• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan SPI Biro Hukum dan Informasi Publik

C. Kegiatan dan Sasaran Kegiatan

2.2 Pelaksanaan SPI Biro Hukum dan Informasi Publik

Berdasarkan Keputusan Kepala Biro Hukum dan Informasi Publik, Sekretaris Jenderal, Kementerian Pertanian Nomor : 422/OT.160/A.3/04/2012 Tentang pembentukan tim sistem pengendalian intern (SPI) Biro Hukum dan Informasi Publik sebagai berikut:

Gambar – 1

STRUKTUR ORGANISASI TIM SPI BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK

B. Tugas Tim SPI Biro Hukum dan Informasi Publik

Sebagimana diamanatkan Keputusan Kepala Biro Hukum dan Informasi Publik Nomor: 422/OT.160/A.3/04/2012 Tentang pembentukan tim sistem pengendalian intern (SPI) Biro Hukum dan Informasi Publik adalah sebagai berikut:

a. Membuat Standar Operation Procedure (SOP) untuk masing-masing bagian lingkup Biro Hukum dan Informasi Publik.

b. Melakukan pengendaliaan dan pengawasan pada pelaksanaan kegiatan.

c. Dalam melakukan tugasnya tim bertanggung jawab kepada Kepala Biro Hukum dan Informasi Publik.

Berkenaan dengan Anggota dari Tim SPI Biro Biro Hukum dan Informasi Publik merupakan perwakilan dari masing Bagian di lingkup Biro, maka masing-masing anggota tersebut diharapkan dapat menjadi motor penggerak terlaksananya SPI di masing-masing Bagian di lingkup Biro.

Penanggung Jawab

Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Sekeretaris

C. Kalender Kerja Tim SPI Biro Hukum dan Informasi Publik Gambar -2

No Kegiatan Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des

1 Sosialisasi Juklak SPI Biro Hukum dan Informasi Publik

2 Penyusunan analisis resiko kegiatan Bagian lingkup Biro Hukum dan Informasi Publik

3 Pembahasan analisis resiko kegiatan Bagian lingkup Biro Hukum dan Informasi Publik

4 Penetapan daftar resiko kegiatan Bagian lingkup Biro Hukum dan Informasi Publik

5 Pengendalian kegiatan

6 Rapat koordinasi bulanan Tim Pelaksana

7 Penyusunan laporan Tim Pelaksana SPI Biro Hukum dan Informasi Publik

2.3. Ruang Lingkup Pengendalian Tim SPI Biro Hukum dan Informasi Publik

Ruang lingkup pengendalan yang harus dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Satuan Pelaksana Biro Hukum dan Informasi Publik mencakup 5 (lima) unsur, yaitu : (a) lingkungan pengendalian, (b) penilaian resiko, (c) kegiatan pengendalian, (d) informasi dan komunikasi, dan (e) pemantauan.

Ruang lingkup pengendalian secara rinci diuraikan sebagai berikut:

A. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam lingkungan Biro Hukum dan Informasi Publik, yang mempengaruhi efektivitas pengendalian intern. Di dalam lingkungan pengendalian diharapkan terbangunnya sistem pengendalian intern yang efektif yang melekat sepanjang proses kegiatan mulai dari penelaahan sampai evaluasi dan pelaporan. Kondisi lingkungan pengendalian dipengaruhi oleh sumber daya manusia, sehingga untuk mendukung terbentuknya SPI yang baik, maka perlu dirancang pengelolaan organisasi yang mempertimbangkan aspek kebijakan, sumber daya manusia, dan prosedur, terutama yang terkait dengan aspek

penyusunan peraturan perundang-undangan dibidang pertanian, laporan perjanjian dan layanan bantuan hukum, dan layanan informasi publik bidang pertanian.

Berkenaan dengan dinamika organisasi yang dipengaruhi oleh banyak aspek tersebut, maka lingkungan pengendalian hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan suatu keyakinan mutlak.

