Pembelajaran menjadi aspek esensial dalam pendidikan formal termasuk dalam pelaksanaan pendidikan karakter gemar membaca (PKGM). Proses pembelajaran yang sistematis dapat menjadi salah satu jembatan menginternalisasikan pendidikan karakter secara efektif. Pada bagian ini dipaparkan pendidikan karakter gemar membaca melalui aktivitas pembelajaran yang telah dirancang dalam RPP oleh guru.
Aktivitas membaca yang dipahami oleh guru mencakup aktivitas memperoleh informasi dari berbagai sumber tertulis. Perolehan informasi dari bacaan di kelas tinggi dilakukan dalam bentuk analisis bacaan. Guru mengatakan, “Kalo kelas lima sudah saya arahkan untuk menganalisis isi
111
bacaannya. Kelas lima kan sudah g ada yang g lancar” (HWG/05/DI/260417). Sedangkan aktivitas pemaknaan sumber tertulis di kelas rendah dicapai melalui pengenalan awal tulisan dan kelancaran membaca. Guru menyampaikan,
Ya tidak ada khusus karakter gemar membaca di RPP, mungkin aktivitas membaca iya. Target kelas satu masih lancar membaca, lebih ke pengetahuan dan penerapan sehari-hari. Kegiatan membaca di kelas biasanya membaca bersama, membaca di depan kelas seperti percakapan, kadang saya bantu pelan-pelan. Kalau yang sudah bisa membaca mereka sudah bisa dilepas. Biasanya anak-anak menyiapkan buku, membaca mulai dari huruf, kata, kalimat, nanti dilanjutkan ngetes paham maknanya tidak. Panduan utama masih buku paket.(HWG/01/SMD/100217)
Membaca tidak hanya dilakukan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, melainkan digunakan untuk seluruh mata pelajaran. Aktivitas membaca pada mata pelajaran matematika di kelas rendah yaitu membaca operasi bilangan sederhana. Guru menyebutkan,
Literasinya matematika ya seperti membaca operasi bilangan (memahami jenis literasi). Aktivitas membaca di kelas membaca bersama, membaca sendiri juga. refensi yang digunakan lebih banyak buku paket dan LKS.(HWG/02/HLN/170217)
Sedangkan aktivitas membaca dalam mata pelajaran matematika di kelas tinggi semakin berkembang pada pemahaman matematika. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan guru, “Target membaca saya ke pemahaman matematika. Karena di sini semimapel dan aku pegang matematika dan masih banyak belajar sama guru yang lain juga” (HWG/04/AGN/280417)
Hasil observasi (hal.264) menunjukkan bahwa kelas rendah cenderung untuk (1) mengidentifikasi informasi dari buku (bahasa tulis),
112
(2) memperoleh informasi, (3) menekankan pada pencapaian kelancaran membaca, (4) membaca secara bersama dan terbimbing, serta (5) melalui langkah/tahapan persiapan (prabaca), membaca (saat baca), kemudian memaknai melalui tanya jawab (pascabaca), (6) menggunakan buku paket pelajaran sebagai sumber utama, dan (7) melibatkan perpustakaan dalam pembelajaran dengan intensitas yang beragam. Temuan dari observasi tersebut dikuatkan oleh pendapat salah satu guru kelas satu yang mengatakan,
Ya tidak ada khusus karakter gemar membaca di RPP, mungkin aktivitas membaca iya. Target kelas satu masih lancar membaca, lebih ke pengetahuan dan penerapan sehari-hari. Kegiatan membaca di kelas biasanya membaca bersama, membaca di depan kelas seperti percakapan, kadang saya bantu pelan-pelan. Kalau yang sudah bisa membaca mereka sudah bisa dilepas”. “biasanya anak-anak menyiapkan buku, membaca mulai dari huruf, kata, kalimat, nanti dilanjutkan ngetes paham maknanya tidak. Panduan utama masih buku paket. (HWG/01/SMD/100217)
