tersebut termasuk pemeliharaan menjadi kegiatan utama dalam perkebunan kelapa sawit, menurut Lubis (1992) pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan proses produksi untuk mendapatkan produksi kelapa sawit tetap maksimal dan cukup banyak memerlukan tenaga dan biaya.

Selain itu perusahaan perkebunan juga harus tetap melakukan perbaikan dan peningkatan serta pengembangan secara terus menerus agar perusahaan dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Salah satu cara adalah dengan melakukan evaluasi sistem budidaya yang berpengaruh langsung terhadap hasil produksi, selanjutnya dilakukan upaya perbaikan dari sistem budidya tersebut yang dapat meningkatkan produsi kembali.

Tujuan Magang

Secara umum tujuan kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit adalah sebagai aplikasi dari materi kuliah yang diberikan secara teknis kenyataannya di lapang sehingga menambah pengalaman kerja profesi, untuk menambah wawasan dalam pengalaman kerja sehingga mahasiswa lebih profesional, terampil dan memiliki jiwa kewirausahaan. Selain teknis, mahasiswa juga memiliki kemampuan manajerial karena dalam praktek lapang selalu mengkaji dan mengidentifikasi setiap permasalahan yang ditemukan untuk dicari permasalahannya.

Secara khusus, magang ini bertujuan untuk melakukan evaluasi kondisi sistem budidaya terutama dalam aspek pemeliharaan TM di perkebunan tersebut.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kelapa Sawit Botani Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone Famili : Areraceae Sub famili : Cocosoideae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Menurut Setyamidjaja (2006) tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil sehingga kelapa sawit tidak memiliki akar tunggang dan akar cabang. Sistem perakaran kelapa sawit terdiri atas akar primer yang keluar dari bagian bawah batang (bulb) tumbuh secara vertikal atau mendatar. Akar sekunder yang tumbuh dari akar primer secara mendatar ataupun ke bawah dan akar tersier serta kuarter tumbuh di permukaan sehingga paling aktif mengambil hara dan air dalam tanah.

Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus keatas tanpa cabang, berbentuk silindris dan berdiameter 40-60 cm dengan ketinggian dapat mencapai 10-11 m dan terus bertambah tinggi selama tanaman hidup.

Daun tanaman kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Terdapat pangkal pelepah daun yang terdiri atas rachis, tangkai anak daun, duri-duri, helai anak daun, ujung daun, lidi, tepi daun, dan daging daun. Panjang daun berkisar 5-7 m dengan satu tulang daun utama (rachis), 100-160 pasang anak daun, satu tangkai daun yang berduri.

Bunga kelapa sawit termasuk monoecious dan berbentuk mayang, dengan satu inflor dibentuk dalam ketiak setiap daun segera setelah diferensiasi dari pucuk batang. Sedangkan buah memiliki mesokarp berdaging, endocarp keras

(16)

mengelilingi satu biji. Biji buah yang masak mengandung 45-50% minyak dengan inti sawit 48-52%.

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada suhu 270C dengan suhu maksimum 330C. Curah hujan rata-rata tahun yang ideal adalah 1250-3000 mm dengan distribusi yang merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan (bulan kering kurang dari 3 bulan). Kelembaban berkisar antara 50-90% dan optimal pada kadar 80% dengan ketinggian tempat kurang dari 400 m di atas permukaan laut. Bentuk wilayah adalah datar sampai berombak dengan kemiringan lereng 0-8%.

Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit menurut Lubis (1992) adalah: 1. Solum tebal 80 cm, baik untuk penyerapan hara tanaman.

2. pH tanah yang baik adalah 5 - 5.5.

3. Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.

4. Kandungan unsur hara tinggi.

Fauzi et al. (2008) menambahkan bahwa lama penyinaran optimum yang diperlukan antara 5-7 jam/hari dengan kelembapan optimum 80% dan kecepatan angin 5-6 km/jam. Data kesesuaian lahan disajikan pada Lampiran 1.

Tanah gambut terbentuk pada kondisi laju penimbunan bahan organik lebih besar daripada mineralisasinya. Laju penimbunan gambut dipengaruhi oleh paduan antar keadaan topografi dan curah hujan dengan curahan perolehan air yang lebih besar dari pada kehilangan.

Berdasarkan tingkat kesuburan, menurut Noor (2001) tanah gambut terdiri atas beberapa golongan seperti berikut ini;

1. Gambut eutrofik adalah jenis gambut yang banyak mengandung mineral terutama kalium karbonat termasuk gambut yang subur karena asal bahannya dari serat-seratan (bersifat alkalin/netral)

2. Gambut oligotrofik adalah jenis gambut yang sedikit mengandung mineral. Jenis ini mengandung kalsium dan magnesium yang cukup tinggi (pH < 4, asam/sangat asam). Gambut oligotrofik miskin unsur hara kerena asal

(17)

bahannya dari air hujan dan perombakan bahan organik setempat saja dengan ketebalan >2 m.

3. Gambut mesotrofik adalah jenis gambut antara jenis gambut eutrofik dan oligotrofik.

Berdasarkan proses pembentukannya, gambut tergolong dalam gambut ombrogen dan gambut topogen. Gambut ombrogen adalah jenis gambut yang proses pembentukannya dipengaruhi oleh curah hujan saja. Gambut topogen adalah jenis gambut yang proses pembentukkannya dipengaruhi oleh topografi (cekungan) dan air tanah.

Berdasarkan tingkat kematangan gambut, digolongkan ke dalam gambut fibrik, hemik, dan saprik. Gambut fibrik adalah jenis gambut yang bahan tanah gambutnya masih tergolong mentah yang dicirikan dengan tingginya kandungan bahan-bahan jaringan tanaman atau sisa-sisa tanaman yang masih dapat dilihat keadaan aslinya dengan ukuran beragam. Gambut hemik adalah jenis gambut yang bahan tanah gambutnya sudah mengalami perombakan dan masih bersifat separuh matang. Gambut saprik adalah jenis gambut yang bahan tanah gambut yang sudah mengalami perombakan sangat lanjut dan bersifat matang hingga sangat matang.

Berdasarkan ketebalan lapisan organik terdiri atas gambut dangkal adalah lahan gambut yang mempunyai ketebalan lapisan bahan organik antara 50-100 cm, gambut tengah dengan ketebalan 100-200 cm, gambut dalam dengan ketebalan 200-300 cm dan gambut sangat dalam dengan ketebalan > 300 cm.

Pemeliharaan Kelapa Sawit

Pemeliharaan pada Tanaman Menghasilkan (TM) cukup banyak memerlukan tenaga dan biaya, kegiatan ini merupakan kegiatan untuk meningkatkan dan mempertahankan produksi agar tetap optimal. Lubis (1992) menyatakan pemeliharaan tanaman tersebut antara lain adalah

a) Konsolidasi

b) Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit, dan lain-lain c) Pemberantasan alang-alang

(18)

e) Pengendalian gulma f) Pemupukan

g) Penunasan/prunning

h) Pemberantasan hama dan penyakit

i) Perawatan tempat pengumpulan hasil (TPH).

Pengelolaan aplikasi pemupukan merupakan hal yang paling penting karena merupakan kunci utama tercapainya target produksi yang diharapkan. Tidak kurang dari 50% biaya pemeliharaan adalah merupakan biaya pemupukan.

Terdapat berbagai jenis gulma pada tanaman kelapa sawit. Gulma tersebut digolongkan atas gulma berdaun lebar, gulma rumput dan gulma teki. Lubis (1992) menyatakan bahwa gulma alang-alang (Imperata cylindrical) merupakan gulma pesaing utama tanaman kelapa sawit yang menekan pertumbuhan dan menurunkan produksi sampai 20%. Sehingga menurut Pahan (2008) gulma alang-alang sangat berbahaya dan mutlak dikendalikan karena gulma ini gampang berkembangbiak secara cepat.

