• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persiapan lahan

Areal yang dibutuhkan untuk penelitian terlebih dahulu diukur sesuai dengan kebutuhan, kemudian dibuat plot dengan ukuran 100 cm x 80 cm untuk 54 plot.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam pada areal tanam dengan kedalaman ± 2 cm, kemudian dimasukkan 1 benih per lubang tanam dan kemudian ditutup kembali.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan sesuai dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2014) yaitu 50 kg Urea/ha (0,44 g/polybag), 78,26 kg TSP/ha (0,68 g/polybag) dan 50 kg KCL/ha (0,44 g/polybag). Pemupukan TSP dan KCL dilakukan pada waktu 1 hari sebelum penanaman, sedangkan pupuk urea dilakukan 1 minggu setelah tanam.

Pemeliharaan Tanaman Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan tanaman cadangan yang masih hidup. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan sesuai kondisi lapangan. Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari persaingan hara antara gulma dengan tanaman.

Penyiangan dilakukan secara manual untuk membersihkan gulma yang ada disekitar tanaman.

Aplikasi zat pengatur tumbuh (ZPT) GA3 + Asam Salisilat

Zat Pengatur Tumbuh GA3 + asam salisilat diaplikasikan dengan sistem penyemprotan sesuai perlakuan pada saat tanaman memasuki umur 2 MST sampai 4 MST. Cara pengaplikasian ZPT disemprotkan daun menggunakan sprayer dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Pengaplikasian ZPT ini dilaksanakan tidak bersamaan misalnya pada 2 MST diaplikasikan ZPT GA3 dan di MST berikutnya Asam Salisilat. Volume kebutuhan pertanamannya yaitu 55 ml pertanaman.

Penggenangan

Penggenangan dilakukan setelah tanaman memasuki fase V5.

Penggenangan dilakukan selama 48 jam, penggenangan dilakukan dengan ketinggian sampai batas pangkal batang.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Profenofos (2g/liter air). Pengendalian dilakukan tergantung pada tingkat serangan hama dan penyakit di lapangan. Hama yang ada dilahan seperti keong dan belalang.

Pemanenan

Panen dilakukan saat kedelai pada fase R8 dan menunjukkan kriteria panen yaitu ditandai dengan kulit polong sudah berwarna coklat dan daun telah berguguran.

Peubah Amatan

Tinggi tanaman(cm)

Tinggi tanaman dihitung menggunakan penggaris atau meteran, pengukuran dimulai dari permukaan tanah sampai titik tumbuh terakhir dan dilakukan satu kali dalam seminggu dari 1 MST sampai 5 MST.

Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung secara manual, penghitungan dilakukan satu kali dalam seminggu dari mulai 1 MST sampai 5 MST. Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung seluruh jumlah daun yang membuka sempurna pada setiap tanaman.

Umur Berbunga (hari)

Pengamatan umur berbunga dilakukan dengan cara menghitung dari awal tanaman ditanam hingga umur munculnya bunga pertama.

Jumlah Polong Berisi per Tanaman

Jumlah polong berisi (polong) dihitung dengan cara menghitung semua polong yang terbentuk dan berisi biji pada setiap tanaman. Pengamatan dilakukan pada saat panen.

Jumlah Biji per Tanaman

Dihitung dengan menghitung semua biji per tanaman setelah dikeringkan terlebih dahulu sebelumnya.

Bobot 100 biji

Bobot 100 biji ditimbang masing masing perlakuan dengan menggunakan timbangan digital.

