• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

4.2 Pelaksanaan Penagihan Pajak yang dilakukan

Cara penagihan yang terakhir dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ialah penagihan paksa, dimana fiskus melalui Jurusita Pajak negara menyampaikan / memberitahukan surat paksa, melakukan penyitaan dan melakukan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara terhadap barang-barang Wajib Pajak jika Wajib Pajak tidak juga melunasi utang pajaknya setelah dikeluarkannya Surat Paksa. Cara penagihan ini dikenal sebagai penagihan yang “keras” dibidang perpajakan, namun langkah ini merupakan upaya terakhir , apabila Wajib Pajak tidak segera memenuhi kewajibannya.

Skema tata cara pelaksanaan penagihan pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama terhadap Wajib Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya :

Gambar 4.2

Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Pajak

Jatuh Tempo 21 Hari

7 hari 2 x 24 Jam 14 Hari 14 Hari SKPKB, SKPKBT, STP, SK Pbtulan, Surat Teguran Surat Paksa Surat Perintah Pengumu m-an L l Pelaksana -an L l

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota mengeluarkan Surat Teguran setelah 7 (Tujuh) hari jatuh tempo pembayaran melalui kantor POS dari produk hasil penelitian diantaranya :

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) c. Surat Tagihan Pajak (STP)

d. Surat Keterangan Pembetulan

Di dalam Pelaksanaan Penagihan ini masih dalam penagihan pasif penyerahan ketetapan pajak.

2. Kemudihan apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya seharusnya dibayar setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak diterbitkannya Surat Teguran , Pejabat segera menerbitkan Surat Paksa, dan dalam hal ini :

a. Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal / tempat kedudukan Wajib Pajak / Penanggung Pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan surat paksa tersebut.

b. Jika jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak / Penanggung Pajak dan meminta agar Wajib Pajak memperlihatkan surat-surat keterangan yang ada untuk diteliti :

2) Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun / jenis pajak lainnya yang diperhitungkan.

3) Apakah tunggakan pajak menurut STP/SKP sesuai dengan jumlah tunggakan yang tercantum dengan Surat Paksa.

4) Apakah terdapat kelebihan utang tersebut dalam Surat Paksa, diajukan keberatan.

3. Bila Wajib Pajak tidak ditemukan dikantor atau tempat usaha / tempat tinggal. Apabila hal ini terjadi, maka Jurusita salinan Surat Paksa kepada :

a. Seseorang yang ada ditempat tinggalnya (misalnya : istri, anak, atau pembantu rumah tangga).

b. Seseorang yang ada dikantornya (salah seorang pegawai).

4. Bila Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak / Penanggung Pajak maka salinan Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada :

a. Keluarga Wajib Pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang dewasa dan sehat mental. b. Anggota pengurus komisaris atau para persero dari badan usaha

bersangkutan atau ;

c. Pejabat Pemerintah setempat (Bupati / Walikota / Camat / Lurah) dalam hal mereka tersebut pada butir 1 dan 2diatas juga tidak dijumpai. Pejabat ini harus memberi tanda tangan pada Surat Paksa dan salinannya kepada Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang

d. Jurusita yang telah melaksanakan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa harus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa.

5. Biaya Penyampaian Surat Paksa

a. Biaya pelaksanaan atau penyampaian Surat Paksa yang meliputi biaya harian dan biaya perjalanan Jurusita Pajak. Biaya ini dikeluarkan untuk setiap Surat Paksa yang harus disampaikan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak.

b. Apabila seorang Jurusita telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku , maka ia berhak sepenuhnya menerima biaya penagihannya telah dilunasi atau belum oleh Wajib Pajak / Penanggung Pajak.

Tetapi itu tidak berarti bahwa Jurusita yang bersangkutan setelah menerima biaya penagihan, lalu bebas dari tanggung jawabnya terhadap pencairan piutang pajak tersebut. Apabila Jurusita yakni bahwa Wajib Pajak / Penanggung Pajak tersebut masih aktif dan potensial, maka ia harus mengambil langkah-langkah untuk melakukan tahap tindakan penagihan lebih lanjut.

