• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

F. Pelaksanaan Pembukaan Giro

Kegiatan pengelolaaan giro oleh bank umum secara umum mencakup beberapa tindakan pelaksanaan. Antara lain berupa:

A. Penerimaan Nasabah Giro

Pihak yang ingin menjadi nasabah giro terlebih dahulu harus mengajukan permohonan kepada Bank Umum dengan memenuhi persyaratannya. Setiap Bank umum menetapkan persyaratan pembukaan rekening giro dalam peraturan internnya. Kelengkapan permohonan dan kejelasan nasabah akan dinilai oleh Bank umum yang menerima permohonan tersebut. Penilaian dilakukan berdasarkan peraturan internnya, peraturan perundang-undangan yang berlaku umum dan yang khusus tentang perbankan.

Beberapa hal mengenai penerimaan dan identifikasi nasabah sebagaimana yang diatur oleh peraturan perundang-undangan Bank Indonesia antara lain:

1. Penerimaan dan Identifikasi Nasabah

Penerimaan dan indentifikasi nasabah Bank umum menurut ketentuan PBI No 3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah sebagaimana telah diubah dengan PBI No 3/23/PBI/2001 dan PBI No 5/21/PBI/2003, ditetapkan sebagai berikut:

Sebelum melakukan hubungan usaha dengan nasabah, bank yang menerima permohonan wajib meminta informasi mengenai:

1) Identitas calon nasabah

2) Maksud dan tujuan hubungan usaha dilakukan oleh calon nasabah dengan bank

3) Informasi lain yang memungkinkan bank untuk dapat mengetahui profil calon nasabah dan

4) Identitas pihak lain

2. Dokumen pendukung bagi nasabah perorangan sekurang-kurangnya terdiri dari:

Identitas nasabah yang memuat: 1) Nama

2) Alamat dan tempat tinggal tetap 3) Tempat dan tanggal lahir 4) Kewarganegaraan

5) Keterangan mengenai pekerjaan 6) Eksperimen tanda tangan

7) Keterangan mengenai sumber dana dan tujuan penggunaaan dana

3. Perjanjian Penyimpanan Dana dan Pembukaan Rekening Giro

Bila bank umum dapat menyetujui permohonan calon nasabah untuk diterima sebagai nasabah giro, maka dilakukan pengikatan berupa perjanjian pembukaan rekening giro.

A. Perjanjian pembukaan rekening giro

Perjanjian antara nasabah bank dengan nasabah sesuai dengan SEBI No 2/10/DASP, sebagaimana telah diubah dengan SEBI

No 4/17/DASP, adalah perjanjian pembukaan rekening, dan dalam praktik perbankan yang berkaitan dengan simpanan giro. Suatu perjanjian secara umum tunduk kepada ketentuan hukum perikatan yang tercantum dalam KUH Perdata dan kepada ketentuan larangan pencantuman klausul baku yang tercantum dalam UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Akan tetapi, dalam rangka perjanjian di bidang perbankan wajib pula dipatuhi peraturan perundang-undangan Bank Indonesia.

B. Pembukaan Rekening

Bila perjanjian pembukaan rekening giro telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak dan dokumen lainnya sudah diselesaikan dan dilengkapi oleh nasabah penyimpan, bank umum yang bersangkutan segera membuka suatu rekening giro dengan nama nasabah penyimpan sesuai dengan peraturan internnya. Setiap rekening yang dibuka akan mempunyai nomor rekening tersendiri yang mengacu pada sistem akun yang berlaku pada masing-masing bank umum. Nomor rekening merupakan salah satu aspek yang terkait dengan nasabah penyimpan dan simpanannya yang wajib dirahasiakan oleh bank dan pihak terafiliasi sebagaimana yang diatur oleh ketentuan rahasia bank. Dalam rangka pembukaan rekening giro tersebut, nasabah penyimpan diminta untuk melakukan setoran pertama, menyerahkan surat kuasa tentang orang-orang yang ditunjuk

untuk berhubungan dengan bank dan melakukan pengambilan contoh tanda tangan dari pihak yang berwenang dan yang diberikan kuasa dalam hubungan rekening giro.

C. Penyerahan Blanko Cek / Bilyet Giro

Setelah semua persyaratan administratif diselesaikan, bank umum memberikan blanko warkat yang diperlukan nasabah penyimpan untuk melakukan penarikan dana yang tersimpan dalam rekening gironya. Blanko cek tersebut diserahkan dalam bentuk buku yang masing-masing umumnya berisi 25 lembar dan disertai dengan lembar tanda tangan.