1. Kebijakan

Arah kebijakan Biro Hukum dan Informasi Publik sebagaimana yang tertuang di dalam Rencana Strategis Biro Hukum dan Informasi Publik 2010-2014 merupakan landasan bagi aparatur pelaksana kegiatan dalam penyelenggaraan kegiatan untuk menghasilkan kinerja sesuai yang diharapkan.

Kebijakan yang ditetapkan Biro Hukum dan Informasi Publik merupakan kebijakan publik yang tidak hanya mengikat ke dalam hierarki organisasi, namun berlaku pula pada pemangku kepentingan secara luas, karena ruang lingkup kegiatan perencanaan pembangunan pertanian melintasi jenjang pemerintahan dari kabupaten/kota sampai tingkat nasional, lintas Kementerian/Lembaga di tingkat Pusat, serta mencakup pula kegiatan swasta dan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka di dalam proses penyusunan kebijakan terdapat prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu prinsip rasionalitas, prinsip efektivitas dan prinsip produktivitas.

a. Prinsip rasionalitas, kebijakan dinilai rasional apabila kebijakan dapat diterima secara logis, berhubungan erat dengan sasaran yang ingin dicapai, dapat diterima dan dilaksanakan secara nyata oleh pelaksana kebijakan, serta tidak menimbulkan perbedaan atau bias penafsiran yang tinggi diantara para pelaksana kebijakan tersebut. Prinsip rasionalitas dalam pengendalian kegiatan perencanaan terutama sangat terkait dalam merencanakan target dan sasaran pembangunan jangka menengah dan tahunan serta alokasi anggaran sesuai potensi dan permasalahan spesifik di lapangan.

b. Prinsip efektivitas, kebijakan dinilai efektif apabila kebijakan yang ditetapkan secara nyata mendukung tingkat keberhasilan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Penilaian efektivitas kebijakan memerlukan penelaahan dan pengkajian menyeluruh mulai dari periode sebelum setelah diterbitkannya kebijakan serta memperhatikan umpan balik dari pemangku kepentingan, terutama dari kelompok penerima manfaat yang merasakan atau menerima dampak dari penerapan kebijakan. Efektivitas pengendalian kegiatan pembinaan hukum dan pengelolaan informasi publik terutama sangat terkait dalam penyusunan peraturan perundang-undangan yang dapat memicu investasi swasta dan swadaya masyarakat petani, mendorong keberpihakan organisasi di luar Kementerian Pertanian untuk berpihak pada pembangunan pertanian, penyelenggaraan program legislasi pertanian, perumusan berbagai norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pembinaan hukum dan pengelolaan informasi publik, sosialisasi hukum, serta layanan bantuan hukum dan pengelolaan informasi publik dengan dibentuknya Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) baik PPID Pelaksana dan PPID Pembantu Pelaksana melalui multimedia, pameran dan peragaan, perpustakaan; pelaporan kegiatan.

c. Prinsip efisiensi, kebijakan dinilai efisien apabila kebijakan yang ditetapkan sungguh-sungguh secara nyata dibutuhkan oleh pemangku kepentingan.

Prinsip efisiensi dalam pengendalian kegiatan pembinaan hukum dan pengelolaan informasi publik terutama sangat terkait dengan program legislasi pertanian (prolegtan); penyusunan naskah perjanjian dan laporan layanan bantuan hukum, dan pengelolaan informasi publik.

d. Prinsip produktivitas, kebijakan dinilai produktif apabila kebijakan yang ditetapkan dapat lebih mendorong para pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Prinsip produktivitas dalam pengendalian kegiatan pembinaan hukum dan pengelolaan informasi publik terutama sangat terkait dengan kepastian hukum dalam berusaha dan keterbukaan informasi yang dapat mengantisipasi isu yang berkembang.

2. Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan sub sistem dalam suatu organisasi yang diciptakan sebagai upaya agar para pegawai dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dengan pengelolaan sumberdaya manusia yang dilakukan secara kontinyu dan konsisten melalui peningkatan kemampuan, semangat dan gairah kerja serta disiplin diharapkan produktivitas aparatur Biro Hukum dan Informasi Publik terus meningkat.

Pembinaan terhadap sumberdaya manusia perancang di lingkup Biro Hukum dan Informasi Publik merupakan aspek yang sangat penting, terutama yang terkait dengan pemahaman peraturan perundangan yang terkait dengan norma, standar, prosedur, kriteria (NSPK) dan Standar Pelayanan Minimum (SPM) di bidang pembinaan hukum dan pengelolaan informasi publik, baik yang diterbitkan pusat dan daerah; serta penguasaan konsep, metodologi dan instrumen hukum yang berbasis kinerja, berorientasi jangka menengah, berdimensi kewilayahan dan berwawasan lingkungan.

3. Prosedur

Prosedur adalah rangkaian (tahapan proses) manajemen dalam mengelola sumberdaya manusia, sumber pembiayaan, peralatan dan perlengkapan serta metode untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prosedur yang baik harus mengacu pada tugas pokok dan fungsi organisasi serta mampu memberikan kejelasan maksud, tujuan, sasaran, manfaat, dampak dan indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian, prosedur harus dibuat secara sederhana, ditetapkan secara tertulis, mudah dipahami, dan disosialisasikan kepada seluruh pemangku kepentingan, agar dapat mendorong aparatur untuk memberikan pelayanan prima kepada segenap pemangku kepentingan.

Prosedur sangat penting dan terkait erat dengan kegiatan pembinaan hukum dan pengelolaan informasi publik, terutama adalah bimbingan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan yang dapat menjamin kepastian hukum dan keterbukaan informasi publik dan menindaklanjuti peraturan perundang-undangan yang diamanatkan serta keterbukaan informasi publik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Penilaian Resiko

Resiko dapat terjadi pada setiap kegiatan dan tahapan kegiatan yang dilakukan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan, hingga tahap tindak lanjut hasil evaluasi dan pelaporan. Resiko yang tidak dapat terdeteksi secara dini atau tidak dapat dikelola dengan baik akan mengakibatkan tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat tercapai atau pencapaiannya tidak optimal.

Penanganan resiko terhadap kegiatan-kegiatan strategis yang dilakukan di Biro Hukum dan Informasi Publik merupakan faktor yang sangat penting dalam menjamin pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Pengelolaan resiko secara efektif tidak dapat dilakukan secara parsial di masing-masing Bagia lingkup Biro Hukum dan Informasi Publik, akan tetapi karena tujuan dan sasaran organisasi Biro Hukum dan Informasi Publik merupakan tujuan bersama dari seluruh Bagian yang ada, maka perlu dilakukan pengelolaan resiko secara komprehensif di tingkat Biro melalui suatu manajemen pengelolaan resiko.

Manajemen pengelolaan resiko adalah cara bagaimana menangani semua resiko, baik dari dalam maupun luar organisasi yang dapat mengancam pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran suatu organisasi, untuk itu diperlukan suatu penilaian resiko terhadap seluruh kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan Biro Hukum dan Informasi Publik Penilaian resiko dilaksanakan melalui tahapan: (1) identifikasi resiko dan (2) penyusunan daftar resiko.

1. Identifikasi resiko

Identifikasi resiko dilaksanakan sejak di awal perencanaan kegiatan. Identifikasi dilakukan terhadap tahapan-tahapan kegiatan yang tertuang dalam Term of Reference (TOR) atau Kerangka Acuan Kerja (KAK) di masing-masing Bagian lingkup Biro Hukum dan Informasi Publik. Aspek yang harus dilakukan dalam identifikasi resiko adalah penetapan titik kritis kegiatan dan analisis resiko.

Penetapan Titik Kritis pada Kegiatan

Titik kritis kegiatan harus dituangkan dengan jelas di dalam TOR/KAK kegiatan.

