• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. BAHAN DAN METODE

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa kegiatan seperti :

1. Persiapan lahan

Lahan dibersihkan terlebih dahulu dari gulma kemudian dilakukan perataan pada lahan karena penanaman menggunakan polybag.

2. Pengisian Polybag

Polybag yang digunakan berukuran 10 kg. Penggunaan polybag 10 kg bertujuan agar saat akhir pengamatan tidak terlalu sulit dalam mengamati parameter akar dan ubi yang tumbuh.

3. Pemotongan Stek

Stek yang akan digunakan diambil dari stek batang ubikayu varietas Kasesart yang telah berumur 10 bulan. Stek dipotong-potong berukuran ±20 cm. 4. Pengeratan Stek Ubikayu

Sebelum dilakukan penanaman stek ubikayu klon Kasesart terlebih dahulu dikerat sesuai dengan perlakuan yang telah direncanakan yaitu pengeratan spiral dan pengeratan tegak lurus.

21

menggunakan pisau kecil yang tajam. Model pengeratan spiral ini seperti satu putaran huruf S. Kedalaman yang dilakukan pada saat melukai stek

adalah 0, 5 mm, untuk mengetahui kedalaman yang tepat untuk pelukaan ini adalah melihat getah yang keluar dari stek ini menandakan bahwa pelukaan mencapai kambium. Pelukaan tidak dilakukan terlalu dalam karena akan menyebabkan kematian bagi stek batang. Tinggi keratan spiral sebesar 4-5 cm dengan lebar keratan sebesar 0,5 mm (Gambar 1).

Gambar 1. Teknik pengeratan spiral

- Pengeratan tegak lurus dilakukan dengan pisau yang tajam. Pengeratan tegak lurus ini model pengeratan tegak lurus dengan empat lokasi

pengeratan pada stek batang. Lebar satu sisi pengeratan adalah sebesar 0,5 mm dengan tinggi satu sisi keratan setinggi 4 cm

22

-Gambar 2. Teknik pengeratan tegak lurus 5. Pemberian NAA

Sesuai dengan perlakuan yang direncanakan pada stek batang yang tidak dilakukan pengeratan, stek yang telah siap tanam langsung dicelupkan ke dalam larutan NAA 2.000 ppm selama 5 detik.

6. Penanaman

Setelah stek ubi kayu siap, stek ditanam di polybag. Jumlah tanaman dalam petak percobaan adalah sebanyak 80 polybag.

7. Pemilihan Tunas

Setelah tunas mulai muncul dilakukan pemilihan tunas yang terbaik pada setiap stek dengan cara menghilangkan tunas yang dianggap memiliki pertumbuhan yang kurang baik untuk perlakuan stek satu tunas dan dua tunas.

23

Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan gulma dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari agar kebutuhan air tanaman dapat terpenuhi dengan baik. Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pada saat 3 mst (minggu setelah tanam) dan 1 bulan setelah

pemupukan pertama dengan dosis 10 gram masing- masing untuk urea, SP36, dan KCl. Penyiangan gulma dilakukan secara manual jika terlihat ada gulma yang muncul di dalam polybag maka segera dilakukan pencabutan dengan menggunakan tangan.

3.5 Pengamatan

Adapun variabel pengamatan yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Waktu bertunas

Waktu bertunas didapatkan dengan mengamati periode pertama kali tunas muncul dan 50% stek telah bertunas setiap perlakuannya.

2. Panjang tunas

Panjang tunas diukur setiap minggu dimulai dari 2 mst (minggu setelah tanam) sampai panen ubi umur 3 bulan. Pengukuran panjang tunas dilakukan dengan menggunakan penggaris. Pengukuran dimulai dari pangkal tunas hingga pucuk tunas pada stek batang ubi kayu.

24

Jumlah buku dihitung pada setiap batang stek ubi kayu mulai dari pangkal sampai pucuk. Pengukuran dilakukan setiap minggu dimulai dari 2 mst sampai panen ubi umur 3 bulan.

4. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung secara manual berdasarkan daun yang sudah mengembang.

5. Jumlah akar

Jumlah akar dihitung pada akhir pengamatan yaitu pada saat umur tanaman sudah 3 bulan sesudah tanam (bst). Pengamatan jumlah akar dilakukan dengan cara membelah bagian tengah polybag menggunakan pisau atau gunting

kemudian tanah yang membentuk polybag disiram dengan air yang banyak sampai tanah mengalami pelepasan dari akar. Cara ini dilakukan agar akar tidak terputus atau tertinggal di tanah. Setelah terlepas dari tanah akar tanaman dibersihkan lagi dari sisa tanah baru kemudian dihitung jumlahnya.

6. Panjang akar

Panjang akar diukur dengan menggunakan meteran mulai dari pangkal sampai dengan ujung akar.