Lembar tanda terima (biasanya disebut lembar pertama) harus dikembalikan kepada bank. Pada lembar tanda terima tersebut tercantum pernyataan tanggung jawab pengunaan blanko oleh nasabah penyimpan, jumlah dan nomor blanko dan sebagainya. Pengembalian lembar tanda terima dilakukan setelah ditanda tangani oleh nasabah penyimpan. Bila lembar tanda terima belum diserahkan kembali kepada banl umum yang bersangkutan, maka terhadap cek atau bilyet giro yang kepada bank umum sebagai pihak tertarik akan ditolak pelaksanaan perintahnya.

Pemberian bilyet giro kepada nasabah yang baru pertama kali membuka rekening giro seharusnya disertai dengan pemberian penjelasan.

4. Penarikan dan Penyetoran Dana Giro

Penarikan dan penyetoran dana dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan keinginan dan permintaan nasabah, peraturan intern masing-masing bank umum dan ketentuan yang dicantumkan dalam perjanjian pembukaan rekening giro. Dengan dilakukannya penarikan dan penyetoran oleh nasabah penyimpan, maka terjadi mutasi debet dan mutasi kredit atas rekening giro yang bersangkutan.

A. Setoran Pertama B. Penarikan C. Setoran Rutin

D. Jasa Giro/ Biaya Rekening E. Penutupan Rekening 5. Jasa Giro dan Biaya

Sehubungan dengan penyimpanan dana nasabah penyimpan melalui rekening giro, bank umum yang mengelola simpanan tersebut akan memberikan jasa giro yang dinyatakan dalam persentase tertentu. Beberapa bank lainnya tidak menggunakan istilah jasa giro, tetapi menggunakan istilah bunga giro. Tingkat persentase jasa giro ada umumnya lebih kecil bila dibandingkan dengan tingktat persentase bunga deposito atau tabungan. Namun demikian, beberapa bank umum pada saat yang sama sering pula menetapkan kebijakan besarnya tingkat persentase jasa giro yang berbeda kepada nasabahnya berdasarkan pertimbangan tertentu.

6. Saldo minimum

Setiap nasabah wajib memelihara saldo minimum yang jumlahnya sesuai dengan ketentuan bank. Apabila terjadi pelanggaran atas ketentuan tersebut, maka nasabah harus dikenakan denda yang besarnya sesuai dengan ketentuan bank. Proses pembebanan denda atas rekening yang memiliki saldo di bawah minimal harus dilakukan pada setiap transaksi.

7. Transaksi Rekening Giro

Setiap transaksi yang dibukukan ke dalam rekening Giro harus memuat informasi, antara lain: tanggal transaksi, nomor Cek/Bilyet Giro yang ditarik atau keterangan lainnya, debet atau kredit dan nominal transaksi. Total saldo seluruh rekening Giro yang ada harus sama dengan saldo perkiraan Giro dalam Neraca Harian pada hari yang sama. Semua bukti transaksi rekening Giro yang sudah dibukukan harus diperiksa kembali oleh masing-masing unit kerja bersangkutan dan dilakukan verifikasi ulang oleh Seksi Akuntansi.

8. Setoran Giro

Setoran awal sekurang-kurangnya adalah sebesar jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan bank, sedangkan penyetoran selanjutnya tanpa batasan nominal dapat dilakukan secara tunai, pemindahbukuan, transfer dan kliring. Media yang digunakan untuk transaksi penyetoran secara tunai adalah slip setoran. Penyetoran yang bersifat pemindahbukuan dilakukan dengan menggunakan media pemindahbukuan.

9. Penarikan Giro

Media yang digunakan untuk transaksi penarikan adalah penarikan tuna menggunakan cek. Penarikan non tunai, untuk dikliringkan menggunakan Bilyet Giro/Cross Cek. Untuk pemindahbukuan antar rekening, menggunakan Cross Cek, Bilyet Giro atau media lainnya sesuai ketentuan bank. Tidak ada batasan frekuensi penarikan dan jumlah pengambilan selama saldo masih mencukupi (kecuali untuk rekening/saldo blokir, apabila ada).

Apabila nasabah menarik Cek/Bilyet Giro kosong melalui kliring, maka akan diberikan Surat Peringatan kepada nasabah yang bersangkutan sesuai ketentuan yang berlaku. Penarikan giro antar cabang dapat dilakukan dengan memperhatikan verifikasi tandatangan dan limit transaksi sesuai ketentuan bank.

