BAB I : PENDAHULUAN
D. Manfaat Penelitian
2. Pelaksanaan Tutorial
c. Stand alone, Modul manual/multimedia yang dikembangkan tidak tergantung
pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain
d. Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi
e. User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah bersahabat/akrab
dengan pemakainya
f. Konsistensi, Dalam penggunaan : FONT, SPASI, TATA LETAK (LAYOUT) g. Format : Format kolom tunggal atau multi, Format kertas vertikal atau
horisontal, dan Icon yang mudah ditangkap.
1.2.3. Bahan Ajar Program S1 Non Pendas
Bahan ajar utama UT adalah bahan ajar cetak yang disebut Buku Materi Pokok (BMP). Selain BMP, bahan ajar cetak dapat berbentuk Buku Petunjuk Praktek dan Praktikum, dan Suplemen BMP. Di samping bahan ajar cetak, UT juga menyediakan bahan ajar tambahan yang berupa bahan ajar non-cetak yang berbentuk kaset audio, CD audio, CD audiografis, CD video, CD video interaktif, bahan ajar berbantuan komputer, dan web supplement yang merupakan satu kesatuan dengan BMP.
Bahan ajar Program Non-Pendas dapat dipesan melalui situs UT dengan memilih menu Toko Buku Online (http://www.tbo.karunika.co.id). Menu Toko Buku Online (TBO) tersebut memuat informasi tentang ketersediaan, harga, biaya dan cara pengiriman serta pembayaran bahan ajar.
2. Pelaksanaan Tutorial
2.1. Pengawasan sebagai Fungsi Kinerja dalam Pelaksanaan Tutorial
Menurut katalog Pendas 2012, tutorial adalah layanan bantuan belajar bagi mahasiswa UT. Dalam tutorial, kegiatan belajar dilakukan di bawah bimbingan tutor sebagai fasilitator. Tutorial membahas dan mendiskusikan hal-hal yang dianggap sulit dan sangat penting dikuasai mahasiswa. Untuk lebih jelasnya, materi yang dibahas dalam kegiatan tutorial menyangkut.
a. kompetensi esensial atau konsep-konsep penting dalam suatu mata kuliah; b. masalah yang ditemukan mahasiswa dalam mempelajari modul;
25 c. persoalan yang terkait dengan unjuk kerja (praktek/praktikum) mahasiswa di
dalam atau di luar kelas tutorial; dan/atau
d. masalah yang berkaitan dengan penerapan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa dapat memilih jenis tutorial yang disediakan UT, sesuai dengan minat maupun kemampuannya. Jenis tutorial yang dapat diikuti mahasiswa dapat berupaTutorial Tatap Muka (TTM) dilaksanakan oleh UPBJJ-UT. Tutorial dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan per mata kuliah. Selama tutorial mahasiswa diberi 3 tugas, pada pertemuan ke 3, 5, dan 7. Tugas yang menuntut penguasaan konsep harus dikerjakan di kelas pada saat tutorial, sedangkan tugas yang bersifat unjuk kerja atau praktek dapat dikerjakan di luar kelas tutorial. Dalam tatap muka antara mahasiswa dengan tutor, mahasiswa dituntut berpartisipasi aktif mempelajari materi, mengikuti pertemuan, berdiskusi, dan mengerjakan tugas.
Selanjutnya menurut buku katralog Pendas 2012, Tutor berasal dari PTN/PTS/ Dinas Pendidikan/ LPMP/ instansi lain yang telah memenuhi persyaratan sesuai ketentuan UniversitasTerbuka yakni memperlihatkan kinerja yang baikselama melaksanakan togas profesionalitasnya. Untuk memperoleh informasi tentang jadwal, tempat, dan biaya tutorial, mahasiswa dapat menghubungi UPBJJ-UT setempat. Tutorial adalah program bantuan dan bimbingan belajar yang disediakan oleh UT yang bertujuan untuk memicu dan memacu proses belajar mandiri mahasiswa. Pelaksanaan tutorial dilakukan dalam berbagai modus, yaitu dengan cara (1) tatap muka (TTM), (2) media radio/televisi dan media massa, dan (3) internet (tutorial online).