7. Jumlah ubi

Jumlah ubi dihitung saat akhir pengamatan yaitu 3 bulan setelah tanam. Jumlah ubi dihitung berdasarkan ubi yang sudah tumbuh dari ubi yang berukuran kecil, sedang, maupun besar.

25

Panjang ubi diukur dengan menggunakan meteran diukur dari ujung yang menggembung sampai pangkal.

9. Diameter ubi

Diameter ubi diukur menggunakan jangka sorong dengan mengukur bagian terbesar ubi sehingga didapatkan diameter ubi.

10. Bobot basah dan kering untuk daun, tunas, akar dan ubi

Terlebih dahulu daun, tunas, akar, dan ubi dipisahkan dari stek batang ubi kayu kemudian diukur bobot basah dari daun, tunas, akar, dan ubi dengan menggunakan timbangan elektrik. Setelah melalui proses penimbangan didapatkan bobot basahnya. Daun, tunas, akar, dan ubi yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam kertas koran lalu di masukan ke dalam oven dengan suhu 70°C selama 3 hari lalu ditimbang dengan timbangan elektrik untuk memperoleh bobot keringnya.

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Perlakuan fisik dengan pengeratan spiral mampu meningkatkan proses perakaran stek batang ubi kayu.

2. Stek dua tunas menunjukkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibandingkan stek satu tunas.

3. Interaksi antara perlakuan fisik dan perlakuan jumlah tunas hanya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan akar, sedangkan jumlah ubi, panjang ubi, panjang akar, dan diameter ubi tidak berpengaruh nyata.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, disaranan untuk melanjutkan penelitian dengan membedakan jenis tempat tumbuhnya stek batang sehingga stek batang dapat tumbuh dengan optimal.

50 PUSTAKA ACUAN

Angga, W. 2011. Pengaruh jumlah mata tunas terhadap pertumbuhan empat varietas ubi kayu. Jurnal Institut Pertanian Bogor. 1 : 22- 26.

Allem A.C. 2002. The origins and taxonomy of cassava. Di dalam Hillocks RJ, Thresh JM, Bellotti AC, editor. Cassava: Biology, Production and Utilization. New York: CABI Publishing. hlm 1-16.

Ardhana, R. C. 2009. Pengaruh macam zat pengatur tubuh dan frekuensi penyemprotan terhadap pertumbuhan awal bibit gelombang cinta (Anthurium plowmanii). Jurnal FP UNS Surakarta. 2 (1) : 15-18.

Ardian. 2012. Pertumbuhan Akar dan Tunas Stek Batang Mini Tanaman Ubi Kayu. Prosiding Seminar Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 8 hal.

Badan Pusat Statistika Provinsi. 2012. Produksi Ubi Kayu Seluruh Provinsi Indonesia. BPS Provinsi

Balai Informasi Pertanian, 2005. Budidaya Ubi Kayu. Sukabumi, Jawa Barat.

Darjanto dan Murjati. 1980. Khasiat, Racun dan Masakan Ketela Pohon. Bogor: Yayasan Dewi Sri.

Davies, P. J. 1995. Plants Hormones: Physiology, Biochemistry, and Moleculer Biology. Diterjemahkan oleh Rohayati. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72 hal.

Dwijoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

51 Edmond, J. B.,T. C. Senn, F.S. Andrew and R.G. Halfacre. 1983. Fundamental of

Horticulture. 4th Ed. Diterjemahan oleh Erita Hayati dan Sabarudin.. Jurnal Effect of Buds and Composition of Planting Media to the Growth of Jatropha Plants Cutting (Jatropha curcas L.). Aceh. 6 hal.

Ekanayake, I. J., D. S. O Osiru, M. C. M Porto. 1997. Morfology of cassava. Terjemahan Euis dan Zainal. http: //ebookbrowsee.net/bab-11-ubi-kayu-euis-zainal-doc-d133153650. Diakses pada tanggal 15 November 2013.

Erita, H., Sabarudin, and Rachmawati. 2012. Pengaruh jumlah mata tunas dan komposisi media tanam terhadap pertumbuahan stek tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Agrista. 16 (3) : 3- 4.

Farida, N.H dan N. Setiari. 2007. Pembentukan akar pada stek batang nilam (Pogostemon cablin Benth.) setelah direndam IBA (Indol Butyric Acid) pada konsentrasi berbeda. Jurnal Anatomi dan Fisiologi. XV No 2: 4-6. Govinden-Soulange, J., N. Boodia, C. Dussooa, R. Gunowa, S. Deensah, S.

Facknath and B. Rajkomar. 2009. Vegetative Propagation and Tissue Culture Regeneration of Hibiscus sabdariffa L. (Roselle). Jurnal Agric Sci. 5 (5): 651-661.

