• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN RENCANA PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Dalam dokumen Contoh Dokumen Pendukung OK (Halaman 40-44)

RUU Pengelolaan Wilayah Pesisir

PELAKSANAAN RENCANA PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Bagian Pertama

emanfaatan Pulau - Pulau Kecil Pasal 13

(1) Pengelolaan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya dilakukan berdasarkan kesatuan ekologis dan sosial budaya satu pulau atau gugusan pulau atau gugusan pulau dengan pulau besar didekatnya secara menyeluruh dan terpadu.

(2) Pemanfaatan pulau-pulau kecil dengan luas kurang atau sama dengan 2000 km2, diprioritaskan untuk kegiatan:

a. konservasi;

b. pendidikan dan penelitian; c. budidaya laut;

d. kepariwisataan;

e. usaha penangkapan dan industri perikanan secara lestari melalui perizinan khusus; dan f. pertanian organik dan peternakan skala rumah tangga.

(3) Pemanfaatan pulau-pulau kecil yang tidak termasuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib memenuhi persyaratan pengelolaan lingkungan, memperhatikan kemampuan sistem tata air setempat serta menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.

(4) Pemanfaatan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) yang merupakan bagian dari kegiatan industri/ekonomi, pertahanan dan keamanan strategis nasional penetapannya dilakukan melalui Keputusan Presiden.

(5) Penetapan Keputusan Presiden yang dimaksud dalam ayat (4) dilakukan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat setempat.

(6) Titik pangkal pengukuran wilayah perairan Indonesia yang terdapat di pulau kecil, gosong, atol dan gugusan karang lainnya ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi.

(7) Bagi perorangan atau badan usaha yang memanfaatkan pulau kecil seperti yang disebut dalam ayat (2) dan ayat (3) dan memenuhi persyaratan dalam ayat (3), wajib mendapatkan persetujuan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. (8) Persetujuan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah atas pemanfaatan oleh pihak lain

terhadap pulau-pulau kecil yang telah digunakan untuk kepentingan kehidupan masyarakat setelah melakukan konsultasi dengan masyarakat yang bersangkutan.

(9) Mekanisme persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) setelah dilakukan melalui musyawarah antara masyarakat dengan pihak lain yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

(10) Pengelolaan pulau-pulau kecil oleh pihak luar negeri harus memperhatikan kepentingan nasional dan masyarakat setempat.

(11) Setiap pemanfaatan pulau-pulau kecil, disesuaikan dengan daya dukung lingkungan. (12) Pengelolaan pulau-pulau kecil untuk tujuan observasi, penelitian dan kompilasi data/specimen

guna pengembangan ilmu pengetahuan, wajib melibatkan lembaga atau instansi terkait dan atau pakar setempat.

(13) Pengelolaan pulau-pulau kecil untuk kegiatan investasi yg menggunakan fasilitas Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri diatur melalui SK Menteri

Bagian Kedua

Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Paragraf 1

Umum Pasal 14

(1) Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dalam bentuk konservasi kawasan/habitat dan konservasi spesies dan dan konservasi genetis

(2) Konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan pada kawasan dengan ciri khas tertentu yang mencakup ekosistem pesisir, pulau-pulau kecil serta laut sebagai satu kesatuan ekosistem alami.

(3) Pemerintah mendorong perluasan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil, berukuran kecil maupun berukuran besar dengan tingkat dan kategori yang berbeda sebagai upaya pencapaian target kawasan konservasi laut nasional.

(4) Pemerintah , Pemerint ah Prov ins i, Pemerintah Kabu paten /Kot a dan mas y arak at mengembangkan jaringan kerjasama pengelolaan kawasan konservasi pesisir dan pulau- pulau kecil yang memiliki kesinambungan/hubungan yang satu dengan lainnya, baik secara nasional, regional maupun internasional.

