• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pendampingan Implementasi K13

BAB III PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI K13

B. Pelaksanaan Pendampingan Implementasi K13

1. Alur pelaksanaan pendampingan

Sebagaimana disebutkan di depan, pendampingan pelaksanaan kurikulum adalah pemberian bantuan teknis operasional perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum kepada sekolah, terutama guru dan kepala sekolah dengan Instruktur Kabupaten/Kota datang langsung ke sekolah. Bantuan teknis operasional ini diberikan pada bagian akhir dari serangkaian kegiatan fasilitasi pelaksanaan kurikulum oleh pemerintah. Pendampingan diberikan setelah sekolah sasaran memperoleh bimbingan teknis kurikulum

dan (mulai) melaksanakannya. Gambar 2 menyajikan letak pelaksanaan pendampingan kurikulum dalam rangkaian kegiatan fasilitasi tersebut.

Berdasarkan alur pelaksanaan pendampingan pada Gambar 2 pendampingan kurikulum dilaksanakan setelah Bimbingan Teknis Kurikulum (Pusat), Bimbingan Teknis Instruktur Kurikulum Kabupaten/Kota dan Bimbingan Teknis Guru Sasaran diselenggarakan. Untuk persiapan pelaksanaan pendampingan, sekolah induk atau sekolah sasaran memperoleh asistensi pelaksanaan Bantuan Pemerintah melalui sebuah workshop (langkah 8) dan telah menerima dana Bantuan Pemerintah untuk pendampingan kurikulum (langkah 9).

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan sekolah pelaksana Kurikulum tahun 2017 4. LPMP menyelenggarakan Bimbingan Teknis Instruktur Kabupaten (IK) 2. LPMP menetapkan SMP induk kluster Pendampingan 7. LPMP Menyalurkan Bantuan Pemerintah untuk Pendampingan K 13 8. Sekolah Induk Kluster dan Sekolah Imbas melaksanakan Pendampingan 3. Dit. PSMP melaksanakan Bimbingan Teknis Instruktur Kurikulum 6. LPMP menyelenggarakan Workshop Asistensi Bantuan Pemerintah untuk

Pendampingan K 13 9. Analisis terhadap hasil monev

dan laporan pelaksanaan pendampingan

Implementasi Kurikulum 2013

5. LPMP menyelenggarakan Bimbingan Teknis Guru

2. Workshop Asistensi Bantuan Pemerintah bagi SMP Induk Klaster atau Sekolah Imbas untuk Pendampingan Kurikulum dilaksanakan oleh LPMP. Pemetaan Induk Klaster dilakukan oleh LPMP bekerjasama Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan memperhatikan geografis sekolah imbas. Workshop dilaksanakan selama 3 (tiga) hari dengan narasumber dari LPMP.

Tujuan workshop tersebut adalah:

a. Memberikan pemahaman tentang kebijakan, substansi, dan mekanisme pendampingan Kurikulum;

b. Menyusun dan menyepakati rencana kerja pendampingan Kurikulum; c. Menyusun dan menyepakati Rencana Anggaran Biaya (RAB) Bantuan

Pemerintah untuk pendampingan Kurikulum; dan

d. Menandatangani surat perjanjian penyelenggaraan dan penggunaan dana Bantuan Pemerintah untuk pendampingan Kurikulum .

Selanjutnya LPMP menyalurkan Bantuan Pemerintah untuk sekolah sasaran melalui sekolah induk kluster dalam satu tahap sebesar 100% dari jumlah dana Bantuan Pemerintah setelah kepala sekolah SMP induk kluster dan LPMP menandatangani Surat Perjanjian dan kuitansi penerimaan bantuan serta melengkapi seluruh persyaratan administrasi.

3. Strategi

Pendampingan implementasi K13 pada jenjang SMP dilaksanakan dengan strategi kegiatan In dan kegiatan On. Pendampingan In sekurang-kurangnya diberikan 2 (dua) kali, sementara pendampingan On paling tidak 1 (satu) kali. Satu kali pendampingan diberikan satu hari dengan 7 jam pelatihan. Berikut adalah urutan pelaksanaan pemberian pendampingan In dan On:

Dalam hal penguatan strategi pendampingan dapat menggunakan konsep dan praktik Lesson Study. Lesson Study sebagaimana dimaksud bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran melalui pengkajian pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, mendiskusikan hasil observasi untuk memperbaiki pembelajaran, serta menuliskan pengalaman pembelajaran menjadi suatu suatu karya tulis.

Secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study sebagai berikut:

a. Tahapan Perencanaan (Plan)

Dalam tahap perencanaan, para guru berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Mendiskusikan rancangan pembelajaran secara mendalam dengan menatisipasi respon siswa yang mungkin muncul atas tantangan atau permasalahan yang disampaikan guru selama pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.

b. Tahapan Pelaksanaan (Do)

Terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru (guru model) untuk mempraktikkan rancangan pembelajaran yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru sejawat dan atau oleh kepala sekolah, pengawas sekolah, dan undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:

2) Proses pembelajaran dilakukan dalam setting yang wajar dan natural. 3) Pengamat tidak mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan

tidak menintervensi guru maupun siswa.

4) Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap proses belajar siswa, bagaimana siswa berfikir atau bagaimana jalannya siswa berfikir dalam memahami konsep, bagaimana siswa berkomunikasi dalam memahami konsep, serta bagaimana pemahaman konsep oleh siswa.

5) Pengamat harus belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk menilai bagus atau kurangnya pembelajaran.

6) Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi atau bahan analisis pembelajaran. Kegiatan perekaman tidak menggunakan blitz agar mengganggu jalannya proses pembelajaran.

7) Pengamat mencatat semua hasil pengamatan bagaimana siswa belajar selama pembelajaran berlangsung.

c. Tahapan Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah melaksanakan pembelajaran (guru model), dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam merealisasikan rancangan pembelajaran yang telah disusun.

Selanjutnya, pengamat menyampaikan temuan hasil observasi pembelajaran dengan menyampaikan data/fakta yang ditemukannya. Tanggapan atau saran perbaikan disampaikan secara bijak untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Kegiatan refleksi bukan untuk menilai baik atau kurangnya guru mengajar. Kegiatan refleksi harus menginspirasi para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya masing-masing.

d. Tahapan Tindak Lanjut

Diskusi dalam kegiatan refleksi seharusnya menghasilkan: 1) perbaikan atas rancangan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya; 2) diperoleh sejumlah pengetahuan dan pengalaman baru atau keputusan-keputusan penting untuk perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran; dan 3) pemahaman tentang karakteristik konsep materi ajar, cara belajar siswa, maupun cara evaluasi yang sangat berguna untuk perbaikan proses pembelajaran.

Melalui kegiatan Lesson Study perbaikan proses pembelajaran akan terjadi pada tataran individual maupun menajerial. Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.

Pada tataran manajerial, dengan keikutsertaan langsung kepala sekolah maupun pengawas dalam kegiatan Lesson Study, sebagai peserta dalam merancang pembelajaran maupun melakukan pengamatan, tentunya akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam kegiatan Lesson Study sebagai manager dalam peningkatan mutu proses pembelajaran, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi dalam mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.

4. Pendampingan In a. Pengertian

pelajaran yang diampunya) pada semua sekolah dalam satu kluster secara klasikal di induk kluster.

b. Peserta

Peserta pendampingan In sekurang-kurangnya sama dengan peserta pelatihan sekolah sasaran. Jumlah peserta pendampingan In dari setiap sekolah minimal 11 orang yang terdiri dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, Matematika, IPA, Bahasa Inggris, IPS, Seni Budaya, PJOK, Prakarya, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (@ 1 orang) dan 1 (satu) orang guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, ATAU Pendidikan Agama Konghucu dan Budi Pekerti. Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti SELAIN Islam yang dikirim adalah yang peserta didiknya paling banyak di sekolah yang bersangkutan.