Dengan mengikuti tutorial, mahasiswa diharapkan akan terbantu dalam mengatasi permasalahan belajar serta memantapkan dan menguasai kompetensi mata kuliah yang ditutorialkan.
Kinerja berasal dari kata”to perform” yang artinya melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengantanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Kinerja pegawai dalam hal ini BBLBA sebagai penyelenggara tutorial pada UPBJJ-UT Pangkalpinang mengarah kepada kemampuannya melaksanakan keseluruhan tugas-tugs pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Stephen Robbins (1994) menyatakan kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau “ability” (A), Motivasi atau “motivation” (M), dan kesempatan atau “opportunity” (O), yaitu : Kinerja = f (A, M, O ). Artinya, kinerja
26 merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi, dan kesempatan, dengan demikian kinerja ditentukan oleh faktor-faktor tersebut.
Pernyataan-pernyataan di atas menyimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah merupakan tindakan penilaian yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas tutor dalam pelaksanaan pembelajaran melalui tutorial.
Seorang pekerja yang memenuhi syarat ialah yang mempunyai sifat dan kemampuan jasmani yang diperlukan, memiliki pendidikan yang ditentukan serta telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menjalankan tugas dengan memenuhi standart dalam hal keamanan, kuantitas, dan kualitas. Oleh karena itu pengetahuan dan keterampilan dalam menjalankan tugas pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Lebih tegasnya bahwa seorang tutor haruslah memiliki kinerja yang baik padaaspek pedagogik, profesional, kepribadian, dan memiliki kompetensi sosial.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan sumber daya manusia, yakni melalui pendidikan formal, program – program penataran / latihan, dan selalu melalui pengembangan diri sebagaimana seseorang berusaha mendapatkan pengetahuan, keterampilan atau kemampuan yang lebih tinggi melalui kursus formal atau kursus tertulis, buku bacaan atau melalui mas media lainnya.
Berkaitan dengan teori organisasi yang menyebutkan produktivitas sebagi hal yang kokoh dalam pencapaian tujuan, bahwa pendidikan secara langsung mempengaruhi pengetahuan, sedangkan pengalaman kerja, penataran / latihan, dan minat secara langsung mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan, selanjutnya pengetahuan dan keterampilan secara langsung mempengaruhi kemampuan (ability), dan kemampuan berpengaruh langsung terhadap perbuatan kerja, dan selanjutnya perbuatan kerja berpengaruh langsung terhadap produktivitas.
Manusia senantiasa mempunyai kedudukan yang semakin penting dalam di tengah-tengah perubahan dan perkembangan dalam masyarakat. Meskipun sedang menuju masyarakat yang berorientasi kerja, yang memandang kerja adalah suatu yang mulia, tetapi tidak mengabaikan manusia yang melaksanakan pekerjaan tersebut.
Selanjutnya Silalahi Bernet (1999) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu mengurus, proses yang bertujuan ke arah berbagai sasaran (ekonomi/non
27 ekonomi) suatu badan usaha melalui kegiatan-kegiatan orang lain dan peralatan. Manusia merupakan sumberdaya yang paling penting dalam usaha suatu organisasi dalam mencapai tujuan keberhasilan. Sumber daya manusia ini yang akan menunjang organisasi dengan karya, bakat, kreativitas dan dorongan. Betapapun sempurnanya aspek teknologi dan ekonomi, tanpa aspek manusia, maka sangat sulit kiranya perhatian yang lebih meningkat terhadap aspek-aspek teknologi maupun ekonomi.
Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur masukan atau input yang bersama unsur lainnya seperti bahan baku, modal, mesin dan metode diubah melalui proses manajemen menjadi keluaran atau output beberapa barang atau jasa dalam usaha mencapai tujuan lembaga atau organisasi. Sumber daya manusia adalah aset yang penting bagi organisasi, maka diperlukan lembaga-lembaga operasional dalam sumber daya manusia. Istilah sumber daya manusia mengundang arti, keseluruhan orang-orang yang bekerja pada suatu organisasi tertentu. Manajemen sumber daya manusia adalah manajemen di mana selalu menitikberatkan perhatiannya kepada masalah-masalah manusia sebagai pegawai di dalam suatu organisasi tertentu.
