• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN DI ANGSANA ESTATE, PT LADANGRUMPUN SUBURABADI, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN

SELATAN

TRISNA PRIANDINI QOMAR A24060697

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

RINGKASAN

TRISNA PRIANDINI QOMAR. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH)

Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya, memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari pengelolaan pemupukan tanaman kelapa sawit pada tanaman menghasilkan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pemupukan serta pengaruhnya terhadap produksi kelapa sawit.

Kegiatan magang dilaksanakan di Angsana Estate PT Ladangrumpun Suburabadi, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan yang dimulai dari tanggal 15 Februari hingga 15 Juni 2010.

Metode yang digunakan selama kegiatan magang adalah bekerja langsung menjadi karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping asisten. Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yaitu pengamatan terhadap waktu pemupukan, dosis pupuk, jenis pupuk, cara dan tempat pemupukan serta pengamatan visual terhadap gejala defisiensi hara yang diperoleh langsung di lapangan maupun diskusi dengan pihak kebun. Data sekunder meliputi kondisi umum kebun, curah hujan, produksi dan produktivitas tanaman, jumlah tenaga kerja, realisasi pemupukan dan data-data lain yang membantu yang diperoleh dari arsip perusahaan.

Hasil kegiatan magang ini menunjukkan bahwa pemupukan di Angsana Estate telah terealisasi dengan baik sesuai dengan budget yang telah ditetapkan dan telah memenuhi konsep efektivitas tepat jenis dan tepat cara, tetapi belum memenuhi konsep tepat waktu dan tepat dosis. Angsana Estate juga telah memenuhi konsep efisiensi pemupukan yaitu efisien waktu, biaya dan tenaga

(3)

kerja. Defisiensi hara pada tanaman kelapa sawit tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi kelapa sawit karena pemberian pupuk telah disesuaikan berdasarkan hasil analisis daun yang dilakukan oleh Minamas Research Centre. Adanya selisih produktivitas Angsana Estate dengan standar yang ada kemungkinan disebabkan oleh peubah-peubah selain pemupukan.

(4)

Generating Plant at Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, District of Tanah Bumbu,

South Borneo

The internship was conducted at Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, District of Tanah Bumbu, South Borneo on February 15th to June 15th 2010. The internship aims to increase knowledge about the cultivation of oil palm both technical and managerial, in addition, an internship is to review the management of oil palm crop fertilization on crop yield, analyze the factors that affect the efficiency and effectiveness of fertilization and its influence on palm oil production. Data collection was conducted on the collection of primary data and secondary data. Primary data obtained by observation and analysis of the efficiency (time, cost, and labor), effectiveness (the right time, right dose, right type, and the right way), nutrient deficiency, the productivity of oil palm, interviews with employees, foremen, and assistant. Secondary data obtained from data given by the cation garden and library administration. The data obtained was analyzed by qualitative descriptive method.

The outcomes of this internship showed that fertilization in Angsana Estate has been realized with good accordance with the budget and in compliance with the concept of the effectiveness of the right kind and proper manner, but has not met the concept of timely and appropriate dosage. Angsana Estate also has met the concept of fertilizer efficiency that is efficient time, cost and labor. Nutrient deficiency in oil palm plantations do not provide significant effect on palm oil production because fertilizer has been adjusted based on the results of leaf analysis done by Minamas Research Centre. The existence of difference in productivity Angsana Estate with existing standards may be caused by variables other than fertilization.

Keyword : Efficiency, Effectiveness, Fertilization, Oil Palm Production

(5)

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN DI ANGSANA ESTATE, PT LADANGRUMPUN SUBURABADI, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN

SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Trisna Priandini Qomar A24060697

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(6)

Judul

: MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TANAMAN

MENGHASILKAN DI ANGSANA ESTATE, PT LADANGRUMPUN SUBURABADI,

MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN

Nama

: TRISNA PRIANDINI QOMAR

NRP

: A24060697

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS NIP 19570711 198111 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal persetujuan :

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya, 21 Februari 1988, adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Qomarrudin Syafi’I dan Ibu Priandayani. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Ketabang V Surabaya. Kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 1 Blitar. Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Blitar, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Pada semester 3, penulis masuk ke Departemen Agronomi dan Hortikultura.

Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) yaitu menjadi staf departemen pengembangan sumber daya manusia (PSDM) pada periode 2008 dan menjadi koordinator departemen pengembangan sumber daya manusia (PSDM) pada periode 2009. Penulis juga aktif menjadi panitia kegiatan-kegiatan kemahasiswaan seperti: Masa Perkenalan Departemen 2008 dan 2009, Festival Tanaman XXIX dan XXX, seminar ketenagakerjaan 2009, Training Organisasi Profesi 2009, Rapat Umum Himagron, Bubar akbar AGH 2009 dan panitia pemilihan raya BEM A. Selain itu, penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Desa Cerih, Kecamatan Jatinegara, Tegal dan untuk menambah wawasan serta pengalaman, penulis juga pernah menjalani magang di Kurnia Strawberry di Ciwidey, Bandung.

Tugas akhir di perguruan tinggi penulis selesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan”.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, hidayah dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Papa, mama, adik-adikdan semua keluarga yang telah memberi dukungan, doa dan kasih sayangnya selama ini.

2. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS sebagai dosen pembimbing skripsi, Dr. Desta Wirnas, SP. MSi sebagai dosen pembimbing akademik dan seluruh staf serta pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura atas bimbingannya.

3. Dr. Ir. Hariyadi, MS dan Dr. Ir. Ade Wachjar, MS selaku dosen penguji yang telah menguji penulis dan memberikan kritik serta saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Bp. Masziwa Bachrum selaku General manager, Bp. Iwan Dharmawan selaku Estate manager, Bp. Agus Setiyawan selaku Kasi Administrasi, Bp. Syahnan selaku Asisten Kepala, Bp. Iwan Nuriyanto dan Bp. A. Isa Almasih selaku Asisten Kebun serta Bp. Trijono atas semua bimbingan, perhatian dan dukungannya.

5. Seluruh staf kantor besar, mandor, kerani panen, kerani divisi serta semua karyawan Angsana Estate atas bimbingan dan dukungannya.

6. Oktavia, Rahayu L, Dian Oct., Stevanny, Yani, Anggin, Novia, Andari, Desi, Kak Haryo, Hari, Maulana, Agus dan seluruh keluarga besar AGH atas kebersamaannya.

Bogor, November 2010

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Syarat Tumbuh ... 4

Pemeliharaan Tanaman ... 5

BAHAN DAN METODE ... 10

Tempat dan Waktu ... 10

Metode Pelaksanaan ... 10

Pengumpulan Data dan Informasi ... 10

KEADAAN UMUM ... 13

Letak Wilayah Administratif ... 13

Keadaan Iklim dan Tanah ... 13

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ... 14

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 15

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 16

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan ... 17

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 20

Aspek Teknis ... 20

Aspek Manajerial ... 54

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

Efektivitas Pemupukan ... 57

Efisiensi Pemupukan ... 65

Defisiensi Hara ... 70

Produktivitas ... 73

KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

Kesimpulan ... 76

Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN ... 80

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kisaran Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan pada Tanah Mineral ... 7 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di

Angsana Estate ... 16 3. Produksi dan Produktifitas Angsana Estate Tahun 2004-2009 ... 16 4. Data Karyawan Angsana Estate ... 19 5. Jenis Pupuk yang Digunakan di Angsana Estate Tahun 2009-