Sistem Budidaya

Menurut Pahan (2008) bahwa prinsip dasar dalam usaha perkebunan kelapa sawit yaitu produksi produk dengan biaya yang rendah dalam tingkat produktivitas yang tinggi dan kualitas produk yang dapat diterima. Untuk menghasilkan produk yang tinggi diperlukan sistem budidaya yang tepat mulai dari pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

Perusahaan kelapa sawit akan terus melakukan perbaikan terutama dalam hal perbaikan sistem budidaya dan pengeluaran mutu produk yang bagus. Evaluasi sistem produksi dalam aspek pemeliharaan adalah suatu proses penilaian terhadap faktor-faktor yang sangat mempengaruhi produksi kelapa sawit (dalam hal ini pemeliharaan) untuk tujuan meninjau kembali sistem budidaya yang dilakukan dalam perusahaan tersebut dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi sistem produksi akan memberikan informasi dan atau arahan maupun perbaikan sistem budidaya/pemeliharaan yang tepat untuk meningkatkan produksi kelapa sawit.

(19)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak (Group PT Bakrie Sumatera Plantations), dimulai pada tanggal 13 Februari sampai 9 Juni 2009.

Metode Pelaksanaan

Magang dilaksanakan dengan tujuan penulis memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam hal teknis di lapang dan kemampuan manajerial. Secara teknis, penulis akan bekerja sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL). Waktu pelaksanaan sebagai KHL tidak sebulan penuh pada bulan pertama magang tetapi tergantung pada kondisi dan kebutuhan tenaga kerja di lapang (status sebagai KHL ada selama kegiatan magang). Pada umumnya, selama bekerja sebagai KHL penulis melakukan kegiatan yang berhubungan dengan teknik budidaya seperti pembibitan, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan jalan dan jembatan, pemanenan dan pasca panen dan lain-lain.

Selain sebagai KHL, penulis juga menjadi pendamping mandor, mandor, dan pendamping asisten divisi. Lama waktu tiap jabatan tersebut tergantung bentuk kegiatan yang ada. Biasanya kegiatan pendamping mandor dan mandor pada bulan pertama dan kedua, sedangkan pendamping asisten divisi pada bulan keempat. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor adalah mengawasi kerja karyawan bersamaan dengan mandor lain (dalam satu lokasi terdapat 2 mandor/termasuk penulis), sedangkan mandor dan pendamping asisten divisi selain mengawasi kerja karyawan juga mengorganisir karyawan, mengumpul data kebun, membuat laporan harian, mingguan dan bulanan. Jurnal harian magang disajikan pada Lampiran 2.

Parameter khusus yang penulis amati adalah pengamatan kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Parameter yang diamati adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan yang sangat nyata mempengaruhi produksi kalapa sawit, seperti dosis pupuk, waktu dan cara aplikasi pupuk, alat dan bahan yang digunakan, dosis dan volume herbisida, serta

(20)

jumlah dan prestasi kerja yang diperlukan untuk kegiatan pengendalian dan kegiatan lainnya.

Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang diperoleh dapat berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dengan pengamatan di lapang, diskusi dengan pekerja, staf dan pimpinan kebun. Data sekunder diperoleh dari arsip laporan manajerial baik data bulanan, semesteran, maupun data tahunan. Data tersebut berkaitan dengan keadaan iklim, keadaan tanah dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi, sruktur organisasi dan ketenagakerjaan.

Pengolahan data diperoleh dengan melakukan perbandingan antara produktivitas perkebunan dan produktivitas optimum yang dapat dicapai. Dari hasil pengujian akan diperoleh bahwa nilai tengah produktivitas perkebunan akan lebih kecil atau lebih besar bila dibandingkan dengan nilai tengah produktivitas optimum. Bila hasil uji menyatakan produksi perkebunan di bawah rata-rata produksi optimum maka akan dilakukan evaluasi terhadap sistem budidaya (faktor-faktor produksi) kelapa sawit pada perkebunan tersebut yang berpengaruh terhadap produksi terutama dalam aspek pemeliharaan. Hasil evaluasi terhadap pemeliharaan ini bertujuan untuk meningkatkan kembali produksi perkebunan untuk mencapai produksi optimum.

Selain upaya peningkatan produksi dari faktor-faktor produksi juga dilakukan upaya pertahanan sistem yang sudah potensial bila kondisi produktivitas perkebunan diatas produktivitas optimum dengan tujuan agar kondisi produksi perkebunan tetap diatas produksi nasional.

(21)

KONDISI UMUM KEBUN

Lokasi Kebun

PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak (PT JAW Kebun Mentawak) terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Propinsi Jambi. Jarak antara kota Kabupaten Sarolangun dan PT JAW adalah 65 km dapat ditempuh dengan kenderaan roda empat selama 50 menit bila kondisi jalan baik. Sedangkan dari kota Jambi dapat ditempuh selama 150 menit dengan jarak tempuh sekitar 200 km.

Secara geografis lokasi PT JAW Kebun Mentawak berbatasan dengan beberapa desa dan diapit oleh Sungai Air Hitam dan Sungai Mentawak. Berikut batas-batas wilayah; sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pematang Kabau dan Desa Lubuk Jering, sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Gedang, Empang Benau dan Desa Pangkal Bulian, sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Baru dan Desa Semurung, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mentawak dan SP C. Peta PT JAW Kebun Mentawak disajikan pada Lampiran 3.

Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

Keadaan iklim di PT JAW Kebun Mentawak termasuk dalam tipe iklim A sangat basah (Q=8.26%) berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson. Curah hujan rata-rata tahunan dari tahun 1998 sampai 2008 adalah 2 721.27 mm per tahun, dengan hari hujan rata-rata 106 hari dan lama bulan kering (BK) kurang dari dua bulan per tahun. Curah hujan bulanan tertinggi mencapai 362.81 mm pada bulan Januari sedangkan terendah 108.16 mm pada bulan Juni. Hari hujan bulanan maksimum sebesar 12.5 hari terdapat pada bulan Desember dan minimum 4.8 hari pada bulan Juni. Data curah hujan disajikan pada Lampiran 4.

Keadaan topografi di Kebun Mentawak pada umumnya adalah lahan datar karena hampir seluruh lahan terdiri atas tanah gambut. Jenis gambut termasuk kedalam gambut ombrogen yang wilayahnya berada lebih tinggi dari muka air sungai atau muka air tanah sehingga masukan hara hanya mengandalkan air hujan dan hasil perombakan bahan organik tersebut. Oleh karena itu, jenis gambut ini miskin unsur hara (jenis oligotrofik). Sedangkan berdasarkan tingkat

(22)

kematangannya, gambut ini tergolong dalam hemik dengan tingkat mentahnya mencapai 50%. Ketinggian tempat PT JAW Kebun Mentawak adalah 50 m di atas permukaan laut.

Kedalaman gambut berkisar antara 2-8 m dengan sebaran yang berbeda tiap divisi. Sedangkan tanah mineral terdapat pada Divisi VI Dusun Baru dan sebagian pada Divisi II, dengan luas tanah mineral 87.5 ha atau 2.21% dari luas lahan keseluruhan. pH tanah berkisar 3.7 dan 4.2. Berdasarkan jenis dan kedalaman gambut serta pH maka tingkat kesesuaian lahan termasuk dalam kelas kesesuaian lahan S3. Kedalaman gambut PT JAW Kebun Mentawak disajikan pada Lampiran 5.

Kondisi Lahan dan Pertanaman Kebun

PT JAW Kebun Mentawak terdiri atas enam divisi dan satu areal pembibitan. Total luas areal menurut SK/Hak Guna Usaha (HGU) adalah 3964 .74 ha, luas areal fuso 340 ha dan luas Pembibitan Mentawak adalah 30 ha. Luas areal masing-masing divisi adalah Divisi I seluas 659 ha, Divisi II seluas 568 ha, Divisi III seluas 620 ha, Divisi IV seluas 673 ha, Divisi V seluas 707 ha, Divisi VI seluas 737.74 ha.