Harjadi. 1989. Dasar- Dasar Hortikultur. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 500 hal.

Hartman, H.T., D.E. Kester,. F.T. Davies dan R.L. Geneve. 1997. Plant Propagation : Principles and Practices. 770p

Hidayat, R. 2004. Kajian Pola Translokasi Asimiliat pada Beberapa Umur Tanaman Manggis (Garcinia Mangostana L) Muda. Jurnal Agrosains. 6(1): 20-25.

Hidayat, B. S. dan Sundhari. 2005. Pengaruh konsentrasi ekstrak macam organ tanaman cabai jamu sebagai bioregulator dn pelukaan stek terhadap pertumbuhan awal lada asal cabang bawah (Piper ningrum). Jurnal Agrika. 2(2) :132.

Hopkins, W. G. 1995. Introduction to plants phisiology. United States of America. John Wiley and Sons, Inc.

Intan, R. D. A. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon Bagi Pertumbuhan Tanaman. Jurnal Universitas Padjajaran 2(1) : 24-28.

52 Keating, B.A. 1981. Environmental Effects on Growth and Development of

Cassava (Manihot esculenta Crantz) with Special Reference to Photoperiod and Temperature. Disunting oleh Rofiq, M. IPB. Bogor.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grasindo Persada, Jakarta.

Moura-Costa, P.H. and L. Lundoh. 1994. The effects of auxins (IBA, NAA And 2,4-D) on rooting of Dryobalanops Lanceolata (Kapur - Dipterocarpaceae) cuttings. Diterjemahkan oleh Ardian. Universitas Lampung. Lampung.

Nababan, D. 2009. Penggunaan Hormon IBA terhadap Pertumbuhan Stek Ekaliptus Klon IND 48. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. 54 hal.

Nassar N.M., D.Y. Hashimoto, and S.D. Fernandes. 2008. Wild Manihot species: Botanical Aspects, Geographic Distribution and Economic Value. Jurnal GenetMol Res 7 (1): 16-28.

Popoola T.O.S., and Yangomodou O.D. 2006. Extraction, properties and utilization potentials of cassava seed oil. Jurnal Biotechnology 5(1): 38-41.

Priadi, D. and E. Sudarmonowati. 2004. Pengaruh Komposisi Media dan Ukuran Eksplan terhadap Pembentukan Kalus Embriogenik Beberapa Genotip Lokal Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz). Bulletin Agronomi. 14(2). Prihardana, R and R. Hendroko. 2007. Bioetanol Ubikayu : Bahan Bakar Masa

Depan. Agromedia Pustaka: Jakarta. 194 hal.

Purwono dan H. Purnawati. 2008. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 139 hal.

Rineksane, I. A. 2005. Pengaruh perendaman biji dalam auksin terhadap perkecambahan dan pertumbuhan akar manggis. Jurnal Ilmu- Ilmu Pertanian Agr UMY. Vol 13(2) : 83-91.

Rochiman, K., dan S. S. Harjadi. 1983. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB. Bogor

Rofiq, M. 2011. Pengaruh Perlukaan Pada Batang Utama Ubi Kayu Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Umbi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. 55 hal.

53 Saleh, N., K. Hartojo and Suyamto. 2000. Present situation and future potential of

cassava in Indonesia. Cassava Potential in Asia in 21st Century. Proc. 6th Regional Cassava Workshop. Ho Chi Minh city, Vietnam. p : 47-60 Setiyono, A., dan Soemardi. 2003. Masalah Ubi Kayu dan Mutu Gaplek di

Lampung. In : Laporan Tahunan, Sub- Balai Penelitian tanaman Pangan.

Sidabutar, R.B.M. 1992. Pengaruh Penggoresan Batang Bawah yang ditanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis). Disertasi. IPB. Bogor.

Siti, A. 2009. Pertumbuhan bibit stek lada pada beberapa macam media dan konsentrasi auksin. Jurnal Universistas Sebelas Maret 2(2): 13- 15.

Sitompul, S. M., dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Yogyakarta.

Susanti, I., Y. Endang and Purwanto. 2010. Pertumbuhan tunas stek kepuh pada berbagai media dan panjang bahan stek. Disertasi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 44 hal

Wargiono, J. 2006. Ubi Kayu dan Cara Bercocok Tanam. Bogor: Pusat Penelitian Tanaman Pangan.

Widodo, Y. 1990. Keeratan Hubungan antara Sifat Kuantitatif pada Ubi Jalar. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan Malang : 215- 220.

Yakinudin. 2010. Bioetanol Singkong Sebagai Sumber Bahan Bakar Terbaharukan dan Solusi untuk Meningkatkan Penghasilan Petani Singkong. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Dokumen terkait