2010 ... 41 6. Dosis Pupuk untuk TBM Pada Tanah Oxisol ... 41 7. Prestasi Kerja Penulis Sebagai Penabur Pupuk ... 42 8. Realisasi Pemupukan Angsana Estate Periode Juli 2009 – Mei

2010 ... 59 9. Data Pengamatan Tepat Dosis pada Tiga Orang Penabur ... 61 10. Pengamatan Waktu Terhadap Penabur Dengan Pelangsir dan

Tanpa Pelangsir ... 66 11. Kandungan Hara Pupuk Angsana Estate Tahun 2009-2010 ... 68 12. Prestasi Kerja Penabur Pupuk Angsana Estate ... 69 13. Realisasi Pemupukan Tahun 2009 dan Pengamatan Visual

Defisiensi Hara ... 71 14. Rata-rata Produktivitas Tanaman Angsana Estate tahun 2005-

Maret 2010 Berdasarkan Umur Tanaman ... 73 15. Hasil Uji-t Parsial ... 74

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Aplikasi JJK (a) Pemuatan JJK Menuju Titik Aplikasi, (b) Titik

Aplikasi JJK... 21

2. Aplikasi POME (a) Aplikasi POME, (b) Flatbed ... 23

3. Buffer Zone ... 28

4. Alat Pelindung Diri Tim Semprot Angsana Estate ... 29

5. Penyemprotan Piringan ... 31

6. Aplikasi Pengendalian Gulma Secara Kimia (a) Tim Semprot Memasuki Blok, (b) Penyemprotan Anak Kayu ... 32

7. Pengeceran Pupuk (a) Pemuatan Pupuk, (b) Pengeceran dari Kendaraan ... 37

8. Sarana dan Prasarana Tim BMS (a) Rumah Pupuk, (b) Alat Pelindung Diri, (c) Pembagian Ekstra Fooding ... 38

9. Antrian Pagi (a) Antrian Pagi Asisten Divisi dengan Para Mandor (b) Antrian Pagi Mandor Pupuk dengan Karyawan Pupuk ... 39

10. Penaburan Pupuk (a) Penabur Mengisi Bin Pupuk (b) Penaburan Pupuk di Bibir Piringan ... 40

11. Pengumpulan Karung Bekas (a) Penggulungan Karung, (b) Gulungan Karung Eks di Sudut Blok ... 43

12. Beneficial Plants. (a) Euphorbia heterophylla, (b) Cassia cobanensis, (c) Antigonon leptopus, (d) Turnera subulata ... 45

13. Burung Hantu (Tyto alba) ... 47

14. Kegiatan Panen. (a) Pemotongan Buah, (b) Penakaran Brondolan di TPH... 53

15. Grafik Curah Hujan Angsana Estate Periode Juli 2009 - Mei 2010 ... 58

16. Defisiensi Hara di Angsana Estate (a) Defisiensi Mg, (b) Defisiensi B, (c) Defisiensi K ... 72

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas

di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi,Minamas Plantation, Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan

Selatan... 81

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan ... 84

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan ... 86

4. Peta Wilayah Angsana Estate ... 88

5. Curah Hujan Angsana Estate Tahun 1999-2009 ... 89

6. Peta Area Angsana Estate ... 90

7. Struktur Organisasi Angsana Estate ... 92

8. Hasil Pengamatan Tepat Tempat ... 93

9. Rencana Anggaran Biaya Angsana Estate Juli 2009-Juni 2010 .... 94

10. Analisa Biaya Pemupukan Periode Juli 2008 – Juni 2009 dan Periode Juli 2009 – Maret 2010 ... 96

11. Realisasi Pemupukan Angsana Estate Tahun 2002-2009 ... 98

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang menjadi prioritas utama dalam meningkatkan devisa negara. Sejak tahun 2006 hingga tahun 2008, Indonesia menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia kemudian diikuti oleh Malaysia pada urutan kedua (Ditjenbun, 2009). Pahan (2008) menyatakan bahwa lebih dari 85% pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia.

Kelapa sawit dapat diolah menjadi minyak sawit yang biasa dikenal sebagai Crude Palm Oil (CPO) yang berasal dari daging buah dan Palm Kernel Oil (PKO) yang berasal dari inti sawit. Kedua jenis minyak tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan seperti mentega, minyak goreng, kosmetik, sabun dan detergen. Selain itu, kelapa sawit juga dapat digunakan sebagai biodiesel yang merupakan subtitusi bahan bakar minyak bumi (Setyamidjaja, 2006).

Manfaat minyak sawit yang cukup beragam tersebut menyebabkan meningkatnya konsumsi minyak sawit sehingga juga meningkatkan permintaan produksi minyak sawit. Peningkatan konsumsi minyak sawit tersebut dapat diketahui dari semakin meningkatnya volume ekspor minyak sawit pada setiap tahun. Minyak sawit pada tahun 2005 diekspor dengan volume 11 418 987 ton senilai US$ 4 344 303 dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang besar yaitu dengan volume ekspor sebesar 18 141 006 ton senilai US$ 14 110 229 (Ditjenbun, 2009).

Peningkatan produksi minyak sawit harus diimbangi oleh pertambahan luas areal perkebunan kelapa sawit dan peningkatan produksi tandan buah segar (TBS). Data luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit Indonesia tahun 2005-2008 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2005 luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia adalah 5 453 817 ha dengan produksi CPO sebesar 11 861 615 ton dan mengalami peningkatan luas areal menjadi

(14)

7 363 847 ha dengan produksi CPO 17 539 788 ton pada tahun 2008 (Ditjenbun, 2009).

Menurut Pahan (2008), pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman yang memberi kontribusi besar dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit dan pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan. Selain itu, pemupukan juga bermanfaat untuk melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan produksi yang maksimal dapat tercapai.

Pemupukan harus dikelola dengan baik sehingga dapat menjamin tercapainya tujuan pemupukan, karena biaya pemupukan merupakan salah satu komponen biaya produksi yang besar. PPKS (2003) menyatakan bahwa biaya pemupukan di perkebunan kelapa sawit mencapai kurang lebih 30% dari total biaya produksi atau sekitar 40%-60% dari total biaya pemeliharaan. Oleh karena itu, pemupukan harus dilakukan secara efektif dan efisien.

Efektivitas pemupukan berhubungan dengan tingkat/persentase hara pupuk yang diserap tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efektivitas pemupukan meliputi prisip 4T yaitu: tepat waktu, tepat dosis, tepat jenis dan tepat cara. Efisiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya (bahan pupuk, alat kerja dan upah) dengan tingkat produksi yang dihasilkan.

Tujuan

Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya, memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial.

(15)

Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari pengelolaan pemupukan tanaman kelapa sawit pada tanaman menghasilkan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pemupukan serta pengaruhnya terhadap produksi kelapa sawit.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman hutan yang dibudidayakan.

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika basah kawasan khatulistiwa di sekitar 12˚LU - 12˚LS dengan iklim Af dan Am menurut sistem klasifikasi Koppen, maupun kelas iklim A, B dan C menurut sistem Schmidth- Ferguson pada ketinggian 0 - 500 m di atas permukaan laut (dpl). Jumlah hujan

yang baik (optimum) untuk budidaya tanaman kelapa sawit adalah 2 000 – 2 500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun serta tidak defisit air (Lubis,

2008).

Temperatur yang optimum yaitu 24 – 28˚C, minimum 18˚C dan maksimum 32˚C. Kecepatan angin 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan membuat tanaman yang baru menjadi rebah (Lubis, 2008).