Rata-rata satu divisi terdiri atas 17 blok dan areal tempat pemukiman tenaga kerja SKU (emplasment). Luas satu blok adalah 55 ha dengan lebar blok adalah 250 m dan panjang Blok 2200 m (panjang blok tergantung pada kondisi lahan). Jumlah pasar tiap blok adalah 135 pasar dengan rata-rata luas satu pasar adalah 0.4 ha. Blok merupakan areal pertanaman yang terdiri pasar pikul arah Utara Selatan, pasar tengah sejajar dengan jalan pengumpul, jalan pengumpul (collection road) arah Timur Barat, sub jalan utama dan jalan utama (main road) arah Utara Selatan. Masing-masing blok dipisahkan oleh jalan dan parit dengan lebar jalan 8 m dan ukuran parit 4 m x 4 m dan lebar parit dalam blok 1 m.

Kondisi areal pertanaman kelapa sawit tiap divisi umumnya daratan dan hanya sebagian kecil rawa dan fuso. Salah satu kendala dalam budidaya tanaman kelapa sawit di lahan gambut adalah kecilnya daya dukung tanah sehingga tanaman mudah rebah.

(23)

Tanaman di PT JAW Kebun Mentawak sudah memasuki tanaman menghasilkan (TM) yang terdiri dari tahun tanam 1995 (TM 11), tahun tanam 1996 (TM 10), tahun tanam 1997 (TM 9), tahun tanam 1998 (TM 8) dan tahun tanam 2002 (TM 4). Varietas kelapa sawit yang digunakan adalah varietas Tenera dan Dura berasal dari PT. Marihat dan PT. Socfindo. Varietas Marihat ditanam pada tahun tanam 1995, 1997, 1998 dan 2002 sedangkan varietas Socfindo ditanam pada tahun tanam 1996. Satu blok hanya terdapat satu jenis varietas dan tahun tanam yang sama kecuali pada Blok B23 terdapat perbedaan tahun tanam (1997 dan 2002). Data kondisi lahan dan pertanaman kebun disajikan dalam Tabel 1 berikut ini;

Tabel 1. Kondisi Lahan dan Pertanaman PT JAW Kebun Mentawak

Uraian Luas Areal Divisi (ha) Total

(ha) I II III IV V VI Tahun Tanam (TT) TT 1995 - - - 47.00 47.00 TT 1996 559.00 568.00 441.00 673.00 - - 2241.00 TT 1997 100.00 - 99.00 - 707.00 570.50 1476.50 TT 1998 - - - 117.00 117.00 TT 2002 - - 80.00 - - 3.24 83.24 Sumber Varietas Socfindo 559.00 568.00 441.00 673.00 - 47.00 2288.00 Marihat 100.00 - 179.00 - 707.00 690.74 1676.74 Pembibitan 30.00 Rawa 50.00 65.40 - 64.00 11.00 - 190.40 Fuso - - 150.00 92.00 98.00 - 340.00 Bengkel + gudang 1.00 Emplasment 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 25.00 Total HGU 3964.74

Sumber : Kantor Pusat Kebun, 2009

Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan populasi 136 pokok per hektar, sedangkan Stand per Hektar (SPH) berkisar 122-135 pokok. Jumlah SPH lebih kecil dibandingkan dengan jumlah populasi per

(24)

hektar disebabkan karena jumlah pokok yang mati bertambah tiap tahunnya dengan luasan tetap.

Fasilitas Kebun

Fasilitas dan sarana akomodasi yang disediakan oleh PT JAW secara langsung atau tidak langsung turut mendukung dan mempercepat terjadinya kegiatan produksi yang akan dilakukan dalam perkebunan. Beberapa sarana yang disediakan adalah perumahan, poliklinik, listrik, alat transportasi sekolah/truk, bengkel dan gudang dan lain-lain.

Perumahan, poliklinik disediakan untuk tenaga kerja tingkat HIP dan SKU. Sedangkan untuk tenaga kerja borongan biasanya mengikut pada tenaga kerja staf dan SKU (masih memiliki hubungan keluarga). Bengkel digunakan untuk sarana dalam pelaksanaan kegiatan produksi, seperti penyediaan truk, jonder MF, zetor, road greader dan alat-alat bengkel yang digunakan untuk perbaikan sarana transportasi yang rusak. Sedangkan gudang digunakan untuk penyimpanan sementara sarana-sarana produksi seperti pupuk, pestisida, beras, dan sarana penunjang lainnya.

Produksi dan Produktivitas Kebun

Produksi TBS di PT JAW Kebun Mentawak dari tahun 2003-2008 mengalami peningkatan. Data produksi tandan buah segar (TBS) di PT JAW Kebun Mentawak disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, produktivitas meningkat dari 6 tahun terakhir ini, hal ini disebabkan oleh pertambahan umur tanaman yang ditandai dengan meningkatnya bobot janjang rata-rata (BJR) dan jumlah TM yang semakin banyak.

Tahun 2004 terjadi penurunan luas areal panen walaupun terjadi penambahan luas areal menghasilkan untuk tahun tanam 2002. Hal ini terjadi karena jumlah penambahan luas areal panen tidak seimbang dengan jumlah penurunan luas panen akibat luas areal sisipan. Luas areal sisipan disebabkan oleh jumlah rawa dan banjir akibat jumlah curah hujan yang tinggi. Luas areal sisipan tahun 2004 adalah 415.07 ha, sedangkan penambahan areal panen untuk tahun tanam 2002 hanya sebesar 46.60 ha. Demikian juga penurunan pada tahun 2007

(25)

dan tahun 2008 disebabkan oleh jumlah luas areal sisipan semakin meningkat. Berikut ini Tabel 2 merupakan produksi TBS dari tahun 2003-2008.

Tabel 2. Produksi Tandan Buah Segar PT JAW Kebun Mentawak Tahun 2003-2008 Tahun Panen Luas (ha) Produksi TBS (kg) Pencapaian estimasi (%) Produktivitas TBS (kg/ha) Estimasi Realisasi 2003 3509.00 33 458 634 22 844 356 68.28 6 510.22 2004 3508.54 34 792 344 28 892 325 83.04 8 234.86 2005 3964.74 40 800 570 34 431 240 84.39 8 684.36 2006 3964.74 39 111 639 44 266 930 113.18 11 165.15 2007 3624.74 50 000 000 50 731 860 101.46 13 995.99 2008 3624.74 68 999 000 51 353 390 74.42 14 167.47 Sumber : Kantor Pusat Kebun

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT Jambi Agro Wijaya merupakan salah satu anak cabang dari PT Bakrie Sumatera Plantations (PT BSP Group) dengan kepemilikan lahan mencapai lebih dari 50%. Kegiatan administrasi yang dilakukan secara bertahap dari Kantor Divisi yang menjadi dasar kegiatan administrasi ke Kantor Pusat Kebun, seterusnya berhubungan dengan pihak eksternal seperti PT EMAL B, Kantor Pusat di Jambi dan Jakarta.

Estate manager (EM) merupakan seorang pimpinan yang bertanggung

jawab dalam pengelolaan kebun dan menjadi pemegang puncak keputusan. EM bertanggung jawab pada area manager (AM) atas segala kegiatan kebun seperti keadaan kebun, proses produksi, administrasi kebun, pengusahaan material, finansial, personalia dan termasuk dalam keamanan kebun. Seorang EM dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Asisten divisi, Asisten bengkel dan gudang. Sedangkan asisten akan membawahi beberapa mandor yang langsung menangani pelaksanaan kegiatan lapang (pembahas lebih lanjut pada Aspek Manajerial).

Status karyawan di PT JAW Kebun Mentawak ini terdiri dari tiga golongan yakni Himpunan Industrial Pancasila (HIP), Serikat Kerja Umum (SKU), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan HIP atau bulanan merupakan karyawan yang diangkat berdasarkan prestasi dan dimasukkan dalam beberapa golongan, dan jika tidak kerja tapi izin maka tidak dipotong gaji. Biasanya yang termasuk karyawan HIP adalah asisten dan sebagian mandor.