Paragraf 2

Tujuan dan Fungsi Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Pasal 15

(1) Penetapan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil bertujuan untuk menjaga proses ekologis yang esensial dan sistem pendukung kehidupan berjalan dengan baik, memelihara keanekaragaman hayati, menjamin pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang berkelanjutan serta memelihara, tradisi, sosial, ekonomi dan budaya

(2) Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dapat menetapkan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil yang berfungsi untuk:

a. melindungi kesatuan ekosistem spesifik/lokal, termasuk species endemik;

b. menghubungkan daerah/ekositem/habitat untuk melindungi alur migrasi biota laut dan hubungan/konektifitas genetik dan lain-lain;

c. melindungi habitat dan ekositem yang digunakan untuk biota langka dan biota yang terancam punah;

d. melindungi tempat bertelur, berkembang biak, mencari makan serta kawasan untuk tumbuh dan berkembang biota laut;

e. mengidentifikasi daerah dengan budaya khusus atau tradisional; dan

f. mendukung daerah ekoturisme berdasarkan keanekaragaman hayati, jenis dan ekosistem Paragraf 3

Kategori Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pasal 16

1. Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dapat dilaksanakan dalam bentuk kawasan konservasi nasional, provinsi, Kabupaten/Kota dan desa/masyarakat.

2. Kawasan konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil nasional merupakan kawasan tertentu dalam wilayah yuridiksi nasional yang memiliki kepentingan dan nilai-nilai konservasi nasional maupun internasional berupa konservasi habitat atau ekosistem

3. Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi merupakan kawasan tertentu yang memiliki kepentingan dan nilai-nilai konservasi di wilayah provinsi atau lintas kabupaten berupa habitat atau ekosistem

tertentu yang memiliki kepentingan dan nilai-nilai konservasi di wilayah Kabupaten/Kota atau lintas desa berupa habitat atau ekosistem

5. Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil lokal/desa/masyarakat merupakan kawasan tertentu yang memiliki kepentingan dan nilai-nilai konservasi ditingkat desa berupa habitat atau ekosistem atau berupa budaya khusus.

6. Sistem Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil terdiri dari 4 (empat) kategori: a. Kategori Pemanfaatan Secara Lestari Ekosistem Alami.

b. Kategori Konservasi Habitat dan Spesies. c. Kategori Konservasi Bentang Alam. d. kategori Konservasi Ekosistem.

Paragraf 4

Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pasal 17

(1) Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri dari : a. zona inti; dan

b. zona pemanfaatan.

(2) Pada Zona inti dilarang semua kegiatan yang dapat mengancam kelestarian jenis, habitat dan ekosistem.

(3) Pada Zona Pemanfaatan langsung dan tak langsung, dilarang kegiatan-kegiatan yang dapat mengancam species atau habitat dan pemanfaatannya tidak berkelanjutan.

Paragraf 5

Pengusulan dan Penetapan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pasal 18

(1) Inisiatif pengusulan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dapat dilakukan oleh perorangan, kelompok masyarakat atau instansi pemerintah.

(2) Kawasan yang diusulkan harus didukung oleh informasi yang cukup mengenai:

a. ekologi, termasuk biofisik, daya dukung lingkungan, keanekaragaman hayati serta ancaman-ancaman yang berdampak terhadap kelestarian ekosistem dan biota yang ada didalamnya;

b. kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat di dalam dan di sekitar calon kawasan konservasi;

c. kepentingan atau keterkaitan kawasan tersebut untuk kawasan ekologi lainnya dalam suatu jaringan kesatuan ekologis;

d. aspirasi, keinginan dan kebutuhan masyarakat lokal yang menggunakan kawasan tersebut, termasuk penggunaan untuk kepentingan tradisional atau budaya;

e. kapasitas dan kemampuan untuk mengelola kawasan tersebut; f. informasi lain berdasarkan karakteristik setempat yang signifikan

(3) Menteri menetapkan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil tingkat nasional berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (2) dan ayat (6), setelah mendengarkan pertimbangan dari Gubernur terkait dan masukan dari berbagai pemangku kepentingan.

(4) Gubernur menetapkan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil tingkat provinsi berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (3) dan ayat (6), setelah mendengarkan pertimbangan dari Bupati/Walikota terkait dan masukan dari berbagai pemangku kepentingan.

(5) Bupati/Walikota menetapkan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil tingkat Kabupaten/Kota dan tingkat desa terkait berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (4), ayat (5) dan ayat (6) setelah mendengarkan pertimbangan dari masyarakat dan masukan dari berbagai pemangku kepentingan.

dan Kabupaten/Kota serta desa masing-masing akan ditetapkan melalui keputusan Menteri, atau Gubernur, atau Bupati/Walikota.