Pengukuran klorofil

Analisis klorofil dilakukan di laboratorium kultur jaringan Fakultas Pertanian berdasarkan metode Arnon (1949) yaitu dengan mengambil 1 gram sampel daun tanaman yang telah dikompositkan kemudian dipotong kecil-kecil, digerus dengan menggunakan mortal dan alu sampai halus, dilarutkan kedalam aceton 85%, kemudian disentrifuse pada kecepatan 10000 rpm dengan waktu 5 menit, dilakukan pembacaan dengan menggunakan spektofotometer, diukur dengan panjang gelombang 649 nm dan 665 nm, jumlah klorofil a (g/ml), jumlah klorofil b (g/ml), jumlah klorofil total (g/ml) dihitung dengan menggunakan rumus OD (Optical Density) dengan rumus :

Klorofil a = {(13,7 x A665) – (5,76 x A649)} /10

Klorofil b = {(25,8 x A649) – (7,60 x A665)} / 10

Total klorofil = {(20,0 x A649) + (6,10 x A665)} / 10 Pengukuran total protein

Analisis protein dilakukan di laboratorium kultur jaringan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Sampel daun yang digunakanadalah daun yang telah berkembang sempurna. Analisis protein dinyatakan dalam satuan mg dan diamati berdasarkan metode yang dilakukan oleh Bradford (1976).

Enzim peroksida dismutase (POD)

Analisis enzim peroksida dismutase dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Analisis POD diamati berdasarkan metode yang dilakukan oleh Standart Operating Procedures

(1994). Aktivitas POD dinyatakan dalam satuan unit/mg protein. Selanjutnya dihitung dengan rumus:

Af − Ai Aktivitas POD = mg protein

Keterangan:

Af = pembacaan peroksidase akhir Ai = pembacaan peroksidase awal

Hasil

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada perlakuan varietas (V), konsentrasi ZPT (T), dan penggenangan (G) menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga dan bobot 100 biji. Perlakuan ZPT berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, jumlah biji pertanaman dan bobot 100 biji. Perlakuan penggenangan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah polong pertanaman. Perlakuan interaksi ZPT dengan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Interaksi penggenangan dan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan bobot 100 biji. Interaksi penggenangan dan ZPT berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot 100 biji. Interaksi penggenangan, ZPT dengan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, umur berbunga dan bobot 100 biji. Untuk lebih jelas mengenai hasil pada masing-masing parameter penelitian dapat dilihat pada paragraf sebagai berikut.

Tinggi Tanaman

Parameter pengamatan tinggi tanaman dari hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa perlakuan ZPT dan penggenangan menunjukkan berpengaruh nyata. Sedangkan perlakuan dan interaksi lainnya tidak berpengaruh nyata. Rataan tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:

pemberian Asam Salisilat dan GA3 pada keadaan tergenang dilahan sawah ZPT

Genangan Varietas T0

(Kontrol)

Ket. Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda signifikan menurut DMRT pada taraf α= 5%

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan ZPT T2 berbeda nyata terhadap perlakuan ZPT lainnya. T2 memiliki rataan tertinggi yaitu 92,48, diikuti T1 kemudian T0. ZPT yang memiliki rataan tertinggi yaitu ZPT berdosis 250 ppm GA3

+ 200 ppm Asam salisilat.

Jumlah Daun

Parameter pengamatan jumlah daun dari hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 15. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa perlakuan ZPT menunjukkan berpengaruh nyata.

Tabel 2. Rataan jumlah daun interaksi antara tiga varietas kedelai dengan pemberian Asam Salisilat dan GA3 pada keadaan tergenang dilahan sawah

ZPT

Genangan Varietas T0

(Kontrol)

signifikan menurut DMRT pada taraf α= 5%

Tabel 2. menunjukkan bahwa ZPT (T) T2 memiliki rataan tertinggi yaitu 21,05 sedangkan T0 memiliki rataan terendah yaitu 12,72. Perlakuan T2 berbeda nyata terhadap semua perlakuan.

Umur Berbunga

Parameter pengamatan umur berbunga dari hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 16. Berdasarkan hasil sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan varietas, ZPT dan interaksi antara penggenangan varietas dengan ZPT menunjukkan berpengaruh nyata. Sedangkan perlakuan dan interaksi lainnya tidak berpengaruh nyata. Rataan umur berbunga dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3. Rataan umur berbunga tanaman interaksi antara tiga varietas kedelai dengan pemberian Asam Salisilat dan GA3 pada keadaan tergenang dilahan sawah.