Salah satu dari 11 peserta tersebut adalah kepala sekolah yang mewakili guru mata pelajaran yang diampu sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

c. Instruktur

Instruktur pendampingan In adalah Instruktur Kabupaten/Kota (IK) yang telah mengikuti Bimbingan Teknis Instruktur Kabupaten/Kota.

d. Materi dan aktivitas

Materi (fokus) pendampingan In 1 dan In 2 adalah pelaksanaan pembelajaran dan penilaian sebagaimana disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2: Struktur Program Pendampingan In 1

No. Materi JP

1. Pembukaan dan Penjelasan Teknis Pendampingan In 1

2. Workshop Penyusunan RPP (untuk pembelajaran riil pada

On 1)

2

3. Workshop Penyusunan Instrumen Penilaian (untuk

pembelajaran riil pada On 1)

2

4. Simulasi Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian dan Refleksi

2

JUMLAH 7

Tabel 3: Struktur Program Pendampingan In 2

No. Materi JP

1. Refleksi lesson learned dari pendampingan On 1 1

2. Workshop Penyusunan RPP (untuk pembelajaran riil) 2

3. Workshop Penyusunan Instrumen Penilaian (untuk penilaian

riil)

2

4. Simulasi Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian dan Refleksi

2

JUMLAH 7

e. Output

Produk yang diharapkan dihasilkan dari Pendampingan In disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4: Output Pendampingan In

No. Pendampingan Output

1. In 1 1. RPP untuk dilaksanakan pada On 1;

2. Instrumen penilaian untuk dipakai pada On 1; dan

3. Umpan balik simulasi.

2. In 2 1. Daftar best practice dari On 1;

2. RPP untuk dilaksanakan di kelas;

3. Instrumen penilaian untuk dipakai di kelas; dan

4. Umpan balik simulasi.

f. Pelaksana

Pelaksana pendampingan In adalah Sekolah Induk yaitu oleh panitia pelaksana yang dibentuk melalui rapat pembentukan panitia pelaksana pendampingan In yang dihadiri oleh semua kepala sekolah dalam satu kluster, wakil kepala sekolah sekolah induk, dan para guru serta kepala dan staf TU sekolah induk.

Struktur panitia pelaksana pendampingan In adalah sebagai berikut:

Penanggungjawab : Kepala Sekolah (sekolah induk)

Ketua : Wakaur Kurikulum

Sekretaris : Guru senior yang dipilih oleh forum rapat Bendahara : Bendahara sekolah

Seksi akademik : Guru yang dipilih oleh forum rapat Seksi sarpras : Wakaur Sarpras dan dua staf TU

Seksi konsumsi : Guru yang dipilih oleh forum rapat dan seorang staf TU

g. Waktu dan tempat pelaksanaan

Pendampingan In dilaksanakan pada Juli s.d September 2017. Pendampingan In dilaksanakan di sekolah induk kluster.

5. Pendampingan On

a. Pengertian Pendampingan On

Pendampingan On adalah asistensi pelaksanaan kurikulum yang diberikan guru secara individual di sekolah yang bersangkutan.

b. Peserta Pendampingan On

Peserta pendampingan On sekurang-kurangnya sama dengan peserta pendampingan In. Jumlah peserta pendampingan On dari setiap sekolah minimal 11 orang yang terdiri dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, Matematika, IPA, Bahasa Inggris, IPS, Seni Budaya, Penjasorkes, Prakarya, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (@ 1 orang) dan 1 (satu) orang ATAU LEBIH guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, ATAU Pendidikan Agama Konghucu dan Budi Pekerti. Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti selain Islam yang mengikuti adalah yang peserta didiknya paling banyak di sekolah yang bersangkutan.

Salah satu dari 11 peserta tersebut adalah kepala sekolah yang mewakili guru mata pelajaran yang diampun sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

c. Instruktur Pendampingan On

Instruktur pendampingan On adalah Instruktur Kabupaten/Kota yang telah mengikuti Bimbingan Teknis Instruktur Kabupaten/Kota.

d. Materi dan aktivitas Pendampingan On

Materi (fokus) pendampingan On adalah pelaksanaan pembelajaran dan penilaian sebagaimana disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5: Struktur Program Pendampingan On (1)

No. Materi JP*

1. Pembukaan dan Penjelasan Teknis Pendampingan On (1 kali) 1 2. (Observasi) Pembelajaran dan Penilaian di dalam Kelas A 2 3. (Observasi) Pembelajaran dan Penilaian di dalam Kelas B 2 4. Refleksi Pembelajaran dan Penilaian dan Revisi RPP dan

Instrumen Penilaian

2

JUMLAH 7

Kluster-kluster yang sekolah imbasnya hanya satu atau dua, pendampingan On agar diberikan lebih dari 1 (satu) kali. Berikut adalah struktur program pendampingan On 2.