Penetapan titik kritis didasarkan pada tahapan-tahapan kegiatan yang telah ditetapkan, sehingga diperlukan ketepatan terhadap penetapan: tujuan, sasaran, jadwal, alokasi sumberdaya, indikator kinerja, tahapan titik kritis, penyebab dan dampak resiko yang mungkin terjadi, serta rencana penanganan resiko. Perubahan penetapan titik kritis dapat digunakan untuk merevisi TOR/KAK yang telah ditetapkan sebelumnya.

Analisis resiko

Analisis resiko dilakukan dengan: (1) menetapkan resiko yang mungkin dapat terjadi apabila titik kritis yang telah diindentifikasi tidak dapat dikelola dengan baik dan (2) menentukan penyebab terjadinya resiko dan kemungkinan dampak yang akan terjadi. Hasil penilaian resiko selanjutnya dituangkan ke dalam daftar resiko.

Hasil identifikasi dan analis resiko dituang ke dalam daftar resiko, sehingga daftar resiko merupakan rekapitulasi dari seluruh resiko yang mungkin terjadi pada kegiatan yang menjadi tanggung jawab unit kerja. Di dalam daftar resiko dimuat pernyataan resiko, penyebab terjadinya resiko dan dampak dari resiko yang mungkin terjadi. Daftar resiko suatu kegiatan apabila digabung dengan daftar resiko kegiatan lainnya yang tahapan pelaksanaannya saling tergantung dan atau saling mempengaruhi, maka akan menghasilkan daftar resiko suatu rangkaian atau siklus kegiatan di unit kerja.

2. Penanganan Resiko

Penanganan resiko adalah rencana upaya-upaya yang akan dilakukan untuk menangani resiko yang telah teridentifikasi dan telah dituangkan dalam daftar resiko. Upaya-upaya tersebut diarahkan untuk mengeliminasi penyebab terjadinya resiko melalui metode preventif, yaitu dengan cara memperbaiki sistem dan prosedur, mengembangkan sumber daya manusia serta menyediakan sarana dan prasarana (peralatan dan perlengkapan fisik) yang dibutuhkan. Aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam penanganan resiko adalah bahwa biaya yang diperlukan untuk mengani resiko harus jauh lebih kecil dari nilai dampak yang mungkin timbul dari resiko.

3. Pemantauan dan Evaluasi Penanganan Resiko

Pemantauan dan evaluasi penanganan resiko merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan resiko yang telah dilakukan. Dengan demikian hasil pemantauan dan evaluasi digunakan sebagai dasar dalam penyusunan strategi penanganan resiko yang lebih baik di kemudian hari.

Untuk mengefektifkan proses pemantauan dan evaluasi penanganan resiko, maka setiap Bagian di lingkup Biro Hukum dan Informasi Publik menyusun dan menyampaikan daftar resiko dan kegiatan penanganan resiko yang akan dilaksanakan sejak awal tahun anggaran kepada pimpinan Tim SPI Biro. Hasil pemantauan dan evaluasi penanganan resiko diharapkan menjadi masukan bagi Kepala Biro dalam memperbaiki kinerja organisasi.

4. Penilaian Hasil Pelaksanaan Penilaian Resiko

Penilaian hasil pelaksanaan penilaian resiko dilakukan untuk mengukur tingkat efektivitas penilaian resiko yang telah dilakukan serta untuk memberikan keyakinan bahwa pemantauan dan evaluasi yang telah dilakukan secara tepat sesuai kaidah SPI. Penilaian hasil pelaksanaan penilaian resiko dilaksanakan dengan menggunakan daftar periksa (check list) yang mencakup: (1) sarana

dan aspek penilaian dan (2) pelaksanaan penilaian. Daftar periksa (check list) penilaian hasil pelaksanaan penilaian resiko disampaikan pada Lampiran-2.