Varietas

Ket. Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda signifikan menurut DMRT pada taraf α= 5%

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan varietas V1 (37,11) berbeda nyata terhadap V3 (31,56) namun tidak berbeda nyata terhadap V2 (36,33) dan perlakuan V3. Pada interaksi penggenangan varietas dan ZPT menunjukkan bahwa interaksi G0T0V2 dan G1T2V1 tidak berbeda nyata terhadap G0T0V1, G1T0V2, G0T1V1, G1T0V1, G0T2V1, G0T1V2, G1T2V2 namun berbeda nyata terhadap interaksi lainnya.

Parameter pengamatan jumlah polong berisi pertanaman dari hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 17. Berdasarkan hasil sidik ragam diperoleh penggenangan menunjukkan berpengaruh nyata. Sedangkan perlakuan dan interaksi lainnya tidak berpengaruh nyata. Rataan jumlah polong berisi pertanaman dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4. Rataan jumlah polong berisi pertanaman interaksi antara tiga varietas kedelai dengan pemberian Asam Salisilat dan GA3 pada keadaan tergenang dilahan sawah

Ket. Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda signifikan menurut DMRT pada taraf α= 5%

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan varietas G0 berbeda nyata terhadap perlakuan G1. G0 memiliki rataan tertinggi yaitu 65,48 dan G1 perlakuan memiliki rataan terendah yaitu 52,56.

Jumlah Biji pertanaman

Parameter pengamatan jumlah biji pertanaman dari hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 18. Berdasarkan hasil sidik ragam diperoleh ZPT menunjukkan berpengaruh nyata. Sedangkan perlakuan dan interaksi lainnya tidak berpengaruh nyata. Rataan jumlah biji pertanaman dapat dilihat sebagai berikut:

pemberian Asam Salisilat dan GA3 pada keadaan tergenang dilahan sawah.

ZPT

Genangan Varietas T0

(Kontrol)

Ket. Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda signifikan menurut DMRT pada taraf α= 5%

Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan ZPT T2 tidak berbeda nyata terhadap perlakuan T1, tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan T0. T2 memiliki rataan tertinggi yaitu 103,11 dan diikuti dengan T1 (95,72) kemudian T0 (86,78).

ZPT yang memiliki rataan tertinggi yaitu ZPT yang berdosis 250 ppm GA3 + 200 ppm Asam salisilat.

Bobot 100 biji

Parameter pengamatan bobot 100 biji dari hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 19. Berdasarkan hasil sidik ragam diperoleh varietas, ZPT, interaksi penggenangan dengan varietas, interaksi penggenangan dengan ZPT, dan interaksi penggenangan ZPT dengan varietas menunjukkan berpengaruh nyata. Sedangkan perlakuan dan interaksi lainnya tidak berpengaruh nyata. Rataan bobot 100 biji dapat dilihat sebagai berikut:

pemberian Asam Salisilat dan GA3 pada keadaan tergenang dilahan sawah

Ket. Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda signifikan menurut DMRT pada taraf α= 5%

Tabel 6 menunjukkan bahwa interaksi G0T1V2 tidak berbeda nyata terhadap G0T0V1, G0T1V1, G1T2V2, G1T1V3, dan G1T2V1 tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.

Klorofil Total

Pengukuran klorofil total dilakukan dengan penggunaan spektrofotometer dengan panjang gelombang 649 nm dan 665 nm. Hasil pengukuran klorofil dapat dilihat pada Lampiran 21 dan Gambar 1 sebagai berikut:

14.00

dengan pemberian Asam Salisilat dan GA3 pada keadaan tergenang dilahan sawah Berdasarkan hasil pengamatan klorofil total yang ditunjukkan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa rataan tertinggi pada perlakuan penggenangan V1T0G1 (12,29 mg/g) dan rataan terendah pada perlakuan V1T1G1 (0,73 mg/g). Pada kondisi tanpa genangan klorofil total tertinggi terdapat pada perlakuan V2T2G0 (9,29 mg/g) dan rataan terendah pada perlakuan V3T1G0 (0,92 mg/g)

Analisis Protein

Pengamatan analisis protein dapat dilihat pada Lampiran 20. Hasil analisis protein dapat dilihat pada gambar 2. Pembacaan analisis protein dilakukan dengan menggunakan spektofotometer dengan panjang gelombang sebesar 59,5nm

.