Tabel 6: Struktur Program Pendampingan On 2

No. Materi JP*

1. Pembukaan dan Penjelasan Teknis Pendampingan In (1 kali) 1 2. (Observasi dan refleksi) Pembelajaran dan Penilaian di dalam

Kelas A

2

3. (Observasi dan refleksi) Pembelajaran dan Penilaian di dalam Kelas B

2

4. Pengolahan hasil penilaian 2

e. Output Pendampingan On

Produk yang diharapkan dihasilkan dari pendampingan On disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7: Output Pendampingan On

No. Pendampingan Output

1. On1 1. Umpan balik pembelajaran; 2. Umpan balik penilaian;

4. RPP dan instrumen penilian yang telah direvisi.

2. On 2 (bila

dilakukan)

1. Umpan balik pembelajaran; 2. Umpan balik penilaian; 3. Contoh pengolahan nilai.

f. Pelaksana Pendampingan On

Pelaksana pendampingan On adalah Sekolah Imbas yaitu oleh panitia pelaksana yang dibentuk melalui rapat pembentukan panitia pelaksana pendampingan On yang dihadiri oleh kepala sekolah semua wakil kepala sekolah, dan para guru serta kepala dan staf TU.

Struktur panitia pelaksana pendampingan On adalah sebagai berikut: Penanggungjawab : Kepala Sekolah

Ketua : Wakaur Kurikulum

Sekretaris : Guru senior yang dipilih oleh forum rapat Bendahara : Bendahara sekolah

Seksi akademik : Guru yang dipilih oleh forum rapat Seksi sarpras : Wakaur Sarpras dan satu staf TU

Seksi konsumsi : Guru yang dipilih oleh forum rapat dan satu staf TU

g. Waktu dan tempat pelaksanaan Pendampingan On

Pendampingan On dilaksanakan pada Juli s.d Desember 2017. Pendampingan On dilaksanakan di semua sekolah pelaksana K13 (induk kluster dan sekolah imbas) yang berjumlah 13.731 SMP di seluruh Indonesia.

6. Penetapan sekolah induk kluster a. Kriteria sekolah induk kluster

1) Telah melaksanakan K13 sekurang-kurangnya sejak tahun pelajaran 2015/2016;

2) Memiliki manajemen yang baik;

3) Memiliki paling sedikit 15 ruang kelas dengan perabotan (meja, kursi, papan tulis) yang layak;

4) Memiliki sumber daya listrik minimal 3.300 watt; 5) Memiliki sumber air bersih yang memadai; 6) Memiliki laboratorium IPA;

7) Memiliki perpustakaan;

8) Dapat dicapai dengan mudah dan cepat oleh anggota-anggota kluster; 9) Diutamakan memiliki sarana dan prasarana TIK dan akses internet; 10) Diutamakan memiliki aula;

11) Diutamakan memiliki sarana dan prasarana olahraga; 12) Diutamakan memiliki ruang layanan BK;

13) Diutamakan memiliki laboratorium bahasa.

b. SK sekolah induk kluster

Sekolah induk kluster ditetapkan oleh LPMP melalui SK penetapan Sekolah Induk Kluster dengan memperhatikan usulan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

C. Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, dan Layanan Informasi 1. Monitoring pelaksanaan pendampingan

a. Tujuan

Tujuan dilakukannya monitoring adalah untuk:

1) mengetahui apakah pendampingan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan; dan

2) membantu memecahkan masalah/hambatan pelaksanaan pendampingan (bila ada).

b. Cakupan/aspek

Monitoring dilakukan untuk pelaksanaan pendampingan In maupun On dengan cakupan/aspek monitoring minimal meliputi:

1) fokus pendampingan;

2) metode/aktivitas pendampingan;

3) waktu pelaksanaan dan durasi pendampingan; 4) instruktur;

5) kinerja peserta; 6) pendanaan; 7) konsumsi; dan 8) manajemen.

c. Teknik dan instrumen pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, pengamatan, wawancara, dan studi dokumen. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar pengamatan, petunjuk wawancara, dan rubrik analisis dokumen.

d. Pelaksana

1) Direktorat Pembinaan SMP untuk monitoring pengelolaan pendampingan oleh LPMP dan pelaksanaan pendampingan di sekolah induk dan sekolah imbas;

2) LPMP untuk monitoring pelaksanaan pendampingan di sekolah induk dan sekolah imbas; dan

3) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk monitoring pelaksanaan pendampingan di sekolah induk dan sekolah imbas.

c. Waktu pelaksanaan

Monitoring dilaksanakan pada saat pendampingan sedang berlangsung.

