• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pengawasan Notaris di Kota Salatiga oleh Majelis

Berdasarkan Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Majelis Pengawas Daerah Notaris berwenang:

1. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris;

2. Melakukan pemeriksaan terhadap Protokol Notaris secara berkala 1 (satu) kali dalam waktu 1 (satu) tahun atau pada setiap waktu yang dianggap perlu;

3. Memberikan ijin cuti sampai dengan waktu 6 (enam) bulan;

4. Menetapkan Notaris Pengganti dengan memperhatikan usul Notaris yang bersangkutan;

5. Menentukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada saat serah terima Protokol Notaris, Notaris telah berumur 25 (dua puluh lima ) tahun atau lebih;

6. Menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang sementara Protokol Notaris yang diangkat sebagai Pejabat Negara;

7. Menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan dalam Undang-Undang Nomor. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris;

8. Menyampaikan laporan pada Nomor 1 (satu) sampai dengan nomor 7 (tujuh) kepada Majelis Pengawas Wilayah Notaris.70

Menurut Pasal 71, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Majelis Pengawas Daerah Notaris berwenang:

6. Mencatat dalam buku daftar yang termasuk dalam Protokol Notaris dengan menyebutkan tanggal pemeriksaan, jumlah Akta serta jumlah surat di bawah tangan yang disahkan dan yang dibuat sejak tanggal pemeriksaan terakhir;

7. Membuat berita acara pemeriksaan dan menyampaikannya kepada Majelis Pengawas Wilayah Notaris, dengan tembusan kepada Notaris yang bersangkutan, Organisasi Notaris dan Majelis pengawas Pusat Notaris;

8. Merahasiakan isi akta dan hasil pemeriksaan;

9. Menerima salinan yang telah disahkan dari daftar akta dan daftar lain dari Notaris yang merahasiakannya;

10. Memeriksa laporan masyarakat terhadap Notaris dan menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut kepada Majelis Pengawas Wilayah Notaris dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, dengan tembusan kepada pihak yang melaporkan, Notaris terlapor, Majelis Pengawas Pusat Notaris dan Organisasi Notaris.71

Menurut Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris, kewenangan Majelis pengawas Daerah Notaris yang bersifat Administratif dilakukan oleh ketua, wakil ketua, salah satu anggota, yang diberi wewenang

70.

Pasal 70, op.cit., hal.17.

71.

berdasarkan keputusan rapat umum Majelis Pengawas Daerah Notaris, adapun kewenangan tersebut meliputi:

7. Memberikan ijin cuti untuk jangka waktu sampai dengan 6 (enam) bulan; 8. Menetapkan Notaris pengganti;

9. Menemukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada saat serah terima Protokol Notaris, Notaris yang bersangkutan telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih;

10. Menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran ketentuan dalam Undang-Undang;

11. Memberi paraf dan menandatangani daftar akta, daftar surat dibawah tangan yang dibukukan, dan daftar surat lain yang diwajibkan oleh undang-undang;

12. menerima penyampaian secara tertulis salinan dari daftar akta, surat dibawah tangan yang disahkan, dan daftar surat dibawah tangan yang dibukukan yang telah disahkan, yang dibuat pada bulan sebelumnya paling lambat 15 (lima belas ) hari kalender pada bulan berikutnya yang memuat sekurang-kurangnya nomor, tanggal dan judul akta.72

Menurut Pasal 14 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris, adanya kewenangan Majelis Pengawas Daerah Notaris yang bersifat administratif yang memerlukan keputusan rapat, yaitu:

6. Menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang Protokol Notaris, bagi Notaris yang diangkat sebagai Penjabat Negara;

7. Menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang protokol Notaris yang meninggal dunia;

72.

8. memberi persetujuan atas permintaan penyidik, penuntut umum atau hakim untuk proses peradilan;

9. Menyampaikan fotokopi Minuta Akta dan/ atau surat-surat yang diletakkan pada Minuta Akta atau protocol Notaris dalam penyimpanan Notaris;

5. Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.73

Dalam Bagian Ke III Nomor 1.2. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.39-PW.07.10 Tahun 2004 tentang Pedoman pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris, disebutkan Majelis Pengawas Daerah Notaris berwenang:

7. Menyampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah Notaris mengenai tanggapan Majelis pengawas Daerah Notaris berkenaan dengan keberatan atas putusan cuti;

8. Memberitahukan kepada Majelis Pengawas Wilayah Notaris mengenai adanya dugaan unsur pidana yang ditemukan oleh Majelis Pengawas Daerah Notaris atas laporan yang disampaikan kepada Majelis Pengawas Daerah Notaris.