C. Kegiatan Pengendalian

Kegiatan pengendalian intern merupakan suatu kebijakan dan prosedur yang dapat membantu untuk; (1) memastikan bahwa arahan pimpinan Biro dan Kepala Bagian lingkup Biro Hukum dan Informasi Publik tentang pelaksanaan program dan kegiatan telah diikuti dan dipatuhi oleh seluruh aparatur dan (2) mengurangi terjadinya resiko yang telah diindentifikasi. Kegiatan pengendalian dilaksanakan melalui prosedur (perintah, arahan dan rekomendasi) tertulis dalam bentuk surat keputusan, surat dinas atau nota dinas, sehingga memungkinkan diambilnya tindakan secara dini dengan mempertimbangkan daftar resiko yang telah diidentifikasi.

Sesuai dengan prinsip umum SPI dan tugas pokok dan fungsi Biro Hukum dan Informasi Publik, maka ruang lingkup kegiatan pengendalian SPI Biro Hukum dan Informasi Publik meliputi:

1. Karakteristik Tugas Pokok, Fungsi dan Kegiatan Bagian

Kegiatan pengendalian di lingkungan Biro Hukum dan Informasi Publik harus memperhatikan karakteristik tugas pokok dan fungsi, kegiatan di masing-masing Bagian, serta keberadaan Pejabat Fungsional Khusus (Perancang) di samping Pejabat Fungsional Umum (Staff). Karakteristik penting kegiatan di semua Bagian di lingkup Biro Hukum dan |Informasi Publik adalah keterkaitannya dengan jadwal dan agenda penerbitan dokumen penyusunan peraturan perundang-undangan, penyusunan naskah perjanjian dan laporan layanan bantuan hukum dan pengelolaan informasi publik serta penyampaian laporan kinerja serta penyiapan bahan kebijakan pimpinan. Sesuai dengan prinsip SPI, maka kegiatan pengendalian di bidang pembinaan hukum dan pengelolaan informasi publik adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan strategis di

masing-masing Bagian.

b) Kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian resiko.

c) Kegiatan pengendalian yang dipilih harus disesuaikan dengan sifat khusus kegiatan dan aparatur pelaksana tugas (Pejabat fungsional Khusus dan Umum) di masing-masing Bagian.

d) Kebijakan dan prosedur tindakan pengendalian harus ditetapkan secara tertulis.

e) Kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan.

2. Pengendalian Sumber Manusia, Keuangan, Sarana-prasarana dan Perlengkapan.

Selain karakteristik tugas pokok dan fungsi Biro Hukum dan Informasi publik, ruang lingkup kegiatan pengendalian di lingkungan Biro Hukum dan informasi publik juga mencakup :

a) Kompetensi aparatur yang melaksanakan review kinerja Biro, terutama dalam penetapan sasaran dan kegiatan, audit kinerja, yaitu membandingkan antara pelaksanaan Rencana Kinerja (RK) dengan Penetapan Kinerja (PK) dalam penyusunan LAKIP, mencegah penyimpangan sasaran kegiatan dalam pemantauan, memberikan umpan balik perencanaan hasil evaluasi, serta kecepatan dan keakuratan dalam penyampaian bahan kebijakan pimpinan.

b) Pembinaan sumber daya manusia, yaitu membangun dan mengembangkan kesetiaan, prestasi, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerja sama, inisiatif dan kepemimpinan.

c) Pengendalian secara fisik dan kepemilikan terhadap prasarana, sarana/perlengkapan dan asset yang dimiliki dan dikelola, baik yang bergerak maupun tidak bergerak.

d) Penetapan dan komunikasi otorisasi terhadap transaksi dan kejadian penting.

e) Pencatatan secara akurat dan tepat waktu terhadap segala jenis transaksi

dan kejadian penting.

f) Pembatasan akses terhadap pengelolaan sumberdaya yang dimiliki Biro, terutama yang terkait dengan data dan informasi yang dikatagorikan sebagai rahasia negara atau bersifat masih dalam proses rancangan bahan pembahasan yang belum dapat dipublikasikan.

g) Akuntabilitas terhadap penyimpanan yang dimiliki satuan kerja.

h) Dokumen SPI terhadap transaksi dan kejadian penting.