Menurut (T. Hani Handoko, 2000), mengemukakan : Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi.
Adapun pengertian dari Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) secara formal adalah sebagai berikut : Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu atau seni mengatur hubungan atau peranan tenaga kerja agar efektif atau efisien membantu terwujudnya tujuan organisasi, pegawai dan masyarakat. (Malayu H., 2001).
Adapun definisi mengenai manajemen personalia adalah sebagai berikut : Manajemen personalia adalah tarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik untuk tujuan individu-individu maupun organisasi (T. Hani Handoko, 2000). Dari definisi-definisi tersebut di dalam kenyataannya, keberhasilan pengelolaan organisasi sangat ditentukan oleh pendayagunaan sumber daya manusia. Ruang lingkup manajemen sumber daya manusia, secara manajerial dapat dikategorikan dalam fungsi-fungsi
28 yang menjelaskan pada bagaimana cara seorang pemimpin dapat mempergunakan wewenangnya untuk mengarahkan bawahannya sehingga bawahannya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Yang dimaksud dengan manajemen sumber daya manusia menurut Iswanto (2005) adalah :
a. Perencanaan (Planning), Perencanaan merupakan program dari pada manajemen personalia di dalam menetapkan sasaran yang akan dituju dan lebih disusun sedemikian rupa sebelum proses pelaksanaan dilakukan dengan melibatkan sumber-sumber daya yang ada di dalam organisasi.
b. Pengorganisasian (Organizing), Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan dari organisasi. Jika telah ditentukan fungsi-fungsi kepegawaian yang akan mendukung aktivitas kegiatan dalam rangka mencapai sasaran, maka pimpinan harus menyusun suatu organisasi dengan merancang struktur hubungan antara pekerjaan, personalia dan faktor-faktor fisik lainnya.
c. Pengarahan (Directing), Pengarahan merupakan tindakan usaha agar perencanaan serta pengorganisasian dalam organisasi dapat berjalan sesuai dengan lingkup organisasinya. Fungsi ini juga menghidupkan, karena terdapat pengarahan, motivasi, pelaksanaan atau pemberian perintah. Fungsi ini mengusahakan agar orang mau bekerja sama dengan efektif.
d. Pengendalian (Controlling), Untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi maka fungsi pengendalian sangat dibutuhkan guna melaksanakan rencana pimpinan yang sebelumnya telah dirumuskan berdasarkan sasaran operasionalnya. Dengan demikian maka target yang hendak dicapai dapat dilaksanakan dengan baik.
Uraian di atas menjelaskan bahwa sumber daya manusia baik tutor, maupun staf administrasi di UPBJJ-UT Pangkal Pinang dan para mahasiswa haruslah secara profesional menjalankan tugasnya masing-masing, agar apa yang dimaksudkan dengan penyelenggaraan Universitas Terbuka menjadi terwujud.
Pengawasan yang dikemukakan oleh Stoner, James A. F. (1996) merupakan suatu usaha sistemastik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengatur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan
29 koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya organisasi dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
Pendapat lain tentang pengawasan dikemukakan oleh Stephen Robbins (1994) yakni sebagai proses memantau kegiatan untuk meyakinkan bahwa kegiatan itu telah dilakukan sesuai dengan yang direncanakan, dan mengoreksi setiap penyimpangan yang berarti. Definisi dan pengertain di atas menunjukkan adanya hubungan antara perencanaan dan pengawasan. Dalam perencanaan, tujuan dan sasaran serta cara untuk mencapainya ditentukan. Dalam pengawasan, kemajuan (progress) menuju tercapainya tujuan diukur, sedang penyimpangan yang terjadi diidentifikasi dan jika perlu dilakukan koreksi baik kegaitannya maupun rencananya sendiri.