Berbeda dengan kelas rendah, hasil observasi kelas tinggi (hal.264) menunjukkan bahwa tujuan membaca pemahaman yang mencakup (1) aktivitas menggali informasi dari sumber tertulis, (2) mengembangkan keterampilan lanjutan untuk mengidentifikasi informasi, (3) dominan melakukan aktivitas membaca mandiri, (4) aktivitas membaca dilakukan melalui langkah/tahapan melalui langkah/tahapan mempersiapkan sumber bacaan (prabaca), membaca (saat baca), dan menggali pemahaman melalui percobaan dan mengaitkan dengan pengalaman (pascabaca), (5) menggunakan buku paket pelajaran sebagai sumber utama, dan (6) melibatkan perpustakaan dalam
113
pembelajaran dengan intensitas yang beragam. Guru kelas tinggi mendukung hasil observasi tersebut dengan menyampaikan,
Kelas empat tujuannya sudah banyak ke paham bacaan, kalo lancar insyaallah semua sudah lancar mbaca. Dari materinya pun kelas empat kan udah banyak bacaannya ya. Ya yang konsep nanti mereka harus mengidentifikasi dulu, trus dieksperimen kalo IPA. Kalo Bahasa Indonesia kan ada karangan. Nanti mahami itu.(HWG/03/SWT/240217)
Ketiadaan program tukar-menukar buku, pengadaan referensi tambahan maupun daftar buku bacaan wajib serta memiliki intensitas rendah dalam memanfaatkan perpustakaan menunjukkan bahwa PKGM dalam pembelajaran belum terimplementasi. Berdasarkan observasi (hal.264), aktivitas ini tidak muncul di seluruh pembelajaran kecuali penggunaan referensi yang terbatas pada referensi utama. Informasi ini juga dikonfirmasi oleh guru kelas dua yang mengatakan,
Anak-anak punya buku paketnya sama masing-masing, paling kalo ada yang g bawa nanti barengan. Jarang si mbak saya ke perpus, soalnya dirasa masih cukup di kelas aja. Yang wajib dibaca ya buku induk paket itu, g didaftar.(HWG/02/HLN/170217)
Pernyataan tersebut juga dikuatkan oleh guru kelas tiga bahwa referensi yang digunakan merupakan referensi utama yang dimiliki siswa, sehingga pencarian referensi di perpustakaan jarang dilakukan. Guru mengatakan, “Refensinya dari buku pelajaran, kadang ada jadwal kunjungan ke perpus. Daftar buku pasti kan terdata di perpus. Cuma kalo yang wajib dibaca g ada” (HWG/03/SWT/240217).
Aktivitas yang dilaksanakan dalam pembelajaran mencakup kegiatan menginterpretasikan informasi dari sumber tertulis yang
114
diterapkan di seluruh mata pelajaran. Secara formal, pembelajaran dari kelas satu hingga kelas lima berorientasi untuk memperoleh informasi dan menekankan pada keterampilan membaca. Kelas rendah mengupayakan pencapaian kelancaran membaca melalui dominasi aktivitas membaca bersama dan terbimbing, sedangkan kelas tinggi memperdalam keerampilan membaca pemahaman melalui dominasi aktivitas membaca mandiri. Kedua tahapan membaca ini diperoleh melalui langkah pra, membaca, dan pasca baca yang disesuaikan dengan sumber referensi utama. Sayangnya referensi pendukung dan pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran di sekolah menekankan pada penguasaan keterampilan membaca sedangkan penguatan pendidikan karakter gemar membaca belum dikembangkan. Dengan demikian PKGM belum diimplementasikan dalam program pembelajaran.
Berdasarkan analisis di atas, pelaksanaan Pendidikan Karakter Gemar Membaca (PKGM) di SD Muhammadiyah Wirobrajan III melibatkan aktivitas membaca di luar pembelajaran yang didorong melalui program-program membaca dari perpustakaan maupun fasilitas membaca yang tersedia di perpustakaan sekolah dan pojok-pojok baca.
c. Penilaian Pendidikan Karakter Gemar Membaca (PKGM)
Indikator keberhasilan Pendidikan Karakter Gemar Membaca (PKGM) disusun sebagai acuan pelaksanaan dan menentukan ketercapaian
115
dalam proses penilaiannya. Penilaian PKGM sebagai sebuah aktivitas yang berkesinambungan tidak hanya membutuhkan penilaian hasil namun juga penilaian dalam proses karakter tersebut ditanamkan. Dengan demikian, baik dalam proses pelaksanaan maupun hasilnya, penilaian PKGM mengacu pada kriteria yang telah ditentukan pada perencanaan.
1) Penilaian PKGM dalam Program Non-Pembelajaran dalam