3. Penguatan Ektifitas SPI

Kepala Bagian bertanggung jawab terhadap efektivitas pelaksanaan SPI di Bagiannya masing-masing. Efektivitas pelaksanaan SPI akan sangat membantu fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), baik dari internal Kementerian Pertanian maupun dari instansi lain yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan.

4. Penilaian Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Pengendalian

Penilaian terhadap pelaksanaan pengendalian dilakukan untuk mengukur tingkat efektivitas kegiatan pengendalian yang telah dilakukan serta untuk memberikan keyakinan bahwa kegiatan pengendalian yang telah dilakukan secara tepat sesuai kaidah SPI. Penilaian hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian dilaksanakan dengan menggunakan daftar periksa (check list) yang mencakup: (1) sarana dan aspek penilaian dan (2) pelaksanaan penilaian. Daftar periksa (check list) penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan pengendalian disajikan pada Lampiran-3.

D. Informasi dan Komunikasi

Informasi dan komunikasi terhadap pengendalian kinerja perkembangan pelaksanaan program dan kegiatan wajib dilakukan oleh Kepala Bagian di lingkungan Biro dalam bentuk dan waktu yang tepat. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan unit kerja harus menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi, mengelola, mengembangkan dan

memperbarui sistem informasi secara terus menerus melalui pencatatan dan pelaporan.

Hasil pelaksanaan informasi dan komunikasi hasil kegiatan pengendalian harus dilakukan penilaian. Penilaian terhadap pelaksanaan informasi dan komunikasi dilakukan untuk mengukur tingkat efektivitas kegiatan informasi dan komunikasi kegiatan pengendalian yang telah dilakukan serta untuk memberikan keyakinan bahwa kegiatan informasi dan komunikasi yang telah dilakukan secara tepat sesuai kaidah SPI. Penilaian hasil pelaksanaan kegiatan informasi dan komunikasi kegiatan pengendalian dilaksanakan dengan menggunakan daftar periksa (check list) yang mencakup: (1) sarana dan aspek penilaian dan (2) pelaksanaan penilaian.

E. Pemantauan

Pemantauan SPI dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan untuk menilai kualitas kinerja satuan kerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan review lainnya telah dan dapat ditindaklanjuti.

Pemantauan berkelanjutan adalah penilaian atas mutu kinerja SPI secara terus menerus dan menyatu dalam kegiatan Bagian di lingkup Biro Hukum dan Informasi Publik yang diselenggarakan melalui kegiatan rutin dan berkala dengan menggunakan acuan dalam pelaksanaannya, seperti metode, sistem aplikasi, instrumen peraturan perundangan, norma/standar/kriteria/prosedur.

Pelaksanaan pemantauan dilakukan mulai dari awal tahun anggaran pelaksanaan kegiatan agar dapat menjamin berfungsinya kelengkapan unsur-unsur SPI yang meliputi; lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan dan pengendalian telah dibuat dan dilaksanakan dengan baik.

Hasil pelaksanaan pemantauan dan pengendalian dalam bentuk kelemahan dalam pelaksanaan SPI dan pencapaian kinerja Bagian selanjutnya dirumuskan dan direkomendasikan kepada Kepala Biro Hukum dan informasi publik dan pelaksana kegiatan untuk menghilangkan penyebab utama timbulnya permasalahan dan berbagai faktor penghambat. Rekomendasi yang disampaikan kepada Kepala Biro selanjutnya harus dapat ditindaklanjuti secara memadai di setiap Bagian. Hasil

pemantauan yang telah disusun secara lengkap selanjutnya ditindaklanjuti dalam bentuk laporan untuk disampaikan segera kepada Kepala Biro dan atau kepada pemangku kepentingan lainnya.