Menurut Setyamidjaja (2006), kelapa sawit menghendaki kelembaban udara sekitar 80% dan penyinaran matahari yang cukup. Kelapa sawit yang tidak mendapat sinar matahari cukup, pertumbuhannya akan terhambat, produksi bunga betina menurun dan gangguan hama/penyakit meningkat. Lama penyinaran yang dibutuhkan oleh kelapa sawit adalah 5-7 jam per hari. Lama penyinaran ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi, tingkat pembentukan bunga (sex ratio) serta produksi buah. Selain itu, jenis tanah juga berpengaruh penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Jenis tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, alluvial dan organosol/gambut.

Lubis (2008) menyatakan bahwa derajat keasaman (pH) tanah sangat terkait dengan ketersediaan hara yang diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0, tetapi pH optimumnya berada antara 5.0 – 5.6. Tanah dengan pH rendah dapat ditingkatkan derajat kemasamannya dengan cara

(17)

pengapuran. Tanah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan pada saat tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam pemeliharaan tanaman baik TBM dan TM yaitu: konsolidasi, pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit, penyisipan tanaman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, kastrasi serta penunasan pelepah.

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum dan ekonomis serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya (Sutarta et al., 2003). Poeloengan et al. (2003) menyatakan bahwa pemupukan dalam suatu usaha perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu usaha perawatan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan potensi produksi. Ditinjau dari segi biaya, pemupukan menjadi sangat penting karena usaha tersebut memerlukan biaya sebesar 40 – 60 % dari biaya pemeliharan tanaman atau sekitar 30 % dari total biaya produksi.

Menurut Pahan (2008), strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus mengacu pada konsep efektivitas dan efisiensi yang maksimum. Selanjutnya Sutarta (2002) menambahkan bahwa pemupukan yang ideal harus berprinsip pada 4 T yaitu: tepat jenis pupuk, tepat dosis, tepat cara aplikasi dan tepat waktu aplikasi.

(18)

Pupuk

Menurut PPKS (2005), jenis pupuk dibagi berdasarkan kelompoknya yaitu:

Pupuk

Hara

Bentuk

Asal

Biotik/

Abiotik Pelepasan

n

Sifat

Kelompok

Jumlah Unsur

Makro Mikro Tunggal Majemuk Padat

Cair

Prill Tablet

Organik Binatang

Alam/

Tambang

Tanaman Mikro Bio

Sintesis Lambat Larut Cepat Larut

Mineral

Biofertilizer

Asam

Netral Basa

N, P, K, Ca

B, fe, Cu, Zn 1 unsur 3 unsur Urea

Pupuk Tablet Pupuk Cair

Pupuk Kandang Kompos

RP, KCl

TSP, Urea

RP, Dolomit

Pupuk in Organik

Pupuk Organik

ZA, Kieserit

MOP

RP, Dolomit TSP, Urea

(19)

Dosis Pemupukan

Siahaan dan Buma (1992) menyatakan bahwa untuk mengetahui dosis pupuk yang harus ditambahkan ke dalam tanah yaitu dengan mempertimbangkan jumlah hara yang diserap tanaman, status hara dalam daun, hara yang terangkut bersama hasil panen, hara yang kembali ke tanah, hara yang hilang dari zona perakaran dan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara. Selain itu, juga dapat mempertimbangkan data agronomi tanaman (mencakup pertumbuhan, produksi dan gangguan hama/penyakit), data hasil percobaan pemupukan (kalau ada) dan pelaksanaan pemupukan sebelumnya. Kisaran dosis pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan pada tanah mineral dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kisaran Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan pada Tanah Mineral

Kelompok Umur (tahun)

Jenis dan Dosis Pupuk (kg/pohon)

Urea SP-36 MOP Kieserite Jumlah

3-5 2.00 1.50 1.50 1.00 6.00

6-13 2.75 2.25 2.25 1.50 8.75

14-20 2.50 2.00 2.00 1.50 7.75

21-25 1.75 1.25 1.25 1.00 5.25

Sumber: Lubis (2008)

Menurut Riwandi (2002), tanaman kelapa sawit membutuhkan pupuk N, P dan K yang sangat banyak sehingga diperlukan takaran pupuk yang tepat dan optimal. Sementara itu berdasarkan analisis tanah dan daun yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tanaman kelapa sawit memerlukan koreksi takaran pupuk yang akan diberikan. Namun, takaran pupuk tersebut hanya berlaku 1 tahun sehingga setiap tahun harus dilakukan analisis ulang tentang tanah dan daun untuk menentukan takaran pupuk yang tepat bagi tanaman kelapa sawit. Kebutuhan pupuk untuk setiap lokasi berbeda-beda, bergantung dari kondisi lokasi terebut.

Secara umum terdapat dosis optimal untuk pemupukan tanaman kelapa sawit.

Mangoensoekarjo dan Semangun (2007) menyatakan bahwa gejala kekahatan salah satu unsur hara dapat dideteksi secara visual pada daun. Hal ini merupakan indikasi bahwa tanaman menderita defisiensi unsur hara tertentu.

Menurut para ahli, gejala visual tersebut baru timbul pada tingkat kekahatan yang

(20)

cukup lanjut. Pada tingkat kekahatan yang lebih ringan, tanaman belum menunjukkan gejala pada daun, tetapi sebenarnya tanaman sudah menderita kekurangan, tanaman tidak tumbuh optimal dan dengan demikian produktivitasnya juga tidak optimal (berada dalam kondisi suboptimum).

Tempat dan Cara Penyebaran Pupuk

Menurut Hakim (2007), tempat penyebaran pupuk adalah tempat dimana pupuk dapat ditaburkan yaitu di dalam bokoran yang bersih dari gulma. Sebelum kegiatan pemupukan dilakukan pencampuran pupuk, apabila ada jenis pupuk yang tidak boleh dicampur maka tempat penaburannya harus dipisahkan atau paling tidak ada jarak sekitar 12 hari antara aplikasi pupuk yang satu dengan pupuk lainnya.

Hakim (2007) menambahkan bahwa tempat penyebaran pupuk pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dengan umur 1 bulan sampai pelepah menutupi bokoran adalah seluruh tempat di bokoran, kecuali Rock Phosphate yang harus ditaburkan di luar bokoran, di atas penutup tanah. Cara tersebut juga dilakukan pada TBM yang pelepahnya sudah melewati bokoran. Tempat penaburan pupuk pada tanaman yang sudah menghasilkan (TM) dibedakan berdasarkan sifat masing-masing pupuk yaitu: (a) nitrogen sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai ujung bokoran, (b) P2O5 dan MgO (phosphate dan magnesium) ditaburkan sekitar 25 cm dari tanaman sampai ujung bokoran.

Namun, apabila Rock Phosphate yang digunakan, maka tempat penaburan pupuk adalah di gawangan di pinggir rumpukan pelepah.

Cara Pemupukan

Menurut Hakim (2007) ada beberapa cara pemupukan pada kelapa sawit yang biasa digunakan yaitu:

a) Surface application (top dressing, broadcast atau disebar di atas tanah langsung)

(21)

b) Furrow application (di dalam rorak-rorak/ di pinggir guludan) c) Sub soil placement (pocket/ dibenam)

d) Soil injection (dimasukkan ke dalam tanah, biasanya dalam bentuk cairan) e) Stem injection (langsung dimasukkan ke dalam batang/ kambium sedikit demi

sedikit)

f) Nutritional spray (follar spray/melalui daun)

Waktu Pemupukan

Pemupukan akan efektif dilaksanakan jika tanah mengandung air yaitu pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Pada saat musim hujan tidak dianjurkan dilakukan pemupukan karena zat hara akan mengalir (run off) ke tempat yang lebih rendah dan ke sungai. Pagi sampai siang hari merupakan waktu yang optimal untuk aplikasi pemupukan di lapangan.

