• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

Tanaman kakao di Perkebunan PT Rumpun Sari Antan 1 seluruhnya merupakan tanaman menghasilkan. Pemeliharaan yang dilakukan di antaranya adalah pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, serta pengendalian hama dan penyakit.

Pengendalian gulma. Secara umum untuk Afdeling B dan Afdeling C jenis gulma yang ditemui sama, yaitu Mikania micrantha, Cyperus kyllingia,

Cromolaena odorata, Cleome rutidosperma, Stacitaperta indica, Imperata cylindrica, Boreria alata, Paspalum conjugatum, Ageratum conizoides,

keladi-keladian, serta kacangan yang sudah menjadi gulma. Keberadaan gulma tersebut sangat mengganggu selain merupakan kompetitor bagi tanaman, juga mengganggu pelaksanaan pemeliharaan seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman serta menggangu pelaksanaan panen yang akan meningkatkan kehilangan hasil panen.

Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimia. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara babad rendah untuk gulma yang sudah terlalu tinggi. Norma kerja babad gulma di Afdeling C 3 HK/ha, tetapi dalam pelaksanaannya bisa mencapai 5 HK/ha, karena kondisi gulma di kebun sudah terlalu tinggi dan banyak. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan 1.5 - 2 bulan setelah pengendalian gulma secara manual.

Pengendalian gulma secara kimia menggunakan Gerosin 480 SL, Round up 486 SL, dan Rodiamin 720 WSC. Gerosin 480 SL digunakan untuk gulma golongan rumput dan gulma lunak, sedangkan Round up 486 untuk lalang, dan Rodiamin 720 WSC untuk kacang-kacangan. Herbisida yang akan digunakan dilarutkan terlebih dahulu (kecuali Rodiamin 720 WSC) dengan air, perbandingan antara air dengan herbisida 1:1. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi resiko pencurian herbisida.

Gerosin 480 SL digunakan dengan konsentrasi 200 ml herbisida oplosan per 15 liter larutan atau 100 ml herbisida per 15 liter larutan, sedangkan Rodiamin 720 WSC digunakan dengan konsentrasi 40 ml per 15 liter larutan. Aplikasi herbisida menggunakan knapsack sprayer, dilengkapi dengan nozel kipas yang mempunyai lebar bidang semprotan 1.5 meter, efektif 1.25 meter.

Pelaksanaan penyemprotan dilakukan dengan sistem barisan (strip

weeding) sehingga setiap baris akan dilalui oleh dua orang penyemprot yaitu di

sebelah kiri dan kanan barisan kakao dengan lebar areal efektif yang disemprot setiap baris 2.5 meter. Selain strip weeding juga dilakukan spot lalang pada areal-areal yang ditumbuhi lalang.

Hasil penyemprotan gulma akan terlihat setelah 5 - 7 hari kemudian, dengan tanda-tanda gulma akan terlihat menguning seperti terbakar daunnya. Jika masih ada gulma yang bewarna hijau maka akan dilakukan spot weeding untuk areal tersebut. Kegiatan penyemprotan gulma dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kegiatan Penyemprotan Gulma

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pada pelaksanaan pengendalian gulma secara kimia masih terdapat beberapa kesalahan yang menyebabkan kurang efektifnya pengendalian gulma yang dilakukan. Kesalahan tersebut antara lain masih ada karyawan yang mengganti nozel dengan nozel corong sehingga pengendalian gulma menjadi tidak efektif dan knapsack sprayer yang digunakan kadang-kadang bocor sehingga banyak larutan herbisida terbuang serta penerapan sistem baris belum konsisten sehingga yang seharusnya strip weeding menjadi total atau spot weeding yang tidak teratur. Selain itu untuk menentukan kebutuhan herbisida, konsentrasi larutan semprot, dan volume semprot, tidak melalui kalibrasi sehingga terjadi pemborosan penggunaan herbisida. Karyawan juga

belum sepenuhnya memahami cara yang benar melakukan penyemprotan gulma seperti jika melakukan strip weeding harus berjalan lurus sesuai alur, kecepatan jalan konstan, stik tidak boleh digoyang, dan lainnya. Oleh karena itu, peranan mandor dalam pengawasan harus lebih ditingkatkan.