Bagian Ketiga

Pemanfaatan dan Pengkayaan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Paragraf 1

Pemanfaatan Ekosistem Pasal 19

(1) Pemanfaatan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi pemanfaatan ekosistem terumbu karang, hutan mangrove padang lamun, estuaria, laguna, rawa payau, gumuk pasir dan teluk.

(2) Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Desa melakukan pengendalian pemanfaatan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(3) Pemanfaatan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, harus memperhatikan batasan sebagai berikut:

a. larangan menambang terumbu karang;

b. pengambilan karang lebih kecil dari laju regenerasi terumbu karang, dan dilakukan bukan di kawasan konservasi laut;

c. larangan menggunakan peralatan, cara dan metode yang merusak;

d. kesesuaian pemanfaatan hutan mangrove dengan karakteristik morfologi pantai dan sistem rotasi untuk menjaga keberlanjutan ekosistem tersebut;

e. konversi areal hutan mangrove di kawasan budidaya yang memperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis, penggunaan maksimum 60 (enam puluh) persen dalam satu kawasan ekologis, dan mempertahankan jalur hijau yang sesuai dengan karakteristik pantai; f. penebangan hutan mangrove untuk budidaya industri, pemukiman dan atau kegiatan lain

wajib disertai dengan dana kompensasi yang dapat digunakan untuk pemulihan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil;

g. larangan memanfaatkan hutanbakau di wilayah yang kondisi Hutanbakaunya telah mengalami kerusakan dan atau pada kawasan spesifik yang Hutan mangrove sulit tumbuh kembali;

h. pemanfaatan padang lamun berdasarkan keberlanjutan fungsi ekosistem lamun; i. pengelolaan teluk, estuaria dan laguna secara terpadu dalam satu kawasan dengan

memperhatikan daya dukung, sifat dan karakteristik wilayah dan Daerah Aliran Sungai; dan

j. penambangan pasir dapat dilakukan pada wilayah yang secara teknis maupun ekologis, sosial dan budaya tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

(4) Norma, standar dan pedoman pengendalian pemanfaatan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil guna menjamin keberlanjutan fungsi dan keanekaragaman hayati ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

(5) Reklamasi pantai hanya dapat dilakukan pada wilayah yang secara teknis maupun ekologis telah mengalami kerusakan dan diarahkan untuk perbaikan lingkungan.

(6) Penimbunan pantai yang bertujuan strategis dapat dilakukan mengikuti peraturan yang berlaku.

Paragraf 2

Pengkayaan Sumberdaya Pasal 20

(1) Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dapat melakukan pengkayaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil pada lokasi yang telah mengalami

kerusakan, eksploitasi lebih dan miskin jenis dan jumlah dan atau yang memiliki nilai ekologi, estetika, keunikan, kealamiahan dan kelangkaan.

(2) Pengkayaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memperhatikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati setempat.

Bagian Keempat

Pengendalian Kerusakan Akibat Kegiatan Manusia Pasal 21

(1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dapat menimbulkan pencemaran atau kerusakan.

(2) Dalam rangka pengendalian dampak negatif atau kerusakan di wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil, dilakukan upaya pencegahan, mitigasi dan atau pemulihan, yang meliputi : a. perlakuan non struktur;

b. perlakuan struktur; dan

c. pengaturan yang terintegrasikan dari berbagai pelaku dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

(3) Pengendalian kerusakan pesisir dan pulau-pulau kecil akibat kegiatan manusia diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.

Paragraf 2

Pengendalian Kerusakan Akibat Alam Pasal 22

(1) Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah menyusun perencanaan dan prosedur pelaksanaan pengendalian kerusakan akibat alam dan atau bencana alam maupun antisipasi terhadap terulangnya bencana alam di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

(2) Pengendalian kerusakan akibat alam dan atau bencana alam di wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi upaya pencegahan dan atau mitigasi dan atau kesiap-siagaan dan atau tanggap-darurat dan atau pemulihan.

(3) Pedoman mengenai perencanaan dan atau pengendalian kerusakan akibat bencana alam di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diatur lebih lanjut oleh menteri atau menteri lain/ kepala lembaga lain sesuai dengan kewenangannya.

BAB V

PENGAKUAN HAK, KEWAJIBAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Dalam dokumen Contoh Dokumen Pendukung OK (Halaman 40-44)