• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, ANALISIS

A. Pelaksanaan Penelitian

3. Pelaksanaan Pre Tes

4 Pembelajaran I 11 September 2013

5 Pembelajaran II 12 September 2013 6 Pembelajaran III 17 September 2013 7 Pelaksanaan pos tes 18 Septerber 2013

8 Wawancara 20 September 2013

Kegiatan-kegiatan selama penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Penyusunan Instrumen Pembelajaran dan Instrumen Penelitian

Peneliti mulai menyusun instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian setelah mendapatkan ijin dari pihak sekolah. Dalam suatu penelitian adapun hal-hal yang harus disiapkan guna membantu kelancaran dalam penelitian adalah instrumen pembelajaran dan instrumen pembelajaran. Hal- hal yang harus dipersiapkan sebelum penelitian antara lain membuat instrumen penelitian adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar

kerja siswa (LKS) dan soal-soal pokok bahasan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel untuk menguji kemampuan siswa pada pembelajaran matematika dengan metode Think Pair Square.

2. Validitas dan Reliabilitas

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti adalah tes. Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel. Sebelum tes diberikan, soal-soal terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui kelayakan soal tes tersebut sebagai alat ukur pemahaman siswa setidaknya pada kelas yang sudah pernah mendapatkan materi mengenai menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel yaitu dengan uji validitas dan uji reliabilitas.

Dalam pelaksanaan uji coba tes peneliti memilih kelas X yang saat itu telah memasuki semester kedua karena di SMA Santa Maria Rembang hanya terdapat satu kelas X sehingga peneliti harus melakukan uji coba pada siswa kelas X semester dua. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru, kelas- kelas tersebut memiliki siswa dengan tingkat kemampuan yang heterogen. Uji coba tes diagnostik dilaksanakan pada hari Jumat 14 Juni 2013 dan diikuti oleh 32 peserta. Setelah diujicobakan, soal tes dianalisis untuk

mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Apabila ada soal yang belum memenuhi kriteria kevalidan maka dilakukan perbaikan soal.

3. Pelaksanaan Pre Tes

Tes tersebut diikuti oleh 30 peserta. Pre Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahamaman siswa dalam menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel.

Dari hasil pre tes ini diperoleh data mengenai siswa-siswa yang nilainya tidak memenuhi batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran matematika yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu 65. Selanjutnya siswa-siswa ini akan menjadi subyek dalam pembelajaran dengan memanfaatkan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square.

4. Pelaksanaan Pembelajaran dengan metode Think Pair Square a. Pembelajaran I

Pembelajaran matematika dengan memanfaatkan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square ini dilaksanakan pada tanggal 11 September 2013 di kelas X. Pembelajaran ini dilaksanakan pada pukul 07.00-08.30 atau 2 jam pelajaran dan banyak siswa yang mengikuti pembelajaran ada oleh 30 siswa. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun.

Pada awal pembelajaran, peneliti memberikan pertanyaan- pertanyaan sebagai umpan balik terhadap apa yang telah mereka pelajari sebelumnya bersama dengan guru untuk materi sistem persamaan linier dua variabel. Kemudian peneliti mulai menjelaskan aturan main pada pembelajaran menggunakan metode Think Pair Square seerta membagi kelompok Pair (dua siswa dipasangkan) dan kelompok Square (dua pasang siswa digabung menjadi satu).

Kemudian peneliti memberikan soal latihan yang harus dikerjakan siswa secara mandiri, kelompok pasangan dan dan berempat. Akan tetapi ada satu kelompok yang terdiri dari 6 siswa karena banyak siswa berjumlah 30. Peneliti memberi 15 menit pada siswa untuk mengerjakan LKS secara individu, dilanjukan 15 menit kedua untuk berdiskusi dengan pasangan yang telah ditentukan, dan 15 menit ketiga untuk berdiskusi dengan pasangan lain.

Selanjutnya peneliti kembali mengajak siswa untuk terlibat dalam diskusi kelas untuk memahami materi mengenai menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel. Peneliti mengajak siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka di depan kelas. Setelah itu peneliti kembali memberikan beberapa contoh soal kepada siswa dan meminta siswa untuk mengerjakan contoh soal tersebut sebelum membahasnya. Kemudian

peneliti kembali memberikan kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada materi yang belum mereka pahami.

Gambar 4.1 Suasana kelas ketika peneliti memberi penjelasan kepada siswa

Setelah proses pembelajaran pada pertemuan pertama selesai, peneliti dan observer berdiskusi dan berefleksi mengenai kegiatan belajar mengajar yang sudah dilaksanakan. Pada pembelajaran yang pertama, sedikit siswa yang antusias dalam mengerjakan LKS dan masih malu atau belum terbiasa dengan presentasi atau menjelaskan hasil diskusinya di depan kelas.

b. Pembelajaran II

Pembelajaran matematika dengan memanfaatkan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square yang kedua ini dilaksanakan pada tanggal 12 September 2013 di kelas X. Pembelajaran ini dilaksanakan

pada pukul 09.15-10.00 atau 1 jam pelajaran dan banyak siswa yang mengikuti pembelajaran ada oleh 30 siswa. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun.