Terdapat titik pengawasan yang strategis untuk bisa menyusun sistem pengawasan yang efektif, pertama-tama harus dapat memilih bidang-bidang kegiatan yang sifatnya strategis, yaitu aspek-aspek dari organisasi yang fungsinya sangat menentukan berhasil/tidaknya misi organisasi tersebut. Misalnya kegiatan produksi bahan-bahan ajar UT, pemasarannya, transaksi keuangan, atau hubungan manajer-karyawan. Bidang-bidang strategis tersebut berbeda antara satu organisasi dengan lain. Bila pemilihannya bisa tepat, maka pengawasan terhadap bidang-bidang ini saja akan memberi hasil yang optimal.
Kontrol atau pengawasan dalam administrasi berarti kegiatan mengukur tingkat efektivitas kerja personal dan tingkat efisiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan. Untuk itu diperlukan kegiatan pengamatan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap berbagai aspek atau kegiatan dalam proses pencapaian tujuan, tidak saja mengenai kegiatan adminitratif manajemen akan tetapi juga mengenai kegiatan profesional yang harus diselenggarakan. Dengan demikian pengamatan harus dilakukan terhadap personal, metode, peralatan dan bahkan juga pada aspek perencanaan, pengorganisasian, pemberian bimbingan dan pengarahan, koordinasi, komunikasi dan bahkan pada kegiatan pengawasan itu sendiri.
Kegiatan pengawasan yang dapat di evaluasi dalam pelaksanaan fungsi manajemen pada UPBJJ-UT Pangkalpinang akan sangat bermanfaat untuk:
30 a. Memperoleh data yang telah diolah dapat dijadikan dasar bagi usaha perbaikan yang meliputi aspek perencanaan, organisasi, bimbingan, pengarahan, termasuk kegiatan – kegiatan profesional tentang pengiriman prima bahan ajar.
b. Memperoleh cara bekerja yang paling efisien dan efektif atau yang paling tepat dan paling berhasil sebagai cara yang terbaik untuk mecapai tujuan dalam kaitannya dengan pengiriman prima bahan ajar.
c. Memperoleh data tentang hambatan – hambatan dan kesukaran – kesukaran yang dihadapi agar dapat dikurangi ataupun dihindari selama proses pengiriman bahan-bahan ajar ke pokjar-pokjar.
d. Memperoleh data yang digunakan untuk meningkatkan usaha pengembangan karir staf UT dan karir guru dan atau para mahasiswa pendas dan non pendas di UPBJJ Pangkalpinang.
Pengawasan merupakan suatu tindakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui proses mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam melakukan suatu pekerjaan serta mengadakan tindakan-tindakan perbaikan apabila penyimpangan itu telah terjadi.
Dalam pengawasan memerlukan seorang pemimpin yang menguasai dan mampu menjalankan organisasi karena pengawasan merupakan tugas setiap pimpinan dalam menjalankan pengawasan dalam suatu organisasi yang dipimpinnya. Fungsi pengawasan yang baik antara lain:
a. Mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan
b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan dan menindak penyimpangan, penyalahgunaan wewenang dan penyelewengan.
c. Mendinamiskan organisasi dalam setiap kegiatan manajemen. d. Mempertebal rasa tanggung jawab.
e. Mendidik pegawai, pelaksana atau petugas.
Menurut Sondang P. Siagian (2002) mengemukakan proses pengawasaan pada dasarnya menggunakan dua teknik pengawasan, antaraa lain: a. Teknik pengawasan langsung, ialah pimpinan organisasi mengadakan sendiri
pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan. Teknik pengawasaan langsung ini dapat berbentuk: inspeksi langsung (on the spot observation and on the spot report).
31 b. Teknik pengawasaan tidak langsung ialah: pengawasan dari jarak jauh dan dilakukan melalui laporaan yang disampaikan oleh para bawahan, laporan ini dapat berupa laporan tertulis dan laporan lisan.
Dari teknik-teknik pengawasan tersebut, dapat dijabarkan bahwa pengawasan dalam organisasi dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung melalui suatu proses dimulai dengan mengoreksi, mengamati, menilai, memeriksa dan menerima laporaan mengenai pekerjaan. Begitu pula dalam setiap kesalahan dan penyimpangan oleh bawahan dapat diselesaikan dengan menerapkan teknik pengawasan yang cermat, tepat dan cepat disesuaikan dengan kondisi organisasi.