6. Surat Paksa yang telah dilaksanakan , diserahkan kepada Kepala Sub Bagian Seksi Penagihan disertai laporan Pelaksanaan penagihan dengan Surat Paksa dan diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan dan Verifikasi untuk ditanda tangani dan selanjutnya dimasukkan dalam berkas Penagihan Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang bersangkutan dan terlebih dahulu dicatat tanggal

register tindakan penagihan, kartu pengawasan tunggakan pajak dan tindakan STP/ / SKP yang bersangkutan. Dalam melaksanakan Surat Paksa tersebut Jurusita sedapat mungkin melihat keadaan rumah tangga / perusahaan Wajib Pajak / Penanggung Pajak untuk dapat memberikan informasi dalam rangka mengambil langkah berikutnya.

7. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa

a. Atas pelaksanaan Surat Paksa dibuat laporan oleh Jurusita yang melaksanakan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa tersebut.

b. Hal-hal yang mendapat perhatian untuk dilaporkan yaitu :

1) Jenis, Letak dan Taksiran harga dari objek sita dengan memperhatikan tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan yang mungkin dikeluarkan. 2) Pengakuan penyelesaian Surat Keberatan. Mengenai hal ini agar

diuraikan secara jelas dan jangan sampai melaksanakan penagihan secara paksa sedangkan tunggakannya ternyata sudah dikurangi.

3) Dalam kesan dan usul hendaknya dila[porkan keadaan yang sebenarnya dari Wajib Pajak / Penanggung Pajak antara lain : kemampuan bayar , itikad mau membayar dan pandangannya terhadap penetapan / Penagihan Pajak dan Sebagainya , sehingga Jurusita dapat mengajukanusul untu7k tindakan penagihan selanjutnya.

8. Apabila Jurusita tidak dapat melaksanakan Surat Paksa secara langsung , maka Jurusita membuat laporan secara tertulis mengenai sebab-sebabnya dan

usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya Surat Paksa, antara lain menghubungi Pejabat Pemerintah setempat, Polisi dan sebagainya.

Disamping pejabat / Jurusita dapat memperlihatkan/ melihat asset-aset atau barang-barang yang dimiliki Wajib Pajak untuk melakukan penyitaan suatu saat nanti jika Wajib Pajak masih tetap untuk tidak membayar utangnya.

9. Apabila utang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat 2 x 24 jam sejak Surat Paksadiberitahukan kepadanya Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa , penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan penyitaan. Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap Penanggung Pajak yang berada ditempat tinggal , tempat usaha, tempat kedudukan atau ditempat lain, termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu.

Didalam pelaksanaan Jurusita dapat menempel kertas penyitaan kepada barang yang akan disita tidak akan dibawa oleh Jurusita dikarenakan :

1)Tidak adanya tmpat penyimpanan barang sitaan.

Barang dari hasil sita harus sebanding dengan jumlah utang pajak yang ditanggung Penanggung Pajak dan jika tidak sebanding maka akan dilakukan penyitaan.

10. Apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dil;unasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, pejabat segera melaksanakan pengumuman lelang. Dan dalam hal pelaksanaan lelang Jurusita mempertanyakan dulu kepada Dinas yang bersangkutan mengenai hak milik barang yang dilelang, misalnya tanah kepada Dinas Pertanahan setempat. Dalam hal hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya Penagihan Pajak dan Utang Pajak, pelaksanaan lelang dihentikan walaupun barang yang akan dilelang masih ada. Sisa barang beserta uang kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh Pejabat kepada Penanggung Pajak setelah pelaksanaan lelang.

4.3 Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui Surat Paksa Adapun kendala-kendala yang sering ditemui berkaitan dengan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah :

4.3.1 Penanggung Pajak Menolak Surat Paksa.

Wajib Pajak tidak mau membayar pajaknya. Apabila penolakan didasarkan pada alasan lainnya , misalnya :

a) Karena sedang mengajukan Surat Keberatan. b) Sengaja menolak dengan alasan yang tidak jelas.