Gambar 2. Histogram rataan kandungan protein interaksi antara tiga varietas kedelai dengan pemberian Asam Salisilat dan GA3 pada keadaan tergenang dilahan sawah

Berdasarkan hasil analisis protein yang ditunjukkan pada gambar 2.

menunjukkan bahwa kandungan protein tertinggi terdapat pada perlakuan penggenangan yaitu G1T0V3 0,70 (mg/g) sedangkan kandungan protein terendah

penggenangan kandungan protein yang tertinggi terdapat pada perlakuan G0T0V3 1,01 (mg/g) dan yang terendah pada perlakuan G0T2V3 0,55 (mg/g). Berdasarkan analisis protein dapat diketahui bahwa varietas yang tertinggi kandungan proteinnya adalah varietas Dena 1.

Analisis Enzim Peroksida Dismutase

Pengamatan analisis enzim peroksida dismutase dapat dilihat pada Lampiran 22. Pembacaan analisis enzim peroksida dismutase dilakukan dengan menggunakan spektofotometer dengan panjang gelombang 510 nm. Hasil analisis enzim peroksida dismutase dapat dilihat pada Gambar 3.

1.20

Gambar 3. Histogram Enzim Peroksida Dismutase interaksi antara tiga varietas kedelai dengan pemberian Asam Salisilat dan GA3 pada keadaan tergenang dilahan sawah

Berdasarkan hasil analisis Enzim Peroksida Dismutase pada gambar 3.

Menunjukkan bahwa kandungan tertinggi terdapat pada perlakuan G1T1V1 sebesar 1,041 unit/mg protein dan yang terendah pada perlakuan G0T1V1 sebesar 0,0004

Pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata pada parameter umur berbunga dan bobot 100 biji. Pengamatan parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong pertanaman, dan jumlah biji pertanaman menunjukkan tidak berpengaruh nyata.

Berdasarkan parameter umur berbunga diketahui bahwa varietas tertinggi terdapat pada V1 (Deja 1) dan yang terendah terdapat pada V3 (Dena 1). Bobot 100 biji tertinggi terdapat pada V2 (Anjasmoro) dan terendah terdapat pada V3 (Dena 1). Perbedaan hasil pada masing-masing varietas ini dapat terjadi karena adanya faktor genetik dan lingkungan serta interaksi keduanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Trustinah dan Iswanto (2013) yang menyatakan bahwa keragaan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan serta interaksi keduanya.

Lingkungan dapat didefinisikan sebagai gabungan semua peubah bukan genetik yang mempengaruhi ekspresi genotipik, termasuk lokasi, musim, dan pengelolaan tanaman. Keragaan tanaman atau hasil yang tidak konsisten terhadap perubahan lingkungan merupakan indikasi adanya interaksi genotipe x lingkungan.

Hasil penelitian menunjukkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong pertanaman, dan jumlah biji pertanaman menunjukkan tidak berpengaruh nyata.