Idealnya aplikasi pemupukan dilaksanakan pada saat akar dalam kondisi baik, artinya tanah dalam keadaan lembab atau basah. Pada musim yang kemaraunya di bawah 3 bulan, pemupukan dapat dilaksanakan kapan saja dengan frekuensi di atas 2 kali per tahun. Pada daerah dengan musim kemarau di atas 3 bulan, aplikasi pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi perakaran kelapa sawit (Hakim, 2007).

(22)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang ini dilaksanakan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan dimulai pada tanggal 15 Februari 2010 sampai 15 Juni 2010.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilaksanakan penulis adalah kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan manajerial baik di perkebunan maupun di kantor. Kegiatan- kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan waktu dan jadwal yang ditentukan oleh pihak perkebunan.

Kegiatan yang telah dilakukan oleh penulis adalah sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan (Lampiran 1), kemudian sebagai pendamping mandor selama sebulan (Lampiran 2) dan sebagai pendamping asisten (Lampiran 3).

Kegiatan teknis di lapangan yang dilakukan penulis meliputi kegiatan pemeliharaan dan kegiatan panen. Kegiatan pemeliharaan meliputi kegiatan pemupukan organik dan anorganik, pengendalian gulma secara kimia dan manual serta buka piringan pada tanaman belum menghasilkan (TBM). Kegiatan panen yang diikuti oleh penulis adalah menjadi pengumpul brondolan kelapa sawit (picker).

Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis meliputi pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan maupun diskusi langsung dengan KHL, mandor dan asisten kebun. Data primer

(23)

meliputi efektivitas pemupukan (tepat waktu, dosis, jenis dan cara), efisiensi pemupukan (efisiensi waktu, biaya dan tenaga kerja) dan defisiensi hara.

Data sekunder diperoleh dari data kebun yang diberikan oleh kasi administrasi kebun dan studi pustaka. Data sekunder yang diperoleh yaitu data curah hujan, rekomendasi pemupukan 2009-2010, struktur organisasi, data ketenagakerjaan, peta area, historis pemupukan dan historis produksi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Berikut adalah rincian pengumpulan data primer oleh penulis:

1. Efektivitas pemupukan:

a. Ketepatan waktu pemupukan

Data primer ini penulis peroleh dengan mengamati waktu realisasi pemupukan kemudian menganalisisnya berdasarkan data curah hujan Juli 2009 - Mei 2010.

b. Ketepatan dosis pupuk

Data primer ini diperoleh dengan mengamati jumlah pokok yang dipupuk oleh penabur dalam tiga karung pupuk. Penabur yang diamati sebanyak tiga orang.

c. Ketepatan jenis pupuk

Penulis mendapatkan data primer ketepatan jenis pupuk dengan melakukan pengamatan di lapangan kemudian membandingkan dengan standar kebun.

d. Ketepatan cara pemupukan

Data diperoleh dengan mengambil sampel masing-masing 10 tanaman dari 5 jalur tanaman tiap blok pengamatan. Ada tiga blok pengamatan.

2. Efisiensi pemupukan:

a. Efisiensi waktu

Data primer penulis peroleh dengan melakukan perhitungan waktu terhadap pelaksanaan pemupukan dengan menggunakan pelangsir dan membandingkan dengan waktu pelaksanaan pemupukan tanpa pelangsir.

(24)

b. Efisiensi biaya

Data primer diperoleh dengan melakukan analisis terhadap biaya pemupukan periode Juli 2008 - Juni 2009 dan membandingkan dengan biaya pemupukan periode Juli 2009 - Juni 2010.

c. Efisiensi tenaga kerja

Data primer untuk parameter ini, penulis peroleh dengan menghitung prestasi kerja pemupuk kemudian dibandingkan dengan standar kerja yang telah ditetapkan oleh kebun.

3. Defisiensi hara

Pengamatan gejala defisiensi hara dilakukan pada tiga blok pengamatan dengan mengambil 170 tanaman/blok. Penulis melakukan pengamatan secara visual dari gejala-gejala defisiensi hara yang muncul pada tanaman.

(25)

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif

Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak

perusahaan dari PT Minamas Gemilang, di bawah Sime Darby Group. Selain ASE, PT LSI juga membawahi Gunung Sari Estate (GSE) dan pabrik kelapa sawit (PKS) yang bernama Angsana Factory. Angsana Estate (ASE) ini terletak di Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan dengan jarak 240 km dari Banjarbaru. Secara geografis, perkebunan ASE berbatasan dengan Kebun Hutan Tanaman Industri (HTI) di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan Sungai Sebamban, di sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Sari Estate dan di sebelah barat berbatasan dengan Kebun PT Buana Karya Bakti (BKB). Peta wilayah ASE dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Rata-rata curah hujan tahunan Angsana Estate dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir (1999-2009) adalah 2 400 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 123 hari. Data curah hujan selama tujuh tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 5. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan April (rata-rata 294 mm), sedangkan curah hujan terendah biasa terjadi pada bulan September dengan rata-rata curah hujan sebesar 104 mm. Menurut kelas iklim Schmidth- Ferguson, keadaan iklim di Angsana Estate termasuk dalam tipe iklim B, yaitu daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.

Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan oleh Minamas Research Centre (MRC) pada tahun 2008, diketahui bahwa tanah Angsana Estate tergolong ke dalam ordo oxisol, memiliki tekstur berpasir dengan kandungan besi-besi (plintit/petroferric) yang tinggi, dengan seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox dan MM-19 Plinthic Hapludox. Ciri-ciri seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox

(26)

adalah memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10 – 90 cm dari permukaan tanah) dan pada kedalaman  125 cm terdapat kontak petroferik (lapisan hasil akumulasi sesquioksida atau Fe-oksida yang mengeras seperti batu). Ciri-ciri MM-19 Plinthic Hapludox adalah memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10 – 90 cm dari permukaan tanah) dan pada kedalaman  125 cm mempunyai  1 horison yang mengandung plintit (karatan-karatan besi yang telah mengeras seperti kerikil) sebesar  0.5 volumenya atau kontinyu.

Areal Angsana Estate Estate memiliki kondisi topografi yang bervariasi yaitu kemiringan 8-15 % seluas 1 855 ha dan kemiringan 15-20 % seluas 389 ha untuk seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox yang mencakup 71% dari luas kebun, sedangkan kemiringan 3-8 % seluas 903 ha untuk seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox yang mencakup 29 % dari luas kebun. Derajat kemasaman tanah (pH) Angsana Estate Estate adalah 4.55-4.58. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Bumbu (2007), Angsana Estate memiliki ketinggian tempat 15 m di atas permukaan laut (dpl) dan suhu rata-rata tahunan berkisar antara 28–32oC. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk kelapa sawit, Angsana Estate tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable) yaitu pada seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox dan kelas S3 (kurang sesuai/moderately suitable) pada seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Angsana Estate (ASE) mempunyai hak guna usaha (HGU) dengan total luas lahan sebesar 3 250 ha. Luas lahan yang digunakan untuk areal penanaman adalah 3 033 ha yaitu 2 506 ha untuk tanaman menghasilkan (TM) dan 527 ha untuk tanaman belum menghasilkan (TBM). Selanjutnya, 52 ha lahan digunakan untuk pabrik kelapa sawit, 119 ha untuk emplasemen, jalan, jembatan dan prasarana lain serta 46 ha lahan yang berbentuk bukit, sungai dan lembah.