Ada pun langkah – langkah pengawasan yang dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi antara lain: pemeriksaan, penyampaian pertanggungan jawab, pengecekan dan pengumpulan informasi untuk diolah dan diinterpretasikan berdasarkan perbandingan denga tujuan yang hendak dicapai sebagai standart ukuran keberhasilan. Dengan demikian berarti penilaian tidak sekedar bersifat kuantitatif, melainkan terutama sekali bersifat kualitatif karena bersifat penentuan mutu terhadap data yang diperoleh melalui pengawasan.
2.2. Profesionalisme sebagai fungsi Kinerja Pelaksanaan Tutorial
Profesionalisme adalah suatu konsep yang mengandung arti peningkatan kemampuan, peningkatan keahlian, peningkatan disiplin, peningkatan etos kerja, peningkatan daya tahan, daya juang, daya saing dan daya inteligen, sehingga tugas-tugas suatu profesi dapat dilaksanakan dengan optimal, efektif dan produktif. Bilamana pegawai dapat mewujudkan dan menerapkan konsep profesionalisme tersebut dalam keseluruhan perspektif tugasnya, maka pegawai dapat disebut melaksanakan tugasnya secara profesional.
Pelaksanaan tugas secara profesional ini memungkinkan tercapainya profesionalisme merupakan suatu upaya untuk meningkatkan mutu pekerjaan sehingga tujuan yang diinginkan dapat terwujud dengan efisien dan efektif.
Profesionalisme ini muncul karena adanya tantangan pekerjaan yang sudah berkembang sedemikian rupa sehingga tanpa kemampuan profesional yang dapat ditampilkan, pekerjaan tersebut tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan optimal. Profesionalisme ini tampil sebagai suatu kebutuhan untuk menghadapi
32 berbagai perkembangan tugas, berbagai tantangan yang muncul yang sifatnya amat rumit dan kompleks. Hanya dengan kemampuan profesional saja tantangan dan permasalahan tersebut dapat diselesaikan.
Penyelenggaraan fungsi penulisan dalam era globalisasi memerlukan penyesuaian dan perubahan aspek struktural, instrumental dan kultural dengan paradigma baru dan tantangan tugas masa depan. Hasil tersebut akan diberikan dengan organisasi (struktural), jati diri fungsi, otonomi kewenangan dan kompetensi (instrumental) serta sikap dan perilaku pegawai (perorangan dan kelompok) yang tercermin dari budaya pelayanan pegawai.
Organisasi yang terkesan militeristik, yang terlihat dalam sikap dan prosedur pelayanan yang kaku; kualitas kerja rata-rata pegawai yang lebih tinggi dari anggota masyarakat umum; sikap dan metode kerja yang kurang memenuhi kebutuhan khas masyarakat lokal; orientasi kerja yang hanya karena perintah atasan, bukan karena kebutuhan masyarakat dan kekurangan kemandirian lembaga, akibat adanya intervensi lembaga eksternal di luar sistem kualitas kerja yang memerlukan perubahan menuju kepada pelayanan masyarakat, dengan kualitas di atas rata-rata anggota masyarakat umum, mempunyai sikap, metode dan orientasi kerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani, serta mandiri terbatas dari intervensi lembaga lain di luar Perguruan Tinggi.
Di samping itu adanya berbagai keterbatasan di bidang sumber daya baik secara kualitas maupun kuantitas yang berpengaruh pula terhadap kualitas kemandirian dan profesionalisme dosen perlu mendapat perhatian untuk dapat diatasi/dicukupi.
Pertanyaan yang mendasar bagi pegawai adalah mengapa pegawai memerlukan profesionalisme, apakah pekerjaan pegawai sudah berkembang semakin baik sehingga profesionalisme merasa amat dibutuhkan ? Apakah tanpa profesionalisme pegawai tidak akan memperoleh peran strategis dalam masyarakat dan karenanya tidak akan dapat mempertahankan keberadaannya pada masa yang akan datang ?