Hal ini diduga karena tidak terdapat karakter yang berbeda dari setiap varietas yang ditentukan oleh faktor genetik sehingga masih dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Pengaruh genangan terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan genangan berpengaruh nyata pada perlakuan tinggi tanaman dan jumlah polong pertanaman. Sedangkan perlakuan lainnya tidak berbeda nyata.

bahwa perlakuan penggenangan tertinggi terdapat pada G0 (tanpa penggenangan) dan yang terendah G1 (dengan penggenangan). Hal ini menunjukkan bahwa tanaman tergenang merupakan penghalang yang serius bagi peningkatan produktivitas kedelai dilahan budidaya. Respon tanaman yang dipengaruhi oleh genangan meliputi perubahan dalam bentuk dan pertumbuhan yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil panen. Hal ini sesuai dengan literatur Fatimah dan Saputro (2016) yang menyatakan bahwa masalah tingginya muka air yang menyebabkan tanaman tergenang merupakan penghalang yang serius bagi peningkatan produktivitas kedelai dilahan budidaya. Permasalahan yang terjadi akibat genangan adalah kekurangan O2 pada tanaman yang terendam. Hal ini merupakan faktor utama yang menyebabkan tanaman kedelai mengalami kerusakan fisiologis dan kerusakan fisik.

Analisis protein menunjukkan bahwa protein tertinggi pada kondisi tidak tergenang sedangkan tergenang terjadinya penurunan pada aktivitas protein. Hal ini dikarenakan adanya perubahan pada warna daun tanaman kedelai yang digenangi menjadi lebih pucat. Hal ini sesuai dengan literatur Gionardo (2019) yang menyatakan bawah penggenangan dapat menurunkan kadar protein pada tanaman kedelai karena adanya gangguan metabolisme yang merupakan rangkaian efek dari penurunan kadar kloforil akibat penutupan stomata dan penurunan supply oksigen dari dalam tanah dan unsur hara dari akar.

Salah satu respon fisiologis awal tanaman terhadap genangan adalah pengurangan konduktansi stomata. Genangan tidak hanya meningkatkan resistensi stomata tetapi juga membatasi penyerapan air, sehingga kemudian mengarah kepada defisit air internal (Pezeshki, 2001).

dan penurunan luas daun juga dapat menyebabkan penghambatan fotosintesis pada tahap berikutnya. Ketika berkepanjangan, stress dapat menyebabkan penghambatan aktivitas fotosintesis pada jaringan mesofil serta penurunan aktivitas metabolik dan translokasi fotoasimilat (Pezeshki, 2001). Dampak dari berkurangnya fotosintesis pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman jadi sangat dramatis dan secara bersamaan dapat menyebabkan disfungsi fisiologis seperti penghambatan transportasi air dan perubahan keseimbangan hormon. Untuk mempertahankan aktivitas metaboliknya, tanaman harus menggunakan cadangan karbohidratnya.

Pasokan karbohidrat awal berkorelasi dengan tingkat toleransi terhadap hipoksia/anoksia pada banyak spesies, hal ini dimungkinkan karena keterlibatannya dalam menyediakan energi selama kondisi anaerobik, sehingga tingkat cadangan karbohidrat menjadi faktor penting dari toleransi terhadap genangan dalam jangka panjang (Gunawardena et al.,2001).

Permasalahan yang muncul akibat penggenangan adalah defisiensi O2. Hal ini merupakan faktor utama yang menyebabkan tanaman kedelai mengalami kerusakan fisiologis dan kerusakan fisik. Dibawah kondisi pertumbuhan normal, akar tanaman mengambil O2 dari tanah dan kemudian digunakan dalam respirasi mitokondria. Namun, dibawah kondisi stres genangan air, tanaman tidak bisa menyerap cukup O2 untuk mempertahankan fungsi fisiologis normal. Karena itu, tanaman tidak dapat menghasilkan glukosa dan akhirnya akan mengalami berbagai masalah metabolisme. Dampak kekurangan O2 semakin kompleks yaitu mempengaruhi permeabilitas membran sel, hubungan air-tanaman, nutrisi mineral, produksi zat pengatur tumbuh dan alokasinya, fotosintesis, respirasi dan alokasi karbohidrat ((Smethurst, et.al,. 2005).