Untuk pengendalian gulma secara kimia ditetapkan norma 2 HK/ha, dalam pelaksanaannya karyawan dapat melakukan dengan rata-rata 1.65 HK/ha. Sedangkan penulis melakukannya dengan prestasi kerja rata-rata 1.88 HK/ha.

Pemupukan. Pemupukan dilakukan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari - Maret dan bulan Oktober - November. Pada bulan-bulan tersebut curah hujan masih tergolong tinggi sehingga air tersedia cukup untuk melarutkan pupuk dengan lebih baik.

Jenis pupuk yang diaplikasikan di Afdeling B dan Afdeling C Kebun Rumpun Sari Antan 1 terdiri atas pupuk Urea Prill (46 % N), pupuk SP-18 (18 % P2O5) dan pupuk MOP (60 % K2O). Selain itu pada tahun ini digunakan juga pupuk Gandasil B yang mengandung N 6 %, P2O5 20 %, K2O 30 % dan MgSO4 3 % serta beberapa hara mikro seperti mangan, cobal, boron, tembaga, seng dan vitamin bagi tanaman seperti aneurine, lactoflavine dan nicotinic acid amide. Pemupukan menggunakan Gandasil B tersebut merupakan uji coba, belum berdasarkan rekomendasi pemupukan seperti halnya pada penggunaan pupuk tunggal.

Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan rekomendasi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, atas dasar hasil analisis tanah dan daun. Rekomendasi pemupukan tersebut diberikan langsung kepada kantor direksi di Jakarta dan direksi akan menerbitkan surat keputusan yang menentukan dosis pupuk yang harus digunakan untuk pemupukan tahun tersebut. Setelah itu, kebun akan membuat surat permintaan barang (SPB) ke direksi lalu direksi akan mengirim pupuk sebanyak yang dibutuhkan. Rekomendasi pemupukan yang diterbitkan direksi berbeda untuk setiap blok, bergantung pada hasil analisis tanah dan daun dari blok tersebut. Pada pemupukan tahap pertama tahun 2009 masih menggunakan rekomendasi pemupukan untuk tahun 2008. Dosis pupuk Urea yang ditetapkan rata-rata hanya 71 %, dosis pupuk MOP rata-rata hanya 39 %, dan

dosis pupuk SP-18 rata-rata 98 % dari dosis rekomendasi. Tabel 3 menunjukkan dosis pupuk yang ditetapkan di Afdeling B.

Tabel 3. Dosis Pupuk yang Direkomendasikan dan yang Ditetapkan di Afdeling B PT Rumpun Sari Antan I

Blok Luas

(ha)

Jumlah pokok

Dosis Rekomendasi Dosis Ketetapan Urea SP-18 MOP Urea SP-18 MOP

…………..…… (g/pokok) …………..…… 13 15.32 6 648 115.0 190.0 90.0 81.0 203.0 36.0 14 17.54 7 365 105.0 165.0 80.0 74.0 176.0 32.0 15 7.29 7 031 115.0 170.0 75.0 81.0 181.0 30.0 16 17.7 9 117 90.0 115.0 70.0 63.0 122.0 28.0 17 7.77 3 529 90.0 115.0 70.0 63.0 122.0 28.0 18 12.15 10 710 120.0 190.0 90.0 70.0 186.0 36.0 19 21.52 14 179 85.0 175.0 70.0 84.0 186.0 28.0 20 6.98 5 173 95.0 170.0 85.0 60.0 106.0 34.0 22 19.2 7 461 115.0 100.0 75.0 97.0 106.0 30.0 Rata-rata 103.3 154.4 78.3 74.8 154.2 31.3

Sumber : Kantor administrasi PT RSA 1

Pada Tabel 4 dapat dilihat dosis pupuk yang ditetapkan direksi di Afdeling C, terlihat bahwa dosis yang ditetapkan lebih rendah dari yang direkomendasikan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember.