(26)

Karyawan SKU merupakan karyawan yang diangkat berdasarkan lama bekerja, jika tidak kerja dan izin maka tidak dipotong gaji sedangkan bila mangkir maka akan dipotong dua hari kerja. Baik HIP maupun SKU mendapat bonus dan pesangon juga jatah beras tiap bulannya. Sedangkan KHL adalah karyawan borongan yang bekerja pada waktu diperlukan dan tidak terikat dengan pihak kebun, jika tidak kerja maka tidak mendapatkan gaji dan bila kerja digaji berdasarkan gaji harian. Berikut ini adalah Tabel 3 tentang jumlah tenaga kerja di PT JAW Kebun Mentawak.

Tabel 3. Jumlah TK HIP, SKU dan KHL di PT JAW Kebun Mentawak Uraian Kegiatan Status Karyawan Uraian Kegiatan Status Karyawan

HIP SKU KHL HIP SKU KHL

Kantor 5 5 4 Mdr. Perawatan 4 8 -

Gudang 1 1 2 Mandor Panen 2 10 -

Traksi 2 5 4 Krn. Transport 2 10 1

Bengkel 3 3 - Muat TBS - 13 14

Civil 2 1 4 Driver 1 14 -

Bibitan 1 - - Operator MF 4 1 -

Keamanan 4 28 11 Operator Genset 2 6 -

Accounting 1 - - Pemanen - 123 34

Krn. Timbangan 1 1 - Perawatan - - 149

Krani Divisi - 6 1 Nazir Musolla - 3 1

Mandor Satu 6 1 - Medis 2 - -

Total 43 239 225

Sumber : Kantor Pusat Kebun

Penentuan upah didasarkan oleh golongan, untuk HIP dan SKU penentuan upah didasarkan pada tingkat golongan dan kebijakan perkebunan. Penentuan upah untuk KHL dihitung berdasarkan jumlah HK yang dilakukan selama satu bulan dengan ketetapan 1 HK sebesar Rp 32 000,00 (Rp 23 000,00 untuk 5/7 HK). Hal ini sesuai dengan upah minimum regional (UMR) yang berlaku di daerah Jambi. Pemberian upah dilakukan sekali dalam satu bulan pada minggu pertama.

Tenaga kerja umumnya berasal dari suku Jawa yang termasuk dalam penduduk transmigran dan penduduk asli sekitar (Jambi), sedangkan lainnya dari

(27)

suku Batak dan lain-lain. Tingkat pendidikan untuk HIP umumnya dari tingkat SLTA dan Strata1, SKU dan KHL dari tingkat SD, SLTP dan SLTA.

(28)

PELAKSANAAN KEGIATAN TEKNIS KEBUN

Kelapa sawit merupakan tanaman hutan yang dibudidayakan dan akan memiliki respon yang baik terhadap produksi bila didukung oleh lingkungan hidup dan perlakuan yang diberikan. Pengembangan kegiatan dalam memproduksi kelapa sawit baik secara teknis maupun secara manajerial harus dilakukan secara terpadu dan selaras dengan semua subsistem yang ada didalamnya.

Pelaksanaan kegiatan teknis di lapang yang dilakukan oleh penulis selama magang di PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak adalah pembibitan, semprot piringan, pasar pikul dan TPH (SP3 TPH), babat piringan selektif (circle weeding

selective), pengendalian hama ulat api, pemupukan, pemanenan, dan

pengangkutan tandan buah segar (TBS) ke pabrik pengolahan.

Pembibitan

Pembibitan Mentawak dibuka pada tahun 2008 dan diisolasi dari divisi lain sejauh 1 km. Isolasi jarak bertujuan untuk menghindari terjadinya penyebaran penyakit yang ada pada pembibitan ke tanaman yang sudah ada karena bibit yang digunakan pada Pembibitan Mentawak termasuk varietas baru. Jenis tanah pembibitan seluruhnya adalah tanah gambut dengan luas areal 30 ha dan varietas Costa Rica (Dura Deli x Pisifera Nigeria). Ciri-ciri varietas Costa Rica adalah diameter tajuk lebih pendek sehingga populasi per ha lebih banyak dan pertambahan tinggi lambat dengan masa produksi yang lebih lama.

Pembibitan ini terdiri atas 2 blok yaitu blok A dan blok B, blok A terdiri dari 17 bagian dengan masing-masing bagian berukuran 59 m x 200 m. Blok A termasuk dalam MN sedangkan blok B terdiri dari 9 bagian dengan ukuran 59 m x 150 m. Blok B termasuk dalam MN dan sebagian PN (sebagian blok B1 dan blok B2). Tiap blok dipisahkan oleh parit dengan lebar 1 m (Gambar 1).

(29)

Gambar 1. Keadaan Pembibitan Mentawak

Pembibitan kelapa sawit di perkebunan terdiri atas pembibitan dua tahap (double stage) dan pembibitan satu tahap (single stage). Pembibitan di PT JAW Kebun Mentawak termasuk dalam pembibitan dua tahap meliputi pembibitan pendahuluan (pre-nursery/PN) dan pembibitan utama (main-nursery/MN). Salah satu keunggulan pembibitan dua tahap adalah bibit yang dihasilkan lebih terjamin mutunya karena proses seleksi yang dilakukan lebih ketat dan sering dilakukan.

Selama melakukan kegiatan magang, penulis dapat melakukan sebagian pengamatan pada kegiatan PN dan MN. Sebagian besar kegiatan yang dilakukan penulis berada di pembibitan utama/MN dibandingkan PN karena membutuhkan jumlah tenaga kerja yang banyak.

Pembibitan Pendahuluan/PN

Kegiatan PN dimulai dengan pembersihan lokasi PN yang sudah ada. Perbaikan areal pembibitan ini dilakukan dengan memperbaiki bedengan dan menambah tanah sehingga bedengan untuk PN lebih tinggi, selain itu juga dilakukan pemagaran untuk seluruh areal PN dengan kayu yang berasal dari hutan dekat dengan pembibitan. PN terdiri dari lima blok dengan total bedengan adalah 248 bedengan (rata-rata 50 bedeng per blok). Ukuran bedengan 1 m x 10 m dapat menampung 1000 baby bag.

Kegiatan perbaikan areal dilakukan bersamaan dengan pengisian pada polibag ukuran kecil/baby bag. Pengisian polibag dilakukan dengan tanah mineral yang telah disaring dan dicampur dengan Rock phosphate. Tenaga kerja termasuk dalam tenaga kerja borongan dengan upah Rp 40/baby bag. Lokasi pengisian baby

(30)

bag tidak jauh dari lokasi PN sehingga kegiatan pemindahan polibag ke lokasi PN

tidak membutuhkan biaya besar. Kegiatan pemindahan dilakukan setelah kegiatan pengisian dan upah temasuk dalam kegiatan pengisian baby bag. Polibag tersebut disusun tanpa ada jarak antar polibag di bedengan yang telah disiapkan (rata-rata jumlah polibag adalah 1000 polibag per bedengan). Baby bag berukuran 22 cm dengan lebar 14 cm dan jumlah lubang adalah 24 lubang.

Pemesanan kecambah merupakan salah satu kegiatan penting yang harus dilakukan jauh sebelum pembukaan lahan dan penanaman (enam bulan sebelum PN). Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan jumlah kecambah yang dihasilkan pemasok tidak sebanding dengan jumlah yang dipesan sehingga kecambah sering tidak tersedia. Pemilihan varietas Costa Rica merupakan salah satu peristiwa yang memperkuat pernyataan tesebut, bibit Costa Rica dipilih karena bibit Marihat atau Socfindo tidak tersedia lagi.