tanaman kedelai terhambat. Hal ini sesuai dengan literatur Sairam., et al (2009) yang menyatakan bahwa kekurangan oksigen dalam tanah akibat genangan merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Kekurangan oksigen dapat menggeser metabolisme energi dari aerob menjadi anaerob sehingga berpengaruh kurang baik terhadap serapan nutrisi dan air sehingga tanaman menunjukkan gejala kelayuan walaupun tersedia banyak air. Genangan dapat menurunkan pertukaran gas dalam tanah dan di udara sehingga mengurangi ketersediaan O2 bagi akar dan menghambat pasokan O2 bagi akar dan mikroorganisme. Kondisi genangan, volume pori tanah yang berisi udara kurang dari 10% sehingga menghambat pertumbuhan akar.

Pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan ZPT berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, jumlah biji pertanaman dan bobot 100 biji. Sedangkan perlakuan lainnya tidak berpengaruh nyata.

Berdasarkan parameter yang berpengaruh nyata diatas mempunyai rataan menggunakan ZPT lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Ini dikarenakan adanya aplikasi zat pengatur tumbuh yaitu GA3 dan asam salisilat. Hal ini sesuai dengan literatur Riana et al (2017) yang menyatakan bahwa giberelin merupakan hormon tumbuh pada tanaman yang bersifat sintesis dan berperan mempercepat perkecambahan. Giberelin tidak hanya memacu perpanjangan batang tetapi juga pertumbuhan seluruh bagian tumbuhan termasuk daun dan akar, antara lain memperpanjang batang, pertumbuhan buah.

Giberelin diberikan di tempat yang dapat mengangkut ke apek tajuk, peningkatan pembelahan sel dan pertumbuhan sel tampak mengarah kepada

berlangsung lebih cepat, sehingga terpacu laju fotosintesis menghasilkan peningkatan keseluruhan pertumbuhan, termasuk akar (Salisbury dan Ross, 1995).

Berdasarkan perlakuan penggenangan, kadar klorofil total tertinggi terdapat pada varietas Dena dengan aplikasi tanpa ZPT

(

G1T0V3) yaitu sebesar 35,97 (mg/g), sedangkan klorofil total terendah terdapat pada varietas Dena 1 sebanyak 200 ppm GA3 + 150 ppm Asam salisilat (G1T1V3) yaitu sebesar 0,73 (mg/g). Pada kondisi tanpa genangan klorofil total tertinggi terdapat pada Varietas Anjasmoro dengan aplikasi 250 ppm GA3 + 200 ppm Asam salisilat (G0T2V2) sebesar 9,29 (mg/g) dan terendah pada varietas Dena 1 dengan aplikasi 200 ppm GA3 + 150 ppm Asam salisilat (G0T1V3) sebesar 0,92 (mg/g). Masalah tingginya genangan air yang menyebabkan tanaman tergenang merupakan penghalang yang serius bagi peningkatan produktivitas kedelai yang menyebabkan tanaman kedelai mengalami kerusakan fisiologis dan kerusakan fisik. Hal ini dapat diperbaiki dengan aplikasi ZPT yang dapat melindungi pengembangan antistress. Hal ini sesuai dengan literatur Barba et al (2011) yang menyatakan bahwa asam salisilat berpengaruh melindungi pengembangan program antistress dan percepatan proses normalisasi pertumbuhan stelah menghilangkan faktor stress. Aplikasi asam salisilat dapat mempromosikan pembentukan ROS pada jaringan fotosintesis dan meningkatkan kerusakan oksidatif selama cekaman garam dan tekanan osmotik.

Pengaruh interaksi varietas dengan ZPT terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara varietas dengan ZPT berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman. Berdasarkan parameter tinggi tanaman varietas tertinggi adalah V2 (Anjasmoro) dan yang terendah adalah V1

memperpanjang batang dan mempercepat perkecambahn. Hal ini sesuai dengan literatur Riana et al (2017) yang menyatakan bahwa hormon yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman sangat banyak, misalnya giberelin. Giberelin tidak hanya memacu perpanjangan batang tetapi juga pertumbuhan seluruh bagian tumbuhan termasuk daun dan akar, antara lain memperpajang batang, pertumbuhan buah, perkecambahan biji.