10.Jasa giro

a. Jasa giro Kasda Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten (PKD) :

1. Saldo < Rp 5.000.000, tidak memperoleh jasa 0,00% (2009) 2. Saldo ≥ Rp 5.000.000 memperoleh jasa sebesar 3,00% (2009)

b. Jasa giro lainnya :

1. Saldo < Rp 5.000.000, tidak memperoleh jasa 0,00% (2009) 2. Saldo ≥ Rp 5.000.000 memperoleh jasa 1,00% (2009) 3. Saldo ≥ Rp 25.000.000 memperoleh jasa 1,50% (2009)

c. Jasa giro bank lain :

1. Saldo < Rp 10.000.000, tidak memperoleh jasa 0,00% (2009) 2. Saldo ≥ Rp 10.000.000 memperoleh jasa 0,25% (2009)

3. Saldo ≥ Rp 50.000.000 memperoleh jasa 0,50% (2009)

1. Pajak Penghasilan atas Jasa Giro

Pajak penghasilan (PPh) atas jasa giro dikenakan sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku yaitu 20% dari saldo terakhir dan dibebankan pada saat pembayaran jasa giro dengan cara menyajikan pemotongan PPh secara terpisah dari jumlah jasa giro.

Penyetoran PPh atas jasa giro ke Kantor Kas Negara dilakukan sesuai peraturan yang berlaku. Apabila terdapat perubahan peraturan pemerintah yang berkenaan dengan PPh atas jasa giro, maka peraturan tersebut secara otomatis bersifat mengikat pada saat peraturan tersebut diberlakukan.

2. Salinan Rekening Giro

Salinan rekening giro (rekening koran) dicetak sebulan sekali untuk diberikan/dikirim kepada alamat masing-masing nasabah, sesuai dengan permintaan nasabah yang bersangkutan. Salinan rekening giro juga dapat dicetak sewaktu-waktu apabila terdapat permintaan dari nasabah. Biaya pencetakan salinan rekening giro karena permintaan nasabah dibebankan secara langsung pada hari yang sama. Pengiriman salinan rekening giro dilaksanakan oleh Unit Kerja Administrasi dan Umum.

3. Kehilangan Cek/Bilyet Giro

Dalam hal kehilangan Cek/Bilyet Giro, nasabah harus membuat Surat Pernyataan Hilang disertai dengan Laporan Kehilangan dari Kepolisian yang ditujukan kepada Kantor Cabang dimana rekening giro dibuka.

Berdasarkan Surat Pernyataan Hilang tersebut, harus segera dilakukan pembatalan pembayaran (Stop Payment Order) atau pemblokiran atas Cek/Bilyet Giro yang dinyatakan hilang, ke dalam sistem. Cek/Bilyet Giro yang telah diblokir tidak dapat digunakan lagi atau dianggap tidak sah.

4. Rekening Pasif

Rekening pasif merupakan rekening giro yang mempunyai mutasi/transaksi sesuai dengan ketentuan bank. Rekening pasif dikenakan biaya administrasi rekening pasif yang besarnya sesuai dengan ketentuan bank.

Pada setiap akhir bulan harus dicetak daftar rekening giro yang tergolong dalam rekening pasif. Bank berhak melakukan penutupan rekening pasif sesuai dengan ketentuan bank

5. Penutupan Rekening Giro

Penutupan rekening giro hanya dapat dilakukan pada kantor di mana rekening giro tersebut dibuka. Penutupan rekening giro dapat dilakukan berdasarkan permintaan nasabah sendiri, kepentingan bank atau atas perintah Bank Indonesia secara tertulis.

Bank harus membebankan biaya penutupan rekening giro yang besarnya sesuai dengan ketentuan bank. Proses penutupan rekening giro pada sistem harus dilakukan secara dual control antara staf pelaksanaan dengan pejabat yang berwenang. Untuk setiap rekening giro yang ditutup sisa buku cek/bilyet giro yang belum digunakan oleh nasabah harus ditarik kembali.

6. Pemindahbukuan

Pemindahbukuan merupakan bentuk ringkas dari dua transaksi yaitu penerimaan dan pengeluaran dengan mendebet suatu rekening kas atau setara kas dan mengkredit rekening kas atau setara kas lainnya. Namun kita cukup mencatat transaksinya sekali saja selanjutnya tugas komputer. Prosedur ini tidak berhubungan dengan buku utang dan buku piutang seperti jurnal penerimaan dan pengeluaran kas. Pemindahbukuan tidak mempengaruhi total asset perusahaan dalam bentuk kas dan setara kas. Karena itu tidak digolongkan ke dalam transaksi penerimaan kas atau pengeluran kas.

7. Penutupan Rekening

Penutupan rekening giro dapat terjadi atas permintaan nasabah penyimpan karena nasabah memutuskan hubungan usaha degan banknya atau atas keputusan bank umum yang berdsasngkutan. Pengaturan penutupan rekening giro tersebut tunduk kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan intern bank. Surat Pemberitahuan Penutupan Rekening (SPPR) atau nasabah yang bersdangkutan telah termasuk dalam Daftar Hitam. Mengenai penutupan rekening dan Daftar

Hitam yang diatur dalam SEBI No 2/10/DASP sebagaimana telah diubah dengan SEBI No 4/17/DASP

Dokumen terkait