Penanaman kecambah harus dilakukan dalam lubang yang dibuat dengan jari, tepat ditengah baby bag. Saat penanaman, struktur bakal daun berbentuk lancip berwarna putih kekuningan harus di atas dan bakal akar tumpul dan kasar menghadap ke bawah. Kecambah yang ditanam harus diseleksi dan hanya kecambah normal yang ditanam, setelah itu kecambah ditutup dengan tanah (Gambar 2).

Gambar 2. Kecambah Normal

Kegiatan penanaman kecambah yang dilakukan penulis merupakan kegiatan PN yang kedua (sebelumnya dilakukan pada bulan Mei 2008). Penanaman dilakukan satu hari setelah kecambah diterima, penanaman kecambah

(31)

dilakukan dengan 3 tahap yaitu pada bulan April sampai Mei 2009. Masing-masing tahap disela selama satu minggu dan satu tahap membutuhkan dua hari.

Tabel 4 adalah hasil penerimaan dan penanaman kecambah di Pembibitan Mentawak tahun 2009 yang dilakukan penulis sebagai Krani divisi. Berdasarkan Tabel 4 diperoleh bahwa jumlah kecambah yang diterima sebenarnya adalah 249 676 kecambah dengan kondisi kecambah normal adalah 247 479 (99. 12 %) dan kecambah afkir adalah 2 197 kecambah (0.82%).

Tabel 4. Jumlah Penerimaan dan Penanaman Kecambah Tahun 2009 Tanggal diterima Kecambah dari SP Kecambah Aktual Kecambah Normal Kecambah Afkir 18-04-09 55 276 55 220 54 869 351 19-04-09 44 724 44 569 44 282 287 24-04-09 28 800 28 771 28 444 327 25-04-09 46 200 46 138 45 664 474 01-05-09 36 300 38 292 35 872 420 02-05-09 38 700 38 686 38 348 338 Total 250 000 249 676 247 479 2 197

Sumber: Kantor Pembibitan Mentawak

Pembibitan Utama/MN

Bibit MN berasal dari kecambah yang ditanam bulan Mei sampai Agustus 2008 (8 tahap) dengan jumlah tanaman mencapai 329 308 pokok. Pemindahan bibit dari PN ke MN sebaiknya dilakukan pada saat bibit berumur 3 bulan, namun pemindahan dilakukan pada saat bibit berumur 5-7 bulan. Hal ini disebabkan oleh jumlah lahan yang kurang dan manajemen yang kurang baik.

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pemindahan dan pengangkutan bibit PN ke MN dengan menggunakan zetor, truk dan angkong. Pemindahan dan pengangkutan bibit dilakukan setelah kegiatan seleksi bibit. Bibit yang dipindahkan adalah bibit normal dengan pertumbuhan yang baik. Lokasi MN tidak jauh dari lokasi PN sehingga transportasi lebih mudah tanpa dapat merusak tanah dan akar tanaman pada baby bag. Kegiatan transportasi dilakukan dua kali karena kondisi tanah yang tidak bisa dilewati secara langsung oleh zetor (tanah gambut). Sehingga pemindahan bibit dilanjutkan oleh tenaga kerja penanam dengan menggunakan angkong dari jalan menuju blok penanaman.

Pengisian polibag dengan tanah top soil dilakukan dekat dengan areal MN (pinggir road collection) sehingga memudahkan pelangsiran polibag. Tanah yang

(32)

digunakan adalah tanah mineral top soil yang berasal dari Dusun Baru, satu truk dapat mengangkut 2.4 kubik dan mampu mengisi 150 polibag. Harga satuan tanah adalah Rp 55 per polibag dengan upah kerja pengisian polibag adalah Rp 150 per polibag. Pengisian polibag dapat diperoleh sebanyak 150-400 polibag tergantung dari keadaan iklim dan keterampilan tenaga kerja.

Kegiatan langsir polibag dari jalan menuju lapang (panjang maksimal 200 m) menggunakan angkong. Rata-rata kegiatan langsir polibag satu angkong dapat memuat 6-10 polibag, bila kondisi hujan hanya dapat memuat 5-6 polibag. Ukuran polibag yang digunakan untuk MN adalah panjang 50 cm, diameter 20 cm (1 kg setara dengan 18 polibag, 80 lubang per polibag) dengan berat satu polibag berisi tanah 15-18 kg. Dalam kondisi normal dan didukung oleh cuaca maka langsir polibag dalam satu hari dapat mencapai 150 polibag dengan upah langsir Rp 250 per polibag. Pekerja termasuk borongan dan SKU, bila SKU terlebih dahulu memenuhi basis yakni 128 polibag. Kendala dalam langsir polibag ini adalah kondisi tanah gambut dan sering terjadi perubahan dan perbedaan aturan kerja.

Kegiatan menata polibag hasil langsir adalah kegiatan sebelum kegiatan penanaman. Bibit yang dilangsir ditata menurut jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm. Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja KHL dengan jumlah 3-4 orang per 2 blok. Kendala dalam kegiatan menata polibag adalah kondisi polibag yang dilangsir bertumpuk pada satu tempat sehingga menyulitkan pemindahan dengan tangan.

Penanaman dilakukan setelah kegiatan pengisian dan pelangsiran polibag selesai. Penanaman dilakukan oleh tenaga kerja borongan dengan basis 180 polibag per HK. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tergantung dari jumlah polibag yang telah siap ditata. Pada umumnya terdiri dua tim dengan masing-masing tim 9-14 orang yang terdari dua orang buat lubang tanam, selain itu ada yang langsir tanah, bibit dan penanam. Kegiatan penanaman dimulai dengan mengisi polibag dengan tanah setelah itu pembuatan lubang tanam dengan bor dan penanaman bibit. Penanaman dilakukan dengan satu bibit satu lubang, sehingga apabila terdapat bibit douleltune terlebih dahulu harus dipisahkan dan ditanam di dua polibag. Kedalaman batang dilakukan sebatas pada bongkol batang dan keadaan akar tidak boleh keluar dari permukaan tanah karena akan mempengaruhi

(33)

pertumbuhan tanaman. Bila akar timbul di permukaan dengan kondisi cahaya panas maka akar akan terbakar sehingga bibit akan mati. Sehingga perlu perhatian khusus untuk penanaman dengan pengawasan mandor yang lebih yakni tiap tim diawasi oleh satu mandor. Gambar 3 adalah pembuatan lubang tanam dengan alat

ponjo.

Gambar 3. Penanaman Bibit di MN

Penulis memiliki prestasi kerja yang sama dengan penanam karena merupakan satu tim sehingga harus selesai dengan target yang ditetapkan yaitu 180 polibag per HK.

Konsolidasi bibit

Kegiatan konsolidasi dipembibitan dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada di sekitar tanaman (dalam polibag) , menegakkan polibag yang condong, dan meluruskan barisan polibag. Konsolidasi dalam menyusun polibag dilakukan dengan meluruskan barisan tanaman yang sudah ditanam sesuai dengan jarak 90 cm x 90 cm x 90 cm, untuk mempermudah pekerjaan dilakukan sistem ajir sehingga barisan lebih lurus dan teratur dan cepat. Pemancangan/ajir dilakukan sejajar dengan arah barisan yaitu Utara Selatan, setelah itu baru menata polibag pada titik pancang yang telah ditentukan di tali (ikatan tali).

Rotasi kegiatan konsolidasi adalah 6 kali setahun. Penulis melakukan kegiatan konsolidasi dengan status KHL dan Mandor. Prestasi kerja penulis dalam

(34)

kegiatan ini adalah 0.25 blok (0.5 blok per HK). Kendala yang dihadapi adalah beratnya polibag dan tidak ada alat perlengkapan seperti sarung tangan sehingga tangan jadi luka/lecet.

Penyiraman bibit

Penyiraman di Pembibitan Mentawak cukup baik dengan jaringan irigasi yang bagus. Secara garis besar instalasi sistem irigasi ini terdiri dari empat bagian utama seperti mesin pompa, waduk sumber air, bagian pemencar yang dilengkapi dengan keran dan sambungan pipa dan keran.