9. Mencabut izin cuti yang dibarikan dalam sertifikat cuti;

10. Menandatangani dan memberi paraf Buku Daftar Akta dan Buku Kusus yang dipergunakan untuk mengesahkan tanda tangan surat di bawah tangan dan untuk membukukan surat dibawah tangan;

11. Menerima dan menatausahakan Berita Acara Penyerahan protokol; 12. Menyampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah Notaris:

a. Laporan berkala setiap 6 (enam) bulan sekali atau pada bulan Juli dan Januari;

73.

b. Laporan insidentil setiap 15 (lima belas) hari setelah pemberian izin cuti Notaris.74

Wewenang Majelis Pengawas Daerah Notaris berkaitan dengan pengambilan Minuta Akta dan/ atau pemanggilan Notaris baik sebagai saksi maupun sebagai tersangka oleh Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.03.HT.03.10 Tahun 2007 Tentang Pengambilan Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris:

3. Prosedur Pengambilan Minuta Akta oleh Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim, dalam Pasal 8 ayat 1, Pasal 9 sampai dengan Pasal 11, yaitu:

g. Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim untuk kepentingan proses peradilan dapat mengambil Minuta Akta dan/ atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris yang terdapat dalam Penyimpanan Notaris, dengan meminta kepada Notaris yang bersangkutan untuk membawa Minuta Akta dan/ atau sutat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris yang terdapat dalam Penyimpanan Notaris, dengan syarat harus megajukan permohonan tertulis pada Majelis Pengawas Daerah Notaris setempat.75

h. Majelis Pengawas Daerah Notaris memberikan persetujuan untuk pengambilan Minuta Akta dan atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam Penyimpanan Notaris oleh Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim untuk kepentingan proses peradilan, apabila:

74.

Bagian Ke III Nomor 1.2, op.cit., hal.21.

75.

6. Ada dugaan tindak pidana yang terkait dengan Minuta Akta dan/ atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris;

7. Belum gugur hak menuntut berdasarkan ketentuan tentang daluarsa peraturan perundang-undangan di bidang pidana; 8. Ada penyangkalan keabsahan tanda tangan dari para pihak; 9. Ada dugaan pengurangan atau penambahan dari Minuta Akta; 10. Ada dugaan Notaris melakukan pemunduran tanggal akta.76 i. Persetujuan Majelis Pengawas Daerah Notaris diberikan setelah

mendengar keterangan dari Notaris yang bersangkutan;77

j. Majelis Pengawas Daerah Notaris tidak memberikan persetujuan untuk pengambilan Minuta Akta dan/ atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris, apabila tidak memenuhi ketentuan pada Pasal 9;78

k. Majelis Pengawas Daerah Notaris dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sejak permohonan pengambilan Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan Pada Minuta Akta atau Protokol Notaris oleh Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim harus memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap pengambilan tersebut;79

l. Jika jangka waktu 14 (empat belas) hari itu terlampaui maka Majelis Pengawas Daerah Notaris dianggap menyetujui pengambilan Minuta Akta dan/ atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris.80

76.

Pasal 9, op.cit., hal.22.

77.

Pasal 10, op.cit., hal.22.

78.

Pasal 11, op.cit., hal.22.

79.

Pasal 12 ayat (1), op.cit., hal.22.

80.

4. Prosedur Pemanggilan Notaris oleh Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim dalam Pasal 14 sampai dengan Pasal 18:

a. Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim, untuk kepentingan proses peradilan dapat memanggil Notaris sebagai saksi, tersangka atau terdakwa dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Majelis Pengawas Daerah Notaris setempat;81

b. Majelis Pengawas Daerah Notaris dapat memberikan persetujuan pemanggilan Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) apabila:

1. Ada dugaan tindak pidana yang berkaitan dengan Minuta Akta dan atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris yang terdapat dalam penyimpanan Notaris; 2. Belum gugurnya hak menuntut berdasarkan ketentuan tentang

daluarsa dalam peraturan perundang-undangan dibidang pidana;82

c. Majelis Pengawas Daerah Notaris dapat memberi persetujuan kepada Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim setelah mendengar keterangan dari Notaris yang bersangkutan;83

d. Majelis Pengawas Daerah Notaris tidak memberikan persetujuan pemanggilan Notaris sebagai saksi, tersangka atau terdakwa kepada Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim, apabila tidak memenuhi persyaratan dalam Pasal 15;84

e. Majelis Pengawas Daerah Notaris wajib memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan secara tertulis dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sejak permohonan

81.