(27)

ASE terdiri atas 83 blok yang terbagi menjadi tiga divisi yaitu Divisi I, Divisi II dan Divisi III. Divisi I dengan luas areal yang ditanam seluas 991 ha yang terdiri dari 33 blok yaitu Blok A026 sampai Blok A036, Blok A26 sampai Blok A36 dan Blok B26 sampai Blok B36. Divisi II dengan luas areal yang ditanam 826 ha yang terdiri dari 28 Blok yaitu Blok C24 sampai Blok C36 dan Blok D24 sampai Blok D38. Divisi III merupakan divisi yang paling luas areal tanamnya yaitu 1 216 ha yang terdiri dari 49 Blok yaitu Blok A0 14 sampai A0 25, Blok A14 sampai Blok A25, Blok C14 sampai C25, Blok D21, D22 dan Blok D23. Peta areal perkebunan Angsana Estate ini dapat dilihat pada Lampiran 6.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Angsana Estate adalah varietas Tenera, hasil persilangan Dura dan Pisifera, yang berasal dari Tenera Marihat (PPKS), Tenera Socfindo dan Tenera Guthrie. Umumnya pada TM didominasi oleh varietas Tenera Marihat (PPKS) dan Tenera Socfindo, sedangkan pada TBM didominasi oleh varietas Tenera Guthrie. Pola tanam yang digunakan untuk penanaman kelapa sawit di Angsana Estate adalah pola tanam segitiga sama

sisi dengan ukuran 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan standar populasi 136 tanaman/ha. Perubahan jumlah populasi tanaman disebabkan oleh serangan

penyakit yang menyebabkan tanaman mati, roboh, tersambar petir dan terkena longsor. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam yang ada di Angsana Estate terlihat pada Tabel 2.

Tanaman kelapa sawit di Angsana Estate ditanam pada beberapa tahun tanam yaitu untuk TM ditanam pada tahun 1996 (630 ha), tahun tanam 1998 (1 605 ha), tahun tanam 1999 (187 ha) dan tahun tanam 2000 (84 ha), sedangkan untuk TBM ditanam pada tahun tanam 2006 (308 ha), tahun tanam 2007 (182 ha) dan tahun tanam 2008 (37 ha). Produksi dan produktivitas Angsana Estate tahun 2004-2009 disajikan pada Tabel 3.

(28)

Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Angsana Estate

Tahun Tanam

Divisi I Divisi II Divisi III

Luas (ha)

Jumlah Tanaman

Luas (ha)

Jumlah Tanaman

Luas (ha)

Jumlah Tanaman

1. TM

1996 - - 332 43 860 298 37 951

1998 482 64 934 492 66 510 629 81 937

1999 19 2 516 - - 168 22 067

2000 - - - - 84 10 646

sub total 501 67 450 826 110 370 1179 152 601

2. TBM

2006 271 28 114 - - 37 4 518

2007 182 23 102 - - - -

2008 37 5 013 - - - -

sub total 490 56 229 - - 37 4 518

total 991 179 908 826 110 370 1216 161 637

Sumber: Kantor Besar ASE (Februari, 2010)

Tabel 3. Produksi dan Produktifitas Angsana Estate Tahun 2004-2009 Tahun Produksi

(ton)

Produktivitas

(ton/ha) Berat Janjang Rata-rata (kg)

2004 26 954 10.85 7.01

2005 40 294 16.22 9.72

2006 46 982 18.91 11.92

2007 43 937 17.69 13.16

2008 42 977 17.30 15.78

2009 52 023 20.84 17.64

Sumber: Kantor Besar Angsana Estate (Mei, 2010)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Angsana Estate (ASE) dipimpin oleh seorang Estate manager yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan perkembangan kebun yang dipimpinnya. Estate manager memiliki wewenang untuk mengkoordinir kebun yang dikelolanya serta mengambil setiap keputusan kegiatan operasional kebun.

(29)

Estate manager dalam melaksanakan kinerjanya dibantu oleh staf-staf kebun, yaitu; kepala seksi (kasi) administrasi, senior asisten, asisten kebun dan dokter.

Kasi bertanggungjawab terhadap semua urusan administrasi kebun dan bersama dengan senior asisten bertugas mengelola gudang. Kasi administrasi membawahi para karyawan kantor besar. Struktur organisasi Angsana Estate dapat dilihat pada Lampiran 7.

Senior asisten biasa disebut asisten kepala (askep) bertugas untuk mengelola emplasemen, traksidan gudang (bersama dengan kasie) serta mengorganisasikan para asisten divisi. Selain itu, askep juga menjadi penanggungjawab sementara kebun apabila Estate manager sedang tidak berada di kebun. Dokter bertugas memeriksa dan mengobati karyawan yang sakit dan melahirkan. Asisten divisi bertanggung jawab terhadap semua kegiatan, baik kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional yang ada di divisi yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan pekerjaannya, asisten divisi dibantu oleh mandor dan kerani divisi. Mandor bertugas mengorganisir dan mengawasi kinerja karyawan kebun, sedangkan kerani divisi bertugas mengurus seluruh kegiatan administrasi di lapangan.

Status karyawan di Angsana Estate terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf meliputi Estate manager, kasi administrasi, senior asisten dan asisten divisi, sedangkan karyawan non staf meliputi karyawan kantor besar, karyawan traksi, karyawan divisi dan karyawan harian.

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan

Angsana Estate memberikan fasilitas-fasilitas untuk kesejahteraan para karyawannya. Fasilitas tersebut berupa rumah, air, listrik, sarana ibadah, poliklinik, penitipan anak, sarana pendidikan dan sarana olahraga. Fasilitas rumah yang diberikan adalah mess untuk tamu, perumahan staf dan perumahan karyawan. Mess dan perumahan staf terletak di emplasemen, sedangkan perumahan karyawan terletak di sekitar kantor divisi masing-masing. Perumahan karyawan Divisi I dan II terletak dalam satu lokasi, sedangkan perumahan

(30)

karyawan Divisi III terletak terpisah dari Divisi I dan II. Rumah staf merupakan bangunan permanen, sedangkan rumah karyawan adalah bangunan semi permanen. Rumah karyawan terdiri dari dua tipe yaitu: tipe satu rumah (G1) untuk mandor I, kerani divisi dan mantri, sedangkan tipe dua rumah (G2) untuk karyawan pada umumnya.

Fasilitas listrik dan air dikelola oleh masing-masing divisi. Perumahan staf dan mess dikelola oleh emplasemen dengan aliran listrik selama 24 jam, sedangkan perumahan di divisi mendapatkan aliran listrik selama 7 jam untuk hari biasa dan 8 jam untuk hari libur. Fasilitas sarana ibadah yang diberikan berupa masjid di masing-masing divisi. Sarana olahraga yang ada di emplasemen adalah lapangan voli, bulutangkis, tenis, tenis meja, bilyard, kolam renang anak dan berbagai macam permainan untuk anak-anak, sedangkan sarana olah raga yang ada di masing-masing divisi adalah lapangan voli, lapangan bola dan bulutangkis.

Sarana pendidikan yang difasilitasi oleh kebun adalah Play Group, Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Selain itu, kebun juga memberikan fasilitas penitipan anak yang ada di masing- masing divisi. Selain memberikan fasilitas-fasilitas umum, kebun juga memberikan tunjangan-tunjangan kepada karyawannya, yaitu: tunjangan uang makan dan kendaraan bagi staf serta tunjangan beras bagi karyawan tetap (SKU).