Kemajuan-kemajuan hasil pembangunan nasional telah membawa berbagai perubahan di kalangan masyarakat termasuk yang berkaitan dengan pendidikan. Permasalahan pengiriman bahan-bahan ajar ini amat rumit karena menyangkut banyak hal seperti sikap, tanggung jawab pengawasan,
33 profesionalisme dan srrategi yang membutuhkan ilmu pengetahuan. Profesionalisme dibutuhkan oleh pegawai dan staf dosen UPBJJ-UT Pangkalpiang karena mengandung makna sebagai berikut : Peningkatan kemampuan, pengembangan berbagai keahlian, pengembangan etos kerja, pembinaan disiplin, pembentukan kemandirian, pembinaan kecermatan, pembinaan daya tahan, pembinaan daya juang, pengembangan kreativitas, peningkatan kematangan kepribadian, penguasaan pengambilan keputusan dengan cepat, baik & benar, pemantapan kejujuran, dan keberanian dan keiklasan
Berdasarkan paparan ini profesionalisme Indonesia yang diuraikan tersebut di atas, maka profesionalisme sesungguhnya adalah unsur pokok dan strategis dalam proses managemen. Penerapan profesionalisme dalam organisasi pendidikan akan menjadikan keseluruhan proses organisasi pendidikan berubah dan tumbuh menjadi managemen yang efisien dan efektif. Dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas managemen, maka keseluruhan tugas dan pekerjaan pengriman bahan-bahan ajar dan pelaksanaan tutorial akan dapat dilaksanakan dengan optimal. Ini berarti profesionalisme bagi pegawai dan unsur pentelenggara tutorial mengandung arti perubahan yang menimbulkan dampak, baik yang sifatnya diterima maupun mungkin ditentang.
Sesuai dengan tuntutan reformasi disegala bidang khususnya dalam penyelenggaraan organisasi, yaitu terselenggaranya pemerintahan yang bersih dari praktek kolusi, korupsi dan nepotisme di samping tuntutan otonomi daerah yang lebih luas pada dasarnya menuntut adanya aparatur pemerintahan yang profesional. Adapun aparatur pemerintahan yang profesional dimaksud adalah aparatur dengan ciri-ciri memiliki wawasan yang luas dapat memandang masa depan, memiliki kompetensi di bidangnya, memiliki jiwa berkompetisi/bersaing secara jujur dan sportif, dan menjunjung tinggi etika profesi.
Penyelenggaraan fungsi pengawasaan dalam era globalisasi memerlukan penyesuaian dan perubahan aspek struktural, instrumental dan kultural dengan paradigma baru dan tantangan tugas masa depan. Hasil tersebut akan berkaitan dengan jati diri organisasi (struktural), jati diri fungsi, otonomi kewenangan dan kompetensi (instrumental) serta jati diri sikap dan perilaku pengawas (perorangan dan kelompok) yang tercermin dari budaya pelayanan pengawas.
34 Jati diri dan organisasi yang terkesan militeristik, yang terlihat dalam sikap dan prosedur pelayanan yang kaku; kualitas intelektual rata-rata pengawas yang lebih tinggi dari anggota masyarakat umum; sikap dan metode kerja yang kurang memenuhi kebutuhan khas masyarakat lokal; orientasi kerja yang hanya karena perintah atasan, bukan karena kebutuhan masyarakat; dan kekurangmandirian lembaga, akibat adanya intervensi lembaga eksternal di luar Sistem pengawasan yang memerlukan perubahan menuju kepada jati diri sebagai pelayan masyarakat, dengan kualitas intelektual di atas rata-rata anggota masyarakat umum, mempunyai sikap, metode dan orientasi kerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani, serta mandiri terbebas dari intervensi lembaga lain di luar badan pengawasan.
Perilaku seseorang tidak hanya ditentukan oleh persepsi orang yang bersangkutan sendiri, bahkan dalam kehidupan berorganisasi bahwa perilaku seseorang ditentukan pula oleh berbagai kondisi konsekwensi eksternal dari perilaku dan tindakannya.
Ternyata bermacam-macam faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu bahkan dapat mengubah perilaku. Dalam hal ini Sondang P Siagian (2002), berpendapat, bahwa berlakulah apa yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.