Maka terhadap hal-hal yang demikian, Jurusita setelah memberikan keterangan sebelumnya tetap melaksanakan Surat Paksa tersebut dengan menyerahkan salinan Surat Paksa kepaa yang bersangkutan. Dan apabila Penanggung Pajak dan wakilnya tetap menolak maka salinan Surat Paksa tersebut dapat ditinggalkan begitu saja pada tempat kediaman / tempat kedudukan Penanggung Pajak atau wakilnya dengan demikian Surat Paksa dianggap sudah diberitahukan / disampaikan.

4.3.2 Terdapat tunggakan yang berbeda.

Dalam prakteknya kadang terdapat perhitungan yang salah dari pajak yang seharusnya dibayar. Jika terdapat kesalahan seperti ini, maka Wajib Pajak berhak untuk menunda pembayaran pajak sampai telah ditentukan jumlah yang benar. Apabila dalam melaksanakan penyampaian Surat Paksa, Jurusita memenuhi persoalan seperti tersebut diatas, yaitu tunggakan menurut Surat paksa berbeda dengan tunggakan menurut Surat Ketetapan Pajak yang ada pada Penanggung Pajak, maka jurusita tidak dapat mengubah apa yang tertulis pada Surat Paksa atau mencoret dan menambahkan pembetulannya. Jurusita mengembalikan Surat Paksa tersebut kepada Kepala Seksi penerimaan dan

penagihan / Kepala Subseksi penagihan dengan disertai laporan dan usul agar dikeluarkan Surat Paksa yang baru dengan menggunakan nomor dan tanggal yang sama (pengganti Surat Paksa yang tadi) sesuai dengan data yang sebenarnya.

4.3.3 Jurusita Pajak tidak diperbolehkan masuk rumah.

Pada waktu pelaksanaan penyitaan sering terjadi pada Jurusita tidak diperbolehkan masuk kealam rumah Wajib Pajak / Penanggung Pajak.

Hambatan lain yang sering ditemui dalam pelaksanaan penyitaan adalah Jurusita tidak diperbolehkan menyita barang-barang milik Wajib Pajak / Penanggung Pajak .

a) Pembuktian barang-barang yang bukan milik Wajib Pajak / Penanggung Pajak .

Pada waktu melakukan penyitaan ada kemungkinan bahwa Wajib Pajak / Penanggung Pajak menyatakan bahwa sebagian barang-barang yang akan

Disita tersebut bukanlah miliknya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyitaan barang yang akan dilakukan.

b) Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak mau mendatangi Berita Acara Sita.

Berita Acara Sita dibuat dan ditandatangani oleh Jurusita, para saksi dan Wajib Pajak / Penanggung Pajak atau wakilnya yang barangnya disita.

Sering terjadi Wajib Pajak guna pelunasan utang pajaknya menjadi tertunda.

c) Tingkat kesadaran Wajib Pajak Masih Rendah.

Walaupun system Perpajakan kita telah mnganut sistem Self Assessment

namun tingkat kesadaran Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar serta membayar utang pajak pada tepat waktu masih rendah dikarenakan masih kurangnya pengetahuan Wajib Pajak tentang perpajakan.

Dilihat dari kendala-kendala yang sering ditemui berkaitan dengan Penagihan Pajak melalui Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Tidak semua Wajib Pajak mempunyai kesadaran dan kemampuan yang sama, sehingga ketaatannya pun juga tidak sama. Ada kemungkinan bahwa setelah dilakukan penagihan secara pasif ternyata Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak memenuhi kewajiban walaupun sistem perpajakan kita menganut sistem Self Assessment namun tingkat kesadaran Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar tidak dapat memenuhi kewajibannya bahkan menghindarinya dengan berbagai alasan didalamnya diantaranya menolak Surat Paksa.