Di Perkebunan Rumpun Sari Antan 1 pemupukan pada tanaman kakao dilakukan dengan dua cara yaitu melalui tanah dan melalui daun. Pupuk yang diaplikasikan melalui tanah adalah pupuk Urea, MOP dan SP-18, sedangkan yang diaplikasikan melalui daun adalah Gandasil B. Pengaplikasian pupuk melalui tanah dilakukan dengan cara membuat lubang pupuk sebanyak satu lubang pada setiap pokok tanaman. Lubang pupuk dibuat dengan jarak 50 - 75 cm dari pokok, dalam 15 - 25 cm, dan lebar 20 cm. Setelah campuran pupuk dimasukkan ke dalam lubang pupuk sebanyak takaran pupuk yang sudah dikalibrasi sesuai dengan dosis yang ditetapkan, kemudian lubang ditutup kembali. Dari sepuluh orang sampel tenaga kerja yang diamati masih ada karyawan yang membuat lubang pupuk terlalu dekat ke pokok tanaman dengan jarak < 50 cm serta pada daerah lereng lubang pupuk dibuat pada lereng bagian bawah pokok tanaman.

Tabel 4. Dosis Pupuk yang Direkomendasikan dan yang Ditetapkan di Afdeling C PT Rumpun Sari Antan I

Blok Luas

(ha)

Jumlah pokok

Dosis Rekomendasi Dosis Ketetapan Urea SP-18 MOP Urea SP-18 MOP

…………..…… (g/pokok) …………..…… 3 6.06 2 021 105.0 130.0 90.0 70.0 155.0 30.0 4 7.95 4 269 105.0 130.0 90.0 70.0 155.0 29.0 5 12.98 7 089 85.0 210.0 65.0 70.0 155.0 30.0 6 18.24 13 552 125.0 140.0 70.0 70.0 155.0 30.0 7 9.43 8 039 100.0 185.0 70.0 70.0 155.0 30.0 8 1.95 1 602 100.0 185.0 70.0 70.0 156.0 28.0 9 24.66 16 062 85.0 110.0 75.0 70.0 156.0 30.0 10 14.68 9 836 85.0 145.0 75.0 70.0 155.0 30.0 11 7.84 10 321 110.0 205.0 80.0 70.0 155.0 30.0 Rata-rata 100.0 160.0 76.1 70.0 155.2 29.7 Sumber : Kantor administrasi PT RSA 1

Untuk ketiga jenis pupuk yang akan diaplikasikan dicampur pada sore hari (sehari sebelum diaplikasikan), kemudian dimasukkan ke dalam karung dan disimpan di gudang. Pencampuran pupuk dilakukan sekitar pukul 15.00-17.00 WIB. Pupuk yang sudah dicampur diangkut ke lokasi pemupukan pada pagi hari sekitar pukul 05.30 – 06.30 WIB, sebelum dilaksanakannya pemupukan. Pupuk tersebut ditumpuk di sekitar jalan utama kebun tempat dilaksanakan pemupukan.

Cara aplikasi pupuk Gandasil B adalah dengan melarutkannya dalam air dengan konsentrasi 30 g/10 liter larutan, kemudian larutan Gandasil B diaplikasikan menggunakan knapsack sprayer. Dosis yang digunakan adalah 0.6 g/pokok atau 0.2 liter larutan per pokok tanaman. Pengaplikasian pupuk lewat daun biasanya dicampur dengan insektisida untuk pengendalian Helopeltis. Penyemprotan dilakukan pada bagian daun, buah, dan batang tanaman.

Dalam pelaksanaan pemupukan, tenaga kerja penabur pupuk sebagian besar wanita. Alat untuk menabur pupuk adalah ember sebagai wadah pupuk dan takaran yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu. Dari hasil pengamatan beberapa sampel tenaga kerja penabur pupuk (Lampiran 7) di Afdeling B diketahui bahwa dosis pupuk campuran yang diapikasikan rata-rata 238.35 g/pokok, sedangkan dosis pupuk yang ditetapkan 260.3 g/pokok dan di Afdeling C dosis yang diaplikasikan rata-rata 357.34 g/pokok sedangkan dosis yang ditetapkan 255 g/pokok.

Pada Tabel 5 dapat dilihat perbandingan dosis pupuk yang diaplikasikan dengan dosis pupuk yang ditetapkan di Afdeling B dan Afdeling C.