Pasal 14 ayat (1), op.cit., hal.23.

82.

Pasal 15, op.cit., hal.23.

83.

Pasal 16, op.cit., hal.23.

84.

secara tertulis untuk pemanggilan Notaris sebagai saksi, tersangka atau terdakwa yang diajukan oleh Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim kepada Majelis Pengawas Notaris;85

f. Jika jangka waktu 14 (empat belas) hari terlampaui dan Majelis Pengawas Daerah Notaris tidak memberikan persetujuan atau penolakan persetujuan pemanggilan Notaris sebagai saksi, tersangka atau terdakwa secara tertulis kepada Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim, maka Majelis Pengawas Daerah Notaris dianggap menyetujui pemanggilan Notaris.86

Adapun menurut Pasal 70 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Majelis Pengawas Daerah Notaris berwenang menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris,87 karena itu Majelis Pengawas Daerah Notaris memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap larangan dalam Kode Etik Notaris yang terdapat dalam Pasal 4 Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia, yang ditetapkan pada tanggal 28 Januari 2005, yaitu Majelis Pengawas Daerah Notaris dapat melakukan pengawasan terhadap Notaris, apabila ada dugaan-dugaan bahwa Notaris:

15. memiliki lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang ataupun kantor perwakilan;

16. memasang papan nama dan/ atau tulisan barbunyi “Notaris/Kantor Notaris diluar lingkungan kantor;

17. melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara bersama-sama, dengan mencantumkan nama dan jabatannya, menggunakan sarana media cetak dan/ atau elektronik, dalam bentuk: a. Iklan;

85.

Pasal 18 ayat (1). op.cit., hal.24.

86.

Pasal 18 ayat (2). op.cit., hal.24.

87.

b. Ucapan selamat; c. Ucapan belasungkawa; d. Ucapan terima kasih; e. Kegiatan pemasaran;

f. Kegiatan sponsor, baik dalam bidang sosial, keagamaan maupun olahraga;

18. Bekerja sama dengan biro jasa/ orang/ Badan Hukum yang pada hakekatnya bertindak sebagai perantara untuk mencari atau mendapatkan klien;

19. Menandatangani akta yang proses pembuatan minutanya telah dipersiapkan oleh pihak lain;

20. Mengirimkan Minuta Akta kepada klien untuk ditandatangani;

21. Berusaha atau berupaya dengan jalan apapun, agar seseorang berpindah dari Notaris lain kepadanya, baik upaya itu langsung ditujukan kepada klien yang bersangkutan maupun melalui perantaraan orang lain;

22. Melakukan pemaksaan kepada klien dengan cara menahan dokumen-dokumen yang telah diserahkan dan/atau melakukan tekanan psikologis dengan maksud agar klien tersebut tetap membuat akta padanya;

23. Melakukan usaha-usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang menjurus ke arah timbulnya persaingan tidak sehat dengan sesama rekan Notaris;

24. Menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah yang lebih rendah dari honorarium yang telah ditetapkan perkumpulan;

25. Mempekerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus sebagai karyawan kantor Notaris lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Notaris yang bersangkutan;

26. Menjelekkan dan/ atau mempersalahkan rekan Notaris atau akta yang dibuat olehnya. Dalam hal seorang Notaris menghadapi dan/ atau menemukan suatu akta yang dibuat oleh rekan sejawat yang ternyata didalamnya terdapat kesalahan-kesalahan yang serius dan/atau membahayakan klien, maka Notaris tersebut wajib memberitahukan kepada rekan sejawat yang bersangkutan atas kesalahan yang dibuatnya dengan cara tidak menggurui, melalaikan untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan terhadap klien yang bersangkutan ataupun rekan sejawat tersebut.

27. Membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga, apalagi menutup kemungkinan bagi Notaris lain untuk berpartisipasi;

28. Melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum disebut sebagai pelanggaran-pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris antara lain tidak terbatas pada pelanggaran-pelanggaran terhadap:

a. Ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris;

b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;

c. Isi sumpah jabatan Notaris;

29. Hal-hal yang menurut ketentuan Anggaran Dasar dan Angaran Rumah Tangga dan/atau Keputusan-Keputusan lain yang telah

ditetapkan oleh Organisasi Ikatan Notaris Indonesia tidak boleh dilakukan oleh anggota.88

Namun gambaran pelaksanaan wewenang Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga tidak dapat berjalan sesuai dengan yang disebutkan dalam Pasal 70 dan Pasal 71 Undang-Undang Nomor. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris dan Bagian Ke III Nomor 1.2. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.39-PW.07.10 Tahun 2004 tentang Pedoman pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris, Pasal 8 ayat 1, Pasal 9 sampai dengan Pasal 11, Pasal 14 sampai dengan Pasal 18 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.03.HT.03.10 Tahun 2007 Tentang Pengambilan Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris, Pasal 4 Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia, yang ditetapkan pada tanggal 28 Januari 2005, adapun gambaran pelaksanaan wewenang untuk mengawasi seluruh Notaris di Kota Salatiga yaitu:

a. Menurut IGN Suroso Kuncoro S.H. M.H. sebagai Ketua Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga dari Unsur Pemerintah Kota Salatiga menjelaskan bahwa pelaksanaan pengawasan terhadap Para Notaris di Kota Salatiga belum berjalan sesuai peraturan, karena yang melakukan tugas-tugas pengawasan hanya Ketua Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga dengan Sekretaris Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga, dengan menerima laporan

88.

dari masing masing Notaris di Kota Salatiga mengenai Protokol Notaris, menandatangani Buku Daftar Akta, menandatangani Buku Daftar Surat Bawah Tangan Yang Dibukukan dan menandatangani Buku Daftar Surat Bawah Tangan Yang Disahkan, melaporkan hasil pemeriksaan kepada Majelis Pengawas Wilayah Notaris Provinsi Jawa Tengah dan kepada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, namun pelayanan untuk menanggapi laporan masyarakat yang merasa dirugikan oleh Notaris belum dapat dilaksanakan karena tidak adanya laporan dari masyarakat.89

b. Menurut Jumiarti S.H. M.Hum., Wakil Ketua Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga dari Unsur Akademisi menerangkan pelaksanaan pengawasan terhadap Notaris di Kota Salatiga untuk melakukan peninjauan ke Kantor-Kantor Notaris di Kota Salatiga belum dapat dilaksanakan.90

c. Menurut Sunaryo S.H., Sekretaris Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga dari Unsur Pemerintah Kota Salatiga, menerangkan bahwa pelaksanaan pengawasan terhadap para Notaris di Kota Salatiga belum berjalan seperti yang tercantum dalam peraturan, dalam arti bahwa Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga belum pernah menerima laporan mengenai pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Notaris yang diadukan masyarakat.91

d. Menurut Notaris Yenny Evangeline Manopo S.H. anggota Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga dari Unsur Organisasi Ikatan Notaris Indonesia Kota Salatiga dan yang mewakili Notaris,

89.

Wawancara yang dalakukan dengan Ign S. Kuncoro S.H. M.H. Ketua Majelis pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga dari Unsur Pemerintah, Bagian Hukum Pemerintah Kota Salatiga. pada tanggal 22 Mei 2008.

90.

Wawancara yang dalakukan dengan Jumiarti S.H. M.Hum. Wakil Ketua Majelis pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga dari Unsur Akademisi. pada tanggal 8 April 2008.

91.

Wawancara yang dalakukan dengan Sunaryo S.H. Sekretaris Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga dari Unsur Pemerintah, Bagian Hukum Pemerintah Kota Salatiga. pada tanggal 22 Mei 2008.

menjelaskan bahwa pelaksanaan pengawasan oleh Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga belum berjalan dibuktikan dengan belum berjalannya peninjauan Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga untuk memeriksa setiap Notaris di kantor masing-masing Notaris untuk melihat situasi kantor, ada tidaknya tempat penyimpanan Protokol Notaris, dan melihat kondisi kebersihan Kantor Notaris.92

e. Menurut Christina Tri Budhiarti S.H., M.Hum. anggota Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga dari Unsur Akademisi, menerangkan bahwa pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga belum dapat dilaksanakan dibuktikan belum terlaksananya kegiatan peninjauan oleh para anggota Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga kepada seluruh Kantor Notaris yang ada di Kota Salatiga.93

f. Menurut Notaris Sofia Sri Purwanti S.H. yang berkantor di jalan Hasanudin Nomor 72 Kota Salatiga, bahwa pelaksanaan pengawasan oleh Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Salatiga belum terlaksana, hanya pelaporan mengenai Protokol Notaris yang baru dilaksanakan.94

B. Faktor-Faktor Yang Mengahambat Berjalannya Pengawasan oleh

Dokumen terkait