Lokasi waduk dekat dengan lokasi pembibitan dan air selalu tersedia. Sistem irigasi Pembibitan Mentawak termasuk dalam sistem irigasi tabung dengan selang plastik berlubang (Kirico) yang bertekanan. Penggunaan sistem irigasi Kirico mempunyai presisi yang tinggi sehingga bibit akan menerima air dalam jumlah yang cukup dan merata. Kondisi sistem irigasi Kirico disajikan dalam Gambar 4 berikut ini.

Gambar 4. Sistem Irigasi Kirico

Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, namun tergantung curah hujan. Bila curah hujan diatas 8 mm maka penyiraman tidak dilakukan. Penyiraman dimulai pada pagi hari jam 06.00 WIB sampai selesai biasanya 3-4 jam dan sore hari. Penyiraman di PN dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan

(35)

dan dipompa oleh mesin. Tenaga kerja dilakukan oleh KHL dengan satu kali penyiraman 0.5 HK dengan jumlah tenaga kerja tiga orang di PN, dua orang di MN dan satu orang operator.

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan

Kegiatan teknis di lapang yang penulis lakukan selama mengikuti kegiatan magang di PT JAW Kebun Mentawak berhubungan dengan pemeliharaan pada tanaman menghasilkan yaitu pengendalian gulma, pemeliharaan jalan dan jembatan, pemeliharaan parit, dan pengendalian hama dan penyakit.

Pengendalian Gulma

Kehadiran gulma dalam perkebunan kelapa sawit tidak dikehendaki karena dapat mengakibatkan penurunan produksi, menurunkan mutu produksi mengeluarkan senyawa alelopati yang mengganggu pertumbuhan kelapa sawit, menjadi inang bagi hama, mengganggu tataguna air (Gambar 5), dan meningkatkan biaya usahatani (Pahan, 2008).

Gambar 5. Pengaruh Gulma di Parit

Jenis gulma yang banyak di jumpai di PT JAW Kebun Mentawak didominasi oleh gulma paku-pakuan yaitu Nephrolepis biserata, Stenoclaena

palustris, Pteridium esculentum. Sedangkan gulma lainnya adalah Mikania micrantha, Lantana camara, Clidemia hirta, Borreria alata, Ageratum conyzoides, Paspalum conjugatum, Cynodon dactilon, Axonopus compressus,

(36)

Ottochloa nodosa, Imperata cylindrical dan lain-lain. Jenis gulma tersebut hanya

dominan di beberapa tempat misalnya pada gawangan didominasi oleh jenis paku-pakuan sedangkan pada pasar pikul didominasi oleh rumput dan TPH didominasi oleh rumput dan teki.

Kegiatan pengendalian gulma pada PT JAW Kebun Mentawak dilakukan dengan 2 cara yaitu secara manual dan secara kimiawi.

Pengendalian gulma secara kimiawi

Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan pengendalian gulma dengan menggunakan bahan-bahan kimia/herbisida. Kegiatan yang termasuk dalam pengendalian secara kimiawi di PT JAW Kebun Mentawak adalah semprot piringan, pasar pikul dan TPH (SP3 TPH), semprot gawangan, semprot semak,

wiping alang-alang, semprot alang-alang, dan oles anak kayu.

Piringan, pasar pikul, dan TPH merupakan tempat yang terpenting dalam proses produksi dan pemeliharaan. Piringan berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk dan daerah jatuhnya tandan buah dan brondolan, pasar pikul sebagai jalan untuk mengangkut TBS ke TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya. Sedangkan TPH merupakan tempat pengumpulan hasil panen sementara sebelum diangkut ke PMKS. Sehingga keberadaan gulma di piringan, pasar pikul dan TPH perlu dikendalikan agar berfungsi sebagai mana mestinya.

Kegiatan SP3 TPH yang dilakukan di PT JAW Kebun Mentawak menggunakan pestisida dengan merek dagang Gramoxone 276 SL yang merupakan pestisida non sistemik dan kontak dengan bahan aktif paraguat

diklorida 276 g/liter. Pestisida ini berbentuk cairan yang berwarna biru.

Konsentrasi yang digunakan adalah 3.3 ml/liter air dengan dosis 0.5-0.6 liter/ha. Aplikasi dilakukan dengan penambahan Ally 20 WDG dengan perbandingan Gramoxone : Ally : Air adalah 20 liter : 1 kg : 20 liter, rotasi SP3 TPH adalah 2 kali setahun. Alat semprot yang digunakan adalah Knapsack jenis SOLO isi 15 liter dengan jenis nozzle deflaktor berbentuk kipas dengan warna biru, hitam dan merah.

Pelaksanaan kegiatan SP3 TPH dan gawangan dimulai dengan pencampuran pestisida di gudang dan pengisian pestisida campuran tersebut di lapangan oleh mandor perawatan/spraying. Tujuan pencampuran di gudang adalah

(37)

untuk menghindari terjadinya kehilangan pestisida. Kegiatan SP3 TPH ini dilakukan oleh tiga tim, masing-masing tim terdiri atas tiga orang dengan rincian satu orang membawa galon (tempat air sebagai pelarut) dan dua orang melakukan aplikasi semprot. Rata-rata satu pasar membutuhkan empat knapsack namun tergantung pada kondisi gulma dan jalan. Norma kerja untuk perawatan adalah 2 ha (untuk 5/7 HK). Teknik penyemprotan dimulai dari gulma yang berada dalam pinggir parit kemudian pada TPH dan masuk pada piringan dan pasar pikul. Satu orang menyelesaikan satu baris dan satu orang lagi membawa galon ke pasar tengah untuk menunggu pengisian knapsack kembali.

Prestasi kerja penulis dalam kegiatan SP3 TPH dan gawangan di Divisi VI Blok B23 adalah 1.6 ha (prestasi pekerja 2 ha) dan umumnya penulis sebagai mandor spraying.

Semprot semak dan alang-alang (golongan rumput dan daun lebar) digunakan herbisida sistemik yaitu herbisida dengan nama dagang Smart jenis AS (Amiphosat Starane) dan berbahan aktif Glyphosate. Herbisida ini berbentuk cairan berwarna kuning dan dosis yang digunakan adalah 0.3-0.4 liter/ha, tergantung dari kerapatan gulma. Konsentrasi Smart dalam aplikasi semak dan alang-alang yaitu 3-3.5 ml/liter air. Norma kerja kegiatan ini yaitu 2 ha/HK (sama dengan norma kerja Gramoxone). Pelaksanaan kegiatan sama dengan pelaksanaan SP3 TPH dan gawangan dengan menggunakan alat Knapsack jenis SOLO.

Pengendalian gulma secara manual

Pengendalian gulma secara manual di PT JAW Kebun Mentawak dilakukan dengan kegiatan babat total/slashing, babat selektif, dan dongkel anak kayu (DAK). Kegiatan slashing adalah pekerjaan membabat serendah mungkin seluruh gulma yang berada di gawangan dan piringan tanaman kelapa sawit. Pekerjaan slashing dilakukan oleh tenaga kerja harian dengan menggunakan parang. Sedangkan kegiatan dongkel anak kayu (DAK) juga dilakukan dengan mencabut atau mendongkel seluruh anak kayu yang tumbuh di antara piringan dan gawangan tanaman kelapa sawit. Gulma yang dikendalikan untuk kegiatan DAK biasanya termasuk dalam gulma berkayu (daun lebar) seperti kayu mang, senduduk, putihan, senggani, anak sawit dan lain-lain. Penulis tidak melakukan kegiatan slashing dan DAK selama kegiatan magang berlangsung.

(38)

Kegiatan babat piringan selektif (circle weeding selective) merupakan salah satu kegiatan pengendalian gulma secara manual dengan menggunakan parang. Jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja KHL wanita. Pekerjaan babat piringan selektif belum ada norma yang pasti karena merupakan kegiatan yang baru diterapkan. Sehingga dalam panentuan upah disesuaikan dengan jam kerja, kegiatan babat piringan selektif termasuk dalam kegiatan 5/7 HK sehingga kegiatan selesai hanya sampai jam 12.00 WIB.