Tabel 5. Dosis Pupuk Campuran yang Diaplikasikan dan yang Ditetapkan di Afdeling B dan Afdeling C

Afdeling B Afdeling C ……….. (g/pokok)……….. Dosis yang Ditetapkan 260.3 254.9 Dosis yang Diaplikasikan 238.4 357.3

Hasil uji t tn **

Keterangan : tn tidak berbeda nyata ** sangat berbeda nyata

Di Afdeling B penulis melakukan pengamatan terhadap dosis aplikasi pemupukan pada lahan dengan topografi yang berbeda. Perbandingan antara dosis pupuk yang ditetapkan dengan dosis pupuk yang diaplikasikan terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Dosis Pupuk Campuran yang Diaplikasikan dan yang Ditetapkan Pada Berbagai Topografi Lahan di Afdeling B

Dosis Pupuk Topografi Lahan

Datar Miring Curam Diaplikasikan (g/pkk) 272.12 261.99 180.93 Ditetapkan (g/pkk) 260.30 260.30 260.30

Hasil Uji t tn tn **

Keterangan : Lahan Datar 0-15 % tn tidak berbeda nyata Lahan Miring 15-25 % ** sangat berbeda nyata

Lahan Curam > 25 %

Dari hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa di lahan datar sampai miring dosis yang diaplikasikan tidak berbeda dengan dosis yang ditetapkan. Sedangkan pada lahan curam dosis yang diaplikasikan berbeda dengan dosis yang ditetapkan, yaitu lebih rendah dari dosis yang ditetapkan.

Untuk memudahkan pelaksanaan pemupukan, karyawan dibagi menjadi lima kelompok yaitu pengaduk, pengangkut, pelangsir, pembuat lubang, dan penabur pupuk. Ada perbedaan pembagian kelompok karyawan antara Afdeling B dan Afdeling C. Di Afdelng B antara pembuat lubang pupuk terpisah dengan penabur pupuk, dengan membentuk kelompok masing-masing. Sedangkan di Afdeling C kelompok pembuat lubang dan penabur pupuk beriringan, seorang pembuat lubang langsung diikuti oleh seorang penabur pupuk. Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 3.

(a) Langsir Pupuk (b) Pembuatan Lubang Pupuk (c) Penabur Pupuk dan Langsir Pupuk

Gambar 3. Kegiatan Pemupukan

Untuk kegiatan pemupukan mulai dari pengaduk pupuk, angkut, langsir, pembuat lubang dan penabur pupuk digunakan norma 0.7 HK/ha untuk setiap jenis pupuknya di Afdeling B dan 1 HK/ha di Afdeling C.

Pemangkasan. Pemangkasan adalah kegiatan mengurangi cabang atau ranting tanaman kakao yang bertujuan untuk mencapai produksi tinggi dan keseragaman tanaman sehingga memberikan kemudahan dalam perawatan tanaman dan pemanenan.

Pemangkasan terdiri atas pangkasan bentuk, pangkasan pemeliharaan dan pangkasan produksi. Pangkasan bentuk adalah pangkasan yang bertujuan untuk membentuk kerangka tanaman yang baik, dilakukan pada saat tanaman belum menghasilkan (TBM) yang telah membentuk jorquette sampai tanaman memasuki fase produktif. Pangkasan pemeliharaan bertujuan untuk mempertahankan kerangka tanaman yang sudah terbentuk, mengatur penyebaran daun produktif, membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki seperti cabang sakit, patah, tunas air serta cabang berbenalu. Pangkasan pemeliharaan dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) dengan rentang waktu 3 bulan sekali sedangkan untuk wiwilan dua kali sebulan. Pangkasan produksi adalah pemangkasan yang bertujuan agar tanaman dapat berproduksi maksimum dengan mempertahankan ILD optimum dan mengatur pengalokasian asimilat antara pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pangkasan produksi di PT Rumpun Sari Antan 1 dilakukan pada TM, dua kali setahun pada bulan Oktober – November dan bulan Februari - Maret.

