• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

2. Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus I

Tahap perencanaan ini peneliti merumuskan indicator, yang mana indicator ini tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang di buat oleh peneliti. Selain RPP, peneliti juga menyusun bahan ajar, dan instrument penilaian. 0 2 4 6 8 10 40-49 50-59 60-69 70-79 80-90 91-100

Fr

e

k

u

e

n

si

Nilai

b. Tahap pelaksanaan dan observasi

Tahap pelaksanaan dan observasi dilakukan secara bersamaan. Observasi/pengamatan dilakukan oleh kolaborator sedangkan tahap pelaksanaan ini peneliti sendiri yang melakukan yaitu berupa pembelajaran yang di sesuaikan dengan RPP yang telah di susun. Seperti yang telah dijelaskan pada bab metodologi penelitian, bahwa pelaksanaan penelitian siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan yaitu tanggal 13, 14 , dan 15 Mei 2013 dengan masing masing alokasi waktu 2 X 35 menit ( 2 jam pelajaran ). Berikut ini adalah penjelasan data hasil intervensi tindakan siklus I setiap pertemuan .

1). Pertemuan ke –I ( Senin, 13 Mei 2013 )

Pada pertemuan pertama ini materi pembelajaran yang di sampaikan adalah tentang mengubah pecahan biasa ke pecahan perseratus.. Siswa yang mengikuti pembelajaran pada pertemuan ke-1 ini ada 27 siswa, dan yang tidak hadir ada 1 siswa.untuk tugas kelompok maka siswa di bagi 7 kelompok dengan anggota 3-4 siswa. Pembelajaran dimulai dengan membaca doa, mengabsen siswa. Selama pembelajaran peneliti ditemani oleh guru sebagai observer/kolaborator untuk mengamati aktivitas siswa dan menilai peneliti selama pembelajaran

Selanjutnya peneliti melakukan aktivitas dengan memperhatikan gambar pecahan yang di buat dari kertas origami atau karton kepada siswa. Dengan di bimbing oleh peneliti, siswa menyebutkan nama-nama pecahan tersebut. Langkah berikutnya, peneliti membagikan bilangan pecahan yang berbeda pada semua siswa. Masing-masing siswa berkelompok mencari teman yang sama-sama memegang pecahan biasa yang sama. Pada tahap ini masih terlihat bingung dalam mengelompokan bilangan pecahan, tapi dengan waktu yang di berikan agak lama maka ini memberi peluang kepada siswa untuk mencari kelompoknya. Setelah pengelompokan selesai, setiap kelompok di minta untuk mencari pecahan yang ada. Dan menyebutkannya sesuai dengan angka yang di pegang oleh kelompok masing-masing. Misalnya: yang memegang bilangan ¾ menyebutkannya.

Aktivitas selanjutnya peneliti memberikan LKS kepada kelompok yang sudah di bentuk. LKS berupa gambar pecahan yang berpenyebut sama. LKS ini bentuknya mengelompokkan pecahan. Pengelompokkan ini dengan cara menggunting gambar pecahan, lalu di tempel pada kolom yang sesuai dengan pecahan tersebut.Berdasarkan pengamatan, tugas LKS ini dapat di selesaikan dengan mudah, ini karena penggunaan media realistik. Pembelajaran diakhiri dengan penilaian berupa tes tertulis

Gambar : 4.1

Aktivitas siswa saat mengerjakan LKS 2. Pertemuan ke 2 ( Selasa, 14 Mei 2013 )

Pada pertemuan ke dua ini materi yang dipelajari adalah mengubah pecahan ke pecahan persen dan sebaliknya. Siswa yang mengikuti pembelajaran pada pertemuan ke dua ini ada 27 anak. Untuk tugas kelompok maka siswa dibagi menjadi 6 kelompok dengan anggota 4 – 5 siswa. Pembelajaran dimulai dengan membaca do’a, mengabsen siswa, selama pembelajaran peneliti ditemani oleh guru sebagai observer.