Kegiatan babat piringan selektif dimulai dengan memilih pokok tanaman kelapa sawit yang ditumbuhi gulma berat di wilayah piringan terutama bagian yang areal gawangan mati dan gulma anak sawit. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan membabat gulma disekeliling piringan dengan jarak jari-jari 2 m dari pokok. Pada umumnya pokok yang dibersihkan adalah pokok yang condong/roboh terutama pokok yang roboh ke gawangan mati. Hasil kegiatan babat piringan selektif disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Babat Piringan Selektif di Divisi V Blok A16 No. Jumlah TK Jumlah Pasar Jumlah Pokok

1. 3 7 24

2. 6 6 36

3. 8 32 80

4. 4 10 44

5. 4 9 40

Sumber: Hasil Pengamatan di Lapang Keterangan: TK merupakan tenaga kerja

Selama kegiatan babat piringan selektif berlangsung, penulis bertugas sebagai mandor di lapang. Berdasarkan Tabel 5 bahwa prestasi kerja mandor meningkat karena hasil yang diperoleh cenderung meningkat tiap harinya dengan rata-rata hasil kerja pekerja adalah 10 pokok. Kendala yang dihadapi selama kegiatan berlangsung adalah banyak semut angkrang di areal yang akan dibabat. Berikut ini adalah gambar babat piringan selektif di Blok A16 Divisi V

(39)

Gambar 6. Sebelum dan Sesudah Kegiatan Babat Piringan Selektif

Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

Faktor jalan mendapat perhatian khusus dalam pengelolaan perkebunan. Transportasi yang lancar menyebabkan program perawatan dan pengangkutan TBS ke PMKS akan berjalan sesuai dengan rencana sehingga unit kenderaan kebun dapat dialokasikan seluruhnya. Secara teknik beberapa pemeliharaan jalan yang dilakukan di PT JAW Kebun Mentawak adalah penimbunan jalan, penggalian, pengerasan yang dilakukan oleh alat mekanik seperti road greader (Gambar 7).

Gambar 7. Perbaikan Jalan dengan Road Greader

Perbaikan jembatan dilakukan oleh bagian civil dan gudang. Waktu perbaikan tergantung dari kondisi jembatan yang rusak. Umumnya jembatan yang rusak terdapat pada jalan yang sering dilalui oleh truk dan dekat dengan sungai seperti di Dusun Baru Divisi VI. Jembatan di PT JAW termasuk dalam semi permanen yaitu terbuat dari besi dan kayu.

(40)

Pengangkutan dan pemasangan titi panen

Titi panen di PT JAW Kebun Mentawak masih terbuat dari kayu, namun mulai dari tahun 2009 diganti menjadi titi panen beton. Penggantian titi panen dari titi kayu diganti dengan titi beton masih terdapat di beberapa tempat. Titi panen yang terbuat dari kayu umumnya dilakukan penggantian tiap 6 bulan sekali, namun pada beberapa tempat hal ini belum terlaksana terutama di Divisi I. Titi beton berasal dari campuran semen, pasir, kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3 dengan volume 0.16 m3 . Panjang titi panen adalah 500 cm, lebar 20 cm dan berat 250-300 kg.

Pemasangan titi panen dilakukan setelah kegiatan pengangkutan titi dari gudang ke areal yang terpisah dari kegiatan pemasangan titi panen (HK untuk pengangkutan berbeda dengan HK pemasangan titi panen).

Pengangkutan titi panen dilakukan dengan menggunakan Jonder MF dari gudang/lokasi pembuatan titi panen ke arel pemasangan titi. Tenaga kerja yang digunakan adalah borongan dengan jumlah titi yang akan diangkut 40 titi dengan jumlah tenaga kerja 10 orang (termasuk sopir jonder MF). Satu kali pengangkutan memuat 10 titi panen. Pengangkutan berakhir pada saat pelangsiran/penurunan titi panen pada areal pemasangan dengan aturan 1 titi untuk 3 pasar. Namun untuk saat ini, pemasangan titi panen hanya dilakukan di daerah yang titi panen sudah rusak dan produksi sangat bagus sehingga untuk sebagian divisi maupun blok belum dipasang titi panen. Divisi yang dilakukan pemasangan titi panen beton adalah sebagian divisi II, divisi III dan divisi lainnya.

Pemasangan titi panen dilakukan dengan norma satu titi panen satu orang. Sehingga untuk pemasangan perlu dilakukan secara bersama-sama karena titi beton ini cukup berat dan tidak bisa dilakukan dengan satu orang saja. Pemasangan dilakukan secara manual yaitu dengan mengangkat secara bersama-sama. Pemasangan dilakukan dengan memindahkan posisi titi panen dari tepi jalan membentang parit (arah Utara Selatan, atau sejajar dengan arah barisan kelapa sawit) (Gambar 8).

(41)

Gambar 8. Pemasangan Titi Panen di Blok C15 Divisi III

Pemeliharaan parit

Parit merupakan saluran irigasi dan drainase. Tujuan pemeliharaan parit adalah untuk memperlancar sirkulasi air sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan air. Pemeliharaan parit penting terutama pada saat musim hujan dan kemarau. Tanah gambut merupakan tanah yang cukup bermasalah dengan kondisi kekurangan dan kelebihan air. Kelebihan air akan menyebabkan tanah semakin asam, sedangkan pada saat kemarau kekurangan air dan bermasalah terhadap kebakaran. Pemeliharaan parit dilakukan dengan cara ;

1. Manual

Pemeliharaan parit secara manual adalah dengan membabat seluruh gulma yang tumbuh di pinggir dan di dalam parit serta mengeluarkan seluruh sampah yang menghambat aliran air.

2. Mekanis

Pemeliharaan parit secara mekanis adalah pemeliharaan parit menggunakan alat berat seperti excavator, backhoe loader dengan cara mengeluarkan semua sedimen (endapan) dan sampah dari dasar parit sekaligus membentuk kembali parit sesuai ukuran semula dan melancarkan aliran air.

Khusus pada musim kemarau, perawatan parit dilakukan dengan membendung parit dengan karung yang berisi pasir, sehingga kekurangan air dapat diatasi. Selama mengikuti kegiatan magang, penulis hanya mendapat data

(42)

sekunder dalam bentuk wawancara. Berikut ini Gambar 9 tentang kondisi parit di Divisi V.

Gambar 9. Kondisi Parit di Divisi V

Pemupukan

Pemupukan yang dilakukan di PT JAW Kebun Mentawak adalah pemupukan organik dan pemupukan anorganik. Pemupukan dengan organik dilakukan dengan pemupukan abu janjang dan pemupukan anorganik dilakukan dengan pemupukan Urea, MOP, ZnCOP, Kieserite, Rock Phospate, HGFB, Kaptan, ZnSO4, Dolomit, CuSO4. Pemupukan anorganik sejak awal tahun 2009

tidak pernah direalisasikan lagi sehingga penulis selama magang tidak pernah melakukan kegiatan pemupukan anorganik (kecuali pemupukan unsur Cu). Sehingga pembahasan selanjutnya hanya berhubungan dengan pemupukan abu janjang dan pemupukan CuSO4.

Pemupukan Abu Janjang (Bunch Ash)

Pemupukan abu janjang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah dan memberikan hara bagi tanaman. Abu janjang diperoleh dari produk limbah sehingga secara mudah didapatkan terutama asal abu janjang ini tidak memerlukan biaya untuk bahan tersebut (hanya biaya pengangkutan).