Pemangkasan yang dilakukan di Afdeling C PT Rumpun Sari Antan 1 adalah pemangkasan pemeliharaan dengan membuang tunas air, cabang cacing, cabang yang menggantung, cabang-cabang yang tingginya lebih dari 3.5 meter

dari permukaan tanah, cabang berbenalu, cabang yang tumpang tindih dengan tanaman lain serta cabang kering, rusak, dan busuk. Pembuangan bagian tanaman yang dilakukan adalah mengatur agar tidak ada percabangan termasuk tunas air pada jarak 25 - 40 cm dari jorquette, membuang tunas air yang tumbuh pada cabang primer dan pangkal cabang sekunder, mengatur cabang sekunder dan tersier (cabang kipas) agar tidak terlalu rapat, cabang gantung dipotong agar cabang dapat terangkat kembali dan mengarah ke atas, serta juga dilakukan pembuangan buah busuk, layu atau dimakan tikus/tupai.

Dalam pelaksanaan pemangkasan seringkali karyawan pangkas melakukan kesalahan di antaranya adalah memangkas jorquette, tidak tuntasnya membuang cabang kipas, sengaja meninggalkan cabang orthotrof yang seharusnya dibuang dan membuang cabang plagiotrof, serta tajuk tanaman yang terlalu terbuka (pemangkasan yang terlalu berat) menyebabkan cahaya matahari mengenai

jorquette secara langsung yang mengakibatkan jorquette menjadi kering. Selain

itu topping yang dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang berukuran besar sehingga saat bagian tanaman hasil pangkasan jatuh ke bawah merusak bunga dan buah yang ada di bawahnya.

Alat yang digunakan untuk melakukan pemangkasan adalah golok, gergaji, dan antel (pisau pangkas). Alat pangkas yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4. Golok biasanya digunakan untuk memangkas bagian tanaman yang tidak terlalu tinggi atau yang bisa dijangkau tanpa menggunakan galah. Gergaji digunakan untuk memangkas bagian tanaman yang tinggi dan berukuran besar. Antel digunakan untuk melakukan wiwilan, membuang cabang yang masih berukuran kecil (diameter < 5cm) dan untuk membuang buah busuk, layu atau dimakan tupai atau tikus. Antel dan gergaji diberi galah sepanjang 3.5 meter, sedangkan antel yang digunakan untuk wiwil diberi galah sepanjang 1.5 meter. Dalam pelaksanaan pemangkasan kadang-kadang pekerja langsung memanjat tanaman kakao untuk membuang bagian tanaman.

Gambar 4. Alat Pangkas : Antel (kiri), Gergaji Pangkas (kanan).

Ketajaman alat sangat mempengaruhi kualitas pangkasan. Jika alat tidak tajam akan merusak kulit batang, menimbulkan luka pada tanaman yang tidak teratur sehingga akan lambat pulih. Pemangkasan menggunakan antel terhadap cabang-cabang yang berukuran besar akan lebih sulit dan menyebabkan kerusakan pada tanaman. Kerusakan yang terjadi adalah pelukaan yang parah pada tanaman dan dapat merusak serta menggugurkan bunga dan buah. Untuk meningkatkan kualitas pangkasan perusahaan sebaiknya memperhatikan ketersediaan alat seperti gunting galah, gergaji, dan lainnya.

Untuk melakukan pemangkasan dibutuhkan tenaga kerja yang benar-benar paham bagian mana yang harus dibuang sehingga diperoleh kualitas dan kuantitas hasil pangkasan yang baik. Di Afdeling C, karyawan pangkas adalah orang-orang yang memang sudah dilatih atau khusus melakukan pemangkasan. Prestasi kerja karyawan dalam melakukan pemangkasan pemeliharaan adalah 4.5 HK/ha dan penulis adalah 5.3 HK/ha, sedangkan norma yang ditetapkan adalah 5 HK/ha. Kegiatan pemangkasan yang penulis lakukan dapat dilihat pada Gambar 5.

Pembuangan tunas air atau wiwil dilakukan dengan rotasi dua kali sebulan dengan norma 0.6 HK/ha dalam pelaksanaannya prestasi kerja karyawan adalah 1 HK/ha. Penulis sendiri tidak melakukan kegiatan tersebut.