Kemudian peneliti menjelaskan dengan contoh cara menyatakan pecahan kebentuk persen dan sebaliknya, peneliti kemudian memberikan

contoh pecahan biasa yang dapat diubah kebentuk persen atau per seratus, kemudian siswa perkelompok mencoba mengurutkan pecahan yang berpenyebut tersebut dengan cara mengubah kebentuk persen atau perseratus apabila sudah didapatkan pecahan menjadi pecahan yang berpenyebut seratus / persen maka tiap tiap kelompok mengurutkan bilangan yang bisa diubah ke bentuk pecahan berpenyebut seratus/ persen

Setelah siswa dianggap sudah mengerti dan memahami bagaimana bilangan berpenyebut seratus dapat diubah kebentuk persen, maka peneliti membagikan LKS tentang mengubah bilangan pecahan biasa ke bentuk pecahan seratus. Dalam aktivitas ini peneliti mengamati setiap kelompok, ada sebagian siswa yang mengurutkan pecahan biasa dan ada pula yang lainnya mengubah pecahan biasa ke bentuk persen.

Berikut adalah dokumen aktivitas siswa dalam mengurutkan bilangan pecahan biasa yang dapat diubah kebentuk persen atau sebaliknya. Secara berkelompok :

Gambar 4.2

3. Pertemuan ke tiga ( Rabu, 15 Mei 2013 )

Pertemuan ketiga merupakan pertemuan pertemuan terakhir dari pelaksanaan tindakan kelas pada Siklus I. Siswa yang hadir pada pertemuan ketiga ini adalah 27 siwa.

Seperti biasa sebelum pembelajaran dimulai diawali dengan berdo’a dan mengabsen siswa. Untuk memulai materi diadakan appersepsi, dengan tujuan mengulanhg materi yang telah dipelajri lalu sampai dimana daya ingat siswa pada pelajaran yang telah dipelajari sehingga dalam melanjutkan materi siswa memiliki kemampuan yang bisa dilanjutkan pada materi berikutnya. Pembahasan materi di mulai dengan siswa diajak ke koperasi sekolah, yang mana terdapat barang barang alat alat sekolah, seragam sekolah dan beberapa jajanan. Peneliti hanya memperlihatkan bilangan 5%, 10%, 20% ,. 50% , 70% , yang selanjutnya siswa menyebutkan bilangan persen itu :

Gambar : 4.3

Kemudian siswa bersama-sama menyebutkan bilangan persen tersebut, peneliti menjelaskan bahwa bilangan 20% , 50% , 70% , adalah bilangan yang berpenyebut 100 dengan, kata lain persen, dapat di ubah ke bentuk pecahan desimal Ketika peneliti bertanya, kepada siswa apa yang di sebut dengan bilangan persen ??? salah satu siswa menjawab :”bilangan persen adalah bilangan yang berpenyebut 100,”. Guru membenarkan jawaban siswa.

Dalam pembelajaran selanjutnya, siswa secara berkelompok di berikan LKS untuk di kerjakan dalam setiap kelompok, peneliti dan kolaborator mengamati cara kerja yang di lakukan oleh masing-masing kelompok. Sejauh mana kerja sama yang terjalin dalam kelompok. Ternyata dari masing-masing kelompok ada beberapa siswa yang kurang aktiv tapi ada juga kelompok yang kerjasamanya sudah terlihat kompak dan bagus.

Seperti dalam kelompok berbagi tugas, salah seorang ada yang menulis,ada yang mengubah pecahan biasa menjadi bilangan persen, hal ini mereka lakukan dengan bergantian. Dengan demikian kelompok yang seperti ini mereka terlihat senang dan asik dalam belajar, walaupun hasil pekerjaan mereka belum maksimal rapih tapi pada dasarnya mereka sudah memahami materi yang sedang di pelajarinya.

Kemudian yang terakhir yaitu tahap evaluasi, dimana pada tahap ini siswa bukan lagi berkelompok atau berdiskusi, melainkan tugas masing masing individu, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam 3 kali pertemuan tersebut. Siswa akan diberi soal siklus I dengan jumlah soal sebanyak 5 soal

Setelah pelaksanaan tes siklus I selesai, peneliti mencoba untuk melakukan wawancara dengan beberapa siswa untuk mengungkap pendapat mereka tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan metode realistic, serta mengumpulkan dan mendiskusikan hasil lembar observasi yang telah diisi oleh observer ( guru kelas ) yang berisi catatan tentang proses pembelajaran.

c. Tahap Observasi dan Analisis

Tahap ini dimulai pada saat bersamaan dengan pelaksanaann tindakan. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selaku pelaksana tindakan dan guru kelas sebagai observer untuk mengamati peningkatan hasil pemahaman belajar matematika siswa. Adapun hasil tes pemahaman belajar matematika siswa siklus I dalam penelitian ini terlihat melalui tes pemahaman hasil belajar matematika.

Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil tes pemahaman belajar matematika siswa pada siklus I

Tabel 4.4

Distribusi Frekwensi Tes Hasil Belajar Matematika Siklus I Nilai Frekwensi ( f ) Fk > Fk ( % ) 40 – 49 1 1 3,70 % 50 – 59 7 8 29,63 % 60 – 69 7 15 55,56 % 70 – 79 4 19 70,37 % 80 – 89 4 23 85,19 % 90 – 100 4 27 100 ,00%

Berdasarkan tabel 4.4 bahwa nilai hasil belajar matematika siswa kelas V MI Al Ikhlas masih dibawah KKM , dan dari jumlah siswa keseluruhan yang masih mendapat nilai dibawah 70 sebanyak 55,56 %, sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas 70 sebanyak 70,37 %.. Adapun hasil belajar matematika siswa pada siklus I ini disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :

Gambar : 4.5

Distribusi Frekwensi Tes Hasil Belajar Matematika Siklus I

Berdasarkan gambar 4.5 dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika siswa pada siklus I menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai di bawah rata rata lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memperoleh nilai diatas rata rata.

Berikut disajikan tabel yang menunjukkan ketuntasan hasil belajar siswa yang didapat dari hasil tes akhir siklus I menunjukkan bahwa siswa yang didapat dari hasil tes akhir siklus I setelah menggunakan metode realistik

Tabel 4.6

Ketuntasan Tes Hasil Belajar Matematika Siswa pada siklus I

No. Jumlah Siswa Keterangan

Tuntas Tidak Tuntas Persentase

1. 12  44,44 % 2. 15  55,56 % 0 1 2 3 4 5 6 7 8 40-49 50-59 60-69 70-79 80-90 91-100 Nilai

Fr

e

k

u

e

n

si

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa siswa yang sudah tuntas belajar adalah 12 siswa atau 44,44 % sedangkan siswa yang belum tuntas berjumlah 15 siswa atau 55,56 % Dengan KKM 70 Berikut disajikan deskriftif nilai matematika siswa pada siklus I

Tabel 4.7

Deskriftif Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus 1 No. Nilai Matematika Sebelum Penelitian

1. Nilai Tertinggi 100,00

2. Nilai Terendah 40,00

3. Rata-rata 69,89

Berdasarkan tabel 4.7 maka diperoleh rata rata ketuntasan belajar siswa mencapai 69,89 Dengan ini nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 40. Hasil yang diperoleh belum mencapai tujuan KKM yang diinginkan yaitu 70 Disamping menggunakan hasil akhir siklus, peneliti juga menggunakan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan penilaian langsung oleh observer saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.8

Hasil Observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran Siklus I No. Aspek yang diobservasi Rata-rata

1. Siswa memperhatikan pada saat gurumenjelaskan

pelajaran 90.12 %

2. Siswa dapat memberikan penjelasan pada saatdiskusi 69,13 %

3. Siswa dapat mengajukan pertanyaan 81,48 %

4. Siswa dapat menanggapi penjelasan guru/temanpada

5. Siswa dapat membuat rangkuman dengan baik 90,12 %

6. Siswa dapat memecahkan masalah yang

diberikanguru dalam Lembar Kerja Siswa 80,25 %

7. Siswa berminat dan antusias pada saat

mengikutipelajaran 90,12 %

8. Siswa merasa senang mengikuti pelajaran

matematika dengan metode Realistik 90,12 %

Rata – rata 84,72 %

Dari rekapitulasi data observasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase aktivitas siswa kelas V pada saat pembelajaran semakin belum menunjukkan hasil serta tujuan yang diharapkan.

Persentase aktivitas belajar siswa baru mencapai 84,72 %. Adapun untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka peneliti akan mengadakan perbaikan pada siklus berikutnya.

Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa untuk memperkuat data observasi. Hasil wawancara yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut:

1. Siswa mulai termotivasi dalam pembelajaran matematika

2. Siswa mulai antusias dalam mengerjakan LKS dengan kemampuan mereka sendiri, namun ada sebagian yang masih perlu bertanya kepada peneliti

3. Dengan menggunakan pendekatan realistik dapat membantu siswa dalam memahami materi yang diberikan

Setelah diketahui hasil belajar pada siklus I, makadapat dibandingkan dengan hasil belajar sebelum diadakan penelitian (sebelum siklus I). hasil belajar pada penilaian terdahulu mencapai rata-rata 64,81, sedangkan hasil belajar pada siklus I setelah menggunakan pendekatan realistik mencapai rata-rata 69,89. Secara umum ketuntasan hasil belajar pada penilaian terdahulu yang belum tuntas ada 15 siswa sedangkan pada penilaian siklus I ada 15 siswa yang belum tuntas. Secara keseluruhan ketuntasan hasil belajar

antara penilaian terdahulu dengan penilaian hasil siklus I masih belum ada peningkatan, maka akan dilakukan perbaikan di siklus II.

a. Tahap Refleksi

Tahap refleksi ini dilakukan oleh peneliti dan observer setelah melakukan analisis pada siklus I. berdasarkan hasil analisis pada observasi, wawancara dan tes akhir siklus I ditemukan beberapa kekurangan / kendala sebagai berikut:

1. Siswa terlihat masih mengandalkan temannya yang lebih pintar untuk mengerjakan LKS. Dalam menyelesaikan LKS secara individu sebagian siswa masih bertanya kepada peneliti tentang jawabannya. Penyebab kekurangan ini adalah kurangnya pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang diajarkan. Dengan adanya kekurang ini, peneliti harus lebih dapat membimbing dan memastikan siswa memahami konsep matematika agar siswa dapat mengerjakan LKS.

2. Hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Dari hasil tes akhir siklus I diperoleh rata-rata skor hasil belajar matematika kelas V sebesar 69,89. Jumlah ini masih dianggap kurang karena belum mencapai indikator keberhasilan yaitu hasil tes hasil belajar matematika siswa > 70. Penyebab kekurangan ini adalah masih kurangnya siswa menggunakan hasil belajarnya dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan pada proses pembelajaran serta masih adanya siswa yang belum berani memberikan penjelasan pada saat diskusi.

1. Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti menentukan standar kompetensi , kompetensi dasar, indikator yang ingin dicapai pada siklus II dan menyusunnya menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain itu untuk menunjang pembelajaran disusun juga Lembar Kerja Siswa (LKS) pembelajaran dan instrumen tes siklus II. Dengan guru kolabolator peneliti mendiskusikan RPP, dan merencanakan pelaksanaan yang

menjadikan perbaikan-perbaikan tindakan untuk siklus II berdasarkan refleksi siklus I. Kemudian membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan / Observasi

Tahap pelaksanaan pada siklus II ini terdiri dari tiga pertemuan. Yaitu pertemuan keenam sampai kedelapan. Pada tiap pertemuan peneliti memberikan pembelajaran dengan menggunakan metode yang sama pada siklus I yaitu pendekatan realistik. Model pembelajaran yang dikenakan kepada subjek penelitian / siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan perbaikan-perbaikan berdasarkan refleksi pada siklus I yaitu peneliti lebih banyak membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan latihan-latihan serta memastikan siswa mampu mengerjakan soal-soal dalam LKS.

Siklus ini terdiri dari tiga kali intervensi tindakan pembelajaran dan satu kali tes diakhir siklus. Pelaksanaan tindakan ini dimulai tanggal 20, 21, dan 23 Mei 2013, dengan alokasi waktu masing-masing tindakan dan tes adalah 2x35 menit (2 jam pembelajaran).

Berikut ini adalah deskripsi data hasil intervensi tindakan siklus II yang merupakan hasil perbaikan metode pembelajaran yang diterapkan pada siklus I:

1. Pertemuan Keempat (Senin, 20 Mei 2013)

Pada pertemuan keempat ini materi yang dipelajari adalah menjelaskan arti pecahan serta urutannya. Siswa yang mengikuti pembelajaran pada pertemun keempat ini ada 27 siswa semuanya hadir.

Sama dengan siklus I tahap pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam dengan sedikit menyampaikan tujuan pembelajaran, dilanjutkan dengan

menjelaskan materi yang akan diajarkan. Selain itu guru membentuk kelompok belajar yang sama seperti pada siklus I, hanya pada siklus II ini dalam permainan dibedakan dengan siklus sebelumnya, dimana sebelumnya permainan menggunakan pertanyaan lisan yang terdapat pada LKS, sedangkan untuk pembelajaran pada siklus II permainan dilakukan dengan guru memberikan kartu yang diisi sebuah pertanyaan kepada setiap kelompok. Dalam permainan ini yang dinilai adalah kecepatan dan jawaban yang benar. Apabila menjawab benar maka diberi poin satu sedangkan yang salah diberi poin nol. Kemudian dilanjutkan siswa diberi LKS, setelah semua kelompok selesai mengerjakan LKS maka peneliti merumuskan jawaban yang benar.