2. Evaluasi pelaksaaan pendampingan a. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya evaluasi pelaksanaan pendampingan adalah: 1) mengetahui apakah pendampingan telah dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan;

2) mengetahui kesesuaian desain (terutama tujuan, fokus, metode, durasi) pendampingan dengan kebutuhan guru dan kepala sekolah; 3) mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pendampingan;

4) mengidentifikasi kelebihan-kelebihan pendampingan yang telah dilaksanakan untuk; dan

5) mengidentifikasi kekurangan-kekurangan pendampingan yang telah dilaksanakan.

b. Cakupan/aspek

Aspek-aspek yang dicakup dalam evaluasi pelaksanaan pendampingan sekurang-kurangnya meliputi:

1) kesesuaian tujuan pendampingan; 2) kesesuaian fokus pendampingan;

3) kesesuaian metode/aktivitas pendampingan; 4) kesesuaian waktu pelaksanaan pendampingan;

5) kecukupan durasi pendampingan; 6) kompetensi instruktur; 7) peserta; 8) kelayakan pendanaan; 9) kelayakan konsumsi; 10) kelayakan manajemen;

11) ketercapaian tujuan pendampingan;

12) kelebihan-kelebihan pelaksanaan pendampingan; 13) kekurangan-kekurangan pelaksanaan pendampingan; 14) saran-saran perbaikan pelaksanaan pendampingan; dan

15) best practice.

c. Teknik dan instrumen pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, pengamatan, wawancara, dan studi dokumen. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar pengamatan, petunjuk wawancara, dan rubrik analisis dokumen.

d. Pelaksana

Pelaksana evaluasi adalah panitia pelaksana pendampingan.

e. Waktu pelaksanaan

Evaluasi pelaksanaan pendampingan dilaksanakan pada setiap akhir pelaksanaan setiap pendampingan.

3. Pelaporan

Sebagai salah satu bentuk akuntabilitas, pelaksana pendampingan menyusun laporan, yaitu:

a. laporan pelaksanaan kegiatan, dan b. laporan keuangan.

Kedua laporan tersebut selesai disusun selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah kegiatan diselesaikan. Laporan kemudian diserahkan kepada pengelola kegiatan di atasnya dengan ketentuan:

a. Sekolah imbas menyerahkan laporan kepada sekolah induk kluster;

b. Sekolah induk menyusun laporan dengan mengintegrasikan laporan pelaksanaan pendampingan dari sekolah imbas;

c. Sekolah induk kluster menyerahkan laporan kepada LPMP; dan

d. LPMP menyusun laporan pelaksanaan bimbingan teknis dan pendampingan secara keseluruhan dan menyerahkan laporan kepada Direktorat Pembinaan SMP.

4. Sanksi

Sanksi terhadap penyelenggaraan pendampingan yang tidak sesuai dengan ketentuan akan dijatuhkan oleh aparat/pejabat yang berwenang. Sanksi kepada oknum yang melakukan pelanggaran dapat diberikan dalam berbagai bentuk sesuai tingkat keseriusan pelanggaran. Berikut adalah beberapa contoh sanksi yang dapat diberikan:

a. Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan undang- undang yang berlaku (pemberhentian, penurunan pangkat, mutasi kerja). b. Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, yaitu dana yang

terbukti disalahgunakan agar dikembalikan kepada kas negara.

c. Penerapan proses hukum, yaitu mulai proses penyelidikan, penyidikan dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau terbukti melakukan penyimpangan dana.

d. Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh bantuan pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun berikutnya kepada LPMP dan sekolah bilamana terbukti pelanggaran tersebut dilakukan secara sengaja dan tersistem untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok, atau golongan.

5. Layanan informasi

Layanan informasi dan aduan tentang bimbingan teknis dan Pendampingan dapat menghubungi :

a. Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan alamat:

Subdit Kurikulum, Dit.PSMP, Telp. 021 5725685, 57900083, 57900342 b. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) setempat; dan e. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat.

BAB IV

Dokumen terkait