Pengendalian hama dan penyakit. Hama yang menyerang tanaman kakao di Kebun Rumpun Sari Antan 1 terdiri atas Helopeltis sp., Zeuzera coffeae,

Canopomorpha cramerella, tikus dan tupai. Sedangkan penyakit yang menyerang

tanaman kakao adalah busuk buah dan kangker batang (Phytopthora palmivora), jamur upas dan Colletotricum sp. pada daun.

Pengendalian hama dan penyakit di PT Rumpun Sari Antan 1 didahului dengan deteksi tingkat serangan hama dan penyakit. Setiap blok kebun diambil tanaman sampel sebanyak 5 % dari populasi untuk keperluan pengambilan data tingkat serangan. Pengambilan tanaman sampel berdasarkan barisan. Barisan tanaman yang diambil sebagai sampel adalah baris-baris yang berada pada kelipatan 20 dari baris awal. Setiap baris tersebut diberi tanda dan diberi nomor baris. Pengamatan dilakukan terhadap seluruh tanaman yang terdapat pada baris sampel tersebut. Baris yang sama akan diamati pada rotasi berikutnya. Untuk deteksi tingkat serangan hama dan penyakit dilakukan dengan rotasi dua kali dalam sebulan. Data hasil deteksi tersebut seharusnya digunakan sebagai dasar pengendalian pada blok-blok yang terserang hama dan penyakit di atas ambang ekonomi. Akan tetapi, pada kenyataannya di lapangan pelaksanaan deteksi belum sinkron dengan pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit.Selama ini data hasil deteksi hanya digunakan untuk menyusun anggaran, kebutuhan tenaga kerja, material, dan alat pengendalian hama dan penyakit saja. Pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit tanaman tetap mengikuti putaran rotasi yang dijalankan blok demi blok.

Kepik penghisap buah (Helopeltis sp) adalah hama yang menyerang buah, menyebabkan adanya bintik hitam pada buah. Serangan pada buah muda dapat menyebabkan buah mati. Bercak pada buah yang terserang berat akan menyatu, sehingga jika buah dapat berkembang terus permukaan kulit buah akan retak-retak dan terjadi perubahan bentuk yang dapat menghambat perkembangan biji dalam buah. Helopeltis sp. juga dapat menyerang daun dan ranting muda. Kehilangan hasil akibat serangan Helopeltis sp. dapat mencapai 40 - 50 persen. Pengendalian

kepik penghisap buah menggunakan insektisida Emcindo 500 EC yang merupakan insektisida kontak berbahan aktif BPMC 500 gram/liter. Dosis yang digunakan 120 ml/ha dengan konsentrasi 1 ml/liter air, dan volume semprot 120 liter/ha. Alat yang digunakan adalah knapsack spayer dan mistblower. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat dilihat pada Gambar 6.

(a) Menggunakan Mistblower (b) Menggunakan Knapsack

Sprayer

Gambar 6. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Untuk hama yang lain belum dilakukan usaha pengendalian yang khusus karena dari data deteksi tingkat serangannya kecil sehingga tidak ada anggaran khusus untuk menanggulangi hama-hama tersebut.

Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytophora palmivora merupakan penyakit penting yang menyerang buah kakao di PT RSA 1. Gejala serangan menunjukkan buah mengalami pembusukan disertai bercak coklat kehitaman dengan batas yang tegas. Serangan penyakit busuk buah biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah, perkembangan bercak coklat sangat cepat dalam beberapa hari seluruh buah akan menjadi hitam. Penyakit busuk buah menyerang buah yang masih muda sampai dewasa. Serangan pada buah yang masih muda akan menyebabkan buah tidak dapat dipanen, sedangkan jika pada buah yang telah dewasa (tergolong size 4) masih dapat dipanen tetapi kualitas bijinya akan menurun. Pengendalian penyakit tersebut dilakukan dengan cara sanitasi, yaitu membuang seluruh buah yang terserang kemudian dikubur. Selain itu juga dilakukan pengendalian secara kimia menggunakan fungisida Sidazeb 80 WP, yaitu fungisida kontak berbentuk tepung warna kuning keabu-abuan. Fungisida tersebut berbahan aktif mankosep 80 persen. Dosis fungisida yang

digunakan 240 g/ha, dengan konsentrasi 2 g/liter air. Penggunaan Sidazeb juga sekaligus untuk mengendalikan penyakit lain seperti Colletotricum, Corticium

salmonicolor, dan kangker batang.