2. Pertemuan Kelima (Selasa, 21 Mei 2013)

Pada pertemuan kelima guru mengadakan turnamen dengan materi yang dipelajari adalah membandingkan dan mengurutkan pecahan berpenyebut tidak sama serta menuliskan bilangan pecahan pada garis bilangan. Sebelum mengadakan turnamen guru menyiapkan meja turnamen, kemudian setiap kelompok dipersilahkan berada pada meja turnamen yang telah ditentukan oleh guru. Pada turnamen ini terdapat enam meja turnamen, masing-masing meja terdiri dari 4-5 orang. Untuk turnamen caranya sama dengan turnamen pada pertemuan keempat, dimana setiap kelompok diberikan kartu permainan. Tetapi untuk pertemuan kelima ini, hasil jawaban setiap kelompok dipresentasikan oleh perwakilan dari setiap kelompok didepan kelas. Kemudian setiap siswa diberikan LKS dan dilanjutkan dengan mengingat kembali pelajaran sebelumnya.

Setelah proses pembelajaran selesai peneliti memberikan pertanyaan tentang pelajaran sebelumnya untuk mengetahui pemahaman siswa berkaitan pelajaran sebelumnya. 3. Pertemuan Keenam (Kamis, 23 Mei 2013)

Pertemuan keenam merupakan pertemuan terakhir dari pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II. Siswa yang hadir pada saat pertemuan ketiga sebanyak 27 siswa. Materi pertemuan akhir dari pelaksanaan tindakan ini adalah menjumlahkan dan mengurangkan pecahan desimal serta operasi hitung campuran berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama, kemudian seperti biasa guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi sebelumnya. Waktu penelitian ini diatur sesingkat mungkin karena pada pertemuan ini peneliti akan mengumumkan poin masing-masing kelompok, poin tertinggi lalu diberikan hadiah. jumlah poin masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7.

Hasil Poin Kelompok pada Turnamen Siklus II

Kelompok 1 Poin Kelompok 2 Poin

Akhmad Zulfikar 3 Farhan Ramadhan

Esa Zulva Arnawama Kafial Ghani

Jasmine Fajri Dilawati Novi Rosmiati 3

Nurul Harasti Rosyada 1 Ratu Puspa Dewi

Jumlah 4 Jumlah 3

Kelompok 3 Poin Kelompok 4 Poin

Amar Ma’ruf Lapisudin

Husen Nugraha Prayogi Ismail

Najma Firda Saffana Annisa Az-Zahra 2

Septiani 3 Ilham M. Fajri

M. Hanif Rachman

Kelompok 5 Poin Kelompok 6 Poin

Annargya Saddam. H Shofi Siti Sa’adah 4

Fairuz Farhani Sakti Lazuardi

Januar Nur Jatmiko 1 M. Fikri

Firdaus Fitrah Askari Lintang Samudra. N Nurkamilah Rizkiyah 1 M. Ikhsan Fadilah

Jumlah 2 jumlah 4

Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa kelompok yang menjadi juara 1 yaitu kelompok: 1 dan 6.

Kemudian yang terakhir yaitu tahap evaluasi, dimana pada tahap ini siswa bukan lagi berkelompok atau berdiskusi, melainkan tugas masing-masing individu, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam tiga kali pertemuan tersebut. Siswa akan diberi soal siklus II dengan jumlah soal sebanyak 6 soal.

Setelah pelaksanaan tes siklus II selesai, peneliti mencoba untuk melakukan wawancara dengan beberapa siswa untuk mengungkap pendapat mereka tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik. Serta mengumpulkan dan mendiskusikan hasil lembar observasi yang telah diisi oleh observer (guru kelas) yang beri catatan tentang proses pembelajaran.

c. Tahap Observasi dan Analisis

Tahap ini dimulai pada saat bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selaku pelaksana tindakan dan guru kelas sebagai observer untuk mengamati peningkatan hasil pemahaman belajar matematika siswa. Adapun hasil tes pemahaman belajar matematika siswa siklus II dalam penelitian ini terlihat melalui tes pemahaman belajar matematika.

Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil tes pemahaman belajar matematika siswa siklus II:

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Matematika Siklus II

Nilai Frekuensi (fi) Fk ≥ Fk (%)

50-59 1 1 3,70% 60-69 4 5 18,52% 70-79 13 18 66,67% 80-89 3 21 77,78% 90-99 1 26 96,30% 99-100 4 27 100,00%

Bersarkan tabel 4.8 diperoleh skor rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa sebesar 76,52 nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Hal ini menunjukkan bahwa kecapaian indikator pemahaman hasil belajar matematika siswa bahwa rata-rata skor

pemahaman hasil belajar matematika ≥ 70. Sehingga pemberian

tindakan dihentikan pada siklus II. Adapun hasil tes akhir pemahaman belajar matematika siswa siklus II ini disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

Gambar 4.6

Distribusi Frekuensi Tes hasil Belajar Matematika Siklus II

0 2 4 6 8 10 12 14 50-59 59-68 68-77 77-86 86-95 95-100 Fr e ku e n si Nilai

Berdasarkan gambar 4.6 dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika siswa pada siklus II menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memperoleh nilai dibawah rat-rata.

Adapun ketuntasan hasil belajar matematika siswa pada siklus II dalam penelitian ini akan terlihat hasil tes siklus II. Berikut disajikan tabel ketuntasan hasil belajar siswa yang didapat dari hasil tes siklus II setelah menggunakan pendekatan realistik:

Tabel 4.9

Ketuntasan Tes Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus II

No Jumlah Siswa Keterangan

Tuntas Tidak Tuntas Presentase

1 22 Siswa √ 81,48%

2 5 Siswa √ 18,52%

Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa siswa yang sudah tuntas belajar adalah 22 siswa atau 81,48%, sedangkan siswa yang belum tuntas berjumlah 5 siswa atau 18,52%.

Berikut disajikan deskriptif nilai matematika siswa pada siklus II:

Tabel 4.10

Deskriptif tes Hasil Belajar Matematika Siklus II No Nilai Matematika Siklus I

1 Nilai Tertinggi 100

2 Nilai Terendah 50

3 Nilai Rata-rata 76,52

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas 81,48 %. Hal ini menandatakan bahwa adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa. Dengan demikian terget penelitian ini tercapai, sehingga siklus dihentikan.

Disamping menggunakan hasil akhir siklus, peneliti juga menggunakan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan penilaian langsung oleh observer saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.11

Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

No Apsek yang diobservasi Rata-rata

1 Siswa memperhatikan pada saat guru

menjelaskan pelajaran 93,83%

2 Siswa dapat memberikan penjelasan pada

saat diskusi 76,54%

3 Siswa dapat mengajukan pertanyaan 75,31%

4 Siswa dapat menanggapi penjelasan

guru/teman pada saat diskusi 85,19%

5 Siswa dapat membuat rangkuman dengan

baik 88,89%

6 Siswa dapat memecahkan masalah yang

diberikan guru dalam Lembar Kerja Siswa 96,29%

7 Siswa berminat dan antusias pada saat

mengitkuti pelajaran. 97,53%

8 Siswa merasa senang mengikuti pelajaran

matematika dengan pendekatan realistik 97,53%

Rata-rata 86,73%

Dari rekapitulasi data observasi tersebut terlihat bahwa rata-rata presentase hasil belajar siswa sudah mencapai tujuan yang ditentukan. Presentase aktivitas belajar siswa pada siklus II sudah 86,73%.

Seperti pada siklus I, skor lembar observasi ini digunakan sebagai bahan rfleksi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas siswa dalam menggunakan dan meningkatkan kemampuan pemahaman belajarnya.

Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa untuk memperkuat data observasi. Hasil wawancara yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:

1) Siswa menyukai pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik

2) Siswa tidak lagi merasa kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru

3) Dengan menggunakan pendekatan realistik dapat membantu siswa dalam memahami materi yang diberikan

d. Tahap Refleksi

Tahap refleksi ini dilakukan oleh peneliti dan observer setelah melakukan analisis pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis pada observasi, wawancara dan tes akhir siklus II ditemukan beberapa peningkatan data, diantaranya sebagai berikut: 1) Siswa merasa pembelajaran berlangsung lebih menarik, proses pembelajaran berlangsung semakin aktif, semua siswa sibuk dengan tugas yang diberikan guru

Dokumen terkait