4.4 Cara Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui Surat Paksa.

Penyelesaian Masalah dalam hal Penagihan Pajak melalui Surat Paksa :

a. Untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya serta peraturan dibidang Perpajakan, walaupun sistem perpajakan kita telah menganut sistem Self Assessment namun tingkat kesadaran Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar serta membayar utang pajak pada tepat waktu masih rendah sekali, hal ini juga bisa dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang perpajakan, untuk itu perlu ditingkatkan pembinaan terhadap Wajib Pajak dengan penyuluhan yang insentif.

b. Menjelaskan kepada Wajib Pajak selama Wajib Pajak membayr pajak tepat pada waktunya atau sebelum jatuh tempo tidak akan dilakukan tindakan tindakan penagihan. Oleh karena itu Wajib Pajak hendaknya membayar utang pajaknya.

c. Diharapkan kepada Fiskus agar dapat bekerja sama yang baik dengan instansi terkait, sehingga pelaksanaan penagihan dan pengawasan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Hal ini bertujuan untuk memperkecil kesempatan Wajib Pajak dalam menghindari penunggakan pajak.

d. Apabila Jurusita Pajak tidak diperbolehkan masuk rumah untuk melaksanakan tugasnyadengan memberikan berupa ancaman maka Jurusita

dapat melaporkan kepada pihak kepolisian untuk melaksanakan penyitan tersebut.

e. Ada kalanya Wajib Pajak keberatan atau tidak memperbolehkan Jurusita untuk menyita barang milik Wajib Pajak tersebut. Dalam hal ini Jurusita Pajak berupaya memberikan penjelasan atau pengertian mengenai maksud penyitaan bahwa penyitaan tidak selalu berakhir dengan penjualan barang (lelang) apabial Wajib Pajak tersebut melunasi utang pajaknya.

f. Apabila Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak mau menandatangani Berita Acara, Jurusita dapat memaksakan dan meminta bantuan kepada pihak kepolisian karena telah melanggar Peraturan Perundang-undangan. Dilihat dari masalah-masalah yang timbul didalam pelaksanaan penagihan pajak melalui Surat Paksa yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikarenakan pada umumnya banyak Wajib Pajak yang belum begitu mengerti dan memahami peraturan perpajakan serta kurangnya kesadaran Wajib Pajak . Hal demikian yang membuat Wajib Pajak / Penanggung Pajak melalaikan kewajibannya dalam pembayaran pajak, dengan tidak membayar utang pajaknya dengan berbagai alasan. Untuk itu kewajiban para pegawai pajak khususnya pada seksi penagihan mencari solusi didalam pemecahan masalah-masalah yang ada berkaitan dengan penagihan yang lebih aktif didalamnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uraian pada bab-bab sebelumnya maka penulis dapat membuat suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Penagihan Utang Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota sudah cukup baik karena sesuai dengan Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

2. Dari hasil penerapan Pelaksanaan Penagihan Utang Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang maksimal maka tunggakan pajak pada tahun 2012 dapat ditagih sehingga menambah penerimaan pajak.

3. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dapat dilihat masih diterbitkannya Surat Teguran yang dikeluarkan sebanyak 1318 lembar dan jumlah Surat Paksa yang dikeluarkan sebanyak 1296 lembar oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

5.2 Saran

1. Untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi dalam memenuhi kewajibannya serta memahami peraturan dibidang perpajakan, perlu ditingkatkan pembinaan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi dengan penyuluhan yang intensif.

2. Perlunya peningkatan fungsi pengawasan terhadap penagihan utang pajak dan koordinasi serta kerja sama dalam pelaksanaan tugas pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang bertujuan untuk meningkatkan Penerimaan Negara.

3. Diharapkan kepada fiskus agar dapat bekerja sama yang baik dengan Instansi terkait, sehingga pelaksanaan penagihan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Hal ini bertujuan untuk memperkecil kesempatan Wajib Pajak Orang Pribadi menghindari penunggakan pajak.

4. Perlunya penambahan pegawai dalam seksi penagihan terkhusus dalam petugas jurusita pajak.

5. Dalam melaksanakan kewajiban perpajakan hendaknya Wajib Pajak Orang Pribadi membayar pajak tepat waktu atau sebelum jatuh tempo pembayaran.

DAFTAR PUSTAKA

Bohari, 1984, Pengantar Perpajakan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Hadi, Mueljo. 2000. Dasar Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Oleh Juru Sita Pajak Pusat dan Daerah. PT Rajawali Grafindo Persada, Jakarta.

Mardiasmo. 2006 .Perpajakan. Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

Rusdji, M.2008 . Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Edisi 2). PT. Indeks, Jakarta.

Siahaan, Marihot P. 2005.Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban dan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, PT. Rajawali Grafindo, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Dokumen terkait