Pengendalian jamur upas dilakukan dengan cara pemangkasan pada bagian yang terserang dan kegiatan tersebut dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemangkasan. Sedangkan untuk Colletotricum dilakukan penyemprotan menggunakan belerang dengan dosis 240 g/ha.

Dalam aplikasi pengendalian hama dan penyakit secara kimia penggunaan insektisida dan fungisida seringkali dicampurkan. Alat yang digunakan adalah

knapsack sprayer dan mistblower. Kelebihan mistblower dibandingkan dengan knapsack sprayer adalah kemampuan menghasilkan droplet yang halus dan dapat

menghasilkan tekanan yang kuat sehingga cairan semprot dapat mencapai pucuk tanaman. Dengan demikian pengendalian beberapa jenis hama dan penyakit tanaman dapat dilakukan sekaligus. Selain itu dengan mistblower pekerjaan juga dapat lebih cepat dengan hasil semprotan yang lebih luas, sehingga rotasi pengendalian dua kali sebulan dapat dilakukan.

Untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kimia, norma kerja yang ditetapkan 0.7 HK/ha, sedangkan kemampuan kerja karyawan 0.8 HK/ha. Penulis sendiri dapat melakukan dengan prestasi kerja 0.8 HK/ha.

Pemanenan

Panen merupakan kegiatan memetik buah kakao yang sudah matang dari pohon untuk dilakukan pengolahan sehingga menjadi bahan yang bermanfaat. Oleh karena itu, panen harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar diperoleh hasil sesuai target yang diinginkan, baik kuantitas maupun kualitasnya.

Kegiatan paling awal sebelum dilakukannya pemanenan adalah pengamatan kematangan buah oleh mandor panen pada lahan yang direncanakan akan dipanen. Pengamatan dilakukan secara visual terutama pada perubahan warna buah yang menunjukkan kematangan buah. Buah kakao yang pada saat masih muda kulit buahnya bewarna hijau, maka ketika masak akan berubah menjadi kuning, sedangkan buah kakao yang kulit buahnya bewarna merah saat masih muda akan berubah menjadi merah kekuningan atau orange. Kriteria buah

dapat dipanen adalah ketika tingkat perubahan warnanya sudah lebih dari 60 persen, dan pada blok yang akan dipanen telah terdapat minimal 20 % tanaman yang memiliki buah matang.

Pada areal yang akan dipanen dilakukan perhitungan kerapatan panen dengan cara mengambil tanaman sampel pada areal tersebut sebanyak 5 % dari populasi. Pengambilan tanaman sampel berdasarkan barisan. Barisan tanaman yang diambil sebagai sampel adalah baris-baris yang berada pada kelipatan 20 dari baris awal. Setiap pokok tanaman pada barisan sampel tersebut diamati dan dihitung jumlah buahnya yang siap dipanen, kemudian dihitung kerapatan panen di areal tersebut.

Kerapatan panen digunakan sebagai dasar menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sekaligus menentukan proyeksi produksi untuk keesokan harinya pada areal tersebut. Penulis melakukan perhitungan kerapatan panen (KP) di Blok E8 yang populasinya 1 602 pokok. Tanaman sampel yang diambil sebanyak 80 tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap buah yang siap dipanen pada 80 pokok tanaman tersebut. Dari 80 pokok tanaman setelah diamati terdapat 139 buah matang atau siap panen, maka KP nya adalah sebagai berikut :

Kerapatan Panen (KP) =

= =

1.73

Bobot hasil panen adalah : 1 kg BCB = 12 buah

Buah yang harus dipanen = KP x Populasi = 1.73 x 1 602

= 2 771.4 buah → 2 772 buah (pembulatan)

Berat biji coklat basah (BCB) =

=

/ = 231 kg BCB

Jumlah pemanen yang dibutuhkan adalah : Standar panen 55 kg/HK

Jumlah tenaga kerja =

=

/ = 4.2 HK → 4 HK (pembulatan)

Dengan demikian di Blok C8 dibutuhkan 4 orang tenaga kerja dengan perkiraan

Dokumen terkait