Pengaruh interaksi varietas dengan genangan terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan interaksi antara varietas dengan genangan berbeda nyata terhadap jumlah daun dan bobot 100 biji.

Berdasarkan hasil yang didapat jumlah daun rataan tertinggi terdapat pada varietas Dena 1 (V3) dan yang terendah terdapat pada varietas Deja 1 (V1). Bobot 100 biji tertinggi terdapat pada varietas Anjasmoro (V2) dan yang terendah varietas Dena 1 (V3). Hasil diatas disebabkan adanya pengaruh lingkungan dan faktor genetik. Hal ini sesuai dengan literatur Trustinah dan Iswanto (2013) yang menyatakan bahwa keragaan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan serta interaksi keduanya. Lingkungan dapat didefinisikan sebagai gabungan semua peubah bukan genetik yang mempengaruhi ekspresi genotipik, termasuk lokasi, musim, dan pengelolaan tanaman.

Pengaruh interaksi varietas, ZPT dan genangan terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara varietas, ZPT dan genangan berpengaruh nyata terhadap umur berbunga dan bobot 100 biji.

Umur berbunga dan bobot 100 biji sangat cepat proses pembungaannya dan

salisilat. Hal ini sesuai dengan literatur Fajarwati (2017) yang menyatakan bahwa asam salisilat adalah senyawa fenolik yang berperan sebagai fitohormon penting dan berperan dalam proses fisiologis seperti pertumbuhan dan perkembangan, respirasi, penuaan, perkecambahan biji, dan pertumbuhan bibit.

Perlakuan tanpa penggenangan, kandungan protein tertinggi terdapat pada varietas Dena 1 tanpa aplikasi ZPT G0T0V3 sebesar 1,01 (mg/g) dan yang terendah pada varietas Dena 1 dengan aplikasi ZPT sebanyak 250 ppm GA3 + 200 ppm Asam salisilat G0T2V3 sebeasar 0,55 (mg/g). Perlakuan dengan penggenangan kandungan protein yang tertinggi terdapat pada varietas Dena 1 tanpa aplikasi ZPT G1T0V3 sebesar 0,70 (mg/g) sedangkan kandungan protein terendah terdapat pada varietas Anjasmoro dengan aplikasi ZPT sebanyak 250 ppm GA3 + 200 ppm Asam salisilat G1T2V2 sebesar 0,31 (mg/g). Varietas tertinggi kandungan proteinnya adalah varietas Dena 1 (V3). Perbedaan kandungan protein ini disebabkan karena varietas dari setiap tanaman akan memberikan respon pertumbuhan yang berbeda dan adanya pengaruh ZPT yang mempengaruhi respon pertumbuhan dan faktor genetik tanaman tersebut dan pengaruh lingkungan. Hal ini sesuai dengan literatur Zahrah (2011) yang menyatakan bahwa bahwa masing-masing varietas dari setiap tanaman akan memberikan respons pertumbuhan dan tingkat produksi yang berbeda-beda. Setiap varietas mempunyai sifat genetik yang tidak sama yang dapat menunjukkan respon yang berbeda terhadap lingkungan.

Berdasarkan pengamatan parameter analisis enzim peroksida dismutase, perlakuan genangan nilai POD tertinggi terdapat pada perlakuan G1T1V1 sebesar 1,04 unit/mg protein dan terendah pada perlakuan G1T2V1 sebesar 0,08 unit/mg protein. Keadaan tanpa genangan nilai POD tertinggi adalah pada perlakuan

sebesar 0,0004 unit/mg protein. Hal ini sesuai dengan literatur Imelda et al (2001)

sebesar 0,0004 unit/mg protein. Hal ini sesuai dengan literatur Imelda et al (2001)

Dokumen terkait