Menurut Pahan (2008) abu janjang bersifat alkalis (pH=12), higroskopis dan mengandung hara yang sangat mudah larut dalam air. Unsur hara yang terkandung dalam abu janjang antara lain K2O sebanyak 47.0%, P2O5 3.5%, MgO

(43)

mengandung Kalium (K) yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk mensubsitusi biaya pupuk MOP dengan rasio konversi MOP ke abu janjang dikali 2 (bila MOP 2 kg per pokok maka abu janjang 4 kg per pokok).

Aplikasi abu janjang sangat cocok digunakan di PT JAW Kebun Mentawak karena mudah diperoleh dan cocok untuk tanah gambut. Selama kegiatan magang berlangsung penulis melakukan kegiatan pupuk abu janjang sebanyak 9 kali. Sebagian besar penulis berstatus sebagai mandor. Gambar 10 adalah aplikasi pupuk abu janjang pada piringan secara melingkar.

Gambar 10. Pemupukan Abu Janjang di Blok A25 Divisi VI

Asal pupuk janjang diperoleh dari hasil pembakaran janjang TBS yang sudah dipisah dari brondolan yang diproses di PMKS Kulim (PT EMAL/Group Bakrie Sumatera Plantations). Faktor konversi dari TBS ke abu janjang adalah 0.5%. Jumlah pupuk yang diperlukan dalam satu hari berkisar antara 6.0- 7.2 ton, dengan rekomendasi pemupukan 4 kg per pokok. Pemupukan abu janjang dilakukan oleh pekerja borongan dengan jumlah tenaga kerja 14 orang. Satu blok (550 ha) membutuhkan 4 hari pemupukan.

Aplikasi pemupukan dimulai dengan memasukan pupuk ke dalam ember (lebih 12 kg pupuk) dari karung yang telah ada di road collection. Setelah itu ember berisi pupuk digendong ke dalam barisan dan pemupukan dimulai dari pasar tengah menghadap ke arah luar barisan (Utara Selatan). Ini bertujuan untuk

(44)

pemupukan dilakukan merata tiap pokok sehingga pokok bagian tengah mendapatkan dosis yang sama dengan pokok di tepi jalan. Oleh karena itu diperlukan mandor di pasar tengah dan di jalan road collection. Abu janjang sangat alkalis, panas/pedih, dan berdebu. Oleh sebab itu, abu janjang harus dijaga agar tidak terkena kulit pekerja secara langsung.

Pemupukan CuSO4

Pemupukan di PT JAW Kebun Mentawak sejak tahun 2009 hanya menggunakan pupuk abu janjang. Namun pada saat penulis melaksanakan magang, selain pemupukan abu janjang juga dilakukan pemupukan CuSO4 hanya

di Divisi II (Coppper Sulphate Pentahydrate CuSO4 5H2O). Hal ini juga

disebabkan oleh realisasi pemupukan CuSO4 di divisi II ini rendah sehingga

terlambat dalam aplikasi.

Aplikasi yang digunakan dalam pemupukan Cu adalah 200 g tiap pokok. Hal ini didasarkan oleh analisis daun yang dilakukan satu kali setiap tahun. Menurut Noor (2001) pemberian pupuk CuSO4 pada tanaman kelapa sawit di

lahan gambut pada umur lebih dari 12 tahun adalah 200 g per pokok. Aplikasi dalam satu blok memerlukan rata-rata 18 sack, 25 kg/sack. Dengan kebutuhan tiap 5 pasar adalah 50 kg.

Norma kerja dalam pemupukan adalah 0.25-0.8 HK/ha. Sehingga kebutuhan untuk tenaga kerja adalah 77 ha x 0.25 HK/ha = 19 HK dan prestasi kerja adalah 77 ha x 0.2 HK/ha = 15 HK. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi kerja yang ada di PT JAW sangat bagus karena lebih kecil dari standar norma kerja.

Aplikasi pemupukan Cu dilakukan dengan menggunakan ember sebagai alat untuk mempermudah dalam pengaplikasian penaburan pupuk. Pemupukan dilakukan dengan penguntilan pada karung pupuk dan dimasukkan ke dalam ember. Setelah itu pupuk ditebar dengan mangkok membentuk ‘V’ dengan jarak 1-1.5 m dari pokok dan dimulai dari pokok depan menuju kedalam baris.

(45)

Pengendalian Hama Ulat Api Sensus Ulat Api

Pengendalian hama ulat api dilakukan setelah dilakukan kegiatan sensus ulat api. Kegiatan sensus bertujuan untuk mengetahui populasi hama sedini mungkin atau jumlah larva per pelepah, mengetahui persentase larva yang hidup dan mati, mengetahui stadia hama, mengetahui persentase larva yang hidup dan mati. Berikut ini adalah Gambar 11 tentang serangan ulat api terhadap daun kelapa sawit.

Gambar 11. Serangan Ulat Api di Blok A18 Divisi V

Tujuan dilakukan sensus adalah mengetahui ada tidaknya serangan, mengetahui jenis hama, mengetahui luas serangan. Prosedur sensus ulat api dan ulat kantong di PT JAW Kebun Mentawak adalah

1. Setiap blok dibuat baris sensus setiap 10 baris (dimulai pada baris ke-5). 2. Tiap baris dibuat titik sensus dengan jarak sensus setiap 5 pokok.

3. Hal yang dicatat dalam sensus adalah jenis dan jumlah ulat 4. Ada atau tidak ada serangan hama sensus harus tetap dilakukan

5. Sensus dilakukan pada pelepah 9-25 karena ulat lebih aktif pada daun tersebut.

Berdasarkan data kantor Divisi V hasil serangan ulat api bulan Januari 2009 di Blok A18 dan A17 adalah jenis ulat api yang dominan Setora nitens, populasi ulat api rata-rata 8 ekor per pelepah, sebaran ulat api di Blok A18 dari pasar 38-70 dan Blok A17 dari pasar 45-60 (konsentrasi ulat api terbesar terjadi di

Gambar

Tabel 1. Kondisi Lahan dan Pertanaman PT JAW Kebun Mentawak
Tabel 2. Produksi Tandan Buah Segar PT JAW  Kebun Mentawak Tahun                        2003-2008  Tahun  Panen  Luas (ha)  Produksi TBS (kg)  Pencapaian estimasi  (%)  Produktivitas TBS (kg/ha) Estimasi Realisasi  2003  3509.00  33 458 634  22 844 356  68
Tabel 3. Jumlah TK HIP, SKU dan KHL di PT JAW Kebun Mentawak  Uraian Kegiatan  Status Karyawan
Gambar 1. Keadaan Pembibitan Mentawak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan yang menghasilkan jumlah dan lebar daun paling tinggi adalah pada perlakuan kontrol (tanpa IBA dan NAA sama sekali) sedangkan terhadap peubah panjang daun yang tertinggi

Schreiber dan Dresselhaus (2003) menyatakan bahwa PGM memang bukan merupakan media yang umum untuk perkecambahan polen bagi semua spesies tanaman, tetapi PGM

Karakter yang tergolong memiliki nilai heritabilitas tinggi yaitu tinggi tanaman, jumlah cabang, kadar klorofil, jumlah polong cipo, bobot polong cipo, bobot 100

Saat ini proses perencanaan pembuatan sistem pengelolaan air terpadu akan dilaksanakan mulai semester kedua, tetapi karena kondisi curah hujan mulai menunjukkan

Memiliki kemampuan dalam bidang keteknikan untuk kegiatan identifikasi, perancangan, pelaksanaan/pembangunan dan pemeliharaan struktur dan infrastruktur, sumberdaya air, polusi

Demikian juga pada dosis 40 gray dengan 50 gray menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, dan rerata persentase kalus hidup menurun setelah iradiasi.. Selain

Keanekaragaman spesies terbanyak terdapat pada tipe agroforestri B (dengan naungan tanaman hutan) karena komposisi spesies Coleoptera terkait erat dengan struktur vegetasi

tahap aklimatisasi, respon terbaik dicapai dari pengaruh Pengaruh perlakuan BA dan NAA pada tahap multiplikasi pada sub kultur II yang menunjukkan hasil terbaik untuk peubah