Pada awal pembelajaran, peneliti langsung memposisikan siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan soal sistem persamaan linier dua variabel. Kemudian peneliti meminta siswa langsung mengerjakan LKS. Metode yang digunakan masih sama dengan metode sebelumnya, akan tetapi perbedaannya waktu mengerjakan dan soal yang diberikan pun dikurangi porsinya karena pembelajaran hanya berjalan 1 jam pelajaran. peneliti memberi 10 menit pada siswa untuk mengerjakan LKS secara individu, dilanjukan 10 menit kedua untuk berdiskusi dengan pasangan yang telah ditentukan, dan 10 menit ketiga untuk berdiskusi dengan pasangan lain. Pada pembelajaran kedua ini siswa tampak lebik aktif dan lebih antusias dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan mereka bertanya dan keseriusan mereka menyerjakan soal latihan.

Selanjutnya peneliti kembali mengajak siswa untuk terlibat dalam diskusi kelas untuk memahami materi mengenai menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel. Peneliti mengajak siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka di depan kelas. Setelah itu peneliti kembali memberikan beberapa contoh soal kepada siswa dan meminta siswa untuk

mengerjakan contoh soal tersebut sebelum membahasnya. Kemudian peneliti kembali memberikan kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada materi yang belum mereka pahami.

Gambar 4.2 Suasana siswa yang sedang memperhatikan teman lain yang sedang presentasi

Setelah proses pembelajaran pada pertemuan kedua selesai, peneliti dan observer kembali berdiskusi dan berefleksi mengenai kegiatan belajar mengajar yang sudah dilaksanakan. Pada pembelajaran yang kedua, siswa sangat antusias dalam mengerjakan LKS. Siswa saling bekerja sama untuk menyelesaikan soal-soal pada LKS. Kemudiaan pada saat presentasi, banyak siswa yang sudah mulai aktif untuk mengajukan diri mempresentasikan hasil diskusi mereka didepan kelas.

c. Pembelajaran III

Pembelajaran matematika dengan memanfaatkan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square ini dilaksanakan pada tanggal 17

September 2013 di kelas X. Pembelajaran ini dilaksanakan pada pukul 07.00-08.30 atau 2 jam pelajaran dan banyak siswa yang mengikuti pembelajaran ada oleh 30 siswa. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun.

Pada awal pembelajaran, peneliti memberikan pertanyaan mengenai kesulitan apa yang dihadapi siswa selama 2 kali pembelajaran menggunakan metode Think Pair Square. Kemudian peneliti memberikan sedikit penjelasan tentang beberapa kesulitan yang dialami siswa dengan memberikan beberapa contoh soal. Kemudian peneliti kembali menjelaskan aturan main pada pembelajaran menggunakan metode Think Pair Square seerta membagi kelompok Pair (dua siswa dipasangkan) dan kelompok Square (dua pasang siswa digabung menjadi satu).

Kemudian peneliti meminta siswa berkumpul ke kelompoknya masing-masing untuk mempermudah sirkulasi atau perpindahan siswa ke kelompoknya masing-masing kemudian peneliti langsung memberikan LKS yang harus dikerjakan siswa secara individu, berpasangan dan berkelompok. Pada pertemuan kedua ini kelompok yang telah ditentukan masih sama dengan kelompok pada saat pertemuan pertama. Peneliti memberi 15 menit pada siswa untuk mengerjakan LKS secara individu, dilanjukan 15 menit kedua untuk berdiskusi dengan pasangan yang telah ditentukan, dan 15 menit ketiga untuk berdiskusi dengan pasangan lain.

Selanjutnya peneliti kembali mengajak siswa untuk terlibat dalam diskusi kelas untuk memahami materi mengenai menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel. Peneliti mengajak siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka di depan kelas. Pada pertemuan yang ketiga ini, siswa lebih antusias untuk maju mengerjakan soal di depan kelas, akan tetapi beberapa siswa masih belum berani untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Setelah siswa mempresentasikan jawaban dan memberikan pembenaran atas jawaban mereka, peneliti kembali memberikan beberapa contoh soal yang sederhana kepada siswa dan meminta siswa untuk mengerjakan contoh soal tersebut sebelum membahasnya mengingat masih ada sisa waktu. Kemudian peneliti kembali memberikan kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada materi yang belum mereka pahami.

Setelah proses pembelajaran pada pertemuan ketiga selesai, peneliti dan observer kembali berdiskusi dan berefleksi mengenai kegiatan belajar mengajar yang sudah dilaksanakan. Pada pembelajaran yang ketiga, siswa sangat antusias seperti pada pertemuan kedua dalam mengerjakan LKS yang ketiga. Siswa saling bekerja sama untuk mengerjakan LKS dan menganalisis LKS tersebut dan sudah terbiasa untuk mempresentasikan hasil pekerjaan mereka didepan kelas.

Dokumen terkait