Selain itu, kebun juga memberi tunjangan pendidikan dengan membebaskan biaya sekolah, fasilitas bus sekolah, tunjangan kesehatan gratis ke poliklinik atau rumah sakit, tunjangan hari raya (THR) dan bonus akhir tahun. Upah pokok untuk

karyawan SKU sesuai dengan upah minimum regional (UMR) yaitu Rp 1 024 000/bulan atau sekitar Rp 34 000,-/hari kerja. Selain itu, karyawan staf

dan non staf juga mendapatkan asuransi jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek).

Data karyawan yang ada di Angsana Estate terlihat pada Tabel 4.

(31)

Tabel 4. Data Karyawan Angsana Estate

Sumber: Kantor Besar ASE (Januari, 2010) No Keterangan

Divisi

Traksi Kantor

Besar Total

I II III

L P L P L P L P L P L P Jumlah

Staf:

1 Manager 1 0 1 0 1

2 Kasie 1 0 1 0 1

3 Senior asisten 1 0 1 0 1

4 Asisten divisi 1 0 0 0 1 0 2 0 2

Non staf:

1 a. Mandor I 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 3 0 3

b. Mandor 8 0 4 0 8 1 0 0 0 0 20 1 21

c. Pekerja langsung

Perawatan 30 16 17 0 27 38 0 0 0 0 74 54 128

Panen 24 20 37 18 35 16 0 0 0 0 96 54 150

d. Pekerja tidak langsung SKU

bulanan 1 0 1 0 1 0 24 0 10 13 37 13 50

SKU harian 3 0 4 2 7 1 38 4 4 5 56 12 68

2

Pekerja

Borongan 19 21 0 0 0 0 3 9 0 0 28 32 60

Total 87 57 64 20 80 56 65 13 17 18 319 166 485

(32)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pemupukan Organik

Di dalam pengolahan TBS (tandan buah segar) di PKS, selain CPO dan PKO juga dihasilkan bahan sampingan (by-products) dalam bentuk limbah padatan yaitu janjang kosong (JJK) dan solid basah/ wet decanter solid (WDS) serta limbah cair (POME atau palm oil mill effluent). Ketiga jenis by-products ini diproduksi setiap hari di PKS dalam jumlah yang cukup besar (JJK + 23% TBS, WDS + 4% dan POME + 50% TBS). Penanganan dan pengelolaan ketiga jenis limbah ini secara ekonomis dan efektif sangat penting untuk menjaga kebersihan dan kelancaran pengolahan di PKS serta untuk menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan profit margin perusahaan melalui peningkatan produksi kelapa sawit (Manual Referensi Agronomi , 2004). Di bawah ini akan penulis uraikan aplikasi by products sebagai pupuk organik untuk kelapa sawit oleh Angsana Estate (ASE).

Aplikasi janjang kosong. Angsana Estate melakukan pemupukan organik yaitu dengan menggunakan janjang kosong kelapa sawit. Janjang kosong (JJK) merupakan sisa proses pengolahan tandan buah kelapa sawit oleh pabrik kelapa sawit (PKS). Produksi JJK PKS adalah sekitar 23% dari tandan buah segar (TBS).

JJK yang diaplikasi adalah JJK segar yang diangkut langsung dari PKS dan segera diaplikasikan. JJK yang sudah lama menumpuk di lapangan lebih dari 1 minggu tetapi belum diaplikasikan akan kehilangan banyak hara terutama kalium (hilang tercuci), sehingga manfaatnya sebagai pupuk akan jauh berkurang.

Aplikasi janjang kosong dapat dilihat pada Gambar 1.

(33)

Gambar 1. Aplikasi JJK (a) Pemuatan JJK Menuju Titik Aplikasi, (b) Titik Aplikasi JJK

Metode pengaplikasian JJK dilakukan secara manual. JJK diangkut dari PKS ke blok aplikasi dengan truk berkapasitas ± 4-5 ton dan ± 6-7 ton, kemudian ditumpuk di gawangan mati yang telah diberi pancang bambu berukuran 2 m.

Masing-masing pancang digunakan untuk satu tumpuk JJK yang dibawa oleh truk.

Aplikasi dilakukan satu kali per tahun. Untuk TBM diaplikasikan di piringan dan untuk TM di titik-titik pada gawangan mati (antara pohon). Dosis aplikasi JJK adalah 27 ton/ha/tahun atau 200 kg/titik aplikasi yang setara dengan 4 kali angkong. Penyusunan aplikasi JJK dilakukan satu lapis untuk mencegah perkembangbiakan hama Oryctes rhinocerosdan mempercepat pelapukan.

Tiap mandor JJK yang ada di masing-masing divisi ASE membawahi sekitar 5 hingga 7 karyawan. Standar prestasi kerja perusahaan untuk aplikasi JJK adalah 15 titik/HK untuk karyawan SKU. Namun pada saat magang, karyawan yang digunakan adalah karyawan borongan dengan prestasi kerja karyawan

± 38 titik/HK. Pada saat magang penulis hanya dapat mengaplikasikan satu titik JJK dan menata 15 titik JJK karena keterbatasan alat angkut yaitu angkong dan gancu. Harga borong untuk aplikasi JJK adalah Rp 1 250/ titik untuk TM dan Rp 1 500/titik untuk TBM.

Aplikasi palm oil mill effluent (POME). Selain janjang kosong, Angsana Estate juga memanfaatkan POME sebagai salah satu pupuk organik untuk membantu memberi tambahan hara bagi tanaman, menyediakan tambahan air dan memperbaiki sifat-sifat tanah. POME yang diaplikasikan di Angsana Estate mempunyai BOD ≤ 1 000 ppm, kadar ini sesuai dengan peraturan yang telah

(34)

ditetapkan oleh komisi penilai AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan) daerah setempat. BOD (Biological Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik. Semakin tinggi nilai BOD air limbah, maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada kolam penampung limbah akan semakin tinggi. POME memiliki kadar BOD yang sangat tinggi, rata – rata berkisar 25 000 – 30 000 ppm. Hal ini telah merubah keadaan normal air dan untuk pengembalian ke kolam penampung limbah harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Pengujian terhadap kadar BOD di Angsana Estate dilakukan setiap enam bulan sekali.

Pembuatan flatbed untuk aplikasi POME di kebun yaitu pada gawangan mati/gawangan yang berselingan dengan jalan panen, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran panjang 3.2 m, lebar 2.4 m dan kedalaman efektif 0.3 m, sehingga volume per flatbed adalah 3.072 m3, setara dengan 3.072 ton. Jumlah flatbed sesuai rekomendasi departemen riset adalah ± 150-160 flatbed/ha.

Dosis aplikasi POME berdasarkan departemen riset adalah 750 ton/ha/tahun dengan rotasi 3 kali setahun. Namun, rata-rata jumlah flatbed di

Angsana Estate adalah 109 flatbed/ha dengan volume aktual flatbed

± 2.3 ton/flatbed. Perbedaan jumlah flatbed per ha dan volume per flatbed tersebut disebabkan oleh topografi Angsana Estate yang umumnya bergelombang yaitu antara 3-20% dan jenis tanah oxisol, yang bertekstur pasir sehingga memiliki daya jerap air yang tinggi serta dipengaruhi oleh pendangkalan flatbed karena endapan lumpur POME.

POME yang dihasilkan oleh PKS dengan pH sudah mencapai + 7 kemudian dialirkan ke lapangan dengan menggunakan pompa dan dialirkan melalui pipa primer berukuran 6 inci ke blok-blok aplikasi. Dari blok aplikasi kemudian dialirkan ke dalam flatbed-flatbed dalam blok melalui pipa berukuran 4 inci. Aplikasi POME dan flatbed dapat dilihat pada Gambar 2.