BAB III

PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN PENGENDALIAN

Sesuai dengan prinsip dan kaidah SPI dan karakteristik tugas pokok dan fungsi Biro Hukum dan Informasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, maka ruang lingkup kegiatan pengendalian dalam implementasi SPI lingkup Biro Hukum dan Informasi Publik mencakup pengendalian aspek strategis yang terkait dengan kegiatan pembinaan hukum dan pengelolaan informasi publik, yaitu terhadap penyusunan peraturan perundang-undangan, pengeloaan informasi publik serta ketaatan penyampaian laporan.

3.1. Review Terhadap Penyusunan Peraturan Perundang-undangan A. Tujuan dan Sasaran

Tujuan untuk menjamin : (1) pelaksanaan proses penyusunan Peraturan perundang-undangan bidang pertanian melalui Prolegnas; Prolegtan; Penelaahan hukum (DIM) dan peraturan perundang-undangan yang terkait (2) Sosialisasi peraturan perundang-undangan bidang pertanian dan (3) monitoring dan evaluasi implementasi peraturan perundang-undangan bidang pertanian.

Sasaran kegiatan ini adalah : (1) tersusunnya dokumen peraturan perundang-undangan bidang pertanian; karantina pertanian dan sumberdaya sarana prasarana;

B. Indikator kinerja review

1) Input : Anggaran, SDM, material dan masukan lain yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan.

2) Output : Dokumen Peraturan Perundang-undangan Bidang Pertanian

3) Outcome : Sebagai landasan hukum bagi pemangku kepentingan dan masyarakat

4) Benefit : Memberi kemudahan dan pemahaman bagi pemangku kepentingan dan masyarakat

5) Impact : Pemangku kepentingan dan masyarakat mengetahui dan memahami Peraturan Perundang-undangan Bidang Pertanian

C. Keluaran yang diharapkan

Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan review berupa:

1) Dokumen peraturan perundang-undangan bidang pertanian yang diterbitkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat;

2) Laporan pelaksanaan prolegtan dan sosialisasi peraturan perundang-undangan;

3) Laporan monitoring dan evalasi implementasi peraturan perundang-undangan.

D. Penanggung jawab dan personil pelaksana

1) Penyusunan Dokumen Peraturan Perundang-undangan sebagai penanggung jawabnya adalah Kepala Bagian Perundang-undangan I dan II, dengan didukung Kasubbag undangan IA, Kasubbag undangan IB, Kasubbag undangan IC, Kasubbag Perundang-undangan IIA, Kasubbag Perundang-Perundang-undangan IIB dan seluruh Staf Bagian Perundang-undangan I dan Perundang-undangan II khususnya Subbag IIA dan IIB. Kegiatan ini juga melibatkan Eselon I lingkup Kementerian Pertanian, lembaga/instansi lain yang terkait.

2) Berisi mengenai susunan organisasi tim penyusun peraturan perundang-undangan bidang pertanian rencana program legislasi pertanian, tim penyelenggaraan monitoring dan evaluasi implementasi peraturan perundang-undangan, tim sosialisasi peraturan perundang-undangan bidang pertanian;

3) Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian melakukan review terhadap kegiatan-kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

E. Waktu pelaksanaan

1 (satu) Tahun Anggaran dari sejak 1 Januari s.d. 31 Desember.

F. Tahapan

Review dilaksanaan melalui tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:

1) Identifikasi dokumen perencanaan program/kegiatan yang direview 2) Penetapan tujuan dan sasaran

3) Penetapan target kinerja 4) Penetapan indikator kinerja

5) Analisis kecenderungan dan mengukur hasil dibandingkan target, rekonsiliasi dan pengecekan ketepatan informasi.

6) Pembuatan laporan review.

3.2. Review Terhadap Kompendium Hukum, Penerbitan Himpunan Menteri dan

3.2. Review Terhadap Kompendium Hukum, Penerbitan Himpunan Menteri dan

Dokumen terkait