(35)

Gambar 2. Aplikasi POME (a) Aplikasi POME, (b) Flatbed

Pengaplikasian POME dari kolam limbah ke flatbed dalam blok dilakukan selama 24 jam. Pada saat magang, aplikasi POME dilakukan oleh enam orang karyawan yang dibagi dalam dua shift, dua orang pada pagi hingga siang hari, dua orang dari siang hingga pagi hari berikutnya dan dua orang yang melakukan perawatan flatbed. Aplikasi POME tersebut harus diawasi secara ketat untuk mencegah terjadinya limpasan POME dari blok aplikasi ke parit/sungai. Untuk menghindari pendangkalan dan kerusakan flatbed maka secara periodik selama tiga bulan sekali dilakukan rehabilitasi atau pengurasan lumpur endapan POME kemudian dibuang ke kanan kiri flatbed di luar piringan untuk menghindari kebocoran flatbed, sedangkan usaha antisipasi untuk mencegah luapan POME antara lain pembuatan parit isolasi dan tanggul pengaman di akhir jalur flatbed.

Selain itu, untuk menjaga konsistensi kualitas limbah cair dan air tanah dilakukan analisis laboratorium secara rutin dan menghentikan atau mengurangi aplikasi POME di saat hujan.

Karyawan yang bekerja pada aplikasi POME bertugas untuk mengatur dan menjaga aliran POME yang diaplikasikan serta membersihkan flatbed dari sampah dan pelepah sawit yang menghambat aliran POME. Standar prestasi kerja karyawan POME adalah 7 jam/HK, sedangkan subervisi yang dilakukan di luar jam kerja dihitung sebagai lebih borong dengan upah Rp 5 600/jam. Pada saat magang, prestasi penulis adalah 7 jam/HK.

(36)

Leaf Sampling Unit (LSU)

Leaf Sampling Unit (LSU) atau pengambilan contoh daun merupakan salah satu komponen penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan selain faktor produksi, curah hujan, kesuburan tanah, konservasi lahan, serangan hama dan penyakit. Pengambilan contoh daun tahun 2010 ini bertujuan untuk menentukan rekomendasi pemupukan tahun 2010-2011. Pengambilan contoh daun pada kelapa sawit dimulai pertama kali pada tanaman berumur tiga tahun.

Jadi, pengambilan contoh daun di Angsana Estate dilakukan pada kelapa sawit tahun tanam 2007 hingga tanaman tertua. Adapun alat dan bahan dalam pelaksanaan LSU adalah plastik kantong hitam, putih, plastik ukuran satu kilogram, gunting, cat, pensil, pisau, egrek, form LSU, map coklat, kuas pelepah, foto defisiensi unsur hara. Pengambilan contoh daun di Angsana Estate tahun 2010 dilakukan pada tanggal 30 Maret 2010 hingga tanggal 24 April 2010. Tiap divisi memiliki dua tim LSU yang terdiri 3 orang di masing-masing tim. Output tim LSU adalah 90 ha per tim. Pengambilan daun dilakukan pada pagi hari hingga selesai, pada kondisi cuaca cerah, bila terjadi hujan pengambilan daun harus ditunda.

Proses pengambilan contoh daun dimulai dengan menentukan daun yang akan digunakan sebagai contoh. Daun yang digunakan sebagai contoh adalah pelepah daun ke-17 karena pelepah daun ke-17 merupakan pelepah daun yang paling peka terhadap unsur hara. Pelepah daun ke-17 di egrek dan diturunkan, kemudian tiga helai anak daun sebelah kanan dan tiga helai anak daun sebelah kiri pada peralihan anak daun muda dan tua dalam satu pelepah dipotong daunnya sepanjang 20 cm. Anak daun sebelah kanan diletakkan pada plastik putih sedangkan anak daun sebelah kiri diletakkan pada plastik hitam, kemudian daun dipotong dengan ukuran 2-3 cm. Setelah itu, daun diserahkan ke pihak riset untuk dioven selama 24 jam dengan suhu 80º-110º C. Daun yang telah dioven kemudian dikirim ke MRC untuk dianalisis sebagai bahan penentuan rekomendasi pemupukan.

(37)

Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan oleh tim sensus dalam pengambilan contoh adalah tanaman yang dijadikan contoh tidak boleh tanaman yang ada di pinggir jalan, dekat perumahan, dekat sungai, rawa, parit dan tanaman sakit. Jika tanaman contoh termasuk dalam salah satu kriteria tersebut maka yang menjadi tanaman contoh bergeser dua tanaman ke depan atau ke belakang.

Pengambilan contoh daun diikuti dengan pengamatan vegetatif mengenai tinggi tanaman, panjang pelepah, lebar pelepah dan tebal pelepah. Selain itu juga dilakukan pengamatan visual terhadap defisiensi hara. Tiap tim diberi foto tentang defisiensi hara untuk mempermudah pengamatan. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengambilan contoh daun adalah belum terampilnya tim sensus dalam menentukan pelepah ke-17, faktor ketelitian dalam pengukuran dan pengamatan dan tanaman yang tinggi sesuai dengan umur tanaman sehingga menyulitkan pengambilan pelepah.

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi yang tidak diinginkan oleh manusia. Gulma biasa tumbuh di sekitar tanaman yang sedang dibudidayakan dan berasosiasi dengan tanaman budidaya tersebut secara khas. Gulma dapat tumbuh pada tempat yang miskin hara hingga tempat yang kaya akan hara. Dalam pertumbuhannya, gulma akan berkompetisi dengan tanaman budidaya dalam memperebutkan sarana tumbuh yaitu ruang, air, cahaya dan unsur hara.

Keberadaan gulma yang berlebihan dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi perkebunan kelapa sawit. Kerugian yang disebabkan oleh keberadaan gulma yang berlebihan yaitu: (a) menurunkan produksi karena kompetisi sarana tumbuh, (b) menurunkan mutu produksi karena terkontaminasi oleh bagian-bagian gulma, (c) mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat

mengganggu pertumbuhan tanaman, (d) menjadi inang bagi hama, (e) mengganggu tata guna air, (f) meningkatkan biaya usaha perkebunan karena

(38)

ada kegiatan pengendalian gulma (Pahan, 2008). Oleh karena itu, keberadaan gulma yang berlebihan harus dikendalikan.

Namun, tidak semua gulma di gawangan harus diberantas, misalnya pakis Nephrolepis bisserata, Cassia cobanensis, Euphorbia sp., Turnera subulata.

Gulma-gulma tersebut dapat berfungsi sebagai inang musuh alami hama-hama kelapa sawit (beneficial plant). Selain itu, tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) tidak diinginkan karena dapat mendorong terjadinya kelembaban tanah yang rendah dan dapat meningkatkan erosi tanah yang sangat merugikan pertumbuhan tanaman kelapa sawit (Manual Referensi Agronomi, 2004). Oleh karena itu, keberadaan gulma-gulma tersebut harus dijaga. Jenis gulma dominan yang ditemukan di Angsana Estate adalah Imperata cylindrica, Scleria sumatrensis, Mikania micrantha, Borreria alata, Ottochloa nodosa, Melastoma malabatricum dan Ageratum conyzoides.

Kegiatan pengendalian gulma merupakan kegiatan rutin dilakukan sehingga membutuhkan sistem rotasi dalam pelaksanaannya. Penetapan rotasi diarahkan pada pendekatan konsep ambang ekonomis, artinya selama kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya, maka pengendalian tidak perlu dilakukan. Rotasi yang teratur bertujuan untuk menjaga pertumbuhan atau penyebaran gulma agar tetap pada ambang ekonomis. Oleh karena itu, jumlah rotasi per tahun untuk satuan luas sangat berpengaruh terhadap biaya pengendalian gulma yang dibutuhkan. Menurut Manual Referensi Agronomi (2004), jumlah rotasi semprot per tahun dipengaruhi oleh umur tanaman, jenis gulma yang dominan, jenis dan herbisida yang digunakan, jenis tanah dan kerapatan gulma serta keadaan iklim.

Pengendalian gulma di Angsana Estate meliputi pengendalian gulma secara manual maupun kimia. Teknik pengendalian gulma yang dilaksanakan bergantung pada jenis dan kerapatan gulma, cuaca, topografi lahan, ketersediaan tenaga kerja serta alat dan bahan. Pengendalian gulma di Angsana Estate mempunyai rotasi 4 kali dalam setahun yaitu 1 kali pengendalian gulma secara manual dan 3 kali pengendalian gulma secara kimia.

(39)

Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia adalah pengendalian gulma dengan cara menyemprotkan bahan kimia (herbisida) yang telah dilarutkan dengan air pada gulma sasaran. Jenis herbisida yang digunakan oleh Angsana Estate adalah herbisida sistemik dengan merk dagang Kenlon dengan bahan aktif Triklopir butoksi etil eter 480 g/l yang berbentuk cair berwarna kuning bening, Prima Up dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat 480 g/l yang berbentuk cair berwarna kuning keemasandan Starane dengan bahan aktif Fluroksipir 200 g/l yang berbentuk cair berwarna ungu.

Keuntungan menggunakan pengendalian gulma kimia adalah dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja (prestasi kerja per HK tinggi) dan dapat mengurangi pelukaan tanaman akibat penggunaan alat. Kelemahan pengendalian gulma dengan kimia adalah kekurangtelitian penyemprot dapat menimbulkan keracunan pada tanaman, adanya pengaruh samping terhadap penyemprotdan kegiatan penyemprotan hanya dapat dilakukan jika cuaca mendukung.

Pengendalian gulma secara kimia di Angsana Estate dilakukan oleh tim semprot kebun dengan sistem BSS (Block Spraying System), yaitu sistem penyemprotan yang dikerjakan blok per blok dengan mutu penyemprotan yang lebih baik, subervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan oleh tim semprot kebun adalah a) satu unit kendaraan roda empat (truk atau wheel tractor), satu unit tangki untuk membawa larutan (jika menggunakan wheel tractor), b) satu unit trailer tambahan untuk membawa alat semprot dan tukang semprot (khusus whell tractor), c) 15 - 20 unit alat semprot (RB-15), diesel dan selang air untuk mengisi tangki air. Penggunaan unit semprot mempunyai beberapa keuntungan yaitu: penghematan penggunaan tenaga subervisi, subervisi lebih baik, mobilitas unit semprot yang tinggi, kualitas pencampuran racun lebih baik karena pengisian air dilakukan di traksi/sumur (pada sore hari) dan dapat dikontrol oleh asisten serta pengorganisasian kerja lebih mudah.

Pada saat magang, Angsana Estate sedang memulai penerapan RSPO (Rountable and Sustainable of Palm Oil) yaitu suatu pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan berdasarkan kelayakan ekonomi, sosial dan

(40)

lingkungan. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan operasionalnya, Angsana Estate sangat memperhatikan kelestarian dan keramahan lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja (K3) karyawannya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya peraturan bahwa aplikasi pupuk anorganik dan kegiatan pengendalian gulma secara kimia tidak boleh melewati area buffer zone, yaitu meliputi area rawa, sungai dan parit yang terdapat di dalam atau pinggir blok.

Batas area buffer zone ini adalah 30 m dari samping kiri dan kanan rawa, sungai dan parit. Hal ini bertujuan untuk menghindari tercemarnya sumber air akibat larutan kimia herbisida dan larutnya pupuk anorganik. Area buffer zone dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Buffer Zone

Dalam penerapan RSPO, keselamatan dan keamanan kerja (K3) karyawan di Angsana Estate juga sangat diperhatikan. Setiap karyawan dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) sesuai dengan kegiatan operasional yang dilakukan.

Karyawan semprot juga mendapatkan APD berupa seragam, apron, pelindung kepala, kacamata, masker, sarung tangan dan boots seperti yang terlihat pada Gambar 4.

(41)

Gambar 4. Alat Pelindung Diri Tim Semprot Angsana Estate Berdasarkan cara kerjanya, tim semprot kebun dengan sistem BSS dibagi menjadi 2 yaitu: tim semprot untuk mengendalikan gulma di piringan, pasar rintis dan tempat pengumpulan hasil (TPH) serta tim semprot untuk mengendalikan gulma di gawangan.

Penyemprotan gulma piringan, pasar rintis dan TPH

Piringan adalah daerah di sekitar tanaman kelapa sawit yang berguna untuk tempat penyebaran pupuk, tempat jatuhnya brondolan dan tandan buah segar. Pasar rintis adalah jalan di antara dua jalur kelapa sawit yang berfungsi sebagai jalan untuk mengangkut buah ke TPH dan menjalankan kegiatan operasional lainnya. Tempat pengumpulan hasil atau TPH adalah tempat pengumpulan hasil panen sebelum hasil panen dikirim ke PKS. Ketiga sarana tersebut merupakan sarana-sarana yang paling penting dalam kegiatan perawatan dan produksi. Oleh karena itu, sarana-sarana tersebut memerlukan pemeliharaan yang berkesinambungan subaya dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Tim semprot piringan, pasar rintisdan TPH menggunakan alat semprot CDA (Controlled droplet application). Di pasaran, alat ini dikenal dengan nama

PELINDUNG KEPALA

PELINDUNG MATA MASKER SERAGAM

SARUNG TANGAN APPRON

BOOTS

Referensi

Dokumen terkait

Pada metode greedy, kita membuat keputusan pada setiap tahap dengan cara mengambil pilihan yang paling memenuhi ukuran optimasi yang digunakan.. Pada Algoritma Greedy,

Sementara itu, dalam menganalisa struktur logical grup nominal yang terdiri dari 3 elemen: Pre- Modifier, Head, Post-Modifier, penulis menemukan bahwa ada 3

Pendidikan seharusnya mampu melayani beragam kecerdasan. Setiap kecerdasan menempati area yang berbeda di dalam otak. Kesembilan kecerdasan dapat beroperasi dalam

Semakin baik kontrol perilaku yang dirasakan maka niat pengambilan keputusan dalam menentukan jarak kehamilan selanjutnya juga semakin tinggi, didukung dengan semakin

Dalam Kebaktian Umum hari ini, Minggu, 18 Oktober 2015 telah diadakan Perjamuan Tuhan. Biarlah Perjamuan Tuhan ini terus mengingatkan akan kasih Kristus kepada

Pertumbuhan laba yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat berpengaruh terhadap kualitas laba, karena jika suatu perusahaan mempunyai kesempatan untuk tumbuh terhadap

“Untuk menangani pembiayaan yang bermasalah kita melakukan penagihan secara intensif. Kemudian memberikan SP atau surat peringatan yang intinya memberitahu bahwa

Semua Pasien yang masuk Rawat Inap , gelang dipasang di IGD oleh perawat IGD,kecuali pasien rawat jalan yang akan rawat inap ( opname